Jurnal Skripsi

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Hubungan Tingkat Pengetahuan `Ibu Tentang Gizi

Dan Tingkat Kehadiran Di Posyandu


Dengan Status Gizi Batita
(Studi Kasus Wilayah Pusk. Tulehu Kec. Salahutu Kab. Maluku Tengah)

Iriantty Wabullah 11) Luki Mundiastuti 22) Purwaningdyah.S 32)

1)
Mahasiswa Sarjana Program Studi Ilmu Gizi, STIKES-Surabaya
2)
Dosen Program Studi Ilmu Gizi, STIKES-Surabaya

ABSTRACT

The low participation rate (D / S) in the District Health Center Tulehu Salahutu Central
Maluku showed that the level of community participation have not been able to reach 80% of the
set. Data D / S in 2012 was 61.08% at health centers. On the other hand, data on the number of
cases of malnutrition are still very poor, the number of cases of malnutrition in 2012 was 7.01%.
The purpose of this research was to study the level of knowledge of mothers about nutrition and
attendance at the neighborhood health center with toddler's nutritional status in the region of the
District Health Center Tulehu Salahutu Central Maluku.
The research design used in this study were analytical research. This is an observational
study design and data retrieval time is according to research that is cross sectional. The sample
was mothers with toddlers between the ages of 6-36 months residing in the hamlet of Mango
Tree Village Tulehu Salahutu District of Central Maluku district. Sampling using simple random
sampling. Further interviews were conducted and anthropometric measurements toddlers.
The survey results revealed that respondents with 73.08 % knowledge of good nutrition ,
nutrition knowledge was 26.92 % . The presence of the respondents in the active category
posyandu with 38.46 % and 11.54 % inactive category . Normal nutritional status of toddlers as
much as 73.08 % , while the nutritional status of toddlers are lacking as much as 26.92 % . To
determine the correlation between mothers' knowledge of nutrition with the level of attendance at
posyandu statistical analysis of the results obtained using the Pearson test p-value = 0.362 , p =
0.1 or > means there is no relationship between the level of knowledge of mothers about
nutrition with the level of attendance at the neighborhood health center . Statistical analysis to
determine the relationship between the level of knowledge of mothers about nutrition and
nutritional status toddlers obtained using the Pearson test p = 0.297 , = 0.1 so that there is no
relationship between the level of knowledge of mothers about nutrition and nutritional status
toddlers . As for the relationship of attendance in the nutritional status of toddlers posyandu with
statistical analysis of the results obtained using the Pearson test p-value = 0.070 < = 0.1 then
there is a correlation between the presence of posyandu with toddler 's nutritional status .
Given the correlation between the presence of a toddler in the nutritional status of the
neighborhood health center with a toddler so it will need an understanding of all the components
(community, family of children, and society at large) on the importance of attendance at

Alamat Korespondensi
Iriantty Wabullah
Email : shekinah369@gmail.com
Alamat : Prodi S-1 Gizi STIKES-SURABAYA
1
neighborhood health center because in addition to growth can be monitored by either the mother
toddler will gain knowledge about the pattern proper care for a toddler. Understanding can be
known through posters, leaflets and IEC at meetings in various community organizations and
provide rewards to posyandu who reached the target D / S.
Keywords: knowledge, attendance, nutritional status.

PENDAHULUAN

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya


manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental
yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini
sangat ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi ( Adriani Merryana, 2012).
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas agar dapat melanjutkan perjuangan pembangunan nasional untuk
menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur. Kualitas SDM diukur dari kecerdasan,
kematangan emosi, kemampuan berkomunikasi serta keimanan dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (Utami Roesli, 2008).
Salah satu upaya cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia
adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah
satu faktor yng menentukan kualitas hidup dan produktifitas kerja. Angka kematian yang
tinggi pada bayi, anak balita, ibu melahirkan dan menurunnya daya kerja fisik,
terganggunya perkembangan mental dan kecerdasan jika ditelusuri adalah akibat langsung
maupun tidak langsung dari kekurangan gizi (Supariasa, 2001).
Perbaikan gizi masyarakat merupakan syarat penting untuk meningkatkan kesehatan
terutama pada golongan yang paling rentan seperti ibu hamil, ibu menyusui dan anak balita,
meningkatkan tumbuh kembang fisik, mental, intelektual dan sosial anak serta dapat
meningkatkan produktifitas kerja. Berbagai kendala yang dihadapai dalam upaya perbaikan
gizi adalah kemiskinan. Selain itu tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah
terutama pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan gizi ibu sangat diperlukan terutama untuk
ibu yang mempunyai anak balita atau untuk pengasuh anak balita. Karena kebutuhan dan
kecukupan gizi anak balita tergantung dari konsumsi makanan yang diberikan oleh ibu.
Seorang ibu akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap anggota keluarga.
Tingkat pengetahuan gizi ibu sebagai pengelola rumah tangga akan berpengaruh pada
macam bahan yang dikonsumsinya.
Kegiatan lain yang dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi antara lain dengan
penimbangan secara berkala anak-anak di bawah lima tahun (Balita) yang pada hakekatnya
merupakan perpaduan dari kegiatan pendidikan gizi, monitoring gizi dan intervansi gizi
melalui usaha-usaha Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kegiatan ini bertolak dari usaha
swadaya masyarakat dan sepenuhnya dilakukan oleh tenaga sukarela desa yang telah
mendapatkan latihan dibawah pengawasan dari puskesmas.
Berdasarkan data Riskesdas 2010, 50% balita di Indonesia tidak melakukan
penimbangan teratur di posyandu. Riset ini sekaligus menujukan kecendrungan semakin

2
bertambah umur seorang balita, maka tingkat kunjungan ke posyandu untuk melakukan
penimbangan rutin semakin menurun.
Ketika anak berusia enam bulan, jumlah kunjungan masih cukup tinggi yakni sekitar
68%, namun berdasar riset yang dilakukan Kemenkes 2010, posyandu rata-rata
ditinggalkan saat usia anak tiga tahun ke atas.
Riskesdas 2007 menunjukan status gizi buruk di Provinsi Maluku sebesar 9,3% dan
di tahun 2010 menjadi 8,4%. Sedangkan cakupan penimbangan bayi dan balita di Provinsi
Maluku tahun 2009 dan 2010 masih rendah masing-masing 54% dan 59%.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul : “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Tingkat Kehadiran Di
Posyandu Dengan Status Gizi Batita (Studi Kasus).”
Tujuan umum dari penelitian ini adalah : Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
ibu tentang gizi dan tingkat kehadiran di posyandu dengan status gizi anak batita di
Wilayah Puskesmas Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Sedangkan
tujuan khusus yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karateristik ibu meliputi usia, pendidikan dan status bekerja di
Wilayah Puskesmas Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
2. Mengidentifikasi karateristik batita meliputi usia, jenis kelamin dan paritas di Wilayah
Puskesmas Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
3. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi di Wilayah Puskesmas Tulehu
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
4. Mengidentifikasi tingkat kehadiran batita di posyandu di Wilayah Puskesmas Tulehu
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
5. Mengidentifikasi status gizi batita di Wilayah Puskesmas Tulehu Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah.
6. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan tingkat kehadiran
di posyandu di Wilayah Puskesmas Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah.
7. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi batita
di Wilayah Puskesmas Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
8. Menganalisis hubungan tingkat kehadiran di posyandu dengan status gizi batita di
Wilayah Puskesmas Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian adalah survey deskriftif terhadap pengetahuan ibu tentang gizi
dan kehadiran di posyandu terhadap status gizi batita. Rancang bangun penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasional yang dilakukan dengan pendekatan
cross sectional yaitu variabel yang menentukan dan variabel akibat dikumpulkan dalam
waktu bersamaan untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan
efek. Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah. Adapun waktu penelitiannya adalah bulan November 2013 sampai
dengan Desember 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai
anak batita yang ada di wilayah Dusun Pohon Mangga Desa Tulehu Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah sebanyak 36 ibu dan batita. Sampel dalam penelitian ini

3
adalah ibu dan batita yang merupakan bagian dari populasi. Cara pengambilan data,
dilakukan berdasarkan Sistematik Random Sampling.
Variabel dalam penelitian ini yaitu : variabel Terikat/dependent variabel (Status
Gizi Batita) dan variabel Bebas/independent variabel (Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Gizi dan Tingkat Kehadiran di Posyandu).
Bahan dan instrument yang digunakan pada penelitian ini meliputi : Timbangan
berat badan/dacin, KMS, kertas, alat tulis dan computer. Pengolahan dan analisis data
dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan status gizi pada batita
dengan menggunakan KMS. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.
Data primer berupa data social-ekonomi dan status gizi batita. Data sekunder meliputi :
profil lokasi serta kebijakan dan program kesehatan di tingkat pemerintah. Data-data
primer (hasil daftar pertanyaan/kuesioner) dikumpulkan oleh peneliti, dilakukan
pengecekan ulang, diberi kode untuk memudahkan analisa, dan dianalisis dengan
menggunakan rumus statistika dan bantuan software MS.Exell, selanjutnya dilakukan
scoring/pembobotan dan dianalisis menggunakan uji statistic Pearson dengan bantuan
software SPSS 17.00.
Uji statistic Pearson digunakan untuk mengukur ada/tidaknya hubungan antara
dua variabel (Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Status Gizi Batita, Tingkat
Kehadiran di Posyandu dengan Status Gizi Batita) yang datanya berbentuk interval dan
dari sumber data yang sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Karateristik Responden

Usia responden pada penelitian ini hanya ada dua kategori, yaitu ibu usia muda
(<20 tahun) dan ibu cukup usia (>20 tahun). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa
semua responden berusia > 20 tahun (ibu cukup usia).
Distribusi pendidikan responden yang dikategorikan pendidikan tinggi
(Akademi/PT), sedang (SLTP/SLTA), rendah (SD/Tidak tamat). Berdasarkan pendidikan
responden, tertinggi untuk kategori sedang (SLTP/SLTA) sebesar 57,7% atau 15 orang
dari total responden sebanyak 26 orang ibu batita responden.
Dari 26 orang responden sebagian besar berstatus tidak bekerja sebesar 80,0%
atau 21 responden dari total responden sebanyak 26 orang ibu batita responden.

Karateristik Batita

Distribusi usia batita yang dikategorikan mulai dari 6 bulan hingga 36 bulan.
Berdasarkan usia batita terbanyak untuk kelompok umur batita 13-24 bulan sebesar
57,7% atau 15 batita dari total responden sebanyak 26 orang batita responden.
Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin batita berimbang antara laki-laki
dan perempuan yaitu 50% laki-laki atau 13 orang batita dan 50% perempuan atau 13
orang batita perempuan.

4
Dari 26 batita sebagian besar merupakan anak ke 1 dan ke 2 sebesar 61,5% atau
16 orang batita dari total responden sebanyak 26 orang batita responden.

Tingkat Pengetahuan Gizi Responden

Pengetahuan gizi merupakan factor yang turut menentukan status gizi seseorang.
Dengan pengetahuan yang dimiliki, seseorang dapat menentukan kebiasaan dalam
memilih, mengolah, dan menyajikan makanan untuk keluarga.
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada variabel tingkat pengetahuan gizi
responden diketahui dari 26 sampel, nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 100
dan nilai terendah adalah 50.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa rata-rata pengetahuan gizi
responden adalah 83,5 dengan standar deviasi 13,6.
Distribusi tingkat pengetahuan ibu batita secara umum masuk kategori baik
mencapai angka 73,1% atau sebanyak 19 orang dari total responden sebanyak 26 orang
ibu batita responden.

Tingkat Kehadiran Batita Di Posyandu

Kehadiran di posyandu atau sering disebut partisipasi masyarakat atau


keikutsertaan dan rasa tanggung jawab untuk aktif dalam kegiatan posyandu.
Dari hasil pengumpulan data pada variabel tingkat kehadiran batita di posyandu
diketahui dari 26 sampel rata-rata kehadiran di posyandu adalah 4,4 dengan standar
deviasi 1,3 dengan tingkat kehadiran tertinggi 6 dan tingkat kehadiran terendah 2.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat keaktifan batita di posyandu yang
terbanyak adalah batita yang kurang aktif sebanyak 13 orang (50,0%) dan sebagian kecil
batita yang tidak aktif 3 orang (11,5%).

Status Gizi Batita

Status gizi batita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh orang tua.
Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang diusia batita didasarkan fakta bahwa
kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih).
Pengumpulan data variabel status gizi batita diketahui bahwa dari 26 sampel nilai
status gizi tertinggi adalah 0,85 dan nilai satus gizi terendah adalah -2,6 dan rata-rata nilai
satus gizi adalah -1,22 dengan standar deviasi 0,93.
Distribusi batita berdasarkan status gizi dapat diketahui dari 26 orang batita
sebagian besar batita berstatus gizi baik (73,1%) dan sebagian kecil berstatus gizi kurang
(26,9%).

5
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Tingkat Kehadiran di
Posyandu

Tabel 1. Tabulasi Silang Tingkat Kehadiran Batita di Posyandu Berdasarkan Tingkat


Pengetahuan Ibu Tentang Gizi di Dusun Pohon Mangga Desa Tulehu
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah Bulan November-Desember
Tahun 2013
Tingkat Tingkat Kehadiran Batita
Jumlah
Pengetahuan Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif
Gizi Ibu n % n % n % n %
Baik 8 42,1 9 47,4 2 10,5 19 100,0
Sedang 2 33,3 4 66,7 0 0,0 6 100,0
Kurang 0 0,0 0 0 1 100,0 1 100,0
Jumlah 10 38,5 13 50,00 3 11,54 26 100,0
Tabulasi silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Tingkat
Kehadiran di Posyandu menunjukan bahwa ibu dengan pengetahuan sedang sebagian
besar memiliki tingkat kehadiran di posyandu kurang aktif (66,7%) dan ibu dengan
pengetahuan baik memiliki tingkat tingkat kehadiran di posyandu kurang aktif (47,4%).
Hasil uji Pearson diperoleh nilai p sebesar 0,362. Hasil analisis diperoleh nilai p
lebih besar dari α (0,1), sehingga keputusan uji adalah H1 ditolak yang artinya tidak ada
hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan tingkat kehadiran di posyandu.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Status Gizi Batita

Tabel 2. Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
dengan Status Gizi Batita di Dusun Pohon Mangga Desa Tulehu Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah Bulan November-Desember Tahun 2013
Status Gizi Batita
Tingkat
Jumlah
Pengetahuan Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang
Gizi Ibu
N % n % n % n %
Baik 0 0,0 14 73,7 5 26,3 19 100,0
Sedang 0 0,0 5 83,3 1 16,7 6 100,0
Kurang 0 0,0 0 0 1 100,0 1 100,0
Jumlah 0 0,0 19 73,1 7 26,9 26 100,0

Tabulasi silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi terhadap Status
Gizi Batita menunjukan bahwa ibu dengan pengetahuan baik sebagian besar memiliki
batita dengan status gizi baik (73,7%) dan status gizi kurang (26,3%) selanjutnya ibu
dengan pengetahuan sedang memiliki batita dengan status gizi baik (83,3%) dan satus
gizi kurang (16,7%).

6
Hasil uji Pearson diperoleh nilai p sebesar 0,297. Hasil analisis data diperoleh
nilai p lebih besar dari α (0,1), sehingga keputusan uji adalah H1 ditolak yang artinya
tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi batita.

Hubungan Tingkat Kehadiran di Posyandu dengan Status Gizi Batita

Tabel 3. Tabulasi Silang Status Gizi Batita Berdasarkan Tingkat Kehadiran di Posyandu
di Dusun Pohon Mangga Desa Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah Bulan November-Desember Tahun 2013.
Tingkat Status Gizi
Jumlah
Kehadiran di Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang
Posyandu
n % N % n % n %
Aktif 0 0,0 9 90,0 1 10,0 10 100,0
Kurang Aktif 0 0,0 8 61,5 5 38,5 13 100,0
Tidak Aktif 0 0,0 2 66,7 1 33,3 3 100,0
Jumlah 0 0,0 19 73,08 7 26,93 26 100,0

Tabulasi silang Hubungan Tingkat Kehadiran di Posyandu terhadap Status Gizi


Batita menunjukan bahwa responden yang aktif di posyandu sebagian besar memiliki
batita status gizi baik (90,0%) dan kurang (10,0%), selanjutnya batita yang kurang aktif
memiliki status gizi baik (61,5%) dan kurang (38,5%). Berdasarkan tabulasi tersebut
menunjukan bahwa semakin aktif responden di posyandu maka terdapat kecendrungan
semakin baik status gizi batita.
Hasil uji Pearson diperoleh nilai p sebesar 0,070. Hasil analisis data diperoleh
nilai p lebih kecil dari α (0,1), sehingga keputusan uji adalah H1 diterima yang artinya ada
hubungan antara tingkat kehadiran di posyandu dengan status gizi batita.

PEMBAHASAN

Karateristik Responden

Responden pada penelitian ini semuanya termasuk kategori cukup usia atau usia
responden > 20 tahun. Usia responden menunjukan bahwa pada usia tersebut menunjukan
dalam usia yang matang dan dewasa. Dengan usia ibu yang matang diharapkan
kemampuan ibu tentang pengetahuan gizi semakin baik sehingga status gizi batitapun
diharapkan baik.
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan
pengetahuannya tentang kesehatan. Salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah tingkat pendidikan. Pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Menurut Widyastuti (2005), orang
yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif,
mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang

7
lebih baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu berpendidkan sedang
sebanyak 15 orang (57,7%).
Pendidikan formal dari ibu rumah tangga seringkali mempunyai asosiasi yang
positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Tetapi
korelasi itu tidak selalu linier karena untuk makanan yang cukup jarang merupakan hasil
pengetahuan semata-mata. Berdasarkan penelitian Sanjur tahun 1982 beberapa studi
menunjukan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat, ibu rumah tangga yang
mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang
kurang bergizi (Mulyono Joyomartono, 2005).
Sebagian besar ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga yaitu 21 orang (80,77%)
yang merawat dan mendidik anak-anaknya. Sekitar 5 orang (19,23%) ibu bekerja.
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan ibu bisa bermacam-
macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya.
Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa
aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih
memuaskan dari pada keadaan yang sebelumnya (Pandji Anoraga, 1992).

Karateristik Batita

Usia batita pada penelitian ini yang terbanyak adalah 13-24 bulan 57,69%
(15orang) dengan perbandingan jenis kelamin adalah seimbang antara laki-laki dan
perempuan. Soetjiningsih (1995) mengatakan monitoring pertumbuhan anak dengan
menggunakan KMS, merupakan usaha untuk mencegah terjadinya malnutrisi. Dengan
KMS kita bisa mengetahui status kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan anak tersebut. Anak yang sehat pada umumnya akan
tumbuh dengan baik, berbeda dengan anak yang sering sakit, biasanya pertumbuhannya
akan terganggu.
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita
(BKKBN, 2006), sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi aterm. Pada penelitian ini paritas anak yang terbanyak pada kategori
anak ke 1 dan ke 2 yaitu 16 orang (61,52%). Menurut Soetjiningsih (1995) mempunyai
anak lebih dari 4 orang akan menambah risiko terhadap ibu dan anaknya, lebih-lebih
kalau jarak antara kehamilan kurang dari 2 tahun, maka ibu akan lemah akibat dari
seringnya hamil, melahirkan, menyusui dan merawat anak-anaknya.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dan Tingkat Kehadiran di Posyandu

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan


seseorang. Perilaku yang dilakukan dengan berdasarkan pada pengetahuan akan bertahan
lebih lama dan kemungkinan menjadi perilaku yang melekat pada seseorang
dibandingkan jika tidak berdasarkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Hasil penelitian menunjukan bahwa batita yang aktif dan ibu berpengetahuan gizi
baik sebanyak 8 orang (42,1%), batita yang aktif dan ibu berpengetahuan gizi sedang 2
orang (33,3%) dan batita yang aktif dan ibu berpengetahuan kurang tidak ada.

8
Tingkat pengetahuan gizi ibu bukan semata-mata factor pendukung ibu membawa
anaknya ke posyandu. Hasil penelitian yang dilakukan Hayya (2000) mengatakan bahwa
kondisi geografis dan kondisi jalan ke tempat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh
terhadap keaktifan membawa balitanya ke posyandu. Dilain pihak penelitian yang
dilakukan oleh Nina (2012) menyimpulkan sikap, motivasi, social budaya, dukungan
masyarakat, peran petugas kesehatan, peran kader dan kebijakan pemerintah merupakan
factor penyebab keenganan ibu membawa balitanya ke posyandu.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Anak Batita.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Untuk mendapatkan pengetahuan diperlukan proses belajar, dengan belajar
akan dapat terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut bisa
mengarah yang lebih baik jika individu tersebut menganggap bahwa itu bermanfaat,
tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk jika
individu mengganggap objek yang dipelajari tidak sesuai dengan keyakinannya
(Soediatama, 2001).
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan gizi baik dan
memiliki batita yang berstatus gizi baik 14 orang (73,3%) sedangkan responden
berpengetahuan gizi baik memiliki 5 orang (26,3%) batita berstatus gizi kurang.
Masih terdapatnya gizi kurang di Desa Tulehu ini mungkin disebabkan karena
perilaku ibu yang masih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian (Agus. Z, 2004) yang
mengatakan bahwa kekurangan gizi pada batita dapat disebabkan pada perilaku yang
salah memilih bahan makanan yang cocok untuk anak. Kesalahan dalam berilaku ini akan
berdampak pada keadaan staus gizi dari batita. Batita merupakan salah satu kelompok
umur yang rawan gizi dan rawat penyakit. Kelompok ini merupakan kelompok umur
yang paling menderita akibat gizi.

Hubungan Tingkat Kehadiran di Posyandu dengan Status Gizi Batita.

Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk memudahkan


masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu hamil
dan anak balita. Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu tentu akan
berpengaruh pada keadaan status gizi balitanya. Karena salah satunya tujuan posyandu
adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil
(Adisasmito, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa batita yang aktif dan berstatus gizi baik
sebanyak 9 orang (90,0%), batita yang kurang aktif dan berstatus gizi baik sebanyak 8
orang (61,5%) dan batita yang tidak aktif dan berstatus gizi baik 2 orang (66,7%).
Hal senada juga diungkapkan oleh Ulfa dkk (2008) dalam penelitian Hubungan Keaktifan
Keluarga dalam Kegiatan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Desa Rancaekek Kulon
Kecamatan Rancaekek ternyata terdapat hubungan yang signifikan antara variable
keaktifan keluarga dalam kegiatan posyandu dengan status gizi balitanya, didapat koefisien
kontingensi (C) sebesar 0,369 dan C maks = 0,707 sehingga diperoleh nilai C/C maks

9
sebesar 0,522 menurut analogi tafsiran koefisien korelasi, hubungan tersebut dapat
digolongkan ke dalam kesesuaian sedang (hubungan cukup erat).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan keluarga sangat berperan
dalam memelihara dan mempertahankan status gizi balita yang optimal. Hal ini sesuai
dengan teori Patt, 1977 (dlm Friedman, 1998), yang menyatakan bahwa keluarga
merupakan system dasar dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur,
dilaksanakan dan diamankan, keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat
preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga. Keluarga mempunyai
tanggung jawab utama untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh para profesional perawatan kesehatan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dan Tingkat
Kehadiran di Posyandu dengan Status Gizi Batita di Wilayah Puskesmas Tulehu
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
a. Usia ibu yang menjadi responden adalah ibu cukup usia (> 20 tahun), dengan
pendidikan ibu terbanyak dalam kategori sedang (SLTP/SLTA) sebanyak 57,7%,
sedangkan status ibu tidak bekerja adalah yang terbanyak (80,8%).
b. Sebagian besar batita berusia 13-24 bulan (57,7%), dan paritas anak ke 1 dan ke 2
yang terbanyak (61,52%) dengan jenis kelamin seimbang antara laki-laki dan
perempuan.
c. Sebanyak 73,1% responden pengetahuan gizinya baik, sedangkan pengetahuan gizinya
sedang 23,1% dan pengetahuan gizinya kurang 3,8%.
d. Sebanyak 38,5% batita aktif di posyandu, sedangkan batita kurang aktif 50,0% dan
batita tidak aktif 11,5%.
e. Sebagian besar batita berstatus gizi normal (73,1%), status gizi kurang (26,9%) dan
status gizi lebih tidak ada.
f. Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan gizi ibu dengan tingkat kehadiran di
posyandu.
g. Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan gizi ibu dengan status gizi batita.
h. Ada hubungan tingkat kehadiran di posyandu dengan status gizi batita.

Saran

Mengingat adanya hubungan tingkat kehadiran di posyandu dengan status gizi


batita maka penulis menyampaikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :
1. Perlu adanya pemahaman dari semua komponen (tokoh masyarakat, keluarga balita
dan masyarakat pada umumnya) akan pentingnya kehadiran di posyandu. Selanjutnya
keterlibatan tokoh masyarakat dalam kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi) perlu ditingkatkan mengingat figure tokoh masyarakat sangat menjadi
panutan masyarakat pada umumnya.

10
2. Perlu adanya penyuluhan kepada keluarga balita terutama ibu balita pentingnya
kehadiran di posyandu karena selain pertumbuhan balita dapat terpantau dengan baik
ibu juga mendapatkan pengetahuan tentang pola pengasuhan yang benar bagi anak
balitanya.
3. Pada pertemuan-pertemuan diberbagai lembaga kemasyarakatan perlu diberikan
pemahaman tentang pentingnya kehadiran di posyandu melalui poster, liflet dan KIE.
4. Memberikan reward pada posyandu yang berhasil mencapai target D/S.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Adisasmito. W, 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta : PT Rafa Grafindo Persada.


2. Adriani Merryana, 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.

3. Agus , Z, 2004. Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Penanggulangan Status Gizi


BGM pada Balita di Puskesmas Nanggalo. Skripsi UNAND.
4. Almatsier, Sunita, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
5. Almatsier, Sunita, dkk 2011. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
6. Andarwati, 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan Status Gizi Balita Pada Keluarga
Petani di Desa Purwojati Kecamatan Kretek Kabupaten Wonosobo. Semarang.
7. Bahar B, 2002. Pengaruh Pengasuhan terhadap Pertumbuhan Anak di Kabupaten
Barru Propinsi Sulawesi Selatan. Desertasi. Program Pascasarjana Universitas
Airlangga, Surabaya.
8. Baku WHO Antro, 2005.
9. BKKBN, 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta: BKKBN.
10. Brunner, Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8 vol 1,
Jakarta : ECG.

11. Budiyanti, 2007. Gizi dan Kesehatan. Jakarta : PT Sunda Kelapa Pustaka.

12. Cassidy, C. M, 1987. Word-vieuw Conslict and Toddler Malnutrition; Change Agent
Dilimmas. In Child Survival, ed. N. Scheper- Hughers. Dodrecht, The Nederlands;
D. Reidel.

13. Dep. Kes RI, 1990. Peningkatan Peran Serta Masyarakat, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, Jakarta: Depkes RI.

14. Dep. Kes RI, 2006. Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, Jakarta: Depkes RI.

15. Djukarni, 2001. Studi Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Menanggulangi


Kurang Gizi Pada Balita, Bogor : Puslitbag Gizi.
16. Ernawati Aeda, 2006. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Hygiene, Sanitasi
Lingkungan dengan Pola Asuh, Tesis. Universitas Diponegoro. Program
Pascasarjana.
17. Friedman M, 1998. Keperawatan Keluarga edisi 3 Jakarta: EGC.

12
18. Gibson R.S, 1990. Principle of Nutritional Assessment Second Edition Oxford
University Press, New York.
19. Greenley R. James, 1980. Sosialstructural and Phychological Aspects of The
Utilization of Health Services, dlm Assessing The Contribution of The Social
Sciences to Health, Edited : M. Harvey Brenner, dkk. Westvieuw Press Inc, United
States of America.
20. Hafrida, 2004. Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Anak. Tesis Program
Pascasarjana Universitas Sumatra Utara, Medan.
21. Hayya T, 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu yang Mempunyai Balita
dalam Menggunakan Posyandu di Desa Cimarias Kecamatan Tanjung Sari
Kabupaten Sumedang. Skripsi UNPAD.
22. Hutagalung, Sihol.P, 1992. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu dalam
Menimbang Anaknya di Posyandu Kotip Palu Propinsi Sulawesi Tengah. Tesis
Program Pascasarjana, Universitas Indonesia.
23. Jus’at, Idrus, 2000. Penyimpangan Positif Masalah KEP di Jakarta Utara dan di
Pedesaan Kab. Bogor-Jabar. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII 2000. LIPI,
Jakarta.
24. Karyadi, L.D. 1985. Pengaruh Pola Asuh Makan terhadap Kesulitan Makan Anak
Balita. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor.
25. Kemenkes RI, 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, Jakarta :
Kemenkes RI.
26. Kemenkes RI, 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta : Kemenkes
RI.
27. Lee, Robert D and Nieman, David. C, 2003 Nutritional Assesment 3rd Ed.McGraw
Hill.
28. Manuaba, 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
29. Moehji Sjahmien, 2002. Ilmu Gizi (Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi). Jakarta : PT
Bhatara.
30. Mulyono Joyomartono, 2005. Antropologi Kesehatan, Semarang : UNNES Press.

31. Nina, 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Menyebabkan Keengganan Ibu Balita
Berkunjung Ke Posyandu di Desa Jingah Habang Hilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar. Skripsi STIKES Husada Borneo.
32. Notoatmojo Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar.
Jakarta : Rineka Cipta.
33. Notoatmojo Soekidjo, 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineke Cipta.
34. Notoatmojo Soekidjo, 2007. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineke Cipta.
35. Notoadmojo Soekidjo, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineke
Cipta.
36. Pandji Anoraga, 1992. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
37. Rogers B. & N. Youssef, 1998. The Importance of Women’s Involment in Economic
Activities in The Improvement of Chil Nutrition and Health. Food and Nutrition
Buletin. Jossey-Bass.
38. Samsudin, 1993. Gizi Lebih pada Anak dan Masalahnya dalam Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi V Jakarta. LIPI.

13
39. Sanjaya et al. 1999. Penyimpangan Positif (Positif Deviance) Status Gizi Anak Balita
dan Faktor-faktor yang Berpengaruh. Bogor. Puslitbang Gizi.
40. Sanjur, D. 1982. Social and Cultural Perapektifes in Nutrition. Washington DC.
Pretince Hall, Inc New York, USA.
41. Soediatama, Arhmad Djaeni, 2001 Ilmu Gizi, Jakarta. Dian Rakyat.
42. Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
ECG.
43. Soekirman, 2006. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Dirjen
Dikti, Depdiknas, Jakarta.
44. Suchman, EA, 1996. Evaluation Research: Principle and Practice In Public Service
and Social Action Program New York, Russel Sage Foundation.
45. Sudaryono, 1989. Pelayanan Gizi dan Kesehatan di Posyandu, Dalam Prosiding
Kursus Penyegaran Ilmu Gizi dan Kesehatan. Konggres VIII Persagi, Jakarta.
46. Sudirman, N et al, 1994. Ilmu Pendidikan. Bandung Jawa Barat. PT Remaja Karya.
47. Suharsih, 2001. Hubungan Pola Asuh Ibu dan Penyakit Infeksi dengan Anak Balita
Kurang Energi Protein di Kabupaten Demak Propinsi Jawa Tengah. Tesis Program
Pascasarjana UGM, Yogyakarta.
48. Suharjo, 1986. Sosio Budaya Gizi, Bogor: IPB.
49. Suharjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi Cetakan kedua. Jakarta : Bumi
Aksara.
50. Suharsih. 2001. Hubungan Pola Asuh Ibu dan Penyakit Infeksi dengan Anak Balita
Kurang Energi Protein di Kabupaten Demak Propinsi Jawa Tengah. Tesis.
Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

51. Sulistijani, A.D, 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Puspa Swara, Jakarta.

52. Sumiatun, Anik, 2004. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu, Pendapatan Keluarga,
Konsumsi Energi dan Protein Dengan Status Gizi Anak Balita. Surabaya : AKZI

53. Supariassa, 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG.

54. Thata M, 1990. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Penggunaan Posyandu
Oleh Ibu Balita di Kota Madya Ujung Pandang. Tesis Program Pascasarjana
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

55. Ulfa Oktaviani dkk, 2008. Hubungan Keaktifan Keluarga dalam Kegiatan Posyandu
dengan Status Gizi Balita di Desa Rancaekek Kulon Kecamatan Rancaekek. Skripsi
Universitas Padjadjaran.

56. Utami Roesli, 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka
Bunda.
57. Widaninggar, W, 2003. Pola Hidup Sehat dan Segar. Depdiknas Pusat
Pengembangan Kualitas Jasmani, Jakarta.

14
58. Widyaastuti, P (ed), 2005. Epidemologi Suatu Pengantar, edisi 2 Jakarta : EGC

59. Wijono, Djoko, 2009. Manajemen Perbaikan Gizi Masyarakat-Kebijakan dan


Strategi-Pendekatan Kesehatan Komunitas. Surabaya : PT Duta Prima Airlangga.

15

You might also like