Jurnal Antrian

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

ISSN: 2302-3333 Jurnal BinaTambang, Vol. 3, No.

Analisis Manajemen Fleet Pada Kegiatan Produksi Batu Andesit


Dalam Penerapan Metode Antrian di PT Koto Alam Sejahtera,
Kabupaten Lima Puluh Kota.
Yuliana Safitri1*, and Murad MS1**
1
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

*yuliyulianasafitri@gmail.com
**muradms@ft.unp.ac.id

Abstract. PT Koto Alam Sejahtera is a private company engaged in the mining business,
especially the Andesite stone. In the process of transporting andesite stones to the crusher,
there is a dump truck queue and a long stand-by time on the dump truck, this can cause the
productivity of the tool to be small so that the andesite stones production target of
30.000 ton/month is not achieved. This is due to the inefficient working time of mechanical
devices. This production target was not achieved due to improper combination of tools, road
width and road grade that did not meet the standards, causing queues or waiting times for
transport on the front loading and at some road points. One way to achieve the production
target is needed fleet management accordingly. Based on the results of the study, it can be
concluded that the productivity of excavator Hitachi ZX-350 is 232,61 ton/hour and the
productivity of dump truck Mitsubishi Fuso 220 PS is 47,30 ton/hour. The composition of the
available equipment is 1 unit of excavator serving 5 units of dump trucks. Efforts to reduce the
queuing time are to make improvements to the composition of the equitment MF=1. Fleet
settings are based on method Antrian, that is 1 unit of loading equipment serves 4 units of
transport equipment with a production of 38.485 ton/month.

Keywords: Fleet Management, Method Queue, Match Factor, Production, Productivity, Dump Truck.

1. Pendahuluan pada saat pemuatan menyebabkan tidak tercapainya target


produksi. Untuk itu perlu adanya suatu upaya untuk
PT Koto Alam Sejahtera merupakan perusahaan swasta memperbaiki keserasian dan komposisi alat akibat antrian
yang bergerak di bidang usaha pertambangan dan tersebut.
pengolahan batu Andesit. PT Koto Alam Sejahtera Target produksi terhambat karena adanya faktor
berpusat di Padang, Sumatera Barat. Dimana bergerak antara lain, pada proses pengisian (loading) dan
dibidang kontruksi dan pertambangan, untuk bidang pengangkutan bahan galian (Andesit) menuju stockpile
pertambangan PT Koto Alam Sejahtera mengolah batuan area terjadi antrian dump truck di beberapa titik jalan. Hal
Andesit yang dijadikan sebagai bahan utama pembuatan itu disebabkan karena proses produksi batu Andesit pada
jalan raya. Unit penambanganya berada di Jorong Polong PT Koto Alam Sejahtera hanya menggunakan satu
Duo, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima excavator merk Hitachi tipe ZX-350, dan 5 alat angkut
Puluh Kota, Sumatera Barat. dengan merk Mitsubishi Fuso 220 PS.
Dalam proses produksi batu Andesit, di PT Koto Selain itu juga adanya alat muat (excavator) kesulitan
Alam Sejahtera saat ini target produksi andesit tidak dalam pengambilan bahan galian Andesit karena
mencapai target yaitu 24.000 ton, dimana diketahui target terdapatnya ukuran dari batuan andesit yang cukup besar
produksinya sebesar 30.000 ton/bulan. Hal ini disebabkan (fragmentasi) hasil peledakan sehingga perlu di bantu
oleh waktu kerja alat-alat mekanis yang tidak efisien oleh alat breaker untuk memperkecil ukurannya agar
misalnya kurang baiknya komposisi alat mekanis dan dapat dibawa ke crusher, sehingga terdapat alat angkut
banyaknya waktu tunggu yang terjadi pada alat angkut, yang menunggu pada proses loading, yang menyebabkan
sehingga menyebabkan turunnya produktifitas peralatan produktivitas alat angkut dan alat muat pada proses
mekanis yang digunakan. Terjadinya antrian alat angkut produksi Andesit terganggu.
1482
Masalah lainnya yaitu kondisi jalan yang belum
memenuhi standar. Hal ini dapat dilihat dari grade jalan
yang masih tinggi, cross slope yang tidak ada, dan
terdapatnya tikungan yang tajam. Grade jalan yang paling
tinggi sebesar 19.43% dengan panjang jalan 48 meter.
Dengan keadaan jalan yang seperti itu, mengakibatkan
kurang optimalnya sistem pengangkutan, hal ini
dibuktikan dengan berkurangnya produksi alat angkut
serta tidak tercapainya target produksi PT Koto Alam
Sejahtera pada bulan februari-maret 2018, yang mana
PT Koto Alam Sejahtera memiliki target produksi sebesar
30.000 ton/bulan.
Adapun upaya untuk meningkatkan hasil produksi
adalah dengan cara melakukan evaluasi terhadap kinerja
dari alat muat dan alat angkut. Kondisi dari alat tersebut Gambar 2. Peta Topografi PT. KAS
harus selalu dalam keadaan baik sebab jika sering Lokasi secara fisiografi termasuk dalam zona gunung
mengalami kerusakan tentu akan memberikan waktu api sehingga kondisi geologi baik litologi batuan ataupun
hambatan yang lebih banyak. Oleh karena itu, diperlukan strukturnya secara umum akan sama dengan daerah lain di
pengawasan dan perawatan terhadap alat untuk zona tersebut di Indonesia, walaupun intensitas intrusi
meningkatkan efesiensi alat sehingga target produksi akan berlainan, namun pola atau model intrusi dan
dapat dicapai. dampak yang ditimbulkan relatif akan sama. Gambar 3
merupakan peta geologi dari PT Koto Alam Sejahtera,
dimana IUP PT Koto Alam Sejahtera berada di formasi
2. Lokasi Penelitian gunung api Koto Alam yang terdiri dari lava menengah,
basa, konglomerat dan lahar.
Lokasi penambangan secara geografis terletak di Nagari
Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten
Lima Puluh Kota, yang berjarak ± 150 KM dari kota
Padang. Luas Izin Usaha Penambangan (IUP)
PT Koto Alam Sejahtera adalah seluas 10 Ha. Lokasi
penambangan berjarak 1 Km dari jalan raya dan ± 55 Km
dari Sarilamak Ibu Kota Kabupaten Lima Puluh Kota.
Untuk mencapai wilayah Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi PT Koto Alam Sejahtera dari ibu kota
provinsi dapat ditempuh dengan menggunakan jalur
transportasi sebagai berikut:
a. Padang – Payakumbuh, ditempuh dengan kendaraan
roda empat melalui jalan aspal sejauh ±135 km yang
ditempuh dalam waktu ± 3 jam.
b. Payakumbuh – Pangkalan, ditempuh dengan
kendaraan roda empat melalui jalan aspal sejauh ± 55 Gambar 3. Peta Geologi Lokasi Penelitian
km yang ditempuh dalam waktu ± 1 jam.

3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Juni 2018 - 24
Juli 2018. Lokasi penelitian ini terletak di Jorong Polong
Duo, Nagari Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto
Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah


penelitan kuantitatif yang mengacu kepada penelitian
eksperimen. Berdasarkan jenis penggunaannya, penelitian
ini termasuk dalam metode penelitian terapan (applied
Gambar 1. Peta Kesampaian Daerah PT. KAS research). Penelitian terapan (applied research) adalah
Bentuk topografi daerah penelitian yang dapat dilihat penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi
pada Gambar 2 terlihat bahwa bentuk topografi PT Koto yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Alam Sejahtera merupakan daerah perbukitan terjal Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif.
yang mempunyai ketinggian antara 404 - 550 mdpl. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan
untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu
1483
gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya 3.3.2 Analisis Hasil Pengolahan Data
pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif
menilai sifat dari kondisi-kondisi yang tampak, tujuan Dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif guna
penelitian dibatasi untuk menggambarkan karakteristik memperoleh kesimpulan sementara. Selanjutnya
sesuatu sebagaimana mestinya. kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut dalam
Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian bagian pembahasan. Pengolahan data dilakukan dengan
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran.
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau
Penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan rangkaian perhitungan dalam penyelesaian masalah yang
bersifat kuantitatif atau dapat dikuantitatifkan[1]. ada. Data-data yang diperoleh nantinya dijadikan acuan
dalam menganalisis proses penambangan dan data juga
diolah untuk mendapatkan perhitungan produksi batu
3.2 Teknik Pengumpulan Data andesit dengan mengurangi waktu antrian.
Tahap pengumpulan data dimulai dengan studi literatur
yaitu mencari bahan-bahan pustaka yang dipakai untuk 3.3.3 Kesimpulan
menghimpun data-data atau sumber-sumber yang
berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu Tahap ini diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil
penelitian[2]. pengolahan data yang telah dilakukan dengan
Selanjutnya orientasi lapangan dengan melakukan permasalahan yang diteliti serta pemberian saran.
peninjauan langsung ke lapangan dan untuk mengamati
langsung kondisi daerah yang akan dilakukan penelitian 4. Hasil dan Pembahasan
serta dapat mengangkat permasalahan yang ada untuk
dijadikan topik dalam suatu penelitian. Untuk memperoleh efektivitas dan produktivitas alat
Kemudian pengambilan data yaitu dengan muat dan alat angkut maka harus diperhatikan terlebih
menggunakan beberapa cara pengumpulan informasi atau dahulu harus diperhatikan terlebih dahulu komponen
data, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan yang berhubungan seperti cycle time alat, jumlah alat
pemahaman mengenai objek yang menjadi fokus yang bekerja, jam kerja dan lain-lain.
penelitian. Pengambilan data lapangan yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer berupa jumlah alat
mekanis, cycle time alat muat dan alat angkut, dan waktu 4.1. Waktu Edar Alat Gali Muat dan Alat Angkut.
kerja di lapangan. Data sekunder berupa peta topografi, Waktu edar merupakan waktu yang dibutuhkan sebuah
peta geologi, spesifikasi alat, dan target produksi. alat gali-muat untuk melakukan kegiatan dumping,
digging, swing loaded, dan swing empty[4]. Dapat dilihat
3.3 Teknik Analisis Data pada Tabel 1 berikut:

Analisis data adalah memperkirakan atau dengan Tabel 1. Waktu edar alat muat dan alat angkut
menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari
beberapa kejadian terhadap beberapa kejadian lainnya,
serta memperkirakan atau meramalkan kejadian
lainnya[3].Teknik analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu dengan menggabungkan antara teori
dengan data-data lapangan, sehingga didapatkan
kesimpulan.

3.3.1. Pengambilan Data 4.2. Komposisi Alat yang Tersedia.

Pengambilan data dilakukan setelah studi literatur dan Komposisi alat yang dimiliki oleh PT Koto Alam
penelitian langung di lapangan selesai dilaksanakan. Data Sejahtera untuk menunjang tercapainya target produksi
yang diambil berupa data primer dan data sekunder. dapat dilihat pada Tabel 2 Berikut:
Dilakukan dengan cara: Melakukan pengamatan, mencari
faktor penyebab masalah, tindakan perbaikan, dan Tabel 2. Komposisi Alat yang Tersedia.
analisis hasil.
Pengambilan data berupa pengambilan data primer
dan data sekunder. Pengambilan data primer meliputi
cycle time alat mekanis, sedangkan data sekunder yaitu
data jam kerja alat, produksi, spesifikasi alat, peta
topografi,peta geologi dan lokasi kesampaian daerah.
Produktivitas data-data aktual yang diperlukan adalah
cycle time alat angkut, efisiensi kerja alat angkut,
spesifikasi alat angkut dan jam kerja alat angkut.

1484
4.3. Jam Kerja Kegiatan Penambangan. Keterangan:
W = Working Hours atau jumlah kerja alat
Jam kerja efektif adalah waktu kerja yang sesungguhnya R = Repair Hours atau jumlah jam untuk perbaikan
yang digunakan pada operasi penambangan, adapun jam S = Jumlah Jam Standby
kerja kegiatan penambangan pada PT Koto Alam MA (Mechanical Avaibility) merupakan tingkat
Sejahtera adalah 9 jam setiap hari, sedangkan untuk jam kesediaan alat untuk melakukan kegiatan produksi
kerja bulan juni adalah 9 x 30 = 270 jam ditambah 9 jam dengan memperhitungkan kehilangan waktu karena
karena lembur ada 5 kali pada bulan juni. Jadi, jam kerja alasan mekanis.
pada bulan juni adalah 279 jam/bulan. Untuk distribusi
waktu kerja perhari dapat dilihat pada Tabel 3. PA (Physical Avaibility) merupakan catatan mengenai
keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan
Tabel 3. Waktu kerja kegiatan penambangan
UA (Use of Avaibility) merupakan tingkat daya guna alat
untuk kegiatan produksi.

EU (Effective Utilization) yaitu menunjukkan berapa


persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif atau sama dengan
efisiensi kerja[7][8] .
Berdasarkan perhitungan dapat dilihat efektivitas alat
muat dan alat angkut pada Tabel 5 dijelaskan rekapitulasi
hasil perhitungan efektivitas alat muat dan alat angkut
secara aktual.
4.4 Waktu yang dibutuhkan alat dalam kegiatan
penambangan Tabel 5. Rekapitulasi hasil perhitungan efektivitas alat muat
dan alat angkut secara aktual
Waktu standby dan waktu repair alat adalah waktu kerja
terpakai karena alat standby dan repair. Sedangkan waktu
kerja efektif adalah waktu yang benar-benar digunakan
alat untuk berproduksi sampai akhir operasi yaitu selisih
antara jam kerja dengan jam kerja yang hilang[5]. Untuk
melihat distribusi waktu kerja dapat dilihat pada Tabel 4
berikut:

Tabel 4. Waktu standby, waktu repair dan waktu kerja efektif


alat
4.6 Waktu Edar Peralatan (Cycle time)

Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh alat


mekanis untuk menyelesaikan sekali putaran kerja, dari
mulai kerja sampai dengan selesai dan bersiap-siap
memulainya kembali. Adapun waktu edar peralatan dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut:

Tabel 6. Waktu edar excavator Hitachi ZX-350


4.5 Perhitungan Efesiensi Kerja Alat muat dan
Alat angkut

Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja


produktif dengan waktu kerja yang tersedia, dinyatakan
dalam persen (%)[5][6]. Efisiensi kerja ini akan
mempengaruhi kemampuan produksi dari suatu alat.
Faktor manusia, mesin (alat), keadaan cuaca dan kondisi
kerja secara keseluruhan akan menentukan besarnya Tabel 7. Waktu edar dump truck Mitsubishi Fuso 220 PS
efisiensi kerja. Adapun persamaan yang dapat digunakan
untuk menghitung efisiensi kerja[7].
4.6 Perhitungan Kemampuan Produksi Alat Muat
MA = x 100 % (1) dan Alat Angkut Secara Aktual

PA = x 100 % (2)

UA = x 100 % (3)

EU = x 100 % (4)
1485
Kemampuan produksi alat muat dan alat angkut dapat 4.8 Rencana Perbaikan Komposisi Alat Untuk
dihitung dengan menggunakan rumus[9][10]: Mendapatkan Keserasian Alat

4.8.1 Waktu Antrian


Q= (5)
Karena MF>1 Waktu antrian yang dialami oleh alat
Q= (6) angkut adalah[11][17][18]:

Keterangan: Na = (8)
Q = Produksi per jam dump truck (m3/jam)
n = Jumlah bucket excavator untuk mengisi DT Keterangan:
q1 = Kapasitas bucket (m3) Nm = Jumlah excavator
k = Faktor pengisian bucket Na = Jumlah dump truck
E = Efisiensi kerja dump truck Ctm = Cycle time excavator
Cmt = Waktu siklus dump truck (menit)
Berdasarkan perhitungan didapatkan waktu antrian
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diperoleh sebagai berikut:
produktivitas alat muat dan alat angkut, dapat dilihat di
bawah ini:
Na =
Produktivitas alat muat:
5 =
Q =

Q = 221,54 bcm/jam Cta = 1,75 menit ≈ 2 menit

Produktivitas alat angkut: Tabel 8. Match Factor dan waktu antrian

Q =
Q = 37,54 bcm/jam

4.7 Faktor Keserasian Alat Muat dan Alat Angkut


(Match Factor)

Faktor keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut 4.8.2 Analisa Komposisi Alat untuk Match Factor =1
dapat ditinjau dari perbandingan unitnya. Untuk menilai
Perhitungan untuk MF=1 agar mengurangi waktu tunggu
keserasian alat muat dan alat angkut dapat digunakan
atau antrian pada alat angkut adalah sebagai berikut [12]:
persamaan Match Factor sebagai berikut[10]:

MF = (7) MF = (9)
1 =
Keterangan:
MF = Match factor atau faktor keserasian kerja 1 =
Ctm = Waktur edar alat muat Na =
Cta = Waktu edar alat angkut Na = 4 Unit
nH = Jumlah alat angkut jadi, jumlah Dump Truck yang diperlukan adalah 4 unit.
nM = Jumlah alat muat
n = Banyak pengisian bucket alat gali-muat
4.9 Faktor Penyebab tidak tercapainya target
Berdasarkan perhitungan dapat dilihat match factor alat produksi
muat dan alat angkut di bawah ini:
MF = Tidak tercapainya target produksi dapat dilihat pada
Tabel 9 berikut:
MF = 10,5
9,32
MF = 1,13
Sehingga didapat MF > 1, berarti faktor kerja alat muat
100% dan faktor kerja alat angkut kurang dari 100% atau
kemampuan alat muat lebih besar dari kemampuan alat
angkut, akibatnya waktu tunggu alat angkut besar.

1486
Tabel 9. Data Produksi PT Koto Alam Sejahtera Tahun 2018 Tabel 10. Lebar jalan lurus dari front loading ke crusher
Plan Produksi PRODUKSI TAMBANG (Truck Count/Ritasi) TOT. MASUK KE TOT. MASUK KE
BULAN
(Ton/Bulan) PIT-HOPPER (TON) PIT-ROM (TON) REHANDLING (TON) HOPPER (TON) HOPPER (TON)

JANUARI 30.000,00 28.467,50 2.287,50 2.325,00 30.792,50 Tercapai


FEBRUARI 30.000,00 21.375,00 1.005,00 1.430,00 22.805,00 Tidak Tercapai
MARET 30.000,00 21.945,00 2.065,00 1.976,00 23.921,00 Tidak Tercapai
APRIL 30.000,00 28.657,00 1.170,00 1.371,00 30.028,00 Tercapai
MEI 30.000,00 20.983,00 4.575,00 243,00 21.226,00 Tidak Tercapai
JUNI 30.000,00 14.652,00 1.222,00 1.350,00 16.002,00 Tidak Tercapai
JULI 30.000,00 24.750,00 1.740,00 375,00 25.125,00 Tidak Tercapai
AGUSTUS 30.000,00 18.540,00 1.575,00 1.575,00 20.115,00 Tidak Tercapai
SEPTEMBER 30.000,00 -
OKTOBER 30.000,00 - Tabel. 11 Lebar Jalan Tikungan
NOVEMBER 30.000,00 -
DESEMBER 30.000,00 -
TOTAL 360.000,00 179.369,50 15.639,50 10.645,00 190.014,50

4.9.1 Faktor Penyebabnya

Hal yang menyebabkan adanya waktu tunggu alat angkut


yaitu:
1. Terdapatnya kombinasi alat gali muat dan alat angkut
yang tidak sesuai, dimana didapat faktor keserasian
alat atau MF > 1 yaitu 1,13 yang berarti faktor kerja
alat muat 100% dan faktor kerja alat angkut kurang
dari 100% atau kemampuan alat muat lebih besar dari
kemampuan alat angkut, akibatnya waktu tunggu alat
angkut besar yaitu 2 menit.
2. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
terdapatnya ukuran fragmentasi hasil peledakan yang
cukup besar yaitu ± 100-240 cm yang terdapat sekitar
30% dari fragmentasi hasil peledakan, sehingga alat
gali muat kesulitan dalam penggalian dan Gambar 5. Jalan Tikungan
menyebabkan alat angkut harus menunggu.
3. Terdapatnya lebar jalan di beberapa titik yang tidak 4. Terdapatnya kemiringan jalan atau grade jalan yang
sesuai dimana dapat dilihat pada gambar segmen tidak sesuai yaitu pada Tabel 12 dapat dilihat pada
jalan atau layout jalan pada Gambar 4 di bawah ini: segmen jalan yang tidak memenuhi standar grade
jalan maksimum.

Tabel 12. Grade Jalan dari Loading Point ke Crusher.

Gambar 4. Layout jalan di beberapa titik yang tidak


sesuai
Setelah mengetahui masalah penyebab terjadinya
Segmen jalan produksi dari bench 3 menuju hopper antrian maka, untuk mengurangi waktu tunggu atau
semuanya adalah dua jalur [13]. antrian pada alat angkut maka dilakukan perhitungan
secara teoritis yaitu dengan memperbaiki komposisi alat
untuk mendapatkan faktor keserasian atau MF = 1 ,
dimana didapatkan jumlah alat angkut yaitu 4 unit, yaitu
1487
1 alat gali muat melayani 4 alat angkut. Maka secara teori tinggi dibandingkan dengan pelanggan yang
di dapatkan perhitungan produksi 4 alat angkut yaitu[14]: mempunyai prioritas rendah. Contohnya seperti pada
pasien rumah sakit yang mendapatkan prioritas
Keterangan: penanganan terlebih dahulu dikarenakan mempunyai
Q = Produksi dump truck penyakit yang lebih berat dibandingkan dengan pasien
n = Jumlah dump truck lain.
WH = Waktu kerja efektif
Berdasarkan pengamatan di lapangan barisan antrian
Penyelesaian: termasuk ukuran kedatangan secara terbatas dan hanya
Produksi = Q x n x WH (10) dilayani oleh satu unit excavator maka pelayanannya
= 47,30 ton/jam x 4 x 203,41 jam adalah pelayanan tunggal (single server) dengan disiplin
= 38.485 ton/bulan pelayanan pertama datang pertama dilayani (FCFC =first
Jadi, produksi dengan menggunakan 4 dump truck come first service)
tercapai.

Dari perhitungan yang telah penulis peroleh di atas 4.10.2 Perhitungan Simulasi Kebutuhan Alat dengan
maka didapatkan perbandingan keadaan komposisi alat Teori Antrian.
yang ada di lapangan dengan hasil analisa penulis pada
Tabel 12 berikut ini: Probabilitas keadaan antrian ditentukan oleh jumlah alat
angkut yang digunakan dan keadaan antrian yang terdiri
Tabel 12. Rekapitulasi Analisis Perbandingan Jumlah Alat, dari 4 tahap[17][18]. 4 tahap tersebut adalah sebagai
MF, dan Waktu Antri berikut:
Aktual Analisis Selisih 1. Tahap 1 (μ1) merupakan tahap pelayanan alat gali-
No Unit muat untuk memuat material ke alat angkut hingga
Jumlah Match Factorwaktu antrian Jumlah Match Factor waktu antrian Jumlah Match Factor waktu antrian
terisi penuh.
1 Excavator Hitachi ZX-350 1 1 0 2. Tahap 2 (μ2) merupakan tahap pelayanan sendiri yaitu
1,13 2 0,75 1,4 0,38 0,6
2 Mitsubishi Fuso 220 PS 5 4 1 tahap dimana alat angkut dalam perjalanan untuk
mengangkut material menuju disposal.
3. Tahap 3 (μ3) merupakan tahap alat angkut
4.10 Simulasi Teori Antrian menumpahkan material di disposal.
Proses antrian (queueing process) adalah suatu proses 4. Tahap 4 (μ4) merupaksan tahap pelayanan sendiri,
yang berhubungan dengan kedatangan konsumen pada yaitu alat angkut tidak bermuatan kembali ke front
suatu fasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam loading.
suatu barisan (antrian) bila fasilitas pelayanan sedang
sibuk konsumen tersebut akan menunggu dan konsumen a. Penentuan Tingkat Pelayanan
akan meninggalkan fasilitas pelayanan tersebut apabila 1) Tahap 1
sudah mendapatkan pelayanan[15][17][18]. T1 = Waktu Penempatan + Waktu Pengisian
= 5,42 menit/truck + (0,35 menit x
6 bucket/truk)
4.10.1 Penentuan Model Antrian = 8 menit/truk
Disiplin antrian ini terbagi menjadi empat bentuk [16], μ1 = x 60 menit/jam (11)
yaitu: = 7 truk/jam
a. FCFS (First Come, First Served)
Merupakan suatu peraturan dimana pelanggan yang 2) Tahap 2
dilayani terlebih dahulu adalah pelanggan yang datang T2 = Waktu perjalanan alat angkut bermuatan
pertama kali. Contohnya seperti pelanggan yang antri
pada loket penjualan karcis. = 3,02 menit/truk
b. LCFS (Last Come, First Served) μ2 = x 60 menit/jam (12)
Merupakan antrian dimana pelanggan yang datang
= 20 truck/jam
terakhirlah yang akan dilayani terlebih dahulu.
Contohnya seperti pada sistem antrian bongkar muat
3) Tahap 3
barang dalam truk, dimana barang yang masuk
T3 = waktu dumping
terakhir akan keluar terlebih dahulu.
= 0,6 menit/truk
c. SIRO (Service in Random Number)
Merupakan salah satu disiplin antrian dimana μ3 = x 60 menit/jam (13)
pelayanan dilakukan dengan urutan acak (Random = 100 truck/jam
Order). Contohnya seperti dalam suatu kegiatan
arisan, dimana pemenangnya didasarkan pada proses 4) Tahap 4
undian. T4 = waktu kembali alat angkut tidak bermuatan
d. Priority Queue (Antrian Prioritas) = 3 menit/truk
Merupakan prioritas pelayanan yang dilakukan khusus μ4 = x 60 menit/jam (14)
kepada pelanggan utama yang mempunyai prioritas
1488
= 20 truk/jam
b. Probabilitas keadaan antrian
Jumlah alat angkut (N) yang dilayani oleh excavator
Hitachi ZX-350 adalah 5 unit Mitsubishi fuso 220 Ps
dengan 4 tahap antrian (M). Sehingga banyaknya
kemungkinan keadaan antrian adalah[17]:
( ) ( )
( )( )
= ( )( )
(15)
= 56 Keadaan

Maka Untuk menghitung koefisien tiap keadaan


sistem, contohnya untuk koefisien P(0,0,0,5) digunakan
rumus[18]:
( )
Koefisien P(0,0,0,5) = (16)
( )
=

= ( )( )( )( )( )

=( )

= 0,0000438
Cara ini digunakan untuk setiap koefisien keadaan
sistem hingga keadaan P(2,1,1,1). Pada Tabel 13 dilihat
bahwa koefisien P(5,0,0,0) bernilai 1 sehingga menjadi
dasar untuk menghitung probabilitas masing-masing
keadaan sistem. Dari Tabel 13 jumlah koefisien dan
seluruh keadaan sistem adalah 2,1629428 maka untuk
probabilitas keadaan adalah sebagai berikut:
4.10.3 Perhitungan Lq1, Lq3, Wq1dan Wq3
P(5,0,0,0) = (17)
a. Lq1
= 0,462333
Merupakan antrian alat angkut saat akan dimuat oleh
Sehingga probabilitas tiap keadaan sistem dapat alat gali muat dengan syarat n1 > 1 (Tabel , kolom ke-
dihitung seperti contoh dibawah ini: 2)
P(0,0,0,5) = koefisien P(0,0,0,5) × P(5,0,0,0) (18) Lq1 = (1 × ∑(Probabilitas keadaan 19, 21, 23, 42, 43,
= 0,0000438 x 0,4623330 44, 46, 47, 48, 56)) + (2 × ∑(probabilitas
= 0,0000202 keadaan 26, 27, 28, 38, 39, 40)) + (3 ×
∑(probabilitas keadaan 14, 15, 16)) +
Tabel 13. Keadaan Probabilitas
(4 ×∑(probabilitas keadaan 4))
= 3 truk

b. Lq3
Merupakan Antrian Alat angkut saat akan
menumpahkan material ke crusher dengan syarat
n3 > 1

Lq3 = (1 x ∑(Probabilitas Keadaan 17, 24, 27, 41,


42, 47, 49, 50, 52, 54) + 2x ∑(Probabilitas
keadaan 20, 21, 22, 32, 33, 34) + 3 x
∑(Probabilitas Keadaan 8, 9, 10) + 4 x ∑(
Probabilitas Keadaan 2).
= 1 truk

c. Wq1
Merupakan waktu tunggu alat angkut pada saat akan
dimuat oleh alat gali muat. Untuk menentukan Wq1
terlebih dahulu harus di hitung tingkat kesibukan (ᶯ1)
excavator dengan syarat n1 = 0.

1489
ᶯ1 = 1 - ∑( probabilitas keadaan 1, 2, 3, 5, 6, 8, 4.11 Produksi yang Didapatkan Berdasarkan
10, 12, 13, 17, 18, 20, 22, 24, 25, 29, 34, Teori Antrian
36, 41, 45, 49)
= 1 – 0,0011482 Tabel 14. Produksi Alat Angkut
= 0,9988518
= 99,89%

Karena pemuatan ada pada tahap 1, maka jumlah truk


yang bisa dilayani adalah:
ϴ = ᶯ1 x μ1 (19) Jadi, jumlah produksi yang didapatkan berdasarkan teori
antrian adalah:
= 0,9988518 x 7 truk/jam Produksi = Q x n x WH (25)
= 6,9919 truk/jam = 47,30 ton/jam x 4 x 203,41 jam/bulan
= 7 truk/jam = 38.485 ton/bulan

Wq1 = (20) Tabel 15. Produksi alat angkut berdasarkan teori antrian

=
= 0,4290 jam
= 25,74 menit ≈ 26 menit

d. Wq3 4.12 Settingan fleet berdasarkan metode


Waktu tunggu alat angkut saat menumpahkan material kapasitas produksi dan teori antrian
ke crusher
Wq3 = ϴ (21) Setelah mendapatkan perhitungan jumlah dump truck
= pada kombinasi alat gali-muat Excavator Hitachi ZX-350
dengan alat angkut Dump Truck Mitsubishi Fuso 220 PS,
= 0,1430 jam maka didapatkan settingan fleet untuk target produksi
= 8,58 menit ≈ 9 menit 30.000 ton/bulan pada Tabel 16 berikut:

Tabel 16. Settingan fleet berdasarkan metode kapasitas


4.10.4 Jumlah truk yang di butuhkan produksi dan teori antrian

Berdasarkan penerapan metode antrian maka total waktu


edar alat angkut adalah:
CT total =( + + Wq1 + Wq3 ) (22)
=( + + 0,4290 + 0,1430 )
= 0,593 jam Pada Tabel 16 di atas didapatkan settingan alat yaitu
= 35,58 menit secara kenyataan di lapangan atau aktul jumlah alat
angkut yaitu 5 unit dump truck, sedangkan secara metode
Sehingga tingkat kedatangan truk di front loading kapasitas produksi di dapatkan jumlah alat angkut yaitu 5
ataupun di crusher adalah: unit dump truck , dan secara perhitungan menggunakan
λ = λ1 =λ2 = (23) teori antrian di dapatkan jumlah alat angkut yaitu 4 unit
dump truck.
=
= 1,6863 truk/jam
= 2 truk/jam
5. Kesimpulan dan Saran

Jadi Jumlah truk yang di butuhkan adalah: 5.1 Kesimpulan


N = (24)
1. Produktivitas alat angkut dan alat muat untuk
= pengangkutan batu andesit adalah:
= 3,5 truk a. Produktivitas Excavator Hitachi ZX-350 sebesar
= 4 truk 232,61 ton/jam.
b. Produktivitas Dump Truck Mistsubishi Fuso 220
PS sebesar 47,30 ton/jam.

1490
c. Waktu tunggu efektif alat angkut selama 1,4 [9] Anonim.”Spesification & Aplication Handbook”.
menit. Japan: Komatsu. (2009).
2. Berdasarkan perhitungan jumlah dump truck yang [10] Sumarya. Bahan Ajar Alat Berat dan Interaksi Alat
dibutuhkan maka didapat perhitungan nilai MF yaitu Berat. Padang: Universitas Negeri Padang. (2012).
MF > 1. Jika MF lebih besar dari 1 maka terjadi waktu [11] Herlita, Padeni. Analisis Kebutuhan Alat Muat dan
tunggu pada alat angkut yang berarti terjadi antrian. Alat Angkut Pada Kegiatan Penambangan Soil di
Upaya untuk mengurangi waktu antrian pada produksi Area 242 dengan Penerapan Metode Antrian Untuk
batu andesit dengan melakukan perbaikan komposisi Memenuhi Target Produksi Clay 3000 Ton/Hari.
alat menjadi MF=1. Jumlah alat angkut optimum Jurnal Bina Tambang 3, 4. Universitas Negeri
berdasarkan metode kapasitas produksi adalah Padang. (2018).
sebanyak 5 unit dump truck, sedangkan jumlah alat [12] Lola. Kajian Teknis Produktivitas Alat Gali Muat
angkut berdasarkan metode antrian adalah sebanyak dan Alat Angkut Menentukan Waktu Efektif. Padang:
4 unit dump truck. UNP. (2017).
3. Manajemen fleet alat muat alat dan angkut dalam [13] Maharani, Fadhillah. Evaluasi Pengaruh Kondisi
penerapan metode antrian yaitu 1 alat muat Excavator Jalan Angkut Terhadap Produktivitas Dump Truck
Hitachi ZX- 350 mampu melayani 4 alat angkut Dump Mitsubishi Fuso 220 PS dari Front Penambangan
Truck Mitsubishi Fuso 220 PS dengan produksi Menuju Unit Crusher Pada Penambangan Batu
sebesar 38.485 ton/bulan sehingga target produksi Andesit PT Koto Alam Sejahtera. Padang: UNP.
tercapai. (2018).
[14] Anisari, Rezky. Produktivitas Alat Muat dan Alat
Angkut Pada Pengupasan Lapisan Tanah Penutup Di
5.2 Saran
Pit 8 Fleet D PT. Jhonlin Baratama Jobsite Satui
1. Mengkaji kembali kebutuhan peralatan yang Kalimantan Selatan. Jurnal ITEKNA 16, 1.
digunakan dalam penambangan untuk mendapatkan Politeknik Negeri Banjarmasin. (2016)
produktivitas yang lebih optimal. [15] A. Vendhi Prasmoro. Optimasi Produksi Dumptruck
2. Mengkaji kembali alat gali muat dari alat yang telah Volvo FM 440 dengan Metode Kapasitas Produksi
disediakan untuk mengurangi waktu tunggu alat.s dan Teori Antrian di Lokasi Pertambangan
3. Mengkaji kembali settingan fleet yang digunakan batubara, Samarinda Kalimantan Timur. Jurnal
dalam penambangan untuk mendapatkan produksi Teknik 6, 1 Mercu Buana (2014).
yang lebih optimal dan untuk pengerjaan di lapangan [16] Anaviroh. Model Antrian Satu Server Dengan Pola
agar memperhatikan rencana yang telah dibuat agar Kedatangan Berkelompok (Batch Arrival). Jurnal
mencapai target produksi. Penelitian 4, 2 Universitas jambi (2018).
[17] E. Dwi Rahmi. Kajian Sistem Kerja Alat Muat dan
Daftar Pustaka Alat Angkut Pada Pengupasan Overburden Dengan
Penerapan Metode Antrian Di Pit Taman Tambang
Air Laya PT. Bukit Asam (Persero)Tbk. Jurnal Bina
[1] Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Tambang 2, 3 Universitas Negeri Padang (2018).
Kualitatif, dan R&D. Jakarta: Alfabeta. (2017). [18] Rahman, Fadel. Analisis Manajemen Fleet Pada
[2] A. Muri Yusuf. Metodologi Penelitian. Padang: Kegiatan Pengupasan Overburden PT Artamulia
UNP Press. (2013). Tatapratama di Desa Tanjung Belit, Kecamatan
[3] Nawawi, H. Hadari. Metode Penelitian Deskriptif. Jujuhan, Kabupaten Muaro Bung. Jurnal Bina
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. (1983). Tambang 2, 3 Universitas Negeri Padang (2018).
[4] Pfleider, Eugene .P. Surface Mining 1st Edition. New
York: The American Institute of Mining,
Metallurgical and Petroleum. (1972).
[5] Amrun Liemin, dkk. Evaluasi Produksi Overburden
Pada Front Kerja Excavator Hitachi Shovel. Jurnal
Geomine 6, 1. Universitas Muslim Indonesia. (2018)
[6] Anaperta, Yoszi Mingsi. Evaluasi Keserasian (Match
Factor) Alat Muat dan Alat Angkut Dengan Metode
Control Chart (Peta Kendali) Pada Aktivitas
Penambangan di Pit X PT Y. Jurnal Teknologi
Informasi & Pendidikan 9, 1. Universitas Negeri
Padang. (2016)
[7] Aqsal Ramadhan Shaddad, dkk. Analisis Keserasian
Alat Mekanis Match Factor Untuk Peningkatan
Produktivitas. Jurnal Geomine 4, 3. Universitas
Hasanuddin. (2016).
[8] I. Yanto. Pemindahan Tanah Mekanis. Yogyakarta:
Jurusan Teknik Pertambangan. Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”. (2012).

1491

You might also like