Debt To Total Asset Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Income Smoothing

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

PENGARUH COMPANY SIZE, RETURN ON ASSET, NET PROFIT MARGIN, TOTAL

DEBT TO TOTAL ASSET DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP INCOME


SMOOTHING

Wiwit Sugiarto
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta
e-mail: wiwit.sugiarto02@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the significance of the influence of the
size of the company, return on assets, net profit margin, total debt to total assets and
debt to equity ratio partially or simultaneously against income smoothing on
corporate real estate and property in the Indonesia stock exchange. Analyze the
dominant variables that affect income smoothing on corporate real estate and
property in the Indonesia stock exchange. This research uses a correlation study
approach. The population in this research is all real estate companies and property
were listed on the Indonesia stock exchange for the period 2011-2013, amounting to
as much as 41 companies. The sample in this study as many as 30 companies,
sampling techniques using a purposive sampling. Technique of data analysis in this
study using logistic regression analysis. The research results obtained conclusions:
Variable size enterprise size companies, return on assets, net profit margin, total debt
to total assets and debt to equity ratio partially or simultaneously do not affect
significantly to income smoothing. The results of the analysis showed that the return
on asset was the dominant variables that affect income smoothing on corporate real
estate and property.

Keywords: company size, return on assets, net profit margin, total debt to total
assets, debt to equity ratio and income smoothing

PENDAHULUAN
Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan merupakan kebutuhan
yang paling mendasar pada proses pengambilan keputusan bagi investor di pasar modal. Salah
satu sumber informasi tersebut adalah laporan keuangan. Laporan keuangan yang merupakan
salah satu sarana untuk menunjukkan kinerja manajemen yang diperlukan investor dalam menilai
maupun memprediksi kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada.
Walaupun semua isi dari laporan keuangan bermanfaat bagi para pemakai, namun biasanya
perhatian lebih banyak ditujukan pada informasi laba. Sering kali perhatian investor yang hanya
terpusat pada laba ini membuatnya tidak memperhatikan prosedur yang digunakan untuk
menghasilkan informasi laba tersebut.
Laporan keuangan merupakan sarana utama untuk memperoleh informasi keuangan yang
dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan
ekonomi. Salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan adalah laba.
Pentingnya informasi laba disadari oleh manajemen sehingga manajemen cenderung melakukan
disfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya) yang dipengaruhi oleh adanya asimetri
informasi dalam konsep teori keagenan. Konflik keagenan akan muncul apabila tiap-tiap pihak,
baik principal maupun agent mempunyai perbedaan kepentingan dan ingin memperjuangkan
kepentingan masing-masing.

322 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 11 Edisi Khusus Desember 2015: 322 – 334
Oleh karena dilandasi hal tersebut, maka mendorong manajer untuk melakukan manajemen
laba atau manipulasi atas laba. Salah satu bentuk manipulasi laba adalah perataan laba seperti
yang dikatakan oleh Kustiani dan Ekawati (2006: 56) menyebutkan bahwa perataan laba adalah
proses manipulasi suatu laporan keuangan agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil.
Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai usaha manajemen
untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan (Nasir dkk., 2002). Tindakan perataan laba
adalah suatu sarana yang dapat digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan
penghasilan dan memanipulasi variabel-variabel akuntansi atau dengan melakukan transaksi-
transaksi riil. Tindakan ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan laba
menjadi menyesatkan. Oleh karena itu, akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, khususnya
pihak eksternal.
Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba umumnya didasarkan atas berbagai
alasan baik untuk memuaskan kepentingan pemilik perusahaan, seperti menaikkan nilai dari
perusahaan, sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko
yang rendah, menaikkan harga saham perusahaan, sehingga menarik minat calon investor untuk
melakukan keputusan investasi di perusahaan yang bersangkutan.
Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu pola dari manajemen laba.
Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba umumnya didasarkan atas berbagai alasan
diantaranya untuk memuaskan kepentingan pemilik perusahaan seperti menaikkan nilai
perusahaan sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko
ketidakpastian yang rendah (Juniarti dan Corolina, 2005), menaikkan harga saham perusahaan,
dan untuk memuaskan kepentingannya sendiri, seperti mendapatkan kompensasi dan
mempertahankan posisi jabatan.
Perusahaan yang ukurannya lebih besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih
besar untuk melakukan perataan laba (Suwito dan Herawaty, 2005). Berdasarkan political cost
hypothesis dalam teori akuntansi positif dikemukakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk
melakukan pengelolaan atas laba di antaranya melakukan income decreasing saat memperoleh
laba tinggi untuk menghindari munculnya peraturan baru dari pemerintah, contohnya menaikkan
pajak penghasilan perusahaan.
Ditinjau dari net profit margin yang merupakan bagian dari profitabilitas perusahaan
melalui pengukuran antara rasio laba bersih setelah pajak dengan total penjualan di mana laba
bersih setelah pajak sering digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan
ekonomi yang berhubungan dengan perusahaan sehingga sering dijadikan tujuan perataan laba
oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba dan menunjukkan kepada pihak luar bahwa
kinerja manajemen perusahaan tersebut telah efektif (Azhari, 2010).
Debt to equity ratio yang merupakan bagian dari leverage rasio, di mana semakin tinggi
rasio leverage berarti semakin besar pula proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari
hutang. Perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki risiko menderita kerugian besar. DER
menggambarkan kemampuan perusahaan dengan modal sendiri untuk menjamin hutang yang
dimiliki dan menunjukkan proporsi pembelanjaan perusahaan yang dibiayai oleh pemegang
saham (modal sendiri) dan dibiayai dari pinjaman. Berpengaruhnya DER diduga karena
perusahaan cenderung melanggar perjanjian hutang ketika mengalami default (tidak dapat
melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo) karena kesulitan keuangan. Jika hutang
perusahaan semakin besar, maka risiko yang akan ditanggung pemilik modal juga akan semakin
besar sehingga investor dan kreditur akan takut untuk berinvestasi atau meminjamkan dananya
kepada perusahaan. Oleh karena kondisi tersebut menimbulkan keinginan manajemen untuk
melakukan praktik perataan laba (Santoso, 2010).
Praktik perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda
dengan laba yang sesungguhnya (Prasetio, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa laba adalah

Pengaruh Company Size, Return on Asset, Net Profit Margin, Total Debt to Total Asset … (Wiwit S.) 323
sesuatu yang paling dipertimbangkan oleh investor untuk mengambil keputusan apakah akan
melakukan investasi atau tidak. Oleh karena itu, manajer berusaha memberikan informasi yang
akan meningkatkan nilai perusahaan dan kualitas manajemen di mata investor.
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba pada perusahaan publik
yang listing pada Bursa Efek Indonesia sejauh ini telah banyak dilakukan, berdasarkan hasil
penelitian-penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk menguji kembali faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap praktik perataan laba yaitu ukuran perusahaan, return on asset, net profit
margin, total debt to total asset dan debt to equity ratio. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Olivya Pramono (2013) tentang analisis pengaruh ROA, NPM, DER, dan SIZE terhadap praktik
perataan laba menunjukkan bahwa variabel ROA, NPM, DER, dan SIZE tidak berpengaruh
signifikan terhadap perataan laba. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ni Nyoman Ayu Suryandari (2012) yang meneliti tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi income smoothing. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya ukuran perusahaan
yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap income smoothing, sedangkan Return on Asset,
Net Profit Margin, Total Debt to Total Asset, dan Debt to Equity Ratio tidak mempengaruhi
praktik income smoothing.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis signifikansi pengaruh ukuran perusahaan, return
on asset, net profit margin, total debt to total asset dan debt to equity ratio secara parsial maupun
secara simultan terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property di Bursa
Efek Indonesia. Menganalisis variabel yang dominan pengaruhnya (ukuran perusahaan, return on
asset, net profit margin, total debt to total asset atau debt to equity ratio) yang dominan
pengaruhnya terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property di Bursa Efek
Indonesia.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan correlational study. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua perusahaan-perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia untuk periode 2011-2013, yaitu sebanyak 41 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 30 perusahaan, teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis logistic regression.
Definisi operasional variabel dan pengukurannya adalah sebagai berikut:
1. Income Smoothing
Merupakan variabel dummy di mana kelompok usaha yang melakukan income smoothing
diberi nilai 1 sedangkan jika tidak diberi nilai 0. Index yang digunakan adalah index eckel
yang dihitung sebagai berikut:
CV I
Index income smoothing = -------------- (Ni Nyoman Ayu Suryandari, 2012: 201)
CVΔS
Di mana:
CV I : koefisien variasi untuk perubahan laba bersih
CVΔS : koefisien variasi untuk perubahan penjualan
ΔI : perubahan laba bersih dalam satu periode
ΔS : perubahan penjualan dalam satu periode
CV : koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi nilai yang diharapkan
CVΔI dan CVΔS dapat dihitung sebagai berikut:

CVΔI dan CVΔS = ((Ni Nyoman Ayu Suryandari, 2012: 201)

324 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 11 Edisi Khusus Desember 2015: 322 – 334
Di mana:
Δx : perubahan laba bersih atau penjualan
ΔX : rata-rata perubahan laba bersih atau penjualan
N : banyaknya tahun yang diamati
Nilai index income smoothing ≥ 1 berarti perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan
yang melakukan income smoothing. Sebaliknya index income smoothing < 1 maka
perusahaan digolongkan melakukan income smoothing.

2. Company Size
Company size adalah skala untuk menentukan besar kecilnya perusahaan. Ukuran untuk
menentukan company size adalah dengan log natural dari net sales. Secara matematis ukuran
perusahaan (size) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Size = Ln Total Assets (Suwito dan Herawaty, 2005)

3. Return On Asset
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Return on asset (ROA) dapat digunakan
untuk mengukur keuntungan bersih sebelum pajak yang diperoleh dari penggunaan aktiva.
Return on Asset (ROA) diukur dengan menggunakan rumus:

Laba Bersih
Return On Aset (ROA) = -------------------- x 100%
Total Asset
(Brigham dan Houston, 2001: 90)

4. Net profit margin


Net Profit Margin (NPM) digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak terhadap penjualan. Rasio ini
menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh terhadap setiap penjualan.
Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba yang tinggi. Net profit margin (NPM) diukur dengan menggunakan rumus:

Keuntungan Setelah Pajak (EAT)


NPM = ---------------------------------------- x 100% (Bambang Riyanto, 2002: 336)
Penjualan Neto

5. Total Debt To Total Asset


Total Debt To Total Asset merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik hutang
jangka pendek (current liability) dan hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total
aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva tetap (fixed assets) dan
aktiva lainnya (other assets). Rumus yang digunakan untuk mengukur debt to total asset ratio
adalah:

Total Hutang
Total Debt to Total Asset = ------------------------- (Bambang Riyanto, 2002: 336)
Total Aktiva

6. Debt To Equity Ratio


DEBT TO EQUITY RATIO (DER) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menutup sebagian atau seluruh hutang-hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek

Pengaruh Company Size, Return on Asset, Net Profit Margin, Total Debt to Total Asset … (Wiwit S.) 325
dengan dana yang berasal dari total modal dibandingkan besarnya hutang. Debt to Equity
Ratio (DER) diukur dengan menggunakan rumus:

Total hutang
Debt to Equity Ratio = ---------------------------- (Darsono dan Anshari, 2005: 54)
Jumlah modal sendiri

Teknik analisis data menggunakan:


1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji multikolinearitas bertujuan mendeteksi adanya multikolinearitas dengan melihat nilai
tolerance dan Varians Inflation Factor (VIF) yang dilakukan dengan bantuan komputer
program SPSS.
b. Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Run bertujuan untuk melihat apakah data residual
terjadi secara random atau tidak.
c. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser, yaitu dengan cara meregres nilai
absolut residual terhadap variabel independen.
d. Uji normalitas atas residual dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov melalui alat bantu
komputer program SPSS 21.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan analisis logistic regression.

HASIL PENELITIAN
1. Hasil Uji Multikoliniearitas
Uji multikolineritas berguna untuk menguji, apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antara variabel bebas. Pada umumnya, apabila ditemukan korelasi di atas 0,9 di antara
variabel bebasnya maka terdapat indikasi multikolinearitas. Untuk mencegah terjadinya
multikolinearitas antar variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, return on asset, net profit
margin, total debt to total asset dan debt to equity ratio dilakukan pengujian korelasi dengan
pearson correlation test.

Tabel 1: Hasil Uji Multikoliniearitas


Correlation Matrix

Constant X1 X2 X3 X4 X5
Step Constant 1.000 -.899 -.725 .355 -.319 .428
1 X1 -.899 1.000 .557 -.466 -.060 -.086
X2 -.725 .557 1.000 -.417 .323 -.425
X3 .355 -.466 -.417 1.000 -.075 .128
X4 -.319 -.060 .323 -.075 1.000 -.969
X5 .428 -.086 -.425 .128 -.969 1.000

Sumber: Pengolahan data sekunder 2015

Hasil dari pengujian terlihat pada Tabel 1 di atas menunjukkan nilai korelasi ukuran
perusahaan sebesar -0,899, nilai korelasi return on asset sebesar -0,725, nilai korelasi net
profit margin sebesar 0,355, nilai korelasi total debt to total asset sebesar -0,319 dan nilai
korelasi debt to equity ratio 0,428, semuanya memiliki korelasi < 0,9). Hal ini menunjukkan
bahwa antar variabel bebas tidak ada hubungan yang kuat, atau dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa model ini tidak mengandung unsur multikolinearitas.

326 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 11 Edisi Khusus Desember 2015: 322 – 334
2. Uji Persamaan Koefisien Model Regresi

Tabel 2: Hasil Pengujian Regresi Logistik


Variable s in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step
a X1 .660 .806 .670 1 .413 1.934
1 X2 38.865 27.005 2.071 1 .150 8E+016
X3 -1.361 5.977 .052 1 .820 .256
X4 9.058 25.051 .131 1 .718 8588.472
X5 -6.205 9.175 .457 1 .499 .002
Constant -11.567 10.083 1.316 1 .251 .000
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5.

Sumber: Data penelitian diolah 2015

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik diperoleh persamaan garis regresinya sebagai
berikut:

P (smoothing)
Ln = -------------------- -11,567 + 0,660X1 + 38,865X2 - 1,3613X3 + 9,058X4 – 6,205X5
1-P (smoothing)

Interpretasi dari persamaan regresi tersebut adalah:


a : -0,11,567 artinya jika ukuran perusahaan, return on asset, net profit margin, total debt
to total asset dan debt to equity ratio sama dengan nol, maka income smoothing pada
perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah
negatif.
b1 : 0,660 artinya pengaruh variabel ukuran perusahaan terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia positif,
artinya apabila ukuran perusahaan meningkat, maka dapat meningkatkan income
smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, dengan asumsi variabel return on asset, net profit margin, total debt to
total asset dan debt to equity ratio dianggap tetap.
b2 : 0,38,865 artinya pengaruh variabel return on asset terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia positif,
artinya apabila return on asset meningkat, maka dapat meningkatkan income
smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia positif, dengan asumsi variabel ukuran perusahaan, net profit margin, total
debt to total asset dan debt to equity ratio dianggap tetap.
b3 : -1,361 artinya pengaruh variabel net profit margin terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia negatif,
artinya apabila net profit margin meningkat, maka dapat menurunkan income
smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, dengan asumsi variabel ukuran perusahaan, return on asset, total debt to
total asset dan debt to equity ratio dianggap tetap.
b4 : 9,058 artinya pengaruh variabel net profit margin terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia positif,
artinya apabila total debt to total asset meningkat, maka dapat meningkatkan income
smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek

Pengaruh Company Size, Return on Asset, Net Profit Margin, Total Debt to Total Asset … (Wiwit S.) 327
Indonesia, dengan asumsi variabel ukuran perusahaan, return on asset, net profit
margin dan debt to equity ratio dianggap tetap.
b5 : -6,205 artinya pengaruh variabel debt to equity ratio terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia negatif,
artinya apabila debt to equity ratio meningkat, maka dapat menurunkan income
smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, dengan asumsi variabel ukuran perusahaan, return on asset, net profit
margin dan total debt to total asset dianggap tetap.
Dari analisis tersebut, maka variabel yang dominan pengaruhnya terhadap income
smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
adalah variabel return on asset, karena nilai koefisien regresinya paling besar yaitu 38,865 di
antara koefisien regresi variabel bebas yang lain.
Adapun hasil analisis uji t adalah:
a. Pengujian signifikansi pengaruh ukuran perusahaan terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh
probability value sebesar 0,413 > 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada pengaruh yang
signifikan ukuran perusahaan terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and
property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ―Ada
pengaruh yang signifikan Company Size terhadap income smoothing pada perusahaan real
estate and property di Bursa Efek Indonesia‖, tidak terbukti kebenarannya.
b. Pengujian signifikansi pengaruh return on asset terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh
probability value sebesar 0,150 > 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada pengaruh
signifikan return on asset terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and
property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ―Ada
pengaruh yang signifikan return on asset terhadap income smoothing pada perusahaan
real estate and property di Bursa Efek Indonesia‖, tidak terbukti kebenarannya.
c. Pengujian signifikansi pengaruh net profit margin terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh
probability value sebesar 0,820 > 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada pengaruh
signifikan net profit margin terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and
property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ―Ada
pengaruh yang signifikan net profit margin terhadap income smoothing pada perusahaan
real estate and property di Bursa Efek Indonesia‖, tidak terbukti kebenarannya.
d. Pengujian signifikansi pengaruh total debt to total asset terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh
probability value sebesar 0,718 > 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada pengaruh
signifikan total debt to total asset terhadap income smoothing pada perusahaan real estate
and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga hipotesis yang berbunyi:
―Ada pengaruh yang signifikan total debt to total asset terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property di Bursa Efek Indonesia‖, tidak terbukti
kebenarannya.
e. Pengujian signifikansi pengaruh debt to equity ratio terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh
probability value sebesar 0,251 > 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada pengaruh
signifikan debt to equity ratio terhadap income smoothing pada perusahaan real estate
and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga hipotesis yang berbunyi:
―Ada pengaruh yang signifikan debt to equity ratio terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property di Bursa Efek Indonesia‖, tidak terbukti
kebenarannya.

328 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 11 Edisi Khusus Desember 2015: 322 – 334
3. Uji F
Hasil analisis diperoleh bahwa secara simultan variabel bebas (ukuran perusahaan,
return on asset, net profit margin, total debt to total asset dan debt to equity ratio) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (income smoothing), yang dibuktikan
dengan hasil Chi-Square sebesar 5,050 dengan p-value 0,410 > 0,05.

4. Koefisien Determinasi
Hasil analisis diperoleh nilai R² sebesar 0,324 atau 32,4%, yang artinya variabel bebas
(ukuran perusahaan, return on asset, net profit margin, total debt to total asset dan debt to
equity ratio) mempengaruhi variabel terikat (income smoothing) sebesar 32,4 persen.
Selebihnya sebesar 67,6 persen lainnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.

PEMBAHASAN
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Income Smoothing
Hasil penelitian ini menunjukkan Exp (B) sebesar 0,660 dan tingkat signifikansi 0,413 >
0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan ukuran perusahaan
terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ―Ada pengaruh yang signifikan ukuran
perusahaan terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property di Bursa
Efek Indonesia‖, tidak terbukti kebenarannya.
Hal tersebut dapat peneliti jelaskan bahwa secara teoritis, ukuran perusahaan dapat
mempengaruhi praktik perataan laba, sebagaimana yang dipaparkan oleh Budiasih (2007)
bahwa perusahaan-perusahaan besar tidak hanya memperoleh perhatian dari para investor
saja, akan tetapi mendapat perhatian juga dari pemerintah dan masyarakat umum. Hal ini
menuntut manajemen untuk mempertahankan reputasi perusahaan mereka, maka dari itu
perusahaan yang besar lebih cenderung meratakan labanya agar laba yang dilaporkan tidak
fluktuatif. Perusahaan besar mendapat perhatian dari masyarakat karena dianggap dapat
mempunyai prospek yang bagus dalam mengembangkan dana dalam berbisnis investasi,
sedangkan perhatian pemerintah yakni dalam hal pembayaran pajak, karena perusahaan besar
akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan kas negara.
Hasil penelitian ini berarti tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa ukuran perusahaan
dapat mempengaruhi praktik perataan laba. Ukuran perusahaan yang semula diyakini dapat
dijadikan parameter dalam meneliti pengaruhnya terhadap praktik perataan laba, ternyata
dalam penelitian ini terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal
ini diduga karena ukuran perusahaan tidak cukup hanya diidentikkan dengan total assets yang
dimiliki oleh suatu perusahaan saja, tetapi dapat juga diukur dari volume usahanya, maupun
dari pemakaian sumber daya alamnya dalam pemenuhan kebutuhan produksinya. Menurut
Muchammad (2001) dalam Juniarti dan Corolina (2005), bahwa besaran perusahaan tidak
selamanya diidentikkan dengan banyaknya assets yang dimiliki oleh suatu perusahaan,
namun besaran perusahaan juga dapat pula diidentikkan dengan padat karya, yakni seberapa
banyak perusahaan menghasikan karyanya dalam suatu periode tertentu. Hal ini memberikan
suatu kesimpulan bahwa nilai total assets kurang tepat untuk dijadikan satu-satunya tolok
ukur untuk besaran suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan yang diukur berdasar pada nilai total aktiva ini yang semula diduga
dapat mempengaruhi praktik perataan laba ternyata tidak ditemukan bukti empiris dalam
penelitian ini. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Olivya
Pramono (2013) yang menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap praktik perataan laba.

Pengaruh Company Size, Return on Asset, Net Profit Margin, Total Debt to Total Asset … (Wiwit S.) 329
2. Pengaruh Return On Asset terhadap Income Smoothing
Hasil penelitian ini menunjukkan Exp (B) sebesar 38,865 dan tingkat signifikansi 0,150
> 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan return on asset
terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ―Ada pengaruh yang signifikan return on
asset terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property di Bursa Efek
Indonesia‖, tidak terbukti kebenarannya.
Hasil penelitian ini walaupun return on asset berpengaruh signifikan terhadap income
smoothing, namun ROA memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 38,865
yang artinya ROA menunjukkan kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba dengan
memanfaatkan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi. Semakin besar perubahan
ROA menunjukkan semakin besar fluktuasi kemampuan manajemen dalam menghasilkan
laba (Budiasih, 2009). ROA digunakan investor dalam memprediksi laba dan memprediksi
risiko dalam investasi sehingga memberikan dampak pada kepercayaan investor terhadap
perusahaan. Sehubungan dengan itu, manajemen termotivasi untuk melakukan praktik
perataan laba agar laba yang dilaporkan tidak berfluktuatif sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan investor. Hal ini sesuai dengan teori political cost hypotesisi dalam positive
accounting theory yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan akan memilih prosedur-
prosedur akuntansi yang dapat menunda pelaporan laba periode saat ini ke periode yang akan
datang. Hal ini bertujuan untuk menghindari kewajiban pajak dan berbagai aturan yang tidak
menguntungkan perusahaan.
Return on Assets (ROA) merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya
perusahaan, yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Perusahaan yang
memiliki ROA yang lebih tinggi cenderung melakukan perataaan laba dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih rendah karena manajemen tahu akan kemampuan untuk mendapatkan
laba pada masa mendatang sehingga memudahkan dalam menunda atau mempercepat laba.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ratih Kartika Dewi dan
Zulaikha (2011) dan Ni Nyoman Ayu Suryandari (2012) yang menyatakan bahwa return on
asset tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing. Hasil penelitian ini juga
konsisten dengan hasil penelitian Kartika Shintia Dewi dan Prasetiono (2012) serta Olivya
Pramono (2013) yang menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh return on asset terhadap
income smoothing yang dilakukan oleh perusahaan.

3. Pengaruh Net Profit Margin terhadap Income Smoothing


Hasil penelitian ini menunjukkan Exp (B) sebesar -1,361 dan tingkat signifikansi 0,820
> 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan net profit margin
terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ―Ada pengaruh yang signifikan net profit
margin terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property di Bursa Efek
Indonesia‖, tidak terbukti kebenarannya.
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, temuan ini tidak sesuai dengan
prediksi bahwa tingkat Net Profit Margin (NPM) akan berpengaruh terhadap terjadinya
praktik perataan laba. Hal ini disebabkan karena investor lebih memperhatikan rasio
profitabilitas yang mengukur dihasilkannya laba bersih dari setiap nilai aktiva yang dimiliki
perusahaan, daripada nilai laba bersih yang dihasilkan dari setiap kegiatan operasi perusahaan
(penjualan). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Ayu
Suryandari (2012) yang menyatakan bahwa net profit margin tidak berpengaruh signifikan
terhadap income smoothing. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Olivya
Pramono (2013) dan Dina Rahmawati dan Dul Muid (2012) yang menyimpulkan bahwa tidak
ada pengaruh net profit margin terhadap income smoothing yang dilakukan oleh perusahaan.

330 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 11 Edisi Khusus Desember 2015: 322 – 334
4. Pengaruh Total Debt to Total Asset terhadap Income Smoothing
Hasil penelitian ini menunjukkan Exp (B) sebesar 9,058 dan tingkat signifikansi 0,499 >
0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan debt to total asset
terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ―Ada pengaruh yang signifikan total debt
to total asset terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property di Bursa
Efek Indonesia‖, tidak terbukti kebenarannya.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan perumusan hipotesis yang mengemukakan
perusahaan yang berada diposisi terancam melakukan perjanjian hutang cenderung akan
melakukan praktik perataan laba. Hasil penelitian yang berbeda ini dapat terjadi karena
perusahaan sampel memiliki rata-rata rasio total debt to total asset sebesar 0,47%. Hal
tersebut berarti rata-rata perusahaan memiliki tingkat utang yang rendah atau dengan kata lain
perusahaan memiliki aset untuk yang lebih besar guna melaksanakan kewajiban-kewajiban
perusahaan (kewajiban liabilitas maupun kewajiban solvabilitas) sehingga perusahaan tidak
terlalu khawatir akan risiko keuangan yang mereka miliki.
Salah satu alasan lainnya mengapa total debt to total asset tidak berpengaruh terhadap
praktik income smoothing yang dilakukan perusahaan, dikarenakan perusahaan sampel yang
diamati rata-rata memiliki aktiva yang lebih besar dibandingkan dengan hutang yang dimiliki
sehingga perusahaan tersebut mampu memenuhi solvabilitasnya. Selain itu juga risiko yang
disebabkan hutang perusahaan dapat berkurang dikarenakan pasar modal memberikan
kemudahan dalam memfasilitasi pembayaran hutang perusahaan, di mana perusahaan publik
di Bursa Efek Indonesia saat ini mendapatkan kemudahan pinjaman efek dari PT Kliring dan
Penjamin Efek di Indonesia (KPEI) di bawah pengawasan Bapepam, kemudian penerbitan
surat utang negara (SUN) serta obligasi (Pratiwi, 2013).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ratih Kartika Dewi dan
Zulaikha (2011) yang menyatakan bahwa total debt to total asset tidak memiliki pengaruh
terhadap income smoothing. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Ni
Nyoman Ayu Suryandari (2012) yang menyimpulkan bahwa tidak adanya pengaruh total debt
to total asset perusahaan terhadap income smoothing yang dilakukan oleh perusahaan.

5. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Income Smoothing


Hasil penelitian ini menunjukkan Exp (B) sebesar -6,205 dan tingkat signifikansi 0,499
> 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan debt to equity ratio
terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ―Ada pengaruh yang signifikan debt to
equity ratio terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property di Bursa
Efek Indonesia‖, tidak terbukti kebenarannya.
Hal tersebut dapat peneliti jelaskan bahwa nilai koefisien regersi variabel debt to equity
ratio negatif sebesar -6,205 bermakna bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat
utang yang tinggi cenderung tidak melakukan perataan laba. Justru perataan laba itu lebih
banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tingkat utangnya rendah.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kartika Shintia Dewi
dan Prasetiono (2012) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh
signifikan terhadap income smoothing. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil
penelitian Dina Rahmawati dan Dul Muid (2012) dan Dina Rahmawati dan Dul Muid (2012)
yang menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh debt to equity ratio terhadap income
smoothing yang dilakukan oleh perusahaan.

Pengaruh Company Size, Return on Asset, Net Profit Margin, Total Debt to Total Asset … (Wiwit S.) 331
6. Pengaruh ukuran perusahaan, return on asset, net profit margin, total debt to total asset
dan debt to equity ratio secara simultan terhadap income smoothing
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai Chi-Square sebesar 5,050 dengan p-value 0,410
> 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan ukuran perusahaan,
return on asset, net profit margin, total debt to total asset dan debt to equity ratio secara
simultan terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ―Ada pengaruh yang signifikan
ukuran perusahaan, return on asset, net profit margin, total debt to total asset dan debt to
equity ratio secara simultan terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and
property di Bursa Efek Indonesia‖, tidak terbukti kebenarannya.
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, temuan penelitian ini tidak sesuai
dengan prediksi bahwa ukuran perusahaan, return on asset, net profit margin, total debt to
total asset dan debt to equity ratio secara simultan akan berpengaruh terhadap terjadinya
praktik perataan laba. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor tersebut diperoleh berdasarkan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Di mana laporan keuangan hanya
merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama suatu
periode tertentu. Informasi-informasi tersebut tidak mencerminkan unsur-unsur yang dapat
mempengaruhi motivasi manajer secara langsung dalam melakukan praktik perataan laba.
Informasi lainnya, selain informasi akuntansi yang berasal dari laporan keuangan, memiliki
kemungkinan yang lebih besar dapat mempengaruhi terjadinya praktik perataaan laba secara
signifikan.

7. Variabel yang Dominan


Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang dominan pengaruhnya
terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia adalah variabel return on asset, karena nilai koefisien regresinya paling besar
yaitu 38,865 di antara koefisien regresi variabel bebas yang lain.

KESIMPULAN
Hasil penelitian diperoleh diperoleh kesimpulan: Variabel ukuran perusahaan memiliki
koefisien regresi positif dan tingkat signifikansinya memiliki nilai signifikan lebih besar dari
0,05. Artinya, ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property di Bursa Efek Indonesia. Variabel return on asset memiliki
koefisien regresi positif dan tingkat signifikansinya memiliki nilai signifikan lebih besar dari
0,05. Artinya, return on asset tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property di Bursa Efek Indonesia. Variabel net profit margin memiliki
koefisien regresi negatif dan tingkat signifikansinya memiliki nilai signifikan lebih besar dari
0,05. Artinya, net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing pada
perusahaan real estate and property di Bursa Efek Indonesia. Variabel total debt to total asset
memiliki koefisien regresi positif dan tingkat signifikansinya memiliki nilai signifikan lebih besar
dari 0,05. Artinya, total debt to total asset tidak berpengaruh signifikan terhadap income
smoothing pada perusahaan real estate and property di Bursa Efek Indonesia. Variabel debt to
equity ratio memiliki koefisien regresi negatif dan tingkat signifikansinya memiliki nilai
signifikan lebih besar dari 0,05. Artinya, debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai Chi-Square sebesar positif dengan p-value lebih besar
0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan ukuran perusahaan, return
on asset, net profit margin, total debt to total asset dan debt to equity ratio secara simultan
terhadap income smoothing pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.

332 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 11 Edisi Khusus Desember 2015: 322 – 334
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim dan Mamduh M. Hanafi, 2000, Analisis Laporan Keuangan, UPP AMD YKPN,
Yogyakarta
Agnes Sawir, 2004, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan. Perusahaan,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Azhari, 2010, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI (2004-2008). Jurnal Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.
Bambang Riyanto, 2002, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, BPFE,
Yogyakarta.
Belkaoui, Ahmed Riahi, 2006. Teori Akuntansi, Edisi Kelima, Terjemahan Ali. Akbar Yulianto,
Risnawati Dermauli, Salemba Empat, Jakarta.
Brigham, Eugene F. & Houston, 2001, Fundamental of Financial Management, Third Edition,
The Dryden Press, Japan.
Darsono dan Anshari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Andi Offset,
Yogyakarta
Dina Rahmawati dan Dul Muid, 2012, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Praktik
Perataan Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007—
2010). Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro,
Semarang. Volume 1 No.2 Tahun 2012, Hal.1-14.
Djarwanto Ps dan Pangestu Subagyo, 2006, Statistik Induktif, BPFE UGM, Yogyakarta.
Edy Suwito, 2005, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba
yang Dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi VIII. Solo, 16-17 September, hal. 136-146.
Eduardus Tandelilin, 2010, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFE, Yogyakarta.
Herni dan Sutanto, 2008, Pengaruh struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan
Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Risiko Keuangan
Terhadap Tindakan Perataan Laba. Semarang, Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.
Henry Simamora, 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Salemba Empat,
Jakarta.
Husein Umar, 2005, Metode Riset Akuntansi Terapan, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan
Pertama.
Imam Ghozali, 2012, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan. Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Juniarti dan Corolina, 2005, Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba
(Income Smoothing) Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public‖, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 7, No. 2: 148 – 162.
Kartika Shintia Dewi dan Prasetiono, 2012, Analisis Pengaruh ROA, NPM, DER, dan Size
terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Kasus pada Peusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010), Jurnal of Management, Vol 1, No.2, Hal.172-
180.
Kustiani dan Ekawati, 2006, Analisis Perataan Laba dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi:
Studi Empiris pada Perusahaan di Indonesia, Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2,
No. 1, hal 53-66.
Lukman Syamsudin, 2010, Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi Dalam
Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan), Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nasir dkk., 2002, Pengaruh Size, Profitabilitas dan Leverage terhadap Perataan Laba pada
Perusahaan Go Publik, Jurnal Ekonomi, Vol. 7, No. 3: 291-305.

Pengaruh Company Size, Return on Asset, Net Profit Margin, Total Debt to Total Asset … (Wiwit S.) 333
Ni Nyoman Ayu Suryandari, 2012, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income
Smoothing, Media Komunikasi FIS, Volume 11, No 1 April 2012, Hal. 1-15.
Olivya Pramono, 2013, Analisis Pengaruh ROA, NPM, DER, dan Size terhadap Praktik Perataan
Laba (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2011), Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Volume 2 No. 2
Tahun 2013, Hal. 1-16.
Prasetio, J.E., S. Astuti & A. Wiryawan. 2002. Praktik Perataan Laba dan Kinerja Saham
Perusahaan Publik di Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Auditing. Volume 6(2), hal.45-63.
Ratih Kartika Dewi dan Zulaikha, 2011, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik
Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang
Terdaftar di BEI (2006-2009), Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang, Tidak
Dipublikasikan.
Santoso, Eko Budi, 2010, Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Institusional, dan Kelompok Usaha terhadap Perataan Laba Studi Kasus pada
Perusahaan Non-Finansial yang Terdaftar di BEI‖. CBAM-FE. Universitas Ciputra
Santoso, 2010, Analisis Pengaruh NPM, ROA, Company Size, Financila Leverage dan DER
terhadap Praktek Perataan Laba pada Perusahaan Property dan Real Estate.
S. Munawir. 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi 14, Liberty, Yogyakarta.
Sofyan Syafri Harahap, 2007, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi 1, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,.UPP STIM
YKPN, Yogyakarta.
Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.
Sumadji, Yudha Pratama dan Rosita, 2006, Kamus Ekonomi, Cetakan Pertama, Wipress, Jakarta.
Sugiarto, 2003, Perataan Laba dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional
Akuntansi VI.

334 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 11 Edisi Khusus Desember 2015: 322 – 334

You might also like