Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Silang Pada Tindakan Ekstraksi Gigi Di Poli Gigi Puskesmas Kakaskasen Tomohon
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Silang Pada Tindakan Ekstraksi Gigi Di Poli Gigi Puskesmas Kakaskasen Tomohon
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Silang Pada Tindakan Ekstraksi Gigi Di Poli Gigi Puskesmas Kakaskasen Tomohon
1
Novita P. Lumunon
1
Vonny N. S. Wowor
2
Damajanty H. C. Pangemanan
1
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: novitapatricialumunon@gmail.com
Abstract: Prevention and control of infection are needed in dentistry treatment. Tooth
extraction is an invasive treatment, therefore, it plays an important role in the transmission of
infection. This study was aimed to determine the prevention and control of cross infection in
dental extractions at the Dental Clinic of Kakaskasen Tomohon Health Center. This was a
descriptive observational study with a cross sectional design. There were 40 patients as
subjects, obtained by using purposive sampling method. Data were obtained by using the
checklist sheet. The results showed that the prevention of cross infection before tooth
extraction achieved 56,87%; during tooth extractions 78%; and after tooth extraction 66,7%.
In general, the prevention and control of cross-infection in dental extractions at the health
center achieved 67.19%. Conclusion: The prevention and control of cross infection in dental
extractions at the Dental Clinic of Kakaskasen Tomohon Health Center was still below
maximum level.
Keywords: prevention and control of cross-infection, tooth extraction action
Abstrak: Pencegahan dan pengendalian infeksi dibutuhkan dalam setiap tindakan perawatan
di bidang kedokteran gigi. Tindakan ekstraksi gigi merupakan salah satu jenis tindakan invasif
sehingga berisiko tinggi dalam penularan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada tindakan ekstraksi gigi di Poliklinik Gigi
Puskesmas Kakaskasen Tomohon. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan
menggunakan desain potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling. Terdapat 40 pasien sebagai subyek penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan
lembar checklist. Hasil penelitian mendapatkan bahwa tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi silang sebelum ekstraksi gigi dilakukan sebesar 56,87%; selama ekstraksi gigi sebesar
78%; dan setelah ekstraksi gigi sebesar 66,7%. Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
silang secara umum sebesar 67,19%. Simpulan: Pencegahan dan pengendalian infeksi silang
pada tindakan ekstraksi gigi baik sebelum, selama, dan sesudah tindakan di Poliklinik Gigi
Puskesmas Kakaskasen Tomohon belum maksimal.
Kata kunci: Pencegahan dan pengendalian infeksi silang, tindakan ekstraksi gigi
34
Lumunon, Wowor, Pangemanan: Pencegahan dan pengendalian ... 35
Tabel 1. Distribusi frekuensi tindakan desinfeksi permukaan kerja sebelum tindakan ekstraksi gigi
Ya Tidak Jumlah
Tindakan desinfeksi
n % n % n %
Pegangan lampu 21 52,5 19 47,5 40 100
Sandaran kepala 21 52,5 19 47,5 40 100
Tempat duduk 14 35 26 65 40 100
Meja instrumen 26 65 14 35 40 100
Rerata 51,25 48,75 100
Tabel 2. Distribusi frekuensi perlindungan pribadi operator sebelum tindakan ekstraksi gigi
Bentuk perlindungan pribadi Ya Tidak Jumlah
n % n % n %
Imunisasi: Vaksinasi hepatitis B bagi 1 100 0 0 1 100
operator
Teknik barrier praktis: Mencuci tangan 40 100 0 0 40 100
sebelum memakai sarung tangan
Memakai sarung tangan 40 100 0 0 40 100
Memakai sarung tangan bedah steril 0 0 40 100 40 100
Memakai masker 40 100 0 0 40 100
Memakai kacamata pelindung 0 0 40 100 40 100
Memakai pakaian pelindung 0 0 40 100 40 100
Memakai sepatu tertutup 40 100 0 0 40 100
Rerata 62,5 37,5 100
Lumunon, Wowor, Pangemanan: Pencegahan dan pengendalian ... 37
Tabel 3. Distribusi frekuensi pencegahan dan pengendalian infeksi silang sebelum tindakan
ekstraksi gigi
Tindakan pencegahan dan pengendalian Ya (%) Tidak (%) Jumlah
infeksi silang
Desinfeksi permukaan kerja 51,25 48,75 100
Perlindungan pribadi operator 62,5 37,5 100
Rerata 56,87 43,13 100
Pencegahan dan pengendalian infeksi sihan intrumen bekas pakai dengan air,
silang selama tindakan ekstraksi gigi sikat dan deterjen, sterilisasi instrumen
Tabel 4 menunjukkan bahwa 100% bekas pakai, menempatkan sampah infek-
operator melakukan pemberian desinfektan sius pada kontainer yang tepat dan tahan
sebelum insersi jarum suntik, jarum suntik bocor warna kuning, menempatkan sampah
ditutup setelah tindakan anestesi, dan non infeksius pada kontainer warna hitam,
menghindari tertusuk instrumen tajam. dan menempatkan sampah infeksius jarum
Tangan operator tidak menyentuh ling- suntik pada safety box. Rerata pencegahan
kungan kerja/peralatan yang tidak steril dan pengendalian infeksi silang setelah
yaitu 90%; dan yang tidak dilakukan yaitu tindakan ekstraksi gigi sebesar 66,7%.
berkumur dengan larutan antiseptik. Rerata Tabel 6 menunjukkan bahwa pence-
pencegahan dan pengendalian infeksi gahan dan pengendalian infeksi silang
silang selama tindakan ekstraksi gigi sebelum tindakan, yaitu 56,87%. Pence-
dilakukan sebesar 78%. gahan dan pengendalian infeksi silang
selama tindakan, yaitu 78%. Pencegahan
Pencegahan dan pengendalian infeksi dan pengendalian infeksi silang setelah
silang setelah tindakan ekstraksi gigi tindakan, yaitu 66,7%. Secara keseluruhan,
Tabel 5 menunjukkan 100% operator rerata pencegahan dan pengendalian infeksi
mencuci tangan secara asepsis setelah silang sebelum tindakan, selama tindakan
sarung tangan dibuka, melakukan pember- dan setelah tindakan, yaitu sebesar 67,19%.
Tabel 4. Distribusi frekuensi pencegahan dan pengendalian infeksi silang selama tindakan ekstraksi
gigi
Tindakan pencegahan dan pengen- Ya Tidak Jumlah
dalian infeksi silang selama tindakan n % n % n %
ekstraksi gigi
Tindakan asepsis pada pasien: Berkumur 0 0 40 100 40 100
dengan larutan antiseptik
Pemberian desinfektan sebelum insersi 40 100 0 0 40 100
jarum suntik
Tindakan pencegahan kecelakaan kerja: 40 100 0 0 40 100
Jarum suntik ditutup setelah tindakan
anestesi
Menghindari tertusuk instrumen tajam 40 100 0 0 40 100
yang sudah terkontasminasi
Tindakan pencegahan penularan infeksi 36 90 4 10 40 100
melalui operator: Tangan operator tidak
menyentuh lingkungan/permukaan kerja
yang tidak steril
Rerata 78 22 100
38 Jurnal e-Gigi (eG), Volume 7 Nomor 1, Januari-Juni 2019
Tabel 5. Distribusi frekuensi pencegahan dan pengendalian infeksi silang setelah tindakan
ekstraksi gigi
Tabel 6. Distribusi frekuensi rerata pencegahan dan pengendalian infeksi silang sebelum tindakan,
selama tindakan dan setelah tindakan ekstraksi gigi
sarung tangan terluka dan saat itu operator sangat mengganggu kenyamanan saat
mengalami infeksi virus maka risiko bekerja. Di samping itu menurut operator,
penularan infeksi kepada pasien akan penggunaan kacamata pelindung bukan
meningkat. Penulis berpendapat saat mela- merupakan prosedur dalam tindakan
kukan tindakan ekstraksi gigi, seharusnya ekstraksi gigi. Menurut penulis, operator
operator menggunakan sarung tangan belum memahami pentingnya memakai
bedah berupa sarung tangan lateks steril kacamata pelindung. Kondisi ini sangat
yang mampu memberikan perlindungan rentan terhadap masuknya mikroorganisme
terbaik untuk tindakan bedah termasuk yang dapat menyebabkan penularan infeksi
tindakan ekstraksi gigi. Perlindungan ini melalui permukaan selaput lendir di mata
dapat menngurangi risiko tinggi terhadap terhadap percikan darah, saliva dari pasien
paparan darah atau cairan tubuh yang saat bekerja.
potensial menyebabkan kontaminasi bakteri Hasil penelitian selama penelitian
atau virus penyebar infeksi. berlangsung menunjukkan bahwa operator
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang bekerja di Poliklinik Gigi Puskesmas
operator sudah memakai masker saat Kakaskasen bahkan tidak pernah memakai
melakukan tindakan ekstraksi gigi. Masker pakaian pelindung berupa jas kerja.
yang dipakai ialah masker dari bahan kain. Operator beralasan bahwa jas kerja yang
Masker ini nyaman digunakan tetapi dimilikinya sudah tidak muat lagi, dikare-
sebagai alat pelindung yang berfungsi nakan operator sedang dalam keadaan
sebagai filter udara kurang efektif, karena hamil. Penulis berpendapat bahwa alasan
memiliki sifat tidak tahan cairan. Masker operator menunjukkan bahwa operator
yang dipakai dalam jangka waktu lama dan belum memahami sepenuhnya akan
tidak diganti dapat menyebabkan masker pentingnya penggunaan pakaian pelindung
basah oleh keringat atau uap mulut berupa jas kerja saat melakukan tindakan
operator. Kontaminasi darah atau saliva ekstraksi gigi. Percikan darah atau saliva
berupa percikan yang mengenai masker selama melakukan tindakan ekstraksi gigi
saat tindakan ekstraksi gigi atau mikro- dapat mengontaminasi pakaian yang
organisme yang menyebar lewat udara dan digunakan saat bekerja, walaupun terka-
terhirup operator berpontensi menyebarkan dang tidak bisa dilihat dengan mata
infeksi bagi operator. Operator seharusnya telanjang.
memakai masker yang diganti setiap Hasil penelitian tentang pemakaian
pergantian pasien sehingga dapat memutus sepatu tertutup menunjukkan bahwa
rantai penyebaran infeksi. Berbagai macam operator setiap hari memakai sepatu
masker tersedia di pasaran, namun dalam tertutup. Pemakaian sepatu tertutup bertu-
praktek dokter gigi umumnya mengguna- juan untuk melindungi tertusuknya kaki
kan masker disposable. Masker respirator dari instrumen ketika ada instrumen bekas
atau masker jenis khusus tersedia di pakai yang terjatuh, sehingga tindakan ini
pasaran dan digunakan untuk memfilter dapat memberikan perlindungan bagi
udara yang masuk saat menarik nafas. operator terhadap bahaya penyebaran atau
Penggunaan masker jenis ini dianggap penularan infeksi.
sangat penting karena terdiri dari bahan Pencegahan dan pengendalian infeksi
filter yang berlapis-lapis yang terpasang silang selama tindakan ekstraksi gigi meli-
pada muka dengan ketat. Pemakaian mas- puti, tindakan asepsis pada pasien, pence-
ker ini akan menyebabkan kurang nyaman gahan kecelakaan kerja dan pencegahan
saat bernapas dan sangat mahal harganya penularan infeksi melalui operator. Hasil
sehingga responden tidak pernah memakai rerata yang diperoleh menunjukkan 78%
masker jenis tersebut.10 operator melakukan tindakan pencegahan
Semua operator tidak memakai kaca- dan pengendalian infeksi silang selama
mata pelindung, operator menganggap tindakan ekstraksi gigi. Hasil yang ada
memakai kacamata pelindung saat bekerja memberikan gambaran bahwa sudah lebih
Lumunon, Wowor, Pangemanan: Pencegahan dan pengendalian ... 41
dari setengah melakukan tindakan pence- operator memanfaatkan tenaga asisten yang
gahan dan pengendalian infeksi selama ada untuk membantu operator saat bekerja,
tindakan ekstraksi gigi, namun hasil ini tapi terkadang operator lalai sehingga
juga sekaligus menunjukkan bahwa pence- menyentuh daerah permukaan kerja yang
gahan dan pengendalian infeksi selama tidak steril seperti pegangan lampu.
tindakan ekstraksi gigi belum dilakukan Pencegahan dan pengendalian infeksi
secara maksimal. silang setelah tindakan ekstraksi gigi
Jika dilihat lebih terperinci, ternyata meliputi: Perlindungan pribadi, penanganan
ada tindakan yang sama sekali tidak instrumen bekas pakai dan penanganan
dilakukan oleh operator, seperti tindakan sampah medis bekas praktek. Hasil peneli-
asepsis pada pasien yaitu berkumur dengan tian menunjukkan rata-rata 66,7% respon-
larutan antiseptik. Hasil ini sejalan dengan den melakukan tindakan pencegahan dan
penelitian yang dilakukan oleh Ramdhani pengendalian infeksi silang setelah
et al11 tentang tindakan pencegahan dan tindakan ekstraksi gigi.
pengendalian infeksi pada perawatan Upaya perlindungan pribadi setelah
periodonsia di RSGM Unsrat, yakni semua ekstraksi gigi meliputi tindakan mencuci
operator tidak menginstruksikan pasien tangan asepsis setelah sarung tangan dibuka
untuk berkumur antiseptik. Operator hanya telah 100% dilakukan oleh operator. Untuk
menyuruh pasien berkumur dengan air saja. penggunaan sarung tangan karet tebal
Hasil ini menunjukkan masih kurangnya sebelum mencuci instrumen bekas pakai,
pemahaman operator akan pentingnya menurut pengamatan saat mencuci
tindakan kumur-kumur larutan antiseptik instrumen semua (100%) responden tidak
sebelum tindakan ekstraksi gigi dilakukan, menggunakan sarung tangan dari karet
padahal tindakan berkumur dengan larutan tebal bahkan sama sekali tidak mengguna-
antiseptik terbukti dapat mengurangi kan pelindung apapun. Kondisi ini sangat
jumlah mikroba rongga mulut sampai berbahaya karena adanya potensi penye-
90%.8 Pemberian desinfeksi sebelum baran infeksi melalui instrumen bekas
insersi jarum suntik sudah dilakukan oleh pakai yang sudah terkontaminasi dengan
operator dengan menggunakan larutan darah dan saliva. Instrumen yang relatif
betadine yang dioles menggunakan kapas tajam bisa melukai tangan operator saat
pada daerah kerja di rongga mulut yang dicuci, sehingga meningkatkan bahaya
akan menjadi tempat insersi jarum suntik. penyebaran infeksi yang kemungkinan
Upaya menghindar dari kemungkinan berasal dari darah pasien.
tertusuk instrumen tajam yang sudah Pada penanganan instrumen bekas
terkontaminasi, sudah dilakukan oleh pakai, yakni pemindahan baki instrumen
operator. Hal ini menunjukkan bahwa dari daerah kerja ke daerah dekontaminasi
operator sudah memahami tentang tujuan dalam keadaan tertutup, tidak dilakukan
dan pentingnya tindakan tersebut dilaku- oleh operator (100%). Selanjutnya hasil
kan. Kondisi ini juga terlihat saat operator penelitian menunjukkan pemindahan
menggunakan instrumen yang relatif tajam instrumen yang terkontaminasi seluruhnya
dengan berhati-hati selama melakukan (100%) melewati jalur yang seharusnya
tindakan ekstraksi gigi. Selanjutnya upaya diperuntukkan untuk jalur alat yang steril.
pencegahan penularan infeksi melalui Hal ini sangat beresiko bagi terjadinya
operator telah dilakukan sebesar 90%, penyebaran infeksi ke lingkungan kerja di
dimana tangan operator yang merupakan poli gigi dan meningkatkan potensi
responden dalam penelitian tidak menyen- penyebaran infeksi bagi tenaga kesehatan
tuh lingkungan/permukaan kerja yang tidak gigi dan masyarakat yang berkunjung ke
steril dan masih sekitar 10% yang masih Poliklinik Gigi. Berdasarkan pengamatan
menyentuh permukaan kerja selama tindak- penulis di Puskesmas Kakaskasen tidak
an ekstraksi gigi. Pada pengamatan penulis ditentukan jalur pemindahaan instrumen
saat melakukan tindakan ekstraksi gigi yang terkontaminasi dan tidak memper-
42 Jurnal e-Gigi (eG), Volume 7 Nomor 1, Januari-Juni 2019
hatikan letak tempat cuci alat dan tempat sebesar 67,19% yang menunjukkan belum
sterilisasi alat yang di Puskesmas Kakas- maksimalnya pencegahan dan pengendalian
kasen diletakkan berdampingan, sehingga infeksi silang yang dilakukan di Poliklinik
operator ketika melakukan pemindahan Gigi Puskesmas Kakaskasen Tomohon. Hal
instrumen yang terkontaminasi bebas ini menunjukkan bahwa masih kurangnya
melewati di satu jalur saja. perhatian dari pihak Puskesmas untuk
Selanjutnya pembersihan instrumen sarana dan prasarana di Poliklinik Gigi,
bekas pakai dengan air, sikat, deterjen dan bahkan belum adanya kesadaran dari
sterilisasi instrumen bekas pakai telah operator dalam pencegahan dan pengen-
dilakukan 100% oleh operator. Hasil ini dalian infeksi silang.
sejalan dengan penelitian dari Syahrir et
al12 tentang analisis pelaksanaan pence- SIMPULAN
gahan dan pengendalian infeksi nosokomial Secara umum pencegahan dan
di RSUD Makassar, yakni pencucian pengendalian infeksi silang pada tindakan
instrumen di lakukan dengan deterjen dan ekstraksi gigi baik sebelum, selama, dan
air. Hasil yang diperoleh menunjukkan sesudah tindakan di Poliklinik Gigi
operator sudah memahami pentingnya hal Puskesmas Kakaskasen Tomohon belum
tersebut untuk dilakukan. maksimal.
Penanganan sampah medis bekas
praktek terbagi atas sampah infeksius, non SARAN
infeksius dan sampah infeksius berupa Disarankan agar pihak Puskesmas
jarum suntik atau skalpel bekas pakai. meningkatkan pengetahuan dan ketram-
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pilan tenaga kesehatan gigi dalam hal
pihak Puskesmas Kakaskasen tidak menye- pencegahan dan pengendalian infeksi
diakan kontainer yang berwarna kuning silang melalui seminar atau pelatihan.
untuk sampah infeksius dan kontainer Pihak Puskesmas perlu untuk membuat
berwarna hitam untuk sampah non standar prosedur operasional tentang
infeksius. Pihak Puskesmas hanya menye- pencegahan dan pengendalian infeksi pada
diakan dua tempat sampah biasa berwarna setiap tindakan perawatan di poli gigi
hitam dan hijau. Tempat sampah hitam termasuk perawatan ekstraksi gigi. Selain
diberi label sampah medis, sedangkan itu pihak Puskesmas secara berkala
tempat sampah hijau yang diperuntukkan melakukan pengawasan dan evaluasi
untuk sampah non infeksius tidak diberi terhadap kinerja pegawai termasuk tenaga
label. Satu wadah lagi dari kardus tebal kesehatan gigi guna peningkatan mutu
berwarna kuning disiapkan untuk jarum pelayanan kepada masyarakat. Pihak
suntik dan alat tajam bekas pakai. Berda- Puskesmas perlu meyediakan sarana
sarkan pengamatan penulis terlihat bahwa prasarana penunjang bagi pelaksanaan
operator membuang sampah pada tempat tindakan pencegahan dan pengendalian
sesuai peruntukannya. Menurut penulis infeksi silang di Puskesmas.
operator telah memahami dan melakukan
tindakan pencegahan dan pengendalian DAFTAR PUSTAKA
infeksi silang sesuai standar. Terlihat ada 1. Amir A, Hanafiah JM. Etika Kedokteran dan
pemisahan antara sampah infeksius dan non Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC,
infeksius serta sampah infeksius jarum 2014.
suntik, walaupun fasilitas yang ada masih 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kese-
kurang mendukung. Untuk menghindari hatan RI. Laporan hasil kesehatan dasar
kekeliruan sebaiknya tempat sampah non (RISKESDAS) Jakarta, 2018.
medispun diberi label atau diberi warna 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kese-
sesuai peruntukkanya berdasarkan pera- hatan RI. Laporan hasil kesehatan dasar
(RISKESDAS) Jakarta, 2013.
turan Kemenkes Republik Indonesia. 4. Dinas Kesehatan Sulut Provinsi Sulawesi
Hasil penelitian ini mendapatkan rerata
Lumunon, Wowor, Pangemanan: Pencegahan dan pengendalian ... 43