JURNAL

Download as rtf, pdf, or txt
Download as rtf, pdf, or txt
You are on page 1of 6

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE


PENYELIDIKAN KELOMPOK
SISWA KELAS VIII A SMPN 3 LINGSAR
TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh
Muh. Yamin , Sutrio2, Wahyudi2
1

1
Program Studi Pendidikan Fisika
2
Program Studi pendidikan Fisika FKIP
Universitas Mataram
Mataram, Indonesia
Email: Muhyamin996@gmail.com

Abstract
This research are Classroom Action Research (CAR),the aims to inerease physical activity and result
of learning of class VIII.A SMPN 3 Lingsarin academic year 2015/2016. The subjects in this
research is class VIII A totaling 30 people. Classroom Action Research consists of four stages:
planning, execution, observation and evaluation, and reflection. While the implementation of
cooperative learning model type group investigation carried out through five stages namely stage of
selection of topics, presentation of information, organizing, guidance, and evaluation. This study is
successful if the learning outcomes of students achieving classical completeness 85%. Based on the
evaluation of the obtained value of the average grade on the first cycle of 72.77 with 74.07%
classical completeness. In the second cycle learning outcomes of students had increased by 5.16 with
an average value of 77.93 and completeness classical amounted to 86.21%. Based on the results of
this study concluded that by applying cooperative learning model investigation of the group can
improve learning outcomes physics class VIII A SMPN 3 Lingsar in academic year 2015/2016.

Keywords: Model of cooperative learning type group investigation, Learning Outcomes.

PENDAHULUAN pembelajarannya menekankan pada pemberian


IPA merupakan cabang ilmu pengalaman langsung untuk mengembangkan
pengetahuan yang banyak membahas tentang kompetensi agar menjelajahi dan memahami
fenomena alam, lebih khususnya yaitu cabang alam sekitar secara ilmiah. Kegiatan
ilmu fisika. Kumpulan pengetahuannya penyelidikan dalam pembelajaran fisika dapat
kebanyakan berupa konsep yang bersifat memberikan kesempatan pada siswa untuk
abstrak, sehingga diperlukan pemahaman yang mengembangkan keterampilan yang
lebih mendalam melalui suatu kegiatan dimilikinya sehingga dapat meningkatkatkan
penyelidikan/percobaan [1]. kualitas belajar siswa[2].
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Proses pembelajaran yang dilakukan di
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang sekolah haruslah efektif agar tujuan
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan Mengajar yang efektif sangat bergantung pada
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau pemilihan metode dan strategi pembelajaran
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan yang digunakan oleh guru dalam
suatu proses penemuan.Proses melaksanakan proses belajar di sekolah. dalam
proses pembelajaran peranan metode dalam terlihat dangan banyaknya siswa yang
pembelajaran sangat menentukan berhasil atau mengikuti remedial setiap diadakan ulangan
tidaknya proses pembelajaran yang harian, karena hasil ulangannya belum
dilaksanakan oleh seorang guru dalam dalam mencapai standar kompetensi ketuntasan
menyampaikan pesannya kepada siswa. minimum. Sedangkan standar kompetensi
Memilih metode yang tepat untuk ketuntasan minimum untuk mata pelajaran IPA
menciptakan suasana proses belajar mengajar adalah 75.
yang menarik[3]. Berdasarkan permasalahan diatas,
Pembelajaran kooperatif merupakan maka untuk meningkatkan hasil belajar siswa
salah satu model pembelajaran dimana para terhadap mata pelajaran fisika, peneliti
peserta didik diorganisasikan untuk bekerja mencoba mengatasi masalah tersebut dengan
dan belajar dalam kelompok yang memiliki menerapkan model kooperatif tipe
aturan-aturan tertentu[4]. Pembelajaran penyelidikan kelompok pada pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam dan siswa diharapkan dapat mencapai tujuan
metode pengajaran dimana para siswa bekerja pembelajaran sesuai kompetensi dasar yang
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling telah ditentukan. Untuk mencapai tujuan
membantu satu sama lainnya dalam dalam proses pembelajaran fisika, siswa dapat
mempelajari materi pelajaran[5]. berperan aktif dalam pembelajaran melalui
Model atau Metode penyelidikan penyelidikan permasalahan-permasalahan
kelompok merupakan salah satu metode atau fisika dalam kehidupan sehari-hari yang
tipedari model pembelajarankooperatif. disajikan guru dalam bentuk LKS. Penerapan
Menurut Burns, perencanaan pelaksanaan model kooperatif tipepenyelidikankelompok
metode penyelidikan kelompok secara umum secara umum terdiri dari pembentukan
terdiri dari pembentukan kelompok oleh kelompok oleh siswa dengan anggota 2-6
siswa dengan anggota 2-6 orang, tiap orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik
kelompok bebas memilih sub topik dari dari keseluruhan unit materi yang akan
keseluruhan unit materi yang akan diajarkan, diajarkan, dan kemudian membuat laporan
dan kemudian membuat laporan kelompok. kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok
Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan laporannya kepada seluruh
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas untuk saling berbagi dan saling tukar
kelas untuk saling berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka [6].
informasi temuan mereka[6]. dalam implementasi
Berdasarkan hasil wawancara dan modelpenyelidikankelompokdi kelas guru
observasi yang dilakukan peneliti di SMP bertugas untuk menginisisasi pembelajaran
Negeri 3 Lingsar, ditemukan beberapa dengan menyediakan pilihan dan kontrol
masalah dalam kegiatan pembelajaran fisika. terhadap siswa untuk memilih strategi
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada penelitian atau penyelidikan yang akan mereka
umumnya masih menggunakan model gunakan [7].
konvensional, kegiatan pembelajaran hanya
didominasi oleh guru. Siswa cenderung hanya METODE PENELITIAN
mendengarkan dan mencatat informasi- Jenis penelitian yang digunakan adalah
informasi yang diberikan. Selain itu, kegiatan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
penyelidikan kelompok dalam memecahkan Research). Penelitian tindakan kelas
masalah fisika jarang dilakukan. Masalah lain merupakan suatu pencermatan terhadap
yang ditemukan adalah siswa kurang antusias kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
dalam mengikuti pembelajaran fisika. Hal ini sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
kelas secara bersama. Penelitian tindakan Mengkonsultasikan instrumen kepada dosen
kelas ini didasarkan atas upaya meningkatkan pembimbing dan satu guru mata pelajaran
hasil, yaitu lebih baik dari sebelumnya[8]. fisika yang ada di sekolah tempat penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa akan dilaksanakan. (9) Merevisi /
kelas VIIIA SMPN 3 Lingsar dengan jumlah memperbaiki instrumen. (10) Melakukan uji
siswa 30 siswa pada semester II tahun ajaran coba instrumen pada kelas yang memiliki
2015/2016, sedangkan objek penelitian adalah karakteristik yang sama dengan subjek yang
peningkatan hasil belajar siswa pada materi diteliti. (11) Menganalisis hasil uji coba
pokok Tekanan. Penelitian ini dilaksanakan instrumen yang meliputi validitas, reliabilitas,
dari penetapan judul pada bulan Oktober 2015 tingkat kesukaran, dan daya pembeda
sampai dengan penyusunan laporan yaitu sehingga layak dipakai untuk tes akhir.
bulan Mei 2016. Tempat penelitian ini adalah Pelaksanaan Tindakan
di SMP Negeri 3 Lingsar. Tahap tindakan merupakan
Prosedur kegiatan penelitian dilakukan implementasi (pelaksanaan) dari semua
dalam empat tahap yaitu : rencana yang telah dibuat. Tahapan yang
Perencanaan berlangsung di kelas ini merupakan realisasi
Pada tahap perencanaan, peneliti dari segala teori pendidikan dan teknik
mempersiapkan segala sesuatu yang mengajar yang sudah dipersiapkan
dibutuhkan pada saat penelitian, di antaranya : sebelumnya.
(1) Peneliti melakukan telaah kurikulum fisika Observasi dan Evaluasi
SMP dan penentuan materi pembelajaran Pada tahap ini dilakukan proses
dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk observasi secara kontinu setiap
mengetahui kompetensi dasar yang hendak berlangsungnya pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi, dimana siswa
dicapai agar pembelajaran yang diterapkan
diobservasi oleh observer. Sedangkan pada
dapat memperoleh hasil akhir sesuai dengan tahap evaluasi, yaitu siswa diberi tes evaluasi
kompetensi dasar yang dijabarkan dalam pada akhir tiap siklus.
kurikulum. (2) Mengembangkan tujuan Refleksi
berdasarkan indikator. (3) Membuat rencana Refleksi dilakukan pada akhir tiap
pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada siklus. Pada tahap ini, peneliti mengkaji
tindakan (treatment) berdasarkan pendekatan pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam
penyelidikan kelompok dalam model pemberian tindakan tiap siklusnya. Sebagai
pembelajaran koopratif untuk diterapkan acuan dalam tahapan ini adalah hasil observasi
dalam PTK. (4) Menyiapkan alat peraga yang dan evaluasi. Hasil ini digunakan sebagai
akan digunakan dalam pembelajaran. (5) dasar untuk memperbaiki serta
Membuat lembar observasi untuk mengamati menyempurnakan perencanaan dan
kegiatan siswa selama proses pembelajaran pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.
apakah sesuai skenario pembelajaran yang
telah dibuat. (6) Menyiapkan soal tes evaluasi HASIL DAN PEMBAHASAN
berbentuk pilihan ganda beserta kunci Hasil penelitian meliputi dua hal, hasil
jawabannya untuk memperoleh data hasil belajar dan strategi penerapan model
belajar siswa. (7) Membuat daftar nama kooperatif tipe penyelidikan kelompok
kelompok siswa yakni membagi siswa sehingga indikator ketercapaian terwujud.
menjadi 5 kelompok dengan masing-masing Hasil belajar di atas terdiri dari hasil belajar
kelompok terdiri atas 6 orang siswa dengan kognitif, afektif, dan psikomotor. Sementara
tingkat kemampuan yang heterogen dan jenis strategi penerapan model kooperatif tipe
kelamin yang berbeda-beda. (8) penyelidikan kelompok diperoleh setelah
dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan Hasil refleksi pada siklus I didapatkan
hasil refleksi pada siklus I. Penelitian tindakan beberapa kekurangan-kekurangan antara lain,
kelas (PTK) ini bertujuan untuk mencari masih ada siswa yang tidak mengikuti
langkah-langkah yang tepat untuk kegiatan pembelajaran dengan baik, siswa
meningkatkan hasil belajar siswa SMPN 3 masih belum bisa memahami permasalahan
Lingsar. Hasil belajar, ketuntasan klasikal, dan yang ditampilkan oleh guru, belum bisa
rata-rata kelas siklus I dan siklus II dapat mendefinisikan tugas belajar yang diberikan
dilihat pada grafik 1.1. oleh guru, belum terbiasa dalam melakukan
percobaan atau penyelidikan dan bekerja sama
dengan teman kelompoknya sehingga masih
terdapat siswa yang sifatnya individual dalam
melakukan kegiatan penyelidikan. Siswa juga
belum memiliki rasa percaya diri untuk
mempresentasikan hasil karya kelompok
mereka karena belum terbiasa tampil di
hadapan teman-temannya. Masih ada siswa
yang tidak mendengarkan analisis dan evaluasi
mengenai pemecahan masalah yang dijelaskan
oleh guru.

Selain itu, guru masih belum melakukan


Gambar 1.1 Ketuntasan Klasikal dan Rata- tahap-tahap pembelajaran secara maksimal
Rata Kelas Siklus I dan Siklus II dan masih ada tahapan pembelajaran koopeatif
tipe penyelidikan kelompok yang tidak
dilakukan oleh guru seperti guru tidak
Pada siklus I di laksanakan evaluasi hasil
menjelaskan terlebih dahulu tujuan
belajar diperoleh nilai rata-rata 72,77 dan
pembelajaran yang ingin dicapai. Guru juga
ketuntasan klasikal 74,07%. Hasil belajar
tidak memberikan kesempatan yang lebih
ranah afektif dan ranah psikomotor adalah
banyak kepada siswa untuk bertanya mengenai
14,04 dan 8,65. Hasil observasi yang
konsep dari materi yang dipelajari, kurangnya
dilakukan guru mata pelajaran pada akhir
bimbingan yang diberikan kepada siswa dalam
siklus I diperoleh aktivitas guru berkriteria
menyelesaikan tugas belajar yang diberikan
baik. Rendahnya hasil belajar siswa
terutama dalam hal penulisan rumusan
disebabkan pembelajaran dengan model
masalah dan hipotesis.
kooperatifdengan pendekatan penyelidikan
kelompok dirasakan sedikit berbeda oleh Akan tetapi, dilakukan perbaikan-perbaikan
siswa. Siswa tanpa langsung berikan materi, untuk diterapkan pada siklus II seperti
tetapi siswa diberikan kesempatan untuk perubahan anggota kelompok, perencanaan
memilih topik materi yang bersangkutan untuk kerja sama yang lebih baik dan penyampaian
penyelidikan. Hasil penelitian siklus I hasil penyelidikan kelompok ke kelompok lain
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum terlaksana dengan baik, sehingga informasi
mencapai indikator keberhasilan karena siswa yang disampaikan bisa diterima oleh
yang memperoleh nilai 75 masih berada di kelompok lain. Setelah dilakukan perbaikan-
bawah 85%. Karena hasil belajar siswa masih perbaikan pada siklus II, diperoleh data hasil
belum mencapai indikator keberhasilan, maka belajar siswa yang mengalami peningkatan
penelitian ini dilanjutkan ke siklus II. yakni nilai rata-ratanya 77,93 dengan
ketuntasan klasikal 86,21 %. Dari hasil ini
terlihat bahwa hasil belajar siswa sudah kelompok dapat meningkatkan hasil belajar
mencapai indikator keberhasilan karena siswa IPA fisika siswa kelas VIII A SMPN 3 Lingsar
yang memperoleh nilai 75 berada di atas Tahun pelajaran 2015/2016.
85%. Karena hasil belajar siswa sudah
mencapai indikator keberhasilan, maka UCAPAN TERIMA KASIH
penelitian ini hanya sampai pada siklus II. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis
Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus sampaikan kepada Bapak Drs. Sutrio, M.Si.,
II ini disebabkan karena siswa terlibat aktif selaku dosen pembimbing skripsi I dan Bapak
selama kegiatan pembelajaran dan lebih Wahyudi, S.Si., M.Si., selaku dosen
bersungguh-sungguh dalam kegiatan pembimbing skripsi II, yang dengan sabar
penyelidikan untuk menemukan konsep fisika membimbing, memberikan arahan, dan
yang sesuai dengan materi yang diajarkan. nasehat dalam penyusunan skripsi ini sehingga
Selain itu, guru juga telah memperbaiki terselesaikan dengan baik.
kekurangan-kekurangan pada proses
pembelajaran sebelumnya. REFERENSI
[1] Badan Standar Nasional Pendidikan.2006.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
terlihat bahwa penerapan model pembelajaran Dasar dan Menengah Standar
kooperatif tipe penyelidikan kelompok Kompetensi dan Kompetensi Dasar
memberikan dampak positif bagi siswa kelas SMp/MTs. Jakarta:BSNP.
VIII A. Kegiatan pembelajaran yang [2] Trianto. 2007. Model Pembelajaran
diterapkan menuntut siswa untuk lebih aktif Terpadu dalam Teori dan Praktek.
terutama dalam kegiatan penyelidikan. Siswa Jakarta:Prestasi Pustaka.
yang sebelumnya jarang melakukan suatu [3] Iskandar. 2012. Penelitian Tindakan
kegiatan penyelidikan, pada penelitian ini Kelas. Jakarta: GP Press Group.
dituntut untuk dapat menemukan konsep fisika [4] Jufri, W. 2013. Belajar dan Pembelajaran
melalui kegiatan penyelidikan. Selain itu, Sains. Bandung: Pustaka RekaCipta.
siswa juga tidak lagi hanya duduk [5] Slavin, E R. 2008. Cooperative Learning
mendengarkan penjelasan guru, melainkan (Teori, Riset dan Praktik). Bandung:
turut serta dalam kegiatan penyelidikan. Nusamedia.
Berdasarkan hasil penelitian dan [6] Rusman. 2012. Model-Model
pembahasan di atas, diperoleh data hasil Pembelajaran Mengembangkan
belajar siswa yang mengalami peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta:Rajawali
dari siklus I ke siklus II dan mencapai Pers.
indikator keberhasilan pada siklus II. Dengan [7] Huda, M. 2013. Model-model Pengajaran
demikian, penerapan model pembelajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
kooperatif tipe penyelidikan kelompok dapat Pelajar.
digunakan sebagai alternatif pembelajaran [8] Arikunto, S., Suhardjono, Supardi. 2012.
untuk meningkatkan pemahaman konsep Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
fisika siswa pada materi pokok tekanan. Aksara.

KESIMPULAN BIOGRAFI PENULIS


Berdasarkan rumusan masalah, hasil Muh. Yamin, lahir di desa kalampa,
penelitian dan pembahasan yang telah Kabupaten Bima, tanggal 05Agustus 1990.
dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa Penulis menyelesaikan bangku pendidikan
penerapan model kooperatif tipe penyelidikan SDN Sari Kalampa, SMPN 2Woha, dan
SMAN 1 Belo di Kabupaten Bima, NTB.
Kemudian melanjutkan studinya di
Universitas Mataram pada FKIP mengambil
Program Studi PendidikanFisika.

You might also like