Survei Surveilans Perilakuberisiko Tertular Hivpada Remaja Jalanantahun 2011

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 11

SURVEI SURVEILANS PERILAKUBERISIKO TERTULAR HIVPADA

REMAJA JALANANTAHUN 2011

(Survei of HIV Risk Behavior Among Youth Who Living on the Streets in Jember) Pudjo

Wahjudi *, Irma Prasetyowati *, Yunus Ariyanto * Abstract

At present, the world have a pandemikHIV. No one country in the world


free from this infection, including Indonesia. In Indonesia, the infection has
been alarming stage. If nothings done to prevent and control the spread of
HIV, the next ten years, HIV infection such as sub sahara-africa, where
there will be 3 of 10 people infected HIV. The Human Immunodeficiency
Virus (HIV) is a type of virus called a retrovirus and it is spreading
throughout the world include sexual contact, sharing needles, and by
transmission from infected mothers to their newborns during pregnancy,
labor, or breastfeeding. Purpose of this study was determine HIV risk
behaviors in youth on the street in Jember district. Behavioral surveillance
survey aims to monitor changes in sexual behavior and injecting risk from
time to time. Target Population of Behavioral surveillance stratified by
contributing to the HIV epidemic, one of which is youth aged 15 -24 years
old, men and women, educated or not. This is descriptive approach with
survey methods to 50 youths. The result were contained two behavioral
surveillance of key indicators that have high percentage. There were
heard HIV and AIDS(87,8%) and knowing to prevent HIV and AIDS using
condom(98%). The recommendation is that the youth should have healthy
behavior, alert to the HIV and AIDS, no sex before marriage and avoid
other risky behaviors.

Keywords: Behavioral surveillance survey, HIV and AIDS, youth

Pendahuluan
Saat ini dunia tengah mengalami suatu pandemi virus HIV, pandemi ini tidak
hanya menimbulkan dampak negatif di bidang medis dan kesehatan masyarakat,
tetapi juga di bidang sosial dan diperkirakan telah mencapai 42 juta kasus yang
menyebar di seluruh dunia. Tidak ada satupun negara di dunia ini yang terbebas dari
infeksi ini, termasuk Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
sebagaimana dilansir Komisi Penanggulangan AIDS Nasional melaporkan sampai
dengan Maret 2008 terdapat 11868 kasus HIV & AIDS di Indonesia

* Pudjo Wahjudi, Irma Prasetyowati dan Yunus Ariyanto adalah Dosen Bagian
Epidemiologi dan Biostatistika – Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember
108
Jurnal IKESMA Volume 8 Nomor 2September 2012
(http://www.AIDSindonesia.or.id, 2008). Bahkan di Amerika pun yang dikenal
sebagai negara dengan tingkat pemakaian teknologi kesehatan yang canggih tidak
bisa terbebas dari permasalahan infeksi HIV.Infeksi HIV ini menjadi penyebab
kematian ketujuh di Amerika Serikat pada kelompok umur 15 -24 tahun di tahun
2002 (Tucker, 2004).
InfeksiHIV di Indonesia sudah pada tahap yang mengkhawatirkan. Jika tidak
dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan, sepuluh tahun mendatang
penyebaran infeksi HIV & AIDS di Indonesia bisa seperti di Sub Sahara Afrika, di
,
mana terdapat 3 dari 10 orang yang terinfeksi HIV (http://www.depkes.go.id 2008).
Saat ini penyebaran infeksi HIV & AIDS di Indonesia terkonsentrasi di 6 provinsi
yaitu DKI Jakarta, Papua, Jawa Timur, Bali, Jawa Barat dan Riau. Oleh karena itu
keenam gubernur dari daerah tersebut bersama Komisi Penanggulangan AIDS
mengadakan rapat koordinasi yang menghasilkan Kesepakatan Sentani sebagai
landasan Gerakan Nasional untuk membendung penyebaran epidemi HIV & AIDS
yang kini masih terkonsentrasi di enam provinsi tersebut agar tidak menyebar ke
populasi umum (http://kompas.com, 2008).
Jawa Timur menempati peringkat ketiga daerah dengan kasus HIV & AIDS
tertinggi di Indonesia. Sampai bulan Maret 2008, KPA melaporkan terdapat 1159
kasus HIV positif, 321 meninggal karena AIDS dan angka kasusnya (case rate)
sebesar 3,13 (http://www.AIDSindonesia.or.id, 2008). Sebagai salah satu daerah
dengan tingkat epidemi HIV terkonsentrasi artinya prevalensi HIV pada kelompok
yang berisiko tinggi sudah melebihi 5 persen, maka Pemerintah Provinsi Jawa Timur
melakukan berbagai upaya sebagai bagian dari pelaksanaan pencegahan HIV & AIDS.
Kabupaten Jember mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah Provinsi Jawa
Timur dan beberapa lembaga yang mempunyai perhatian dan kepedulian terhadap
permasalahan HIV & AIDS karena Jember termasuk katagori daerah dengan jumlah
kelompok rawan tertular HIV & AIDS terbesar (TKI dan TKW), kabupaten dengan
jumlah laporan kasus HIV & AIDS tinggi, kabupaten dengan risiko wilayah karena
kedekatan dengan Provinsi Bali dengan prevalensi HIV yang tinggi dan kabupaten
dengan jumlah kelompok resiko tinggi yang besar, seperti PSK ( di lokalisasi dan non
lokalisasi), waria pekerja seks, pengguna IDU (Pengguna Narkoba Suntik) dan Pria
Pekerja Seks (http://www.dinkesjatim.go.id, 2008). Dengan demikian Jember saat
ini menghadapi permasalahan penyebaran infeksi HIV & AIDS yang sangat serius.
Surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan terhadap suatu masalah
kesehatan yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan untuk mendapatkan
data dan hasil kajian epidemiologi, untuk mengetahui perubahan-perubahan
masalah kesehatan yang diamati, untuk mengidentifikasi populasi risiko tinggi
masalah kesehatan yang diamati, untuk memprediksi dan mencegah terjdinya KLB
serta untuk penyelidikan epidemiologi setiap KLB (Depkes RI, 2003). Ruang lingkup
surveilans epidemiologi meliputi penyakit menular, penyakit tidak menular,
kesehatan lingkungan dan perilaku, masalah kesehatan dan kesehatan
matra.Perkembangan surveilans epidemiologi menjadi surveilans kesehatan,
Pudjo Wahjudi :Survei Surveilans Perilaku Berisiko Tertular ....

menjadikan faktor risiko yang mengarah pada penyakit merupakan hal penting yang
harus dipantau.
Salah satu faktor risiko untuk terjadinya penyakit adalah perilaku. Sistem
surveilans perilaku yang sudah berkembang di Indonesia adalah Survei Surveilans
Perilaku (SSP).SSP bertujuan untuk mementau perubahan perilaku seksual dan
penyuntikan berisiko dari waktu ke waktu.Survei perilaku ini menyediakan
informasi untuk menilai efektifitas upaya pencegahan dan mengembangkan
program selanjutnya.SSP HIV dilaksanakan untuk mendapatkan informasi dan
menjelaskan tren HIV pada populasi.Data perilaku juga dibutuhkan untuk
merencanakan dan mengevaluasi dampak dari HIV.Populasi sasaran surveilans
perilaku dikelompokkan berdasarkan kontribusi terhadap epidemikHIV. Populasi
sasaran survey perilaku antara lain : WPS langsung, WPS tidak langsung, sopir truk
dan kernetnya, pelaut dan nelayan serta remaja berusia 15-24 tahun, belum
menikah, laki-laki maupun perempuan, sekolah dan tidak sekolah.Dari uraian diatas
maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui perilaku berisiko tertular HIV pada
remaja jalanan di Kabupaten Jember.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan
deskriptif dengan maksud penelitian ini menggali permasalahan yang ingin diteliti
dan kemudian hasilnya di analisis dan disajikan secara deskriptif.Metode survey
digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah dimana
peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data dengan mengedarkan
kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya (Sugiyono, 2008).Sasaran
survei adalah remaja jalanan di wilayah Kabupaten Jember laki-laki dan perempuan,
berusia 15-24 tahun sebanyak 50 orang.
Hasil dan Pembahasan
1. KarakteristikRespondenresponden berikut ini menggambarkan distribusi
umur, jenis kelamin, pendidikan,dan pekerjaan. Lebih jelasnya seperti diuraikan
dalam tabel berikut
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik meliputi umur, jenis kelamin,

pendidikan,dan pekerjaan, Jember, 2011

Variabel Jumlah (N) Prosentase (%)


Umur (tahun)

Total 49 100
Jenis Kelamin
Jurnal IKESMA Volume 8 Nomor 2September 2012

Total 49 100
Pendidikan

Total 49 100
Pekerjaan

Total 49 100
Sumber: Data Primer 2011

Mayoritas responden berusia 15 – 17 tahun (44,89%), mayoritas laki-laki (98%),

kemudian berpendidikan SMU (67,3%) dan mayoritas tidak bekerja (49,2%) karena masih sekolah.

2. Pengetahuan responden mengenai HIV, PMS, dan kondom sebagai


Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan tahu atau tidaknya dengan HIV, PMS dan

pencegahan
Kondom, Jember, 2011

Pernah mendengar istilah HIV Jumlah (N) Prosentase (%)

Total
Tahu istilah PMS

Total
kondom dan kegunaan

Total
Sumber:MayoritasDataPrimerresponden2011 pernah mendengarkan istilah HIV (87,8%)

namun setelah dilanjutkan apakah arti HIV sebagian besar tidak mengetahui arti HIV

tersebut, beberapa ada yang menyebutkan bahwa HIV adalah virus, HIV penyakit yang

berbahaya, penyakit yang sulit disembuhkan karena hubungan berlainan jenis, dan

merupakan penyakit sex. Sedangkan untuk pengetahuan cara penularan HIV responden

telah mengetahui bahwa penularan HIV melalui hubungan seksual, sex bebas, berganti-

ganti pasangan, transfusi darah, suntik,narkoba, namun ada pula


Pudjo Wahjudi :Survei Surveilans Perilaku Berisiko Tertular ....

yang menyebutkan bahwa penularan HIV karena ciuman, kurang sehat, merokok dan
meludah.
Mayoritas responden (59,2%) tidak mengetahui istilah PMS , yaitu penyakit
menular sexsual, atau penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, dari
responden yang mengetahui arti PMS mereka juga dapat menyebutkan jenisnya.
Jenis PMS yang sering disebut oleh responden adalah sifilis dan HIV & AIDS, namun
ada juga responden yang menyebutkan hernia sebagai salah satu jenis PMS.
Berkaitan dengan cara pencegahannya, beberapa responden menjawab dengan
beragam seperti mendekatkan diri kepada Allah/ agama, tidak melakukan hubungan
seksual, menghidari berganti-ganti pasangan, menggunakan kondom. Selain itu
beberapa responden menjawab tidak tahu cara pencegahan PMS, steril, berobat,
tidak berdekatan dengan yang sakit.
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden tahu
tentang kondom (98,0%) dan mengetahui manfaat dari kondom, mereka menjawab
kegunaan kondom sebagai pelindung, pengaman, mencegah penularan penyakit
termasuk HIV, mencegah kehamilan, untuk melakukan hubungan seksual, dan
sebagai alat kontrasepsi. Hanya satu responden yang menjawab tidak tahu tentang
kondom dan kegunaan kondom.
Tabel3.Status3.DistribusiPernikahanrespondendanHuberdasarkanunganseksualselainstatuspernikahan,hubungan

seksual selain pernikahan, dan penggunaan kondom, Jember 2011

Status Pernikahan Jumlah (N) Prosentase(%)

Total 49 100
Sex lain diluar pernikahan

Total 49 100
Menggunakan Kondom
dlm pernikahan

Total 49 100
Menggunakan kondom dlm
sex selain pernikahan

Total 2 100
Sumber: Data Primer 2011
Jurnal IKESMA Volume 8 Nomor 2September 2012

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwahanya 12,2% yang telah menikah,
dan dari responden yang telah menikah ternyata ada 4,08% pernah melakukan
hubungan seksual selain pasangan pernikahannya. Responden juga pernah
menggunakan kondom dengan pasangan pernikahannya (6,12%) namun dalam
penggunaan kondom untuk sex diluar pernikahan, responden tidak pernah
menggunakan kondom (4,08%).
4Tabel.Melakukan4.DistribusiHubunganrespondenseksualberdasarkan/Freesex

hubungan seksual/free sex dan penggunaan kondom, Jember, 2011

Pernah melakukan hub Jumlah (N) Prosentase(%)


sexual 1 tahun terakhir

Total 49 100
Dengan siapa melakukan
hub sexual/ freesex

Total 49 100
Menggunakan kondom dlm
freesex

Total 49 100
Sumber: Data Primer 2011

Dapat diketahui dari tabel diatas bahwa terdapat 16,3% responden yang

pernah melakukan hubungan sexual/ freesex, dimana sebagian besar dilakukan

dengan pacar (10,3%) dan tidak pernah menggunakan kondom dalam melakukan

hubungan sexual(12,3%).
Pudjo Wahjudi :Survei Surveilans Perilaku Berisiko Tertular ....

Tabel5.Mengalami5.DistribusiGejalarespondenPMSdalamsetahunmengalamiterakhirgejala danPMS,pJemberngobatan2011PMS

Kencing panas Jumlah (N) Prosentase(%)

Total 49 100
Kencing nanah

Total 49 100
Luka/ Borok di area alat
kelamin

Total 49 100
Melakukan pengobatan
PMS

Total 49 100
Sumber: Data Primer 2011

Dapat diketahui bahwa hanya sedikit responden yang mengalami tanda atau
gejala PMS yaitu kencing panas (10,2%), kencing nanah (2%), dan luka/borok di
area alat kelamin(8,2%) dan ternyata sebagian besar tidak melakukan
pengobatan(12,3%).
Tabel6.Narkoba6.Distribusi responden berdasarkan tahu tidaknya dengan istilah narkoba

Mengenal istilah Narkoba Jumlah (N) Prosentase (%)

Total
Sumber: Data Primer 2011
Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden 87,8%mengenal

istilah Narkoba, responden juga mengerti arti narkoba yaitu obat yang terlarang,

membuat ketagihan, melayang/nge-fly/tidak sadar, obat yang merugikan dan

merusak. Namun ada juga yang mengatakan bahwa narkoba adalah miras,

perangsang, obat keras. Untuk jenis narkoba responden menyebutkan sabu-


Jurnal IKESMA Volume 8 Nomor 2September 2012

sabu, putau, heroin, ganja, ekstasi, suntik, pil, cairan, serbuk irex, exotom,

triapexidin, cimeng, distro. Untuk penggunakan narkoba suntik tidak ada sama

sekali responden yang menggunakan(0%).

7. Analisis Hasil Survey Surveilans Perilaku berdasarkan Indikator Kunci

TabelSurveilans.7.IndikatorPeilakuKunci Surveilans Perilaku

No. Indikator kunci Surveilans Perilaku % hasil penelitian


AIDS

denganberhubunganmenggunakanseks kondom saat

pasangan seks dalam setahun terakhir

dalam seminggu terakhir

seks komersial terakhir

pada seks komesial dalam setahun


untukuntuk WPSresponden pria dan seminggu terakhir

suntik

menular seksual dalam setahun terakhir 8,2% (kencing(luka/boroknanah),pd

alat kelamin)

bagiterakhiryang mengalami gejala PMS dalam setahun

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa remaja jalanan di Jember pernah

mendengar HIV & AIDS(87,8%) dan mengetahui cara pencegahan dengan

menggunakan kondom saat berhubungan seks (98%).


HASIL DAN PEMBAHASAN
Saat ini dunia tengah mengalami pandemikHIV. Pandemi ini tidak hanya

menimbulkan dampak negatif di bidang medis, tetapi juga di bidang sosial, ekonomi

dan politik.AIDS merupakan masalah global yang penting, dan merupakan masalah

yang sangat kompleks.Menurut WHO pada tahun 2003 sudah terdapat sekitar 120

juta penderita AIDS, 20 juta sampai dengan 30 juta diantaranya meninggal. Di Asia
Pudjo Wahjudi :Survei Surveilans Perilaku Berisiko Tertular ....

Tenggara, Indonesia termasuk kategori Negara dengan jumlah pengidap HIV


terbanyak, sejak 1987 sampai dengan 2001 diperkirakan mencapai 120.000 orang
(data resmi Depkes RI hanya menyebutkan 2.876 kasus sampai dengan Maret 2002).
Kelompok risiko tinggi tertular HIV & AIDS menurut Jayadi (1991) adalah pria
homoseksual, wanita dan pria tuna susila, penyalahguna narkotik suntik, penderita
hemophilia, penderita transfusi darah dan produk darah serta anak yang lahir dari
ibu yang sero pesitif HIV. Penderita penyakit menular seksual, narapidana, remaja,
korban narkotika di pusat-pusat rehabilitasi juga merupakan kelompok risiko tinggi
(Depkes RI,1998). Yang termasuk kelompok risiko rendah adalah : ibu hamil yang
diperiksa di BKIA/Puskesmas/RS, ibu- ibu yang diperiksa di klinik KB, donor darah,
petugas kesehatan yang terpapar dengan darah penderita, bayi baru lahir, anggota
ABRI/Polri yang baru masuk (Depkes RI, 1998).
Survei Surveilans Perilakubertujuan memantau perubahan perilaku seksual
dan penyuntikan berisiko dari waktu ke waktu. Survei perilaku ini menyediakan
informasi untuk menilai efektifitas upaya pencegahan dan mengembangkan
program selanjutnya.Salah satu populasi sasaran surveilans perilaku yang
dikelompokkan berdasarkan kontribusi terhadap epidemi HIV dalam penelitian ini
adalah remaja berusia 15-24 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, sekolah dan
tidak sekolah.
Survei surveilans perilaku merupakan komponen penting dalam sistem
surveilans HIV generasi kedua.Informasi penting yang diperoleh dari surveilans
Generasi kedua berdasarkan perubahan perilaku pada penyebaran HIV antara lain
adalah; perilaku sebagai sistem kewaspadaam dini, masukan pembuatan program,
evaluasi program dan membantu menjelaskan perubahan prevalensi HIV
(DFID,2000). Namun demikian, surveilans perilaku bukan berarti dapat menjawab
setiap pertanyaan tentang perilaku berisiko pada setiap kelompok sasaran.
Surveilans perilaku hanya terbatas pada kelompok sasaran. Dalam penelitian ini
terdapat kelemahannya yaitu kurangnya jumlah populasi yang tersurvey, hanya satu
populasi sasaran dan terdapat dua item indikator yang tidak terjawab.
Paket pendidikan untuk remaja harus dikemas agar lebih mudah difahami
remaja tetapi tetap efektif untuk mengembangkan pengendalian diri mereka.
Anjuran pengendalian diri bagi remaja untuk tidak melakukan hubungan seksual
sampai saat menikah sebaiknya selalu dikaitkan dengan sistem keberagaman
masyarakat (aspek keimanan). Selain itu, paket informasi HIV & AIDS untuk remaja
juga perlu dilengkapi dengan informasi untuk meningkatkan kewaspadaan remaja
akan berbagai bentuk rangsangan dan rayuan yang datang dari lingkungan remaja
sendiri ( ). Memang tidak mudah bagi remaja di era keterbukaan sekarang peerini
pressureuntukmelawan derasnya informasi yang cenderung semakin merangsang
munculnya gairah nafsu seks remaja. Jika benteng pengendalian diri mereka lemah
dan kurang mewaspadai gejolak nafsu remaja yang setiap saat bisa muncul
kepermukaan, mereka akan mudah sekali masuk dalam perangkap kenikmatan
pergaulan bebas (Muninjaya, 1998)
Orang tua yang memiliki remaja juga harus dilibatkan agar mereka

mewaspadai kesempatan terjadinya hubungan seks bebas dalam pergaulan remaja


Jurnal IKESMA Volume 8 Nomor 2September 2012

saat ini. Orang tua dibutuhkan sebagai teladan yang baik dalam penerapan

pengendalian diri di kalangan remaja. Dimensi “ketahanan diri” seorang remaja

untuk tidak melakukan hubungan seks pra nikah sangat tergantung dari faktor

pengendalian diri, kewaspadaan, dan kasih sayang orang tua. Pendidikan budi

pekerti di rumah dan di sekolah mungkin salah satu jawaban untuk memperkuat

benteng ketahanan diri remaja (Muninjaya, 1998)

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Mayoritas responden pernah mendengarkan istilah HIV, tidak mengetahui
istilah PMS, tahu tentang kondom dan kegunannya, hanya sedikit responden yang
telah menikah, dan dari responden yang telah menikah ternyata ada yang pernah
melakukan hubungan seksual selain pasangan pernikahannya. Menggunakan
kondom dengan pasangan pernikahannya namun dalam penggunaan kondom untuk
sex komersial, responden tidak pernah menggunakan kondom sebagian kecil
responden pernah melakukan hubungan sexual/ freesex, dimana sebagian besar
dilakukan dengan pacar dan tidak pernah menggunakan kondom dalam melakukan
hubungan sexual.
Saran Hanya sedikit responden yang mengalami tanda atau gejala PMS yaitu kencing
panas, kencing nanah dan luka/borok di area alat kelamindan ternyata
hanya sebagian kecilyang melakukan pengobatan. Sebagian besar

respondenmengenal istilah Narkoba,dan 0% menggunakan narkoba suntik. Saran

yang diberikan adalah dengan tingginya pengetahuan remaja sehingga membuat

remaja dapat merubah perilaku menjadi lebih sehat, waspada terhadap penyakit HIV

& AIDS, menguatkan diri remaja untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum

menikah dan menghindari perilaku berisiko lainnya.


DAFTAR RUJUKAN

Burns, A. A. 2005. Bila Perempuan Tidak.YogyakartaAdaDokter:Insist:PanduanPress Perawatan

dan Pengobatan Perempuan


Kesehatan Badan Pusat Statistik danDepartemen Kesehatan RI, 2002.Survei

Surveilans DepartemenPerilakuKesehatan–PedomanRI,DirjenPewawancaraP2MPLP, 1998.

Departemen Kesehatan RI, 2003. Prosedur Tetap Surveilans,DepartemenAIDS


Kesehatan Republik IndonesiaPedoman.DirektoratSurveilansJenderalSentinelPemberantasanHIV

Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta


Pudjo Wahjudi :Survei Surveilans Perilaku Berisiko Tertular ....

DFID (Department for International Development), 2000. Behavioral Surveillance

Surveys, Guidelines for repeated behavioral Surveys in population at risk of


Dunn, W.N. 1988. , Yogyakarta. Penerbit PT. Hanindita.

http://kompas. com/kompas- cetak/0405/10/swa ra /1014909.h tm : sitasi 20 Maret HIV. Analisa Kebi ja ksanaan Publik

2008

http://situs.kesrepro.info/pmshiivAIDS/des/200Kebijakan publik : sitasi 20 Maret


2008
http://www.depkes.go.id/downloads/HIV-AIDS.pdf : 20 Maret 2008
http://www.dinkesjatim.go.id/berita-detail.html?news _id=200 : sitasi 19 Maret
Muninjaya, A.A. G. 1998.
2008 Metode . Jakarta, EGC.

AIDS di Indonesia: masalah dan kebijakan

Sugiyono, 2008. Implication of Racial and Gender R&D. Alfabeta Bandung.

penanggulangannya
Tucker, Carolyn, 2004, Penelitian Kuantitatif danKualitatif
Differences In Patterns of
,
Perspectives on Sexual and Reproductive Health. Volume 36, Number 6,

Adolescent Risk Behavior for HIV And Other sexually Transmitted Dis ase
November/December

Wahab, S. A. 2005. , Jakarta, Bumi aksara


Analisis Kebijakan : D ri Formulasi ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara

You might also like