Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Sapi Potong Dengan Metode Naive Bayes
Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Sapi Potong Dengan Metode Naive Bayes
Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Sapi Potong Dengan Metode Naive Bayes
net/publication/305247049
CITATIONS READS
0 3,461
3 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Muhammad Tanzil Furqon on 13 July 2016.
dir ungkapan yang biasanya diungkapkan oleh Pos Keswan Kab. Nganjuk. Observasi dan
dokter seperti “mungkin”, “kemungkinan wawancara ini bertujuan untuk menggali
besar” atau “hampir pasti” (Sutojo, 2011). informasi dan memperoleh data observasi
Certainty Factor bekerja dengan cara tentang penyakit sapi potong yang menyerang
menggunakan nilai parameter klinis yang ternak sapi di Kab. Nganjuk. Data observasi
menunjukkan besarnya nilai kepercayaan nantinya akan digunakan sebagai data training
(Kusrini, 2008). Metode dempster-shafer metode Naive Bayes. Hasil wawancara dengan
dikenal adanya frame of discernment yang pakar akan digunakan sebagai basis pengetahu-
dinotasikan dengan θ. Frame ini merupakan an sistem pakar diagnosa penyakit pada sapi
semesta pembicaraan dari sekum-pulan potong.
hipotesa untuk mengaitkan kepercayaan
2.3. Analisa Kebutuhan
elemen-elemen θ karena tidak semua evidence
secara langsung mendukung tiap elemen. Analisa kebutuhan dilakukan dengan
Metode Naive Bayes bekerja secara fitur menentukan kebutuhan apa saja yang dibutuh-
independen yang artinya sebuah fitur dalam kan untuk mendukung kerja sistem pakar
sebuah data tidak berkaitan dengan ada atau diagnosa penyakit pada sapi potong.
tidaknya fitur yang lain dalam data yang sama
2.4. Perancangan
(Prasetyo, 2012).
Pada penelitian ini akan dibangun sebuah Perancangan sistem berisi rancangan
aplikasi sistem pakar berbasis web untuk langkah kerja dari sistem secara menyeluruh,
diagnosa penyakit pada sapi potong dengan baik dari segi model maupun dari segi arsitektur
metode naive bayes. Metode ini dipilih karena sistem pakar yang akan dibangun. Tujuan
fitur-fitur pada metode Naive Bayes dapat perancangan itu sendiri adalah untuk
bekerja secara independen (Prasetyo, 2012). mempermudah implementasi dan pengujian
Aplikasi sistem pakar ini bekerja dengan cara sistem pakar diagnosa penyakit sapi potong
menerima input data gejala yang terjadi pada dengan metode Naive Bayes. Langkah kerja
ternak. Melalui data-data tersebut akan dalam sistem akan disesuaikan dengan
dilakukan penalaran berdasarkan pengetahuan arsitektur sistem pakar.
pakar yang dikombinasikan dengan algoritma
naive bayes. Hasil dari pengolahan sistem pakar
ini adalah diagnosa jenis penyakit yang sedang
menyerang ternak dan saran terapi untuk
menanggulangi penyakit ternak.
2. METODOLOGI
2.1. Studi Literatur
Gambar 1. Arsitektur Sistem Pakar Diagnosa
Studi literatur adalah metode untuk Penyakit pada Sapi Potong
mendapatkan teori pendukung penelitian dan
Gambar 1 menjelaskan arsitektur sistem
menjadi dasar dalam penelitian ini. Literatur
pakar yang mewakili beberapa komponen
tersebut dapat diperoleh dari buku, jurnal,
sistem pakar yang akan dibangun. Pengguna
ebook dan dokumentasi project. Bagian studi
sistem ini adalah pengguna umum, pakar atau
literatur ini mencakup teori diantaranya adalah
dokter hewan dan knowledge engineer.
sebagai berikut:
Antarmuka sistem ini tebagi menjadi 2 yaitu
a. Sistem Pakar; tampilan untuk pengguna umum dan tampilan
b. Algoritma Naive Bayes; untuk pakar dan knowledge engineer. Fasilitas
c. Penyakit pada sapi potong. penjelas pada sistem ini digunakan untuk
memperjelas pertanyaan diagnosa dan men-
2.2. Observasi dan Wawancara jelaskan proses pengambilan keputusan. Basis
Observasi dan wawancara dilakukan di Pos pengetahuan menyimpan data training yang
Keswan Kab. Nganjuk. Target wawancara akan digunakan sebagai metode mesin inferensi
adalah tenaga dokter hewan yang menjadi staff untuk melakukan penalaran. Mesin inferensi
Omphalitis 7 0,00615 1 0 0 0
3.1. Pengujian Blackbox
(
sebesar 20% dari keseluruhan data training. %
)
100
A
80 Gambar 4. Grafik Tingkat Akurasi 40%
k
u 60 Data Training
(
a
s 20 sebagai penyakit bloat pada seluruh skenario
i 0 pengambilan data. Kesalahan diagnosa pada
skenario 1, 2, 3, 4 dan 5 terjadi karena data yang
dimasukkan oleh pengguna kurang spesifik.
Sistem pakar tidak dapat mengenali penyakit
enteritis dan pneumonia pada skenario
Gambar 3. Grafik Tingkat Akurasi 20% pengambilan data ketiga. Kesalahan ini terjadi
Data Training karena data yang dimasukkan pengguna tidak
Sistem pakar mengenali peyakit pneumonia tercakup dalam data training. Selain itu pada
sebagai penyakit bloat pada seluruh skenario skenario pengambilan data ketiga sistem pakar
pengambilan data. Kesalahan diagnosa pada mengenali penyakit omphalitis sebagai
skenario 1, 2, 3, 4 dan 5 terjadi karena data yang penyakit abses. Kesalahan ini dapat terjadi
dimasukkan oleh pengguna kurang spesifik. karena data training penyakit abses berjumlah
Sistem pakar tidak dapat mengenali penyakit sedikit sehingga tidak seimbang dengan data
enteritis, pneumonia, abses dan omphalitis pada training penyakit-penyakit lain.
skenario pengambilan data ketiga. Kesalahan 3.2.3. Skenario 60% Data Training
ini terjadi karena data yang dimasukkan
pengguna tidak tercakup dalam data training. Gambar 5 adalah grafik hasil pengujian pada
masing-masing skenario proses pengambilan
3.2.2. Skenario 40% Data Training data dengan jumlah data training sebesar 60%
Gambar 4 adalah grafik hasil pengujian dari keseluruhan data training.
pada masing-masing skenario proses peng-
ambilan data dengan jumlah data training 100
sebesar 40% dari keseluruhan data training. A
k 80
u 60
r
a
40
s 20
i
0
(
%
)
pengambilan data. Kesalahan diagnosa pada penyakit abses berjumlah sedikit sehingga tidak
skenario 1, 2, 3, 4 dan 5 terjadi karena data yang seimbang dengan data training penyakit-
dimasukkan oleh pengguna kurang spesifik. penyakit lain.
Skenario pengambilan data pertama dan kelima
3.2.6. Analisa Pengujian Akurasi
sistem pakar mengenali penyakit omphalitis
sebagai penyakit abses. Kesalahan ini dapat Berdasarkan kelima skenario pengujian
terjadi karena data training penyakit abses akurasi terhadap variasi data menghasilkan nilai
berjumlah sedikit sehingga tidak seimbang rata-rata akurasi masing-masing skenario
dengan data training penyakit-penyakit lain. sebesar 93,08%, 93,84%, 94,61%, 92,31% dan
92,31%. Sehingga didapatkan rata-rata akurasi
3.2.4. Skenario 80% Data Training
sistem sebesar 93,23%. Grafik rata-rata hasil
Gambar 6 adalah grafik hasil pengujian pengujian akurasi terhadap variasi data training
pada masing-masing skenario proses ditunjukkan pada Gambar 7 berikut.
pengambilan data dengan jumlah data training
sebesar 80% dari keseluruhan data training. 100
A
k 80
100
A u
80 60
k r
u 60 a 40
r s
40 i 20
a
s 20 0
(
i %
0
)
(
%
)
1. Proses diagnosa penyakit sapi potong 2. Sistem dapat dikembangkan lebih lanjut
dilakukan dengan cara memasukkan gejala dengan menggunakan metode yang berbeda
klinis yang muncul pada ternak. Melalui atau mengkombinasikan metode Naive
gejala klinis tersebut akan dilakukan Bayes dengan metode yang lain agar sistem
perhitungan dengan metode Naive Bayes lebih akurat, efektif dan efisien.
untuk mendapatkan nilai probabilitas 3. Pengembangan dapat dilakukan dengan
posterior setiap class jenis penyakit ternak cara menambah jenis penyakit dan gejala
yang menjadi studi kasus pada penelitian klinis dalam proses diagnosa penyakit sapi
ini. Jenis penyakit yang memiliki nilai potong.
probabilitas akhir tinggi akan diambil
sebagai hasil diagnosa sistem pakar. 5. DAFTAR PUSTAKA
2. Sistem pakar diagnosa penyakit sapi potong AMBICA, A., dkk. 2013. An Efficient Expert
ini memiliki kinerja sistem yang mampu System for Diabetes by Naïve Bayesian
berjalan dengan baik sesuai kebutuhan Classifier. Dadi Institute of Engineering
fungsional. Hal ini berdasarkan pengujian and Technology (Affiliated to JNTUK),
blackbox yang telah membuktikan bahwa Andhra Pradesh.
seluruh fungsi dapat bekerja sesuai dengan HARDIKA, P ANGGA, dkk. 2014. Aplikasi Sistem
hasil yang diharapkan. Pakar untuk Identifikasi Hama dan
3. Berdasarkan kelima skenario pengujian Penyakit Tanaman Tebu dengan Metode
akurasi terhadap variasi data menghasilkan Naïve Bayes Berbasis Web. Universitas
nilai rata-rata akurasi masing-masing Brawijaya, Malang.
skenario sebesar 93,08%, 93,85%, 93,85%, KARLIK, BEKIR. 2011. Hepatitis Disease
92,31% dan 92,31%. Sehingga didapatkan Diagnosis Using Backpropagation and The
rata-rata akurasi sistem sebesar 93,08%. Naive Bayes Classifiers. Mevlan
Tingkat akurasi tertinggi didapat ketika University, Turkey.
variasi data training berjumlah 40% dan KUSRINI. 2007. Strategi Perancangan dan
60% dari keseluruhan jumlah data training Pengelolaan Basis Data. Yogyakarta: Andi.
yang ada. Hal ini membuktikan bahwa KUSRINI. 2008. Aplikasi Sistem Pakar Menentukan
komposisi data kasus berpengaruh dalam Faktor Kepastian Pengguna dengan Metode
hasil akurasi sistem. Semakin banyak data Kuantifikasi Pertanyaan. Yogyakarta:
Andi.
training belum tentu dapat menjamin
sistem pakar yang dihasilkan akan semakin MUNANDAR, TB AI, dkk. 2012. The Use of
baik. Jadi dalam menentukkan data training Certainty Factor with Multiple Rules for
Diagnosing Internal Disease. Universitas
harus komposisi data kasus masing-masing
Serang Raya, Banten.
class untuk menghasilkan sistem pakar
MUSTIKADEWI P. dkk. 2013. Aplikasi Sistem
yang baik.
Pakar Untuk Pendeteksian dan Penanganan
4.2. Saran Dini pada Penyakit Sapi dengan Metode
Dempster-Shafer Berbasis Web.
Sistem pakar diagnosa penyakit sapi potong Universitas Brawijaya, Malang.
dengan metode Naive Bayes ini masih memiliki PRASETYO, EKO. 2012. Data Mining-Konsep dan
beberapa kekurangan. Saran yang dapat Aplikasi Menggunakan MATLAB.
diberikan untuk pengembangan sistem agar Yogyakarta: Andi.
menjadi lebih baik antara lain: RAHMAT, BAGUS HARIANTO. 2012. 3 Jurus
1. Pengembangan metode Naive Bayes dapat Sukses Menggemukkan Sapi Potong.
dilakukan dengan cara melakukan Jakarta: PT. Agro Media Pustaka.
pembobotan pada gejala klinis penyakit. SUTOJO, T., dkk. 2011. Kecerdasan Buatan.
Yogyakarta: Andi.