Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Silang Pada Tindakan Ekstraksi Gigi Di Poli Gigi Puskesmas Kakaskasen Tomohon

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang pada Tindakan Ekstraksi

Gigi di Poli Gigi Puskesmas Kakaskasen Tomohon

1
Novita P. Lumunon
1
Vonny N. S. Wowor
2
Damajanty H. C. Pangemanan

1
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: novitapatricialumunon@gmail.com

Abstract: Prevention and control of infection are needed in dentistry treatment. Tooth
extraction is an invasive treatment, therefore, it plays an important role in the transmission of
infection. This study was aimed to determine the prevention and control of cross infection in
dental extractions at the Dental Clinic of Kakaskasen Tomohon Health Center. This was a
descriptive observational study with a cross sectional design. There were 40 patients as
subjects, obtained by using purposive sampling method. Data were obtained by using the
checklist sheet. The results showed that the prevention of cross infection before tooth
extraction achieved 56,87%; during tooth extractions 78%; and after tooth extraction 66,7%.
In general, the prevention and control of cross-infection in dental extractions at the health
center achieved 67.19%. Conclusion: The prevention and control of cross infection in dental
extractions at the Dental Clinic of Kakaskasen Tomohon Health Center was still below
maximum level.
Keywords: prevention and control of cross-infection, tooth extraction action

Abstrak: Pencegahan dan pengendalian infeksi dibutuhkan dalam setiap tindakan perawatan
di bidang kedokteran gigi. Tindakan ekstraksi gigi merupakan salah satu jenis tindakan invasif
sehingga berisiko tinggi dalam penularan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada tindakan ekstraksi gigi di Poliklinik Gigi
Puskesmas Kakaskasen Tomohon. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan
menggunakan desain potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling. Terdapat 40 pasien sebagai subyek penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan
lembar checklist. Hasil penelitian mendapatkan bahwa tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi silang sebelum ekstraksi gigi dilakukan sebesar 56,87%; selama ekstraksi gigi sebesar
78%; dan setelah ekstraksi gigi sebesar 66,7%. Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
silang secara umum sebesar 67,19%. Simpulan: Pencegahan dan pengendalian infeksi silang
pada tindakan ekstraksi gigi baik sebelum, selama, dan sesudah tindakan di Poliklinik Gigi
Puskesmas Kakaskasen Tomohon belum maksimal.
Kata kunci: Pencegahan dan pengendalian infeksi silang, tindakan ekstraksi gigi

Peningkatan pelayanan kesehatan berguna termasuk dokter gigi sangat menentukan


untuk mencapai tujuan akhir pembangunan dalam pelayanan kesehatan yang diberikan
kesehatan, yakni derajat kesehatan yang kepada masyarakat. Dokter gigi sebagai
optimal, termasuk juga pada bidang tenaga kesehatan bukan saja berperan
kesehatan gigi dan mulut. Keberadaan dalam penatalaksanaan serta perawatan gigi
fasilitas kesehatan serta tenaga dokter dan mulut masyarakat, tetapi juga berperan

34
Lumunon, Wowor, Pangemanan: Pencegahan dan pengendalian ... 35

dalam pencegahan penyakit. Lingkungan HIV lewat tranfusi darah/produk darah


kerja kedokteran gigi merupakan sumber yang tercemar risikonya sangat tinggi
penularan infeksi; oleh karena itu pence- sampai 90% dan ditemukan sekitar 3-5%
gahan dan pengendalian infeksi dibutuhkan dari total kasus sedunia.6 Prevalensi infeksi
dalam setiap tindakan perawatan di bidang Hepatitis B di Indonesia sekitar 2,4-9,1%.7
kedokteran gigi.1 Masih tingginya angka penyakit infeksi
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 virus hepatitis B serta semakin mening-
mencatat proporsi masalah gigi dan mulut katnya infeksi Human Immunodeficiency
di Indonesia sebesar 57,6%, dan yang Virus Acquired Immune Deficiency
mendapatkan pelayanan dari tenaga medis Syndrome (HIV/AIDS) yang ditularkan
gigi sebesar 10,2%.2 Pada tahun 2013 melalui darah dan saliva dari pasien
masyarakat di Indonesia yang mendapat menunjukkan bahwa penyakit-penyakit ini
pelayanan ekstraksi gigi sebesar 79,6%.3 Di perlu diwaspadai.6
Sulawesi Utara tepatnya di Kota Tomohon Infeksi silang adalah perpindahan
tindakan pencabutan gigi sebanyak 407 mikroorganisme yang dapat terjadi di
kali. Hal ini menunjukkan angka tindakan tempat pelayanan kesehatan gigi melalui
pencabutan gigi di Kota Tomohon lebih beberapa cara, di antaranya dari pasien ke
tinggi dibandingkan dengan kota atau tenaga pelayanan kesehatan gigi; tenaga
kabupaten lainnya yang berada di Sulawesi pelayanan kesehatan gigi ke pasien; pasien
Utara seperti Kota Kotamobagu sebanyak ke pasien; dan tempat pelayanan kesehatan
210 kali dan Kabupaten Minahasa Teng- gigi ke komunitas masyarakat, termasuk di
gara sebanyak 253 kali untuk tindakan dalamnya keluarga dari tenaga pelayanan
ekstraksi gigi.4 Ekstraksi gigi merupakan kesehatan gigi. Terdapat risiko yang sangat
tindakan yang banyak dilakukan dalam tinggi bagi dokter gigi untuk terkena
praktek kedokteran gigi sehari-hari. infeksi silang dalam melakukan tindakan
Tindakan ekstraksi gigi merupakan salah ektraksi gigi karena dapat berkontak
satu jenis tindakan yang sifatnya invasif, langsung dengan darah, saliva, dan alat-alat
sehingga memiliki risiko tinggi dalam yang terkontaminasi. Kurangnya perhatian
penularan infeksi.5 pada tindakan pencegahan dan pengen-
Infeksi merupakan bahaya yang sangat dalian infeksi di sarana pelayanan kese-
nyata pada lingkungan kedokteran gigi. hatan gigi dapat berdampak pada tenaga
Bidang kerja kedokteran gigi yang tidak medis gigi yang memberikan pelayanan
lepas dari kemungkinan untuk berkontak serta pasien dan masyarakat pengunjung.7
langsung atau tidak langsung dengan Penelitian ini bertujuan untuk menge-
mikroorganisme dalam rongga mulut tahui pencegahan dan pengendalian infeksi
pasien. Hal ini menyebabkan pengendalian silang pada tindakan ekstraksi gigi di
infeksi dibutuhkan dalam berbagai tindakan Poliklinik Gigi Puskesmas Kakaskasen
perawatan di bidang kedokteran gigi Tomohon. Puskesmas tersebut dipilih
termasuk tindakan pencabutan gigi.5 sebagai lokasi penelitian karena hasil survei
Berbagai infeksi dapat ditularkan melalui awal menunjukkan bahwa perhatian terha-
tindakan perawatan gigi, yang berasal dari dap pencegahan dan pengendalian infeksi
berbagai infeksi virus, bakteri, jamur, silang belum tercapai.
antara lain hepatitis B dan HIV/AIDS.
Penelitian yang dilakukan oleh American METODE PENELITIAN
Dental Association (ADA) menunjukkan Jenis penelitian ini ialah deskriptif
bahwa penularan penyakit hepatitis B observasional dengan desain potong lin-
terhadap tenaga kesehatan khususnya tang. Penelitian ini dilaksanakan di Poli-
dokter gigi yang tidak diimunisasi klinik Gigi Puskesmas Kakaskasen Tomo-
mempunyai risiko enam kali lebih besar hon pada bulan April 2019. Jumlah subyek
dari populasi umum di Amerika Serikat penelitian sebanyak 40 orang diperoleh
yaitu sebesar 76% sedangkan penularan dengan teknik purposive sampling.
36 Jurnal e-Gigi (eG), Volume 7 Nomor 1, Januari-Juni 2019

Peneliti melakukan observasi pada 65%. Tindakan desinfeksi permukaan kerja


operator pada saat sebelum tindakan, sebelum tindakan ekstraksi gigi dilakukan
selama tindakan, dan setelah tindakan sebesar 51,25% dan sisanya 48,75% terdiri
ekstraksi gigi dengan menggunakan lembar dari pegangan lampu yaitu 47,5%, sandaran
check list. Data hasil penelitian diolah kepala 47,5%, tempat duduk 65% dan meja
secara manual dan disajikan berdasarkan instrumen 35% tidak dilakukan.
distribusi frekuensi dalam bentuk tabel. Tabel 2 menunjukkan bahwa semua
operator sudah divaksinasi hepatitis B,
HASIL PENELITIAN memakai sarung tangan, masker, dan
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik sepatu tertutup, akan tetapi operator tidak
Gigi Puskesmas Kakaskasen Tomohon memakai sarung tangan bedah steril,
pada bulan April 2019 dengan jumlah kacamata pelindung, dan pakaian pelin-
subyek sebanyak 40 pasien yang berkun- dung. Perlindungan pribadi operator sebe-
jung dan memenuhi kriteria inklusi lum tindakan ekstraksi gigi dilakukan
penelitian. sebesar 62,5% dan yang tidak dilakukan
sebesar 37,5%
Pencegahan dan pengendalian infeksi Tabel 3 menunjukkan bahwa operator
silang sebelum tindakan ekstraksi gigi yang melakukan tindakan desinfeksi
Tabel 1 menunjukkan pencegahan dan permukaan kerja sebesar 51,25% dan
pengendalian infeksi silang sebelum operator yang memakai alat pelindungan
tindakan ekstraksi gigi. Operator yang pribadi sebesar 62,5%. Rerata pencegahan
melakukan desinfeksi pegangan lampu dan pengendalian infeksi silang sebelum
sebesar 52,5%, sandaran kepala 52,5%, tindakan ekstraksi gigi dilakukan sebesar
tempat duduk 35%, dan meja instrumen 56,87%.

Tabel 1. Distribusi frekuensi tindakan desinfeksi permukaan kerja sebelum tindakan ekstraksi gigi
Ya Tidak Jumlah
Tindakan desinfeksi
n % n % n %
Pegangan lampu 21 52,5 19 47,5 40 100
Sandaran kepala 21 52,5 19 47,5 40 100
Tempat duduk 14 35 26 65 40 100
Meja instrumen 26 65 14 35 40 100
Rerata 51,25 48,75 100

Tabel 2. Distribusi frekuensi perlindungan pribadi operator sebelum tindakan ekstraksi gigi
Bentuk perlindungan pribadi Ya Tidak Jumlah
n % n % n %
Imunisasi: Vaksinasi hepatitis B bagi 1 100 0 0 1 100
operator
Teknik barrier praktis: Mencuci tangan 40 100 0 0 40 100
sebelum memakai sarung tangan
Memakai sarung tangan 40 100 0 0 40 100
Memakai sarung tangan bedah steril 0 0 40 100 40 100
Memakai masker 40 100 0 0 40 100
Memakai kacamata pelindung 0 0 40 100 40 100
Memakai pakaian pelindung 0 0 40 100 40 100
Memakai sepatu tertutup 40 100 0 0 40 100
Rerata 62,5 37,5 100
Lumunon, Wowor, Pangemanan: Pencegahan dan pengendalian ... 37

Tabel 3. Distribusi frekuensi pencegahan dan pengendalian infeksi silang sebelum tindakan
ekstraksi gigi
Tindakan pencegahan dan pengendalian Ya (%) Tidak (%) Jumlah
infeksi silang
Desinfeksi permukaan kerja 51,25 48,75 100
Perlindungan pribadi operator 62,5 37,5 100
Rerata 56,87 43,13 100

Pencegahan dan pengendalian infeksi sihan intrumen bekas pakai dengan air,
silang selama tindakan ekstraksi gigi sikat dan deterjen, sterilisasi instrumen
Tabel 4 menunjukkan bahwa 100% bekas pakai, menempatkan sampah infek-
operator melakukan pemberian desinfektan sius pada kontainer yang tepat dan tahan
sebelum insersi jarum suntik, jarum suntik bocor warna kuning, menempatkan sampah
ditutup setelah tindakan anestesi, dan non infeksius pada kontainer warna hitam,
menghindari tertusuk instrumen tajam. dan menempatkan sampah infeksius jarum
Tangan operator tidak menyentuh ling- suntik pada safety box. Rerata pencegahan
kungan kerja/peralatan yang tidak steril dan pengendalian infeksi silang setelah
yaitu 90%; dan yang tidak dilakukan yaitu tindakan ekstraksi gigi sebesar 66,7%.
berkumur dengan larutan antiseptik. Rerata Tabel 6 menunjukkan bahwa pence-
pencegahan dan pengendalian infeksi gahan dan pengendalian infeksi silang
silang selama tindakan ekstraksi gigi sebelum tindakan, yaitu 56,87%. Pence-
dilakukan sebesar 78%. gahan dan pengendalian infeksi silang
selama tindakan, yaitu 78%. Pencegahan
Pencegahan dan pengendalian infeksi dan pengendalian infeksi silang setelah
silang setelah tindakan ekstraksi gigi tindakan, yaitu 66,7%. Secara keseluruhan,
Tabel 5 menunjukkan 100% operator rerata pencegahan dan pengendalian infeksi
mencuci tangan secara asepsis setelah silang sebelum tindakan, selama tindakan
sarung tangan dibuka, melakukan pember- dan setelah tindakan, yaitu sebesar 67,19%.

Tabel 4. Distribusi frekuensi pencegahan dan pengendalian infeksi silang selama tindakan ekstraksi
gigi
Tindakan pencegahan dan pengen- Ya Tidak Jumlah
dalian infeksi silang selama tindakan n % n % n %
ekstraksi gigi
Tindakan asepsis pada pasien: Berkumur 0 0 40 100 40 100
dengan larutan antiseptik
Pemberian desinfektan sebelum insersi 40 100 0 0 40 100
jarum suntik
Tindakan pencegahan kecelakaan kerja: 40 100 0 0 40 100
Jarum suntik ditutup setelah tindakan
anestesi
Menghindari tertusuk instrumen tajam 40 100 0 0 40 100
yang sudah terkontasminasi
Tindakan pencegahan penularan infeksi 36 90 4 10 40 100
melalui operator: Tangan operator tidak
menyentuh lingkungan/permukaan kerja
yang tidak steril
Rerata 78 22 100
38 Jurnal e-Gigi (eG), Volume 7 Nomor 1, Januari-Juni 2019

Tabel 5. Distribusi frekuensi pencegahan dan pengendalian infeksi silang setelah tindakan
ekstraksi gigi

Pencegahan dan pengendalian setelah tindak- Ya Tidak Jumlah


an ekstraksi gigi n % n % n %
Perlindungan pribadi: Mencuci tangan asepsis 40 100 0 0 40 100
setelah sarung tangan dibuka
Menggunakan sarung tangan kerja dari karet 0 0 40 100 40 100
tebal sebelum mencuci instrumen bekas pakai
Penanganan instrumen bekas pakai: 0 0 40 100 40 100
Pemindahan baki instrumen dari daerah kerja ke
daerah dekontaminasi dalam keadaan tertutup
Pemindahan instrumen yang terkontaminasi 0 0 40 100 40 100
tidak melewati daerah yang steril
Pembersihan instrumen bekas pakai dengan air, 40 100 0 0 40 100
sikat dan deterjen.
Sterilisasi instrumen bekas pakai 40 100 0 0 40 100
Penanganan sampah medis bekas praktek: 40 100 0 0 40 100
Menempatkan sampah infeksius pada kontainer
yang tepat yaitu tahan bocor dan warna kuning
Menempatkan sampah non infeksius pada 40 100 0 0 40 100
kontainer warna hitam
Menempatkan sampah infeksius jarum suntik 40 100 0 0 40 100
pada safety box
Rerata 66,7 33,3 100

Tabel 6. Distribusi frekuensi rerata pencegahan dan pengendalian infeksi silang sebelum tindakan,
selama tindakan dan setelah tindakan ekstraksi gigi

Pencegahan dan pengendalian infeksi Ya Tidak Jumlah


silang sebelum tindakan selama tin- % % %
dakan dan setelah ekstraksi gigi
Sebelum tindakan ekstraksi gigi 56,87 43,13 100
Selama tindakan ekstraksi gigi 78 22 100
Setelah tindakan ekstraksi gigi 66,7 33,3 100
Rerata 67,19 32,81 100

Penatalaksanaan kecelakaan kerja Hasil penelitian diperoleh rata-rata


pada tindakan ekstraksi gigi tindakan pencegahan dan pengendalian
Pada penelitian ini tidak ditemukan infeksi silang sebelum tindakan ekstraksi
terjadinya kecelakaan kerja pada saat gigi yang dilakukan sebesar 56,87%. Hasil
tindakan ekstraksi gigi sehingga penata- ini menunjukkan bahwa tindakan pence-
laksanaan kecelakaan kerja sebagai wujud gahan dan pengendalian infeksi sebelum
tindakan pengendalian infeksi silang tidak tindakan ekstraksi gigi hanya dilakukan
dilakukan oleh operator. pada saat dan waktu tertentu.
Hasil penelitian tindakan desinfeksi
BAHASAN pada permukaan kerja menunjukkan bahwa
Pencegahan dan pengendalian infeksi operator yang melakukan desinfeksi
silang sebelum tindakan ekstraksi gigi pegangan lampu yaitu 52,5%, sandaran
meliputi tindakan desinfeksi permukaan kepala 52,5%, tempat duduk 35% dan meja
kerja dan perlindungan pribadi operator. instrumen 65%. Rerata tindakan desinfeksi
Lumunon, Wowor, Pangemanan: Pencegahan dan pengendalian ... 39

permukaan kerja sebelum tindakan Berdasarkan hasil penelitian, rerata


ekstraksi gigi hanya dilakukan sebesar perlindungan pribadi operator sebelum
51,25%. Hasil ini sejalan dengan penelitian tindakan ekstraksi gigi sebesar 62,5%.
dari Suleh et al5 tentang pencegahan dan Operator yang bertugas di Poliklinik Gigi
pengendalian infeksi di RSGM Unsrat, Puskesmas Kakaskasen telah divaksinasi
yakni hasil rerata tertinggi dalam desinfeksi hepatitis B, hal ini menunjukkan bahwa
permukaan kerja yaitu desinfeksi meja operator menyadari pentingnya vaksinasi
instrumen.5 Kondisi di Poliklinik Gigi hepatitis B agar terhindar dari infeksi silang
Puskesmas Kakaskasen Tomohon pada dari pasien maupun lingkungan kerja ketika
pengamatan penulis untuk permukaan kerja melakukan tindakan.
biasanya dibersihkan oleh operator yang Hasil penelitian perlindungan pribadi
menggunakan dental unit termasuk dental dengan teknik barrier praktis menunjukkan
chair setelah pemakaian, namun pember- operator melakukan cuci tangan sebelum
sihan hanya dilakukan pada saat dan waktu memakai sarung tangan akan tetapi
tertentu misalnya pada saat dental unit operator terkadang melakukan cuci tangan
sudah terlihat kotor. Permukaan kerja yang tidak sesuai dengan prosedur. Mencuci
dibersihkan yaitu permukaan meja instru- tangan sebelum memakai sarung tangan
men. Pembersihan meja instrumen biasanya merupakan tindakan yang harus dilakukan,
dilakukan dengan menggunakan kain yang untuk menghilangkan kotoran dan debu
kering, terkadang dibasahi dengan air, tapi dari permukaan kulit dan mengurangi
kadang-kadang memakai alkohol ketika jumlah mikroorganisme yang menempel di
ada percikan darah yang terlihat melekat kulit.8
pada permukaan meja instrumen. Ketika Semua operator memakai alat pelin-
operator akan menggunakan dental unit dung pribadi seperti sarung tangan dan
lagi, operator terkadang sudah tidak lagi masker. Hal ini sejalan dengan penelitian
melakukan pembersihan permukaan kerja. yang dilakukan oleh Lugito9 tentang
Berdasarkan pengamatan penulis, ketika kontrol infeksi dan keselamatan kerja
operator akan bekerja meja instrumen sama dalam praktek kedokteran gigi, yakni
sekali tidak dilapisi oleh apapun. Sebaik- semua operator memakai sarung tangan dan
nya, operator menggunakan plastik wrap masker. Hasil ini menunjukkan bahwa
yang dapat dibentuk sesuai dengan semua operator memiliki kesadaran akan
permukaan yang ditutup dan biasanya dapat pentingnya menggunakan alat pelindung
melekat dengan baik agar percikan saliva diri. Namun sarung tangan yang dipakai
dan darah yang terpancar saat bekerja tidak pada tindakan ekstrasi gigi ialah sarung
langsung mengenai permukaan kerja tapi tangan periksa. Sarung tangan ini terbuat
hanya mengenai permukaan plastik yang dari bahan vinil yang tipis dan mudah
langsung dapat diganti setiap kali sobek dan biasa dipakai untuk pemeriksaan
pergantian pasien. Pada saat melakukan singkat dengan risiko paparan rendah.
penelitian, penulis tidak mendapati adanya Penggunaan sarung tangan jenis ini saat
prosedur tetap penggunaan dental unit serta melakukan tindakan ekstrasi akan mening-
dental chair berkaitan dengan prosedur katkan risiko terjadinya penularan infeksi
melakukan desinfeksi permukaan kerja saat melakukan tindakan ekstraksi gigi. Di
sebelum tindakan ekstraksi gigi. Di sisi samping tipis dan mudah sobek, sarung
lainnya, hal ini menunjukkan bahwa tangan ini tidak steril; sehingga ketika
operator masih kurang memperhatikan melakukan tindakan ekstraksi, bisa terjadi
lingkungan kerjanya sendiri. Seharusnya sarung tangan sobek. Apabila tangan
operator sebagai dokter gigi telah operator terluka, maka sangat besar
memahami akan pentingnya prosedur kemungkinan terjadi penularan infeksi
pembersihan dan desinfeksi permukaan lewat darah yang berasal dari mulut pasien.
kerja ketika akan melakukan tindakan Bisa juga terjadi sebaliknya, ketika
ekstraksi gigi. permukaan tangan yang tidak terlindung
40 Jurnal e-Gigi (eG), Volume 7 Nomor 1, Januari-Juni 2019

sarung tangan terluka dan saat itu operator sangat mengganggu kenyamanan saat
mengalami infeksi virus maka risiko bekerja. Di samping itu menurut operator,
penularan infeksi kepada pasien akan penggunaan kacamata pelindung bukan
meningkat. Penulis berpendapat saat mela- merupakan prosedur dalam tindakan
kukan tindakan ekstraksi gigi, seharusnya ekstraksi gigi. Menurut penulis, operator
operator menggunakan sarung tangan belum memahami pentingnya memakai
bedah berupa sarung tangan lateks steril kacamata pelindung. Kondisi ini sangat
yang mampu memberikan perlindungan rentan terhadap masuknya mikroorganisme
terbaik untuk tindakan bedah termasuk yang dapat menyebabkan penularan infeksi
tindakan ekstraksi gigi. Perlindungan ini melalui permukaan selaput lendir di mata
dapat menngurangi risiko tinggi terhadap terhadap percikan darah, saliva dari pasien
paparan darah atau cairan tubuh yang saat bekerja.
potensial menyebabkan kontaminasi bakteri Hasil penelitian selama penelitian
atau virus penyebar infeksi. berlangsung menunjukkan bahwa operator
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang bekerja di Poliklinik Gigi Puskesmas
operator sudah memakai masker saat Kakaskasen bahkan tidak pernah memakai
melakukan tindakan ekstraksi gigi. Masker pakaian pelindung berupa jas kerja.
yang dipakai ialah masker dari bahan kain. Operator beralasan bahwa jas kerja yang
Masker ini nyaman digunakan tetapi dimilikinya sudah tidak muat lagi, dikare-
sebagai alat pelindung yang berfungsi nakan operator sedang dalam keadaan
sebagai filter udara kurang efektif, karena hamil. Penulis berpendapat bahwa alasan
memiliki sifat tidak tahan cairan. Masker operator menunjukkan bahwa operator
yang dipakai dalam jangka waktu lama dan belum memahami sepenuhnya akan
tidak diganti dapat menyebabkan masker pentingnya penggunaan pakaian pelindung
basah oleh keringat atau uap mulut berupa jas kerja saat melakukan tindakan
operator. Kontaminasi darah atau saliva ekstraksi gigi. Percikan darah atau saliva
berupa percikan yang mengenai masker selama melakukan tindakan ekstraksi gigi
saat tindakan ekstraksi gigi atau mikro- dapat mengontaminasi pakaian yang
organisme yang menyebar lewat udara dan digunakan saat bekerja, walaupun terka-
terhirup operator berpontensi menyebarkan dang tidak bisa dilihat dengan mata
infeksi bagi operator. Operator seharusnya telanjang.
memakai masker yang diganti setiap Hasil penelitian tentang pemakaian
pergantian pasien sehingga dapat memutus sepatu tertutup menunjukkan bahwa
rantai penyebaran infeksi. Berbagai macam operator setiap hari memakai sepatu
masker tersedia di pasaran, namun dalam tertutup. Pemakaian sepatu tertutup bertu-
praktek dokter gigi umumnya mengguna- juan untuk melindungi tertusuknya kaki
kan masker disposable. Masker respirator dari instrumen ketika ada instrumen bekas
atau masker jenis khusus tersedia di pakai yang terjatuh, sehingga tindakan ini
pasaran dan digunakan untuk memfilter dapat memberikan perlindungan bagi
udara yang masuk saat menarik nafas. operator terhadap bahaya penyebaran atau
Penggunaan masker jenis ini dianggap penularan infeksi.
sangat penting karena terdiri dari bahan Pencegahan dan pengendalian infeksi
filter yang berlapis-lapis yang terpasang silang selama tindakan ekstraksi gigi meli-
pada muka dengan ketat. Pemakaian mas- puti, tindakan asepsis pada pasien, pence-
ker ini akan menyebabkan kurang nyaman gahan kecelakaan kerja dan pencegahan
saat bernapas dan sangat mahal harganya penularan infeksi melalui operator. Hasil
sehingga responden tidak pernah memakai rerata yang diperoleh menunjukkan 78%
masker jenis tersebut.10 operator melakukan tindakan pencegahan
Semua operator tidak memakai kaca- dan pengendalian infeksi silang selama
mata pelindung, operator menganggap tindakan ekstraksi gigi. Hasil yang ada
memakai kacamata pelindung saat bekerja memberikan gambaran bahwa sudah lebih
Lumunon, Wowor, Pangemanan: Pencegahan dan pengendalian ... 41

dari setengah melakukan tindakan pence- operator memanfaatkan tenaga asisten yang
gahan dan pengendalian infeksi selama ada untuk membantu operator saat bekerja,
tindakan ekstraksi gigi, namun hasil ini tapi terkadang operator lalai sehingga
juga sekaligus menunjukkan bahwa pence- menyentuh daerah permukaan kerja yang
gahan dan pengendalian infeksi selama tidak steril seperti pegangan lampu.
tindakan ekstraksi gigi belum dilakukan Pencegahan dan pengendalian infeksi
secara maksimal. silang setelah tindakan ekstraksi gigi
Jika dilihat lebih terperinci, ternyata meliputi: Perlindungan pribadi, penanganan
ada tindakan yang sama sekali tidak instrumen bekas pakai dan penanganan
dilakukan oleh operator, seperti tindakan sampah medis bekas praktek. Hasil peneli-
asepsis pada pasien yaitu berkumur dengan tian menunjukkan rata-rata 66,7% respon-
larutan antiseptik. Hasil ini sejalan dengan den melakukan tindakan pencegahan dan
penelitian yang dilakukan oleh Ramdhani pengendalian infeksi silang setelah
et al11 tentang tindakan pencegahan dan tindakan ekstraksi gigi.
pengendalian infeksi pada perawatan Upaya perlindungan pribadi setelah
periodonsia di RSGM Unsrat, yakni semua ekstraksi gigi meliputi tindakan mencuci
operator tidak menginstruksikan pasien tangan asepsis setelah sarung tangan dibuka
untuk berkumur antiseptik. Operator hanya telah 100% dilakukan oleh operator. Untuk
menyuruh pasien berkumur dengan air saja. penggunaan sarung tangan karet tebal
Hasil ini menunjukkan masih kurangnya sebelum mencuci instrumen bekas pakai,
pemahaman operator akan pentingnya menurut pengamatan saat mencuci
tindakan kumur-kumur larutan antiseptik instrumen semua (100%) responden tidak
sebelum tindakan ekstraksi gigi dilakukan, menggunakan sarung tangan dari karet
padahal tindakan berkumur dengan larutan tebal bahkan sama sekali tidak mengguna-
antiseptik terbukti dapat mengurangi kan pelindung apapun. Kondisi ini sangat
jumlah mikroba rongga mulut sampai berbahaya karena adanya potensi penye-
90%.8 Pemberian desinfeksi sebelum baran infeksi melalui instrumen bekas
insersi jarum suntik sudah dilakukan oleh pakai yang sudah terkontaminasi dengan
operator dengan menggunakan larutan darah dan saliva. Instrumen yang relatif
betadine yang dioles menggunakan kapas tajam bisa melukai tangan operator saat
pada daerah kerja di rongga mulut yang dicuci, sehingga meningkatkan bahaya
akan menjadi tempat insersi jarum suntik. penyebaran infeksi yang kemungkinan
Upaya menghindar dari kemungkinan berasal dari darah pasien.
tertusuk instrumen tajam yang sudah Pada penanganan instrumen bekas
terkontaminasi, sudah dilakukan oleh pakai, yakni pemindahan baki instrumen
operator. Hal ini menunjukkan bahwa dari daerah kerja ke daerah dekontaminasi
operator sudah memahami tentang tujuan dalam keadaan tertutup, tidak dilakukan
dan pentingnya tindakan tersebut dilaku- oleh operator (100%). Selanjutnya hasil
kan. Kondisi ini juga terlihat saat operator penelitian menunjukkan pemindahan
menggunakan instrumen yang relatif tajam instrumen yang terkontaminasi seluruhnya
dengan berhati-hati selama melakukan (100%) melewati jalur yang seharusnya
tindakan ekstraksi gigi. Selanjutnya upaya diperuntukkan untuk jalur alat yang steril.
pencegahan penularan infeksi melalui Hal ini sangat beresiko bagi terjadinya
operator telah dilakukan sebesar 90%, penyebaran infeksi ke lingkungan kerja di
dimana tangan operator yang merupakan poli gigi dan meningkatkan potensi
responden dalam penelitian tidak menyen- penyebaran infeksi bagi tenaga kesehatan
tuh lingkungan/permukaan kerja yang tidak gigi dan masyarakat yang berkunjung ke
steril dan masih sekitar 10% yang masih Poliklinik Gigi. Berdasarkan pengamatan
menyentuh permukaan kerja selama tindak- penulis di Puskesmas Kakaskasen tidak
an ekstraksi gigi. Pada pengamatan penulis ditentukan jalur pemindahaan instrumen
saat melakukan tindakan ekstraksi gigi yang terkontaminasi dan tidak memper-
42 Jurnal e-Gigi (eG), Volume 7 Nomor 1, Januari-Juni 2019

hatikan letak tempat cuci alat dan tempat sebesar 67,19% yang menunjukkan belum
sterilisasi alat yang di Puskesmas Kakas- maksimalnya pencegahan dan pengendalian
kasen diletakkan berdampingan, sehingga infeksi silang yang dilakukan di Poliklinik
operator ketika melakukan pemindahan Gigi Puskesmas Kakaskasen Tomohon. Hal
instrumen yang terkontaminasi bebas ini menunjukkan bahwa masih kurangnya
melewati di satu jalur saja. perhatian dari pihak Puskesmas untuk
Selanjutnya pembersihan instrumen sarana dan prasarana di Poliklinik Gigi,
bekas pakai dengan air, sikat, deterjen dan bahkan belum adanya kesadaran dari
sterilisasi instrumen bekas pakai telah operator dalam pencegahan dan pengen-
dilakukan 100% oleh operator. Hasil ini dalian infeksi silang.
sejalan dengan penelitian dari Syahrir et
al12 tentang analisis pelaksanaan pence- SIMPULAN
gahan dan pengendalian infeksi nosokomial Secara umum pencegahan dan
di RSUD Makassar, yakni pencucian pengendalian infeksi silang pada tindakan
instrumen di lakukan dengan deterjen dan ekstraksi gigi baik sebelum, selama, dan
air. Hasil yang diperoleh menunjukkan sesudah tindakan di Poliklinik Gigi
operator sudah memahami pentingnya hal Puskesmas Kakaskasen Tomohon belum
tersebut untuk dilakukan. maksimal.
Penanganan sampah medis bekas
praktek terbagi atas sampah infeksius, non SARAN
infeksius dan sampah infeksius berupa Disarankan agar pihak Puskesmas
jarum suntik atau skalpel bekas pakai. meningkatkan pengetahuan dan ketram-
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pilan tenaga kesehatan gigi dalam hal
pihak Puskesmas Kakaskasen tidak menye- pencegahan dan pengendalian infeksi
diakan kontainer yang berwarna kuning silang melalui seminar atau pelatihan.
untuk sampah infeksius dan kontainer Pihak Puskesmas perlu untuk membuat
berwarna hitam untuk sampah non standar prosedur operasional tentang
infeksius. Pihak Puskesmas hanya menye- pencegahan dan pengendalian infeksi pada
diakan dua tempat sampah biasa berwarna setiap tindakan perawatan di poli gigi
hitam dan hijau. Tempat sampah hitam termasuk perawatan ekstraksi gigi. Selain
diberi label sampah medis, sedangkan itu pihak Puskesmas secara berkala
tempat sampah hijau yang diperuntukkan melakukan pengawasan dan evaluasi
untuk sampah non infeksius tidak diberi terhadap kinerja pegawai termasuk tenaga
label. Satu wadah lagi dari kardus tebal kesehatan gigi guna peningkatan mutu
berwarna kuning disiapkan untuk jarum pelayanan kepada masyarakat. Pihak
suntik dan alat tajam bekas pakai. Berda- Puskesmas perlu meyediakan sarana
sarkan pengamatan penulis terlihat bahwa prasarana penunjang bagi pelaksanaan
operator membuang sampah pada tempat tindakan pencegahan dan pengendalian
sesuai peruntukannya. Menurut penulis infeksi silang di Puskesmas.
operator telah memahami dan melakukan
tindakan pencegahan dan pengendalian DAFTAR PUSTAKA
infeksi silang sesuai standar. Terlihat ada 1. Amir A, Hanafiah JM. Etika Kedokteran dan
pemisahan antara sampah infeksius dan non Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC,
infeksius serta sampah infeksius jarum 2014.
suntik, walaupun fasilitas yang ada masih 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kese-
kurang mendukung. Untuk menghindari hatan RI. Laporan hasil kesehatan dasar
kekeliruan sebaiknya tempat sampah non (RISKESDAS) Jakarta, 2018.
medispun diberi label atau diberi warna 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kese-
sesuai peruntukkanya berdasarkan pera- hatan RI. Laporan hasil kesehatan dasar
(RISKESDAS) Jakarta, 2013.
turan Kemenkes Republik Indonesia. 4. Dinas Kesehatan Sulut Provinsi Sulawesi
Hasil penelitian ini mendapatkan rerata
Lumunon, Wowor, Pangemanan: Pencegahan dan pengendalian ... 43

Utara. Buku Kesehatan Sulut, 2016. Jurnal PDGI. 2013;62(1):24-30.


5. Suleh M, Wowor V, Mintjelungan C. 10. Setiawan IP. Tingkat kepatuhan mahasiswa
Pengendalian dan pencegahan infeksi coass terhadap standar operasional
di RSGM Unsrat tahun 2015. eG. prosedur dalam pengendalian infeksi
2015;3(2):587-94. silang di RSGM HJ. Halima Dg. Sikati
6. Wibiwo T, Parisihni K. Proteksi dokter gigi JL. Kandea Kota Makasar [Skripsi].
sebagai pemutus rantai infeksi silang. Makassar: Universitas Hasanuddin;
Jurnal PDGI. 2009;58(2):6-9. 2014.
7. Aini R, Susiloningsi J. Faktor resiko yang 11. Ramdhani W, Kepel B, Parengkuan W.
berhubungan dengan kejadian hepa- Tindakan pencegahan dan pengen-
titis B pada pesantren Putri Ibnul dalian infeksi pada perawatan peri-
Qoyyim.Yogyakarta: Sains Medika, odonsia di RSGM PSPDG FK Unsrat.
2013. eG. 2015;3(2):409-15.
8. Cottone J, Terezhalmy G, Molinari J. 12. Syahrir S, Tirmanidhana F, Bujawati E.
Mengendalikan Penyebaran Infeksi Analisis pelaksanaan pencegahan dan
pada Praktik Dokter Gigi. Jakarta: pengendalian infeksi nosokomial di
Widya Medika, 2000. RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal
9. Lugito M. Kontrol infeksi dan keselamatan Higiene Kesehatan Lingkungan. 2018;
kerja dalam praktek kedokteran gigi. 4(2):67-73.

You might also like