JUMBO (Jurnal Manajemen, Bisnis Dan Organisasi)
JUMBO (Jurnal Manajemen, Bisnis Dan Organisasi)
JUMBO (Jurnal Manajemen, Bisnis Dan Organisasi)
e-ISSN 2502-4175
JUMBO (Jurnal Manajemen, Bisnis
dan Organisasi)
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JUMBO
Awaluddin
awaludinsasa@gmail.com
Program Studi Ilmu Manajemen, Program Pascasarjana, Universitas Halu Oleo
Samdin
samdin@uho.ac.id
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Halu Oleo
Yusuf
yu5ufr4uf@gmail.com
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Halu Oleo
DOI: http://dx.doi.org/10.33772/jumbo.v3i3.10562
Pengaruh Kemampuan Terhadap Kinerja Pegawai Yang Dimediasi Oleh ..…
I. PENDAHULUAN
Pegawai Negeri Sipil adalah sumber daya manusia di organisasi sektor publik yang bertugas
memberikan pelayanan kepada masyarakat, secara jujur dan adil dalam menyelenggarakan tugas negara,
pemerintah dan pembangunan. Pegawai negeri sipil diharapkan dapat berkinerja baik, memahami dan
melaksanakan uraian tugas secara profesional. Keyakinan umum dalam penelitian SDM adalah bahwa
kinerja pegawai adalah fungsi dari kemampuan, motivasi, dan peluang pegawai untuk bekerja (Blumberg
& Pringle, 1982). Teori Abilities-Motivation-Opportunity (AMO) (Appelbaum, Bailey, Berg, &
Kalleberg, 2000) mengembangkan lebih lanjut pada premis ini, mengusulkan bahwa suatu organisasi
dapat secara positif memengaruhi kinerjanya dengan memastikan bahwa semua karyawan memiliki
kemampuan dan motivasi untuk melakukan pekerjaan mereka. Agar organisasi dapat memperpanjang
masa kerja karyawan, maka HRM harus meningkatkan dan mempertahankan kemampuan kerja dan
motivasi kerja karyawan selama masa kerja mereka dan menawarkan mereka kesempatan yang cukup
untuk bekerja, bahkan di usia yang lebih tua. Dengan kata lain, agar orang dapat bekerja lebih lama,
mereka harus mampu dan termotivasi dan diberi peluang yang tepat (Van der Heijden, 2011).
Penelitian terdahulu tentang pengaruh kemampuan terhadap kinerja pegawai menemukan hasil
yang beragam. Penelitian Aprilia (2018), Nurhaeda et al (2018), Aseanty (2016) mengungkapkan bahwa
kemampuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Disisi lain penelitian yang
dilakukan oleh Setiawan & Siagian (2017), Pratama & Wardani (2017) mengungkapkan bahwa
kemampuan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.
Pegawai yang memiliki semangat yang tinggi juga dipengaruhi oleh kemampuannya, semakin
tinggi kemampuan seseorang maka semangat kerjanya juga menjadi tinggi. Ilmarinen (2009)
mengungkapkan bahwa kemampuan sebagai faktor yang memengaruhi motivasi kerja. motivasi adalah
bagian dari peningkatan kemampuan. Jika pemberi kerja berupaya mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan, ini akan memengaruhi motivasi kerja karyawan. Ini berarti bahwa pengusaha dapat
menggunakan kemampuan sebagai alat penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan motivasi.
Penelitian Annemarie et al (2018) menemukan bahwa kemampuan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap motivasi kerja. Demikian pula penelitian Anidar & Indarti (2015) mengungkapkan
bahwa kemampuan berpegaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja pegawai.
Menurut Smith (1994) bahwa manajemen perlu memotivasi karyawan karena untuk kelangsungan
hidup organisasi, penting bagi manajer dan pemimpin organisasi untuk belajar memahami dan menangani
secara efektif karyawan mereka; karena karyawan yang termotivasi diperlukan untuk mengarahkan
organisasi menjadi sukses. Karyawan yang tidak termotivasi cenderung mengeluarkan sedikit usaha
dalam pekerjaan mereka, menghindari tempat kerja sebanyak mungkin, keluar dari organisasi dan
menghasilkan kualitas kerja yang rendah. Dalam hal karyawan termotivasi; mereka membantu organisasi
bertahan hidup di tempat kerja yang berubah dengan cepat.
Penelitian terdahulu tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai menemukan hasil yang
beragam. Penelitian Santosa (2018) menemukan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja pegawai, Sutrischastini (2015), Fachreza et al (2018), Ghozali (2017), Syaifuddin (2016).
Disisi lain penelitian Dwiyanti et al (2015) menemukan bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai. Demikian pula penelitian Dhermawan et al (2012) menemukan
bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.
Konsep Motivasi
Motivasi menurut Robbins (2006:156) merupakan suatu proses yang menyebabkan intensitas
individu, dalam usaha mengarahkan secara terus menerus untuk mencapai tujuan. Luthans (2006:270)
menyatakan bahwa secara teknis, istilah motivasi berasal dari kata latin movere yang artinya bergerak.
Dalam memahami motivasi, sejumlah ahli mengembangkan berbagai teori dengan berbagai pendekatan.
Teori motivasi dari Mc.Cleland dalam Thoha (2008) mengemukakan adanya tiga macam
kebutuhan adalah sebagai berikut :
a. Need for Achievement (kebutuhan untuk berprestasi), merupakan refleksi dari dorongan akan
tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Seorang karyawan yang mempunyai kebutuhan untuk
berhubungan akan berpartisipasi tinggi cenderung untuk berani mengambil resiko. Kebutuhan
untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik dari pada sebelumnya,
selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi.
b. Need for Affiliation (kebutuhan untuk berhubungan social), merupakan dorongan untuk
berinteraksi dengan orang lain atau berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang
merugikan orang lain.
c. Need to power (kebutuhan untuk kekuasaan), merupakan refleksi dari dorongan untuk kekuasaan
untuk mencapai otoritas dan untuk memiliki pengaruh orang lain.
Menurut Steers (1985) salah satu factor yang mempengaruhi kinerja adalah tingkat motivasi
pekerja. Gibson (2008) berpendapat kinerja sumber daya manusia adalah fungsi dari motivasi. Dengan
demikian motivasi yang diharapkan dari pegawai adalah fungsi dari motivasi yang dapat mempengaruhi
kinerja pegawai.
Handoko (2001) mengemukakan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi kinerja pegawai
adalah motivasi. Demikian pula menurut Tiffin dan Mc. Cormick (dalam As’ad 2001) bahwa salah satu
factor yang mempengaruhi kinerja seseorang adalah motivasi kerja. Rivai dan Sagala (2013) juga
mengemukakan bahwa semakin kuat motivasi kerja maka kinerja pegawai akan semakin tinggi, hal ini
berarti setiap peningkatan motivasi pegawai akan memberikan peningkatan yang berarti bagi kinerja
pegawai.
Bateman dan Snall (1993) berpendapat bahwa motivasi adalah kekuatan yang menyegarkan, dan
mengarahkan pekerjaan seseorang ke arah pencapaian tujuan. Akibatnya, motivasi adalah salah satu
masalah yang paling penting dan faktor yang efektif pada kinerja pekerjaan dan keharusan untuk
mengarahkan karyawan menuju tujuan utama. Selain itu, tantangan utama yang dihadapi organisasi
adalah penerapan faktor motivasi yang sesuai untuk meningkatkan kinerja pekerjaan untuk mencapai
tujuan utama organisasi. Harapan masing-masing pendekatan berbeda dari satu organisasi ke yang lain.
Untuk mengklasifikasikan dan mengatasi harapan ini, diperlukan pemahaman tentang motivasi karyawan.
Oleh karena itu, gagasan motivasi telah menjadi kekuatan pendorong umum untuk bisnis paling sukses.
Motivasi sangat penting untuk kinerja karyawan.
Konsep Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan beberapa kegiatan dalam suatu
pekerjaan (Robbins, 2006:68). Menurut Moenir ( 1987 : 76 ), yang dimaksud dengan kemampuan dalam
hubungan dengan pekerjaan adalah suatu keadaan pada seseorang yang secara penuh kesungguhan,
berdayaguna dan berhasilguna melaksanakan pekerjaan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.
Dalam kemampuan terdapat tiga unsur, yaitu : unsur kecakapan, unsur fisik, unsur mental. Agar unsur ini
saling menunjang maka ketiganya dalam gabungan secara serasi menghasilkan sesuatu yang sesuai
dengan persyaratan kerja, Moenir (1987:76).
Menurut Robbins (2006:68). Kemampuan dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental.
Untuk itu, tujuh dimensi yang paling sering dikutip yang membentuk kemampuan intelektual adalah
kemahiran berhitung, pemahaman verbal, kecepatan perseptual, penalaran induktif, penalaran
deduktif, visualisasi ruang, dan daya ingat. Tes-tes yang mengukur dimensi-dimensi khusus
kecerdasan merupakan indikator perkiraan yang kuat untuk kinerja pada masa depan.
b. Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut
stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan.
Goleman (1995) menyatakan bahwa kemampuan yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan
sikap merupakan determinan penting bagi hasil kerja atau prestasi kerja karyawan. Sedarmayanti (2001)
menjelaskan bahwa: Performance = ability x motivation, artinya kinerja seseorang dapat dilihat dari
kajian khusus mengenai kemampuan dan motivasi dalam bekerja dimana kemampuan yang dimiliki
seseorang dapat meningkatkan kinerjanya didukung dengan motivasi yang mendorongnya untuk bekerja.
Motivasi
Kualitas
Intelektual
Kinerja Kuantita
Kemampuan
s
Fisik
Ketepatan
waktu
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Sumber: Dari Kajian Teoritis dan Empiris
Goleman (1995) menyatakan bahwa kemampuan yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan
sikap merupakan determinan penting bagi hasil kerja atau prestasi kerja karyawan. Sedarmayanti (2001)
menjelaskan bahwa: Performance = ability x motivation, artinya kinerja seseorang dapat dilihat dari
kajian khusus mengenai kemampuan dan motivasi dalam bekerja dimana kemampuan yang dimiliki
seseorang dapat meningkatkan kinerjanya didukung dengan motivasi yang mendorongnya untuk bekerja.
Penelitian terdahulu tentang pengaruh kemampuan terhadap kinerja pegawai menemukan hasil
yang beragam. Penelitian Aprilia (2018), Nurhaeda et al (2018), Aseanty (2016) mengungkapkan bahwa
kemampuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan landasan teori dan
penelitian terdahulu, maka:
Menurut Steers (1985) salah satu factor yang mempengaruhi kinerja adalah tingkat motivasi
pekerja. Gibson (2008) berpendapat kinerja sumber daya manusia adalah fungsi dari motivasi dan
kemampuan. Dengan demikian motivasi yang diharapkan dari pegawai adalah fungsi dari motivasi yang
dapat mempengaruhi kinerja pegawai.
Handoko (2001) mengemukakan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi kinerja pegawai
adalah motivasi. Demikian pula menurut Tiffin dan Mc. Cormick (dalam As’ad 2001) bahwa salah satu
factor yang mempengaruhi kinerja seseorang adalah motivasi kerja. Rivai dan Sagala (2013) juga
mengemukakan bahwa semakin kuat motivasi kerja maka kinerja pegawai akan semakin tinggi, hal
berarti setiap peningkatan motivasi karyawan akan memberikan peningkatan yang berarti bagi kinerja
karyawan.
Penelitian terdahulu tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai menemukan hasil yang
beragam. Penelitian Santosa (2018) menemukan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja pegawai. Hal ini mengandung makna bahwa pemberian motivasi kerja sedemikian rupa
kepada pegawai diharapkan mampu meningkatkan semangat dan bekerja lebih giat lagi. Motivasi
merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung tercapainya kinerja yang maksimal, karena motivasi
adalah keadaan intern diri seseorang yang mengaktifkan dan mengarahkan tingkah lakunya kepada
sasaran tertentu.
Penelitian Sutrischastini (2015) menemukan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini mengandung makna bahwa dalam konteks pekerjaan
motivasi merupakan salah satu factor penting dalam mendorong seorang karyawan untuk bekerja. Bila
seseorang termotivasi maka ia akan berupaya sekuat tenaga untuk mencapai tujuan, Motivasi kerja
sebagai motor penggerak yang paling vital dalam sebuah pencapaian kinerja. Tanpa motivasi pegawai
tidak akan berhasil untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan secara maksimal karena tidak ada kemauan
yang berasal dari dalam diri karyawan itu sendiri, yang muncul hanyalah rutinitas
Penelitian Fachreza et al (2018) juga menemukan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai, hal ini menunjukan bahwa motivasi sebagai daya penggerak yang menciptakan
kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai tujuan.
Penelitian Ghozali (2017), Syaifuddin (2016) menemukan bahwa motivasi kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu maka hipotesis
penelitian ini:
Steers (1985) bahwa kinerja pegawai dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya motivasi kerja,
dengan motivasi kerja yang tinggi, karyawan akan bekerja lebih keras dalam melaksanakan pekerjaan
mereka. Sebaliknya dengan motivasi kerja yang rendah karyawan tidak memiliki semangat kerja, mudah
menyerah, dan kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Hasil penelitian ini juga mendukung
pendapat Landy dan Conte (2010) bahwa pentingnya motivasi, karyawan yang bersemangat dan
bermotivasi tinggi dapat mencapai kinerja yang baik dengan memiliki beberapa pengetahuan.
Hasil penelitian mendukung pendapat Mulyasa (2011:139) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja (produktifitas kerja) antara lain sikap mental berupa motivasi. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Marsinem (2018) bahwa kemampuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai yang dimediasi oleh motivasi kerja pegawai, hal ini menunjukan bahwa pegawai yang
memiliki kemampuan dan memiliki motif yang tinggi dalam bekerja sehingga kinerja pegawai tersebut
menjadi baik. Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu maka hipotesis penelitian ini :
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konawe
Utara yang berjumlah 95 orang. Model yang digunakan untuk menguji pengaruh variable penelitian
adalah model structural dengan menggunakan alat analisis Jalur (path analysist). Model persamaan
structural merupakan metode analisis hubungan simultan variabel dependen dan independen. Tujuan
analisis jalur untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung melalui seperangkat variabel
bebas terhadap variabel terikat. Pengaruh dalam jalur tersebut di tunjukan oleh koefisien jalur pada setiap
diagram jalur dari1 hubungan kausal antar variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk mengukur
pengaruh langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini, maka data penelitian dianalisis dengan
menggunakan software smartPLS.
Spesifikasi model merupakan dasar di dalam menentukan hubungan antar variabel di dalam
analisis jalur sebagaimana model analisis regresi berganda. Koefisien regresi dalam analisis jalur berupa
koefisien parsial terstandarisasi. Koefisien regresi parsial terstandarisasi didalam analisis jalur digunakan
untuk membandingkan dampak antar variabel independen terhadap variabel dependen.
Model persamaan yaitu untuk menghitung pengaruh kemampuan (X), motivasi kerja (Y1)
terhadap kinerja pegawai (Y2), dengan persamaan sebagai berikut:
Y2 = ρXY2 + ρY1Y2 + ε
Keterangan :
Y2 = Kinerja pegawai
ρ11- ρkk = Koefisien analisis jalur
Y1 = Motivasi kerja
X = Kemampuan
Untuk mengetahui signifikansi variabel kemampuan, motivasi kerja terhadap kinerja pegawai. Dan
signifikansi variabel kemampuan terhadap motivasi kerja maka dapat membandingkan nilai t hitung (t
statistic dalam PLS) dengan t tabel. Taraf signifikansi dalam penelitian ini adalah sebesar 5% dan dengan
jumlah sampel sebesar 95 maka diperoleh t-tabel adalah 1,66. Oleh karena itu apabila diperoleh t-hitung >
t-tabel maka dinyatakan signifikan, namun sebaliknya apabila diperoleh t-hitung < t-tabel maka
dinyatakan tidak signifikan.
Pengujian terhadap model Struktural dilakukan dengan melihat nilai predictive relevance (R2) R-
Square yang merupakan uji goodness fit model. Goodness of fit model diukur dengan menggunakan R-
Square variabel laten dependen dengan interpretasi yang sama dengan regresi, Solimun (2010:35). Q-
Square predictive relevance untuk model struktural, mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan
oleh model dan juga estimasi paramaternya. Nilai Q-Square > 0 menunjukkan model memiliki predictive
relevance; sebaliknya jika nilai Q-Square < 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance.
Perhitungan Q-Square dilakukan dengan rumus : Q2 = 1 – (1 – R21) (1 - R22)…(1 - R22), Solimun
(2010:35). Adapun nilai Q square dapat disajikan melalui tabel di bawah ini :
Tabel 1. Q Square
Variabe Q-Square
Kemampuan
Motivasi 0,724
Kinerja Pegawai 0,637
Q-Square 0,900
Sumber : Hasil olah data melalui PLS.
Model pengaruh kemampuan dan motivasi terhadap kinerja pegawai memberikan nilai R-Square
sebesar 0,637 yang dapat diinterpretasikan bahwa variablitas konstruk kinerja pegawai dapat dijelaskan
oleh kemampuan dan motivasi kerja sebesar 63,7% sedangkan sisanya sebesar 36,3% dipengaruhi oleh
variable lain diluar model. Sedangkan model pengaruh kemampuan terhadap kinerja pegawai melalui
motivasi kerja memberikan nilai Q-Square sebesar 0,9001 yang dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas
konstruk kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh kemampuan melalui motivasi sebesar 90,001% sedangkan
sisanya 9,98% dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti.
Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa untuk dapat menjawab permasalahan dan
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen
maka dilakukan dengan analisis jalur (path analysis). Ringkasan hasil perhitungan analisis jalur dalam
penelitian ini dapat disajikan melalui tabel di bawah ini :
Hasil analisis jalur sebagaimana tertuang pada tabel 5.13. menunjukan bahwa koefisien jalur
kemampuan (ρX) terhadap kinerja pegawai (ρY2) = 0,272, koefisien jalur kemampuan terhadap motivasi
kerja sebesar 0,798, koefisien jalur motivasi kerja (ρY1) terhadap kinerja pegawai (ρY2) dengan koefisien
jalur sebesar 0,617, dengan demikian maka persamaannya adalah :
Y2 = 0,272 + 0,617 + ε2
Sedangkan pengaruh kemampuan (X) terhadap motivasi kerja (Y 1) dapat dibuat melalui persamaan
structural sebagai berikut :
Y1 = 0,798 + ε1
Hasil Analisis Jalur secara visual dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Berdasarkan hasil pengujian analisis jalur yang ditunjukan pada tabel 5.13. dan untuk menjawab
permasalahan penelitian maka pengujian hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut :
kinerja pegawai melalui motivasi kerja yaitu : pengaruh kemampuan terhadap motivasi kerja, dan
pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai atau (0.798 x 0.617) = 0.492.
Pengujian hipotesis mediasional berdasarkan signifikansi indirect effect pada PLS Sobel test
yang dipopulerkan dan direkomendasikan oleh Baron and Kenny (1986) dalam Ghozali (2009). Hasil
kalkulator uji sobel pengaruh kemampuan terhadap kinerja pegawai melalui motivasi kerja dapat
disajikan melalui table berikut ini :
menyatakan bahwa kemampuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai yang
dimediasi oleh motivasi kerja cukup bukti untuk diterima. Temuan ini menunjukan bahwa variabel
motivasi kerja mampu memediasi kemampuan terhadap kinerja pegawai di Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Konawe Utara. Hasil penelitian juga menunjukan motivasi kerja pegawai sangat
dibutuhkan dalam merencakan, melaksanakan dan mengontrol hasil kerjanya agar pekerjaan pegawai
tersebut menjadi berkualitas dan dilaksanakan tepat waktu, hal ini tentunya akan berdampak pada kinerja
pegawai yang bersangkutan. Pegawai yang mampu melaksanakan semua tugas dan tanggung jawabnya
maka akan dapat mengisi sasaran kinerja pegawai (SKP) dengan baik.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Steers (1985) bahwa kinerja pegawai dipengaruhi oleh
beberapa factor diantaranya motivasi kerja, dengan motivasi kerja yang tinggi, karyawan akan bekerja
lebih keras dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Sebaliknya dengan motivasi kerja yang rendah
karyawan tidak memiliki semangat kerja, mudah menyerah, dan kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan
mereka. Hasil penelitian ini juga mendukung pendapat Landy dan Conte (2010) bahwa pentingnya
motivasi, karyawan yang bersemangat dan bermotivasi tinggi dapat mencapai kinerja yang baik dengan
memiliki beberapa pengetahuan. Hasil penelitian mendukung pendapat Mulyasa (2011:139) bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja (produktifitas kerja) antara lain sikap mental berupa motivasi.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Marsinem (2018) bahwa kemampuan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai yang dimediasi oleh motivasi kerja pegawai, hal ini menunjukan
bahwa pegawai yang memiliki kemampuan dan memiliki motif yang tinggi dalam bekerja sehingga
kinerja pegawai tersebut menjadi baik.
Penelitian ini hanya mengolah data berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada responden,
namun peneliti tidak melakukan wawancara yang mendalam kepada informan kunci seperti kepala bidang
dan kepala dinas terkait dengan kemampuan, motivasi dan kinerja pegawai. Oleh karena itu untuk peneliti
selanjutnya dapat mengkaji variable yang sama dengan sebaran sampel yang lebih besar lagi dan juga
melakukan wawancara mendalam terhadap informan kunci untuk mengkonfirmasi jawaban kuesioner
oleh responden.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kemampuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja. Hal ini menunjukan bahwa
pegawai yang memiliki kemampuan fisik dan kemampuan intelektual maka dapat meningkatkan
motivasi kerjanya yang diindikasikan dengan dorongan untuk berprestasi, keinginan untuk menjabat
serta memiliki hubungan yang baik dengan sesame pegawai.
2. Kemampuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini menunjukan
bahwa pegawai yang memiliki kemampuan fisik dan kemampuan intelektual maka dapat
menyelesaikan tugas dan pekerjaannya sehingga kinerja dapat menjadi lebih baik.
3. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini menunjukan
bahwa pegawai yang memiliki motivasi kerja berupa dorongan untuk berprestasi, berkuasa dan
berafiliasi maka pegawai tetap semangat, optimis dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya
sehingga kinerja pegawai menjadi meningkat.
4. Kemampuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai melalui motivasi kerja.
Hal ini menunjukan pegawai yang memiliki kemampuan fisik dan kemampuan intelektual serta
memiliki motivasi kerja berupa dorongan untuk berprestasi, berkuasa dan berafiliasi sehigga
pegawai selalu semangat, optimis, cekatan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaannya sehingga
kinerja menjadi meningkat. Motivasi kerja menjadi variable yang mampu memediasi pengaruh
kemampuan terhadap kinerja pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Annemarie Feibel, Richard Peter, Enno Swart and Stefanie March. 2018. Developing an Extended Model
of the Relation between Work Motivation and Health as Affected by the Work Ability as Part of a
Corporate Age Management Approach. International Journal, Environmen Research Public
Health 2018, 15, 779.
Anidar KH & Indarti Sri. 2015. Pengaruh Kemampuan Dan Komitmen Terhadap Motivasi Dan Kinerja
Pegawai Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Natuna. Jurnal Tepak Manajemen Bisnis Vol. VII No.
3 September.
Appelbaum, E., Bailey, T., Berg, P., & Kalleberg, A. L. 2000. Manufacturing advantage: Why high-
performance work systems pay off. London: Economic Policy Institute: Cornell University Press.
Aprilia Lu’luwatin Rosdiana. 2018. Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan di Hotel Isola Resort & Meeting Services. Tourism and Hospitality Essentials (THE)
Journal, Vol. 8, No. 1, 2018 – 15.
As'ad. 2001. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty.
Aseanty Deasy. 2016. Impact of Working Ability, Motivation and Working Condition to Employee’s
Performance; Case in Private Universities in West Jakarta, OIDA International Journal of
Sustainable Development 09:04 (2016).
Bateman, T. S., & Crant, J. M. (1993). The proactive component of organizational behavior: A measure
and correlates. Journal of Organizational Behavior, 14(2), 103-118.
Blumberg, M., & Pringle, C. D. (1982). The missing opportunity in organizational research: Some
implications for a theory of work performance. Academy of Management Review, 7(4), 560–569.
https://doi.org/10.5465/AMR.1982.4285240.
Byars dkk. 1984. Human Resources and Personal Management. Richard D Iriwin, Inc. Illinois.
Dharma, Agus. 2003. Manajemen Perilaku Organisasi Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Gelora Aksara Pratama.
Dhermawan Anak Agung Ngurah Bagus, Sudibya I Gde Adnyana, Utama I Wayan Mudiartha. 2012.
Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja, Kompetensi, Dan Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja
Dan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kantor Dinas Pekerjaan Umum. Jurnal Manajemen, Strategi
Bisnis, dan Kewirausahaan Vol. 6, No. 2 Agustus 2012
Dwiyanti Dyah Nur & Sarwoko Endy. 2015. Pengaruh Motivasi Kerja
Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Dan Dampaknya Tehadap Kinerja Karyawan (
Studi Pada Pt. Pg. Krebet Baru) Jurnal Riset Mahasiswa Manajemen (JRMM) ISSN: 2337-
5655. Volume: 3, Nomor: 1
Fachrezal, Said Musnadi, M.Shabri Abdu Madjid. 2018. Pengaruh Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja,
Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Dan Dampaknya Pada Kinerja Bank Aceh
Syariah Di Kota Banda Aceh. Jurnal Magister Manajemen ISSN 2302-0199 Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Unsyiah
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gibson, J. L., Ivancovich J. M., Donnelly, J. H. 1997. Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses. Alih
Bahasa Nunuk Adiarni, Edisi Kedelapan, Jilid II, Binarupa Aksara, Jakarta.
Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence. Bantam Books, New York Struktur, Proses. (Edisi
Terjemahan) Cetakan Ke-4. Jakarta: Erlangga.
Handoko, TH. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Ilmarinen Juhani. 2009.Work ability a comprehensive concept for occupational health research and
prevention candinavian Journal of Work, Environment & Health Vol. 35, No. 1 (January 2009),
pp. 1-5
Landy, F.J., & Conte J.M. (2010). Work in the 21st Centuruy : an Introduction to Industrial an
Organizational Psychology (third edition). New York: McGraw-Hil
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi, (Alih Bahasa V.A Yuwono, dkk),Edisi. Bahasa Indonesia,
Yogyakarta: ANDI.
Mangkunegara AA Anwar Prabu. 2011, Manajemen SDM Perusahaan. Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya.
Manullang. 2001. Manajemen Personalia. Yogyakarta Gajah Mada University Press.
Marsinem. 2018. Pengaruh Kemampuan Kerja dan Iklim kerja Terhadap Kinerja Yang dimediasi oleh
Motivasi Kerja Pegawai di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul. Tesis,
Program Magister Manajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
Mathis, R.L dan Jackson, J.H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Terjemahan. Edisi Pertama.
Jakarta: PT. Salemba Emban Patria.
Moenir. 1987. Pendekatan Manusia dan Organisasi terhadap Pembinaan Kepegawaian. Jakarta: Gunung
Agung
Mulyasa. 2011. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya
Nurhaedah, Sukmawati Mardjuni, Yusuf Saleh. 2018. Pengaruh Kemampuan Kerja dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan PT. Semen Tonasa Kabupaten Pangkep. Jurnal Ilmu Administrasi),
ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084 (Online)
Olusadum Nnaeto Japhet & Anulika Ndoh Juliet. 2018. Impact of Motivation on Employee Performance:
A Study of Alvan Ikoku Federal College of Eduaction, Journal of Management and Strategy Vol.
9, No. 1.
Pratama Abdul Aziz Nugraha, Wardani Aprina. 2017. Pengaruh Kemampuan Kerja dan Semangat Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Kendal). Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah http://muqtasid.iainsalatiga. ac.id DOI:
http://dx.doi.org/10.18326/ muqtasid.v8i2.119-129
Rivai, V dan Sagala E.J. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Dari Teori ke
Praktik. Edisi Kedua. Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Robbins, Stephen P. dan Judge, Timothy A. 2006. Perilaku Organisasi Edisi ke-10, Jakarta: Salemba
Empat.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. PT
Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Rusilowati Umi, Muhammad Ramdhan and Ayu Metarini. 2018. Significant Work Motivation And Work
Discipline Against Employee Performance Case Study At Pt. Indah Kiat Pulp & Paper.
International journal of business quantitative economics and applied management research.
Santosa Jaka. 2018 Analisa Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Kelurahan
Jatirasa Kota Bekasi. Managerial – Jurnal Penelitian Ilmu Manajemen, Vol. 1 No. 1 2018.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Cetakan Ketiga. Bandung : CV.
Mandar Maju.
Setiawan Alan Hidayat dan Siagian Hotlan. 2017. Pengaruh Kemampuan Dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada Cv Sinar Agung. AGORA Vol. 5, No. 3.
Smith, H. 1994. Balancing Work and Flexible Working: Employer Benefit from Flexible Working.
Department of Social and Family Affair.
Solimun. 2010. Pemodelan Persamaan Struktural Pendekatan PLS. Brawijaya. Malang.
Steers, M Richard. 1985. Efektivitas Organisasi Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Sutrischastini Ary & Riyanto Agus. 2015. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Kantor
Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Kajian Bisnis Vol. 23, No. 2, 2015, 121 – 137.
Syaifuddin. 2016. Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Putra Fajar
Jaya, Medan. Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.9 No.2/Oktober 2016. p-ISSN :
1979-8164.
Thoha, F. 2008. Service Management. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Van der Heijden, B. I. J. M., & Bakker, A. B. 2011. Toward a Mediation Model of Employability
Enhancement: A Study of Employee–Supervisor Pairs in the Building Sector. Career Development
Quarterly, 59(3), 232–248. https://doi.org/10.1002/j.2161-0045.2011.tb00066.x*.
Wood, Jack M,. et al. 2001. Organizational Behaviour: A Global perspective. 2nd Editon. Australia: John
Wiley and Sons Australia, Ltd. Sinamo,