Naskah Publikasi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

INISIASI MENYUSU DINI PADA IBU NIFAS


DI PUSKESMAS TEGALREJO KOTA
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
Exam May Nurulijah
1610104245

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
201
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
INISIASI MENYUSU DINI PADA IBU NIFAS
DI PUSKESMAS TEGALREJO KOTA
YOGYAKARTA

Exam May Nurulijah


Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
E-mail: exammaynurulijah@gmail.com

Abtract: In Indonesia the process of early breastfeeding initiation has increased from 29.3%
in 2010 to 34.5% in 2012. The results of the study conducted at Tegalrejo PrimaryHealth
Center of Yogyakarta Municipality showed that Early Breastfeeding Initiation coverage only
reached 65.30%. Thestudy aims to analyze the factors correlated to early breastfeeding
initiation on postpartum women Tegalrejo Primary Health Center of Yogyakarta.The design
of the study was correlative description with cross sectional time approach. The population of
the study was 55 women having intranatal process at Tegalrejo Primary Health Center. Fifty-
five samples were taken from the whole population. The sample technique was total
sampling. Bivariate analysis used Kendall's Tau. The study obtained knowledge rate with
pvalue (0.404) greater than alpha, pvalue on education level (0.809) greater than alpha,
husbands’support with pvalue (0.364) greater than alpha, and the support of health
professionals with pvalue (0.000) smaller than alpha. In the study knowledge rate, education
level, andhusbands’ support did not have correlation with early breastfeeding initiation. The
factor correlated to early breastfeeding initiation was only support of health professionals, so
multivariate analysis cannot be done since there was one of four factors studied had
correlation to early breastfeeding initiation. It is expected that womenincrease their
knowledge about the benefits of early breastfeeding initiation for baby and mother. Health
professionals are expected to increase their support to mothers.

Key words: related factors, Early breastfeeding initiation

Intisari: Di indonesia proses pemberian IMD mengalami kenaikan dari 29,3% pada tahun
2010 menjadi 34,5% pada tahun 2012. Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Tegalrejo Kota Yogyakarta cakupan inisiasi menyusu dini baru mencapai 65,30%.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan inisiasi
menyusu dini pada ibu nifas di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta. Racangan penelitian
deskriptif korelatif, dengan pendekatan waktu cross sectional. Populasi penelitian sebanyak
55 ibu yang bersalin di puskesmas Tegalrejo. Sampel mengambil keseluruhan dari populasi
sebanyak 55 ibu. Analisis bivariat menggunakan Kendall’s Tau. Hasil Penelitian yaitu tingkat
pengetahuan p value (0,404) lebih besar dari alpha, tingkat pendidikan p value (0,809) lebih
besar dari alpha, dukungan suami p value (0,364) lebih besar dari alpha, dukungan tenaga
kesehatan p value (0,000) lebih kecil dari alpha. Simpulan dan saran dalam penelitian ini
tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, dukungan suami tidak ada hubungan dengan inisiasi
menyusu dini yang berhubungan yaitu dukungan tenaga kesehatan sehingga tidak bisa
dilakukan analisis multivariat karena dari empat faktor yang diteliti hanya satu faktor yang
berhubungan dengan inisiasi menyusu dini. Diharapkan bagi ibu untuk terus menambah
pengetahuan tentang manfaat IMD bagi bayi maupun ibu dan untuk petugas kesehatan
diharapkan meningkatkan dukungan kepada ibu.
Kata kunci: faktor yang berhubungan, IMD
PENDAHULUAN menyebabkan infeksi (ISPA, Pneumonia,
Angka pemberian IMD di dan lain- lain), diare, kanker anak
masing-masing negara bervariasi, untuk (leukemia limphositik, Neuroblastoma,
negara maju seperti USA setiap tahun lymphoma maligna), perkembangan
mengalami peningkatan ditahun 2012 kognitif kurang baik, pertumbuhan anak
sudah mencapai 76,9%, California kurang optimal meningkatkan risiko
sebanyak 87,6% (CDC Breastfeeding kematian neonatal sebelum umur 1 bulan.
Report Card, 2012). Negaraberkembang Sedangkan dampak tidak dilakukanya
lainya seperti Oman sebesar 85%, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bagi ibu
Srilangka sebesar 75%, Filipina sebesar adalah perdarahan postpartum, kanker
54%, dan Turki sebesar 54%. Prevalensi payudara dan kanker rahim (Roesli,
IMD di Feire de Santana Brazil dalam 2008)
penelitian Viera (2010) yaitu sebesar Keberhasilan Inisiasi menyusu
47,1% ini dianggap rendah dan hasil dini (IMD) sangat ditentukan oleh faktor
penelitian Mubarak Ali (2013) walaupun ibu. Akan tetapi, kurangnya pengetahuan
Pakistan adalah negara dengan budaya dari orang tua, pihak medis maupun
menyusui tetapi hanya 27% perempuan keengganan untuk melakukannya
di Pakistan mulai memberi ASI pada satu membuat IMD masih jarang
jam pertama kehidupan. Di Indonesia dipraktikkan. Masih banyak orang tua
proses pemberian IMD mengalami yang kasihan dan tidak percaya seorang
kenaikan dari 29,3% pada tahun 2010 bayi baru lahir dapat mencari sendiri susu
menjadi 34,5% pada tahun 2012 ibunya serta masih banyak orang tua
(Riskesdas 2013). Persentase pemberian yang beranggapan air susu yang pertama
IMD tertinggi terdapat di Nusa Tenggara keluar (kolostrum) dianggap air susu basi
Barat sebesar 52,9% sedangkan dan harus dibuang. Ataupun perasaan
persentase yang terendah terdapat malu untuk meminta dokter yang
diprovinsi Papua Barat sebesar 21,7%. membantu persalinan untuk
Menurut World Health Organization melakukannya Informasi dan
(WHO) persentase inisiasi menyusu dini pengetahuan mengenai IMD belum
dikatakan buruk (0-29%), Sedang (30- banyak diketahui baik para petugas
49%), baik (50-89%) dan sangat baik kesehatan yang membantu proses
(90- 100%). persalinan maupun ibu dan ayah dari
Daerah Istimewa Yogyakarta sang bayi yang baru lahir (BKKBN,
(DIY) memiliki persentase IMD sebesar 2009).
38,3% angka tersebut termasuk dalam Pemerintah Indonesia mendukung
kategori sedang dan masih perlu kebijakan WHO dan UNICEF yang
ditingkatkan untuk mencapai kategori merekomendasikan inisiasi menyusudini
baik (Depkes RI, 2013). Daerah sebagai tindakan penyelamatan
Istimewa Yogyakarta terdiri dari 5 kehidupan, karena inisiasi menyusu dini
Kabupaten yang memiliki data cakupan dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang
Inisiasi menyusu dini (IMD) tertinggi meninggal sebelum usia satu bulan. Maka
yaitu, Kabupaten Kulon Progo sebesar diharapkan semua tenaga kesehatan di
63,5%, di Kabupaten Bantul sebesar semua tingkatan pelayanan kesehatan
58,7%, di Kabupaten Gunung Kidul dapat mensosialisasikan program tersebut
sebesar 35,9%, di Kabupaten Sleman (Kemenkes, 2014). Dukungan dari
Sebesar 51,4%, dan di Kota Yogyakarta pemerintah mengenai IMD tertuang
sebesar 43,1% (Riskesdas Daerah dalam Peraturan Pemerintah nomer 33
Istimewa Yogyakarta, 2013). tahun 2012 pasal 9 ayat 1, dijelaskan
Dampak tidak dilakukan inisiasi bahwa IMD dilakukan dalam keadaan ibu
menyusu dini pada bayi baru lahir dapat dan bayi stabil dan tidak membutuhkan
tindakan medis selama paling singkat HASIL DAN PEMBAHASAN
satu jam. Hal ini dilakukan bertujuan
untuk mensukseskan target SDGs 2030 Distribusi frekuensi karakteristik
yakni mengakhiri kematian bayi dan responden
balita yang dapat dicegah, dengan seluruh
negara berusaha menurunkan angka Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 Karakteristik Responden Di
per 1.000 KH dan Angka Kematian Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta
Balita 25 per 1.000 KH. (N = 55 Orang)
Karakteristik Frekuens Persentas
METODE PENELITIAN i e (%)
Penelitian ini menggunakan Umur
metode deskriptif korelatif, yaitu metode 20-25 tahun 29 52,72
penelitian yang mencoba 26-30 tahun 22 40
mendeskripsikan atau membuat 31-35 tahun 4 7,27
gambaran hubungan dua atau lebih fakta- Total 55 100
fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti di Paritas
masyarakat dalam hal ini untuk Primipara 25 45,45
mengetahui faktor-faktor yang berhungan Multipara 29 52,72
dengan IMD pada Ibu nifas di Puskesmas Grandemultipar 1 1,81
Tegalrejo Kota Yogyakarta Tahun 2017. a 55 100
Variabel bebas dalam penelitian Total
ini adalah faktor–faktor yang Berdasarkan Tabel 4.1
berhubungan dengan inisiasi menyusu menunjukkanbahwa menurut
dini yang terdiri dari Pengetahuan, karakteristik umur responden terdapat 29
Pendidikan, Dukungan responden (52,72%) yang berumur 20-35
Suami,DukunganTenaga tahun, 22 responden (40%) yang
Kesehatan/Bidan. Variabel terikat dalam berumur 26-30 tahun dan 4 responden
penelitian ini adalah Inisiasi Menyusu (7,27%) yang berumur 31-35 tahun.
Dini.Skala pengukuran yang digunakan Sedangkan menurut karakteristik paritas
adalah ordinal. Alat ukur yang di responden terdapat 25 responden
gunakan yaitu kuesioner tertutup. (45,45%) dengan paritas primipara, 29
Populasi dalam penelitian ini adalah responden (52,72%) dengan paritas
semua ibu yang bersalin dipuskesma multipara, dan terdapat 1 responden
Tegalrejo Kota Yogyakarta tahun 2017 (1,81%) dengan paritas grandemultipara.
yaitu sebanyak 55 orang ibu. Setelah
sampel di tetapkan selanjutnya dilakukan Tabel 4.2 Destribusi Frekuensi
pengumpulan data. Cara pengumpulan Faktor- faktor yang Berhubungan
data dengan kuesioner yang di isi ibu dengan Inisiasi Menyusu Dini Pada
nifas yang bersalin dipuskesmas Ibu Nifas
Tegalrejo Kota Yogyakarta dengan di Variabel Frekuensi
damping peneliti. Analisi univariat No.
N %
bertujuan untuk memberikan gambaran Variabel Bebas
masing-masing variabel yang diteliti. 1. Tingkat
Analisi bivariat bertujuan untuk pengetahuan
menganalisis faktor-faktor yang Baik 5 9,1
berhubungan dengan inisiasi menyusu Cukup 6 10,9
dini di puskesmas Tegalrejo Kota Kurang 44 80,0
Yogyakarta. Total 55 100
2. Tingkat Pendidikan Berdasarkan dukungan tenaga
Tinggi 2 3,6 kesehatan diperoleh hasil bahwa terdapat
Menengah 10 18,2 49 responden yang sangat didukung oleh
Rendah 43 78,2 petugas kesehatan dalam melakukan IMD
Total 55 100 (89,1%) , 4 responden yang kurang
didukung oleh petugas kesehatan dalam
3. Dukungan Suami melakukan IMD (7,3%), dan 2 responden
Sangat Mendukung 1 1,8 yang tidak didukung oleh petugas
Kurang Mendukung 9 16,4 kesehatan dalam pemberian IMD (3,6%).
Tidak Mendukung 45 81,8 Karakteristik Responden
Total 55 100 Berdasarkan Tabel 4.1
menunjukkan bahwa menurut
4. Dukungan Petugas karakteristik umur responden terdapat 29
kesehatan responden (52,72%) yang berumur 20-35
Sangat Mendukung 49 89,1 tahun, 22 responden (40%) yang berumur
Kurang Mendukung 4 7,3 26-30 tahun dan 4 responden (7,27%)
Tidak Mendukung 2 3,6 yang berumur 31-35 tahun. Sedangkan
Total 55 100 menurut karakteristik paritas responden
terdapat 25 responden (45,45%) dengan
Variabel Bebas paritas primipara, 29 responden (52,72%)
dengan paritas multipara, dan terdapat 1
5. Inisiasi Menyusu responden (1,81%) dengan paritas
Dini grandemultipara. Menurut penelitian
IMD 36 65,5 Aisyah (2010) bahwa umur 20-35 tahun
IMD < 1 jam 6 10,9 merupakan usia dewasa sehingga
Tidak IMD 13 23,6 kematangan dalam berfikir dan
Total 55 100 mengambil keputusan untuk merubah
sikap berdasarkan pengetahuan yang
Berdasarkan Tabel 4.2, benar tentang masa kehamilan dalam
menunjukkan bahwa terdapat 5 mencegah kematian perinatal, termasuk
responden dengan tingkat pengetahuan pengetahuan dalam pemberian asi sedini
baik (9,1%), 6 responden dengan tingkat mungkin kepada bayinya dan dapat
pengetahuan cukup (10,9%), 44 menghindarkan bayi dari berbagai
responden dengan tingkat pengetahuan penyakit.
kurang (80%). Umur ibu sangat menentukan
Berdasarkan tingkat pendidikan kesehatan maternal karena hal ini akan
terdapat 2 responden dengan tingkat berkaitan dengan kondisi kehamilan,
pendidikan tinggi (3,6%), 10 responden persalinan, nifas, serta cara mengasuh
dengan tingkat pendidikan menengah dan menyusui bayinya. Ibu yang berumur
(18,2%), dan 43 responden dengan kurang dari 20 tahun masih belum
tingkat pendidikan rendah (78,2%). matang dan belum siap secara jasmani
Berdasarkan dukungan suami dan sosial dalam menghadapi kehamilan
terdapat 1 respoden yang sangat dan persalinan. Sedangkan ibu yang
didukung oleh suami dalam melakukan berumur 20-35 tahun, disebut juga
IMD (1,8%), 9 responden yang kurang sebagai masa deasa dan disebut juga
didukung oleh suami dalam melakukan dengan masa reproduksi, pada masa ini
IMD (16,4%), dan 45 responden yang diharapkan seseorang telah mampu untuk
tidak mendapatkan dukungan suami memecahkan masalah–masalah yang
dalam melakukan IMD (81,8%). dihadapi dengan sikap dewasa.
Berdasarkan hasil penelitian ibu inisiasi menyusu dini, serta dapat juga
dengan paritas primipara sebanyak 25 dipengaruhi oleh keluarga ibu yang
responden (46,42%), ibu dengan paritas beranggapan jika bayi baru lahir
multipara sebanyak 29 responden diletakkan didada ibu bayi nantinya akan
(51,78%), dan 1 responden (1,78%) merasa kedinginan. Dari hasil penelitian
dengan paritas grandemultipara. Ibu yang ini dapat diketahui bahwa tidak ada
memiliki anak lebih dari satu memiliki hubungan antara tingkat pengetahuan
pengalaman yang lebih dibandingkan ibu dengan IMD karena didapatkan hasil p
yang pertama kali hamil. Ibu yang pernah value (p>ɑ (404 > 0,05).
hamil sebelumnya akan memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang lebih b. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu
dalam hal menyusui karena pernah dengan Inisiasi Menyusu Dini
melakukan sebelumnya. Sedangkan ibu Berdasarkan hasil penelitian
yang baru pertama kali harus banyak didapatkan bahwa terdapat 11 (20,0%)
belajar. responden dengan tingkat pendidikan
rendah yang tidak memberikan IMD, 2
Faktor-Faktor Yang Berhubungan (3,6%) responden dengan tingkat
Dengan Inisiasi Menyusu Dini pendidikan menengah tidak memberikan
IMD, dan tidak ada responden dengan
a. Hubungan Tingkat Pengetahuan tingkat tinggi yang tidak memberikan
dengan IMD IMD, 4 (7,3%) responden dengan tingkat
Berdasarkan hasil penelitian yang pendidikan rendah yang memberikan
diperoleh terdapat 10 (18,2%) responden IMD <1 Jam, 1 (1,8) responden dengan
dengan tingkat pengetahuan kurang yang tingkat pendidikan menengah yang
tidak memberikan IMD, 1 (1,8%) memberikan IMD <1 Jam, dan 1 (1,8%)
responden dengan tingkat pengetahuan responden dengan tingkat pendidikan
cukup tidak memberikan IMD, dan 2 tinggi yang memberikan IMD <1 Jam, 28
(3,6%) responden dengan tingkat (50,9%) responden dengan tingkat
pengetahuan baik yang tidak pendidikan rendah yang memberikan
memberikan IMD, 4 (7,3%) responden IMD, 10 (18,2) responden dengan tingkat
dengan tingkat pengetahuan kurang yang pendidikan menengah yang memberikan
memberikan IMD <1 Jam, 1 (1,8%) IMD, dan 2 (3,6%) responden dengan
responden dengan tingkat pengetahuan tingkat pendidikan tinggi yang
cukup yang memberikan IMD <1 Jam, memberikan IMD. Berdasarkan hasil uji
dan 1 (1,8%) responden dengan tingkat Kendall’s tau diperoleh pvalue (0,809)
pengetahuan baik yang memberikan IMD lebih besar dari ɑ (0,05). Karena p>ɑ
<1 Jam, 30 (54,5%) responden dengan (0,809 > 0,05) sehingga dinyatakan
tingkat pengetahuan kurang yang bahwa tidak ada hubungan tingkat
memberikan IMD. pendidikan dengan inisiasi menyusu dini
Dari hasil penelitian ini pada Ibu.
menunjukkan bahwa masih terdapat 2
(3,6%) responden dengan tingkat c. Hubungan Dukungan Suami dengan
pengetahuan baik tidak memberikan IMD Inisiasi Menyusu Dini
kepada bayinya. Hal ini terjadi karena Berdasarkan hasil penelitian
pola inisiasi menyusu dini tidak hanya terdapat 11 (20,0%) responden dengan
berfokus pada baik atau kurangnya suami tidak mendukung yang tidak
pengetahuan seseorang tetapi juga dapat memberikan IMD, 2 (3,6%) responden
dipengaruhi oleh faktor lain seperti dengan suami kurang mendukung tidak
kurangya dukungan keluarga dan memberikan IMD, dan tidak ada
motivasi dari tenaga kesehatan tentang responden dengan suami sangat
mendukung yang tidak memberikan 36 (65,6%) responden dengan petugas
IMD, 6 (10,9%) responden dengan suami kesehatan sangat mendukung yang
tidak mendukung yang memberikan IMD memberikan IMD
<1 Jam, tidak ada responden dengan Dalam penelitian ini dukungan
suami cukup mendukung yang petugas kesehatan terhadap pemberian
memberikan IMD <1 Jam, dan tidak ada IMD sudah tinggi namun masih ada
responden dengan suami sangat beberapa responden yang sudah
mendukung yang memberikan IMD <1 mendapatkan dukungan namun tidak
Jam, 28 (50,9%) responden dengan suami melakukan IMD kepada bayinya. Hal ini
tidak mendukung memberikan IMD, 7 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
(12,7) responden dengan suami kurang yaitu ibu yang merasa kelelahan, ibu
mendukung yang memberikan IMD, dan beranggapan bahwa bayi akan kedinginan
1 (1,8%) responden dengan suami sangat sehingga ini sangat mempengaruhi ibu
mendukung yang memberikan IMD. dalam melakukan IMD pada bayinya,
Berdasarkan hasil uji Kendall’s tau sedangkan terdapat 2 responden yang
diperoleh p value (0,364) lebih besar dari tidak mendapatkan dukungan dari
ɑ (0,05). Karena p>ɑ (0,364 > 0,05) petugas kesehatan untuk memberikan
sehingga dinyatakan bahwa tidak ada IMD hal ini dipengaruhi oleh faktor bayi
hubungan dukungan suami dengan seperti bayi mengalami asfiksia dengan
inisiasi menyusu dini pada ibu. begitu maka harus dilakukan tindakan
khusus terhadap bayi tersebut sehingga
d. Hubungan Dukungan Petugas petugas kesehatan tidak menganjurkan
Kesehatan dengan Inisiasi Menyusu ibu untuk melakukan inisiasi menyusu
Dini dini kepada bayinya.
Dukungan petugas kesehatan
dapat diukur dengan ada tidaknya SIMPULAN DAN SARAN
dukungan dan informasi dari petugas Simpulan
kesehatan tetang IMD.sehingga Tidak ada hubungan tingkat
dinyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan IMD p >α (404 >
dukungan petugas kesehatan dengan 0,05). Tidak ada hubungan tingkat
keberhasilan IMD pada Ibu. terdapat 2 pendidikan dengan IMD p >α (0,809 >
(3,6%) responden tidak mendapat 0,05). Tidak ada hubungan dukungan
dukungan petugas kesehatan yang tidak suami dengan IMD p >α (0,364 > 0,05).
memberikan IMD, 3 (5,5%) responden Ada hubungan dukungan tenaga
kurang mendapat dukungan petugas kesehatan dengan IMD p >α (0,000 <
kesehatan yang tidak memberikan IMD, 0,05).
dan 8 (14,5%) responden dengan petugas
kesehatan sangat mendukung yang tidak Saran
memberikan IMD, tidak ada responden Bagi Institusi Kesehatan
tidak mendapat dukungan petugas Pelayanan kesehatan tingkat pertama
kesehatan yang memberikan IMD <1 hendaknya meningkatkan penyuluhan
Jam, 1 (1,8%) responden dengan petugas tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada
kesehatan cukup mendukung yang ibu agar program IMD di Puskesmas
memberikan IMD <1 Jam, dan 8 (9,1%) khususnya Puskesmas Tegalrejo
responden dengan petugas kesehatan mencapai target yang telah ditargetkan.
sangat mendukung yang memberikan Bagi Ibu Nifas Ibu hendaknya
IMD <1 Jam, tidak ada responden dengan meningkatkan Pengetahuan tentang
petugas kesehatan tidak mendukung yang manfaat IMD bagi Ibu maupun bayi agar
memberikan IMD, tidak ada responden program IMD di Indonesia dapat
dengan petugas kesehatan kurang mencapai target yang sudah ditentukan.
mendukung yang memberikan IMD, dan
Bagi Tenaga Kesehatan/Bidan fed babies todevelop
Hasil penelitian ini hendaknya digunakan diarrheas compared to
sebagai tambahan informasi dalam breastfeeding babies,
pengembangan asuhan kebidanan http//www.pulsepakistan.com
khususnya mengenai pelaksanaan IMD . Diakses tanggal 15
pada ibu dan diharapkan peran bidan desember 2016.
lebih meningkatkan motivasi, dan Virarisca, S. (2010). Metode Persalinan
memberikan edukasi pada keluarga dan dan Hubungannya dengan
ibu agar dukungan petugas kesehatan Inisiasi Menyusu Dini. Jurnal
terhadap IMD dapat berjalan lebih baik Gizi Klinik Indonesia, Vol.7
dari sebelumnya. (2). Diakses tanggal 16 januari
2017.
DAFTAR PUSTAKA Rosli. U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini
Kemenkes. (2014). Profil Kesehatan Plus ASI Eksklusif. Jakarta:
Indonesia tahun 2013. Pustaka Bunda.
Jakarta: Kementrian Sugianto, D. (2013). Riskesdas Provinsi
Kesehatan RI. Daerah Istimewa Yogyakarta
Mubarok, A. (2013). Saving lives of Riskesdas Provinsi Daerah
newborns by early initiation Istimewa Yogyakarta tahun
of breastfeendingand 2013. Yogyakarta: lembaga
exclusive breastfeeding. penerbitan dan pengembangan
Bottle fed bebies are Kesehatan Kementrian
seventeen times more likely Kesehatan RI,145.

You might also like