DIPLOMASI (All) Fix
DIPLOMASI (All) Fix
DIPLOMASI (All) Fix
“Globalization is a term that is often used imprecisely and can mean many things. …. Economic
globalization, the opening up of economies to flows of goods, services, capital, and business from other
nations that integrate their markets with those abroad.”
“Globalization is essentially the expansion of the capitalist system around the globe. …… A word
economy, guided by liberal philosophy with global aspirations, provided the framework for a single
world that since has grown more integrated and standardized.”
Democratization
Human Rights
Good Governance
Climate Change
Environment
Financial Crisis
Sustainable Development
Trans-border Issues: - Terrorism - Money Laundering - Drugs Trafficking - Migrant Workers
Human Rights:
Human Rights in the Context of International Relations
Human Rights Issues
International Human Rights Laws
The Human Rights Council & UN High Commissioner for Human Rights
“When multi-party system is practiced, it Is only observed in form, not in substance.” (Omotola, 2009)
“Democracy, as a concept, despite its lopsided approach to the political, social and economic
developments, remains the household instrument of the Northwestern world to dominate international
relations.” (Krasner, 1999)
DEMOCRACY ISSUES:
Liberalisation (from Communism),
Democratisation (process of transferring political system from communism to capitalist -
democratic),
Morality (equality – non discrimination),
Social Justice (equality – non discrimination) People Sovereignty (representative basis),
Individual Freedom,
Democracy = Social Contract Equality – vulnerable groups: women, children, disabled, poor.
Good Governance: Accountability, Transparency
• Elections (Pemilu)
• Observers (Pengamat)
HUMAN RIGHTS IN THE CONTEXT OF INTERNATIONAL RELATIONS (Hak Manusia dalam konteks HI)
1. Standard (Standar)
2. Institution (Institusi)
5. Mechanism (Mekanisme
Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada semua manusia, bagaimanapun juga ras, jenis
kelamin, kebangsaan, suku, bahasa, agama, atau apa pun status lainnya. Hak asasi manusia meliputi
hak untuk hidup dan kebebasan, kebebasan dari perbudakan dan penyiksaan, kebebasan
berpendapat dan berekspresi, hak untuk bekerja dan pendidikan, dan banyak lagi. Setiap orang
berhak atas hak-hak ini, tanpa diskriminasi.
Tonggak sejarah dalam dokumentasi hak manusia. Diproklamasikan Majelis Umum PBB di Paris,
10 Desember 1948. Ini menetapkan, untuk pertama kalinya, hak asasi manusia menjadi dilindungi
secara universal.
dan dengan standar fisik dan mental tertinggi yang dapat dicapai kesejahteraan;
* Hak atas pendidikan dan kenikmatan manfaat budaya kebebasan dan kemajuan ilmiah.
• The convention on the prevention and punishment of the crime of genocide (1948)
• The international convention on the elimination of all forms of racial discrimination (1965)
• The convention on the elimination of all forms of discrimination against women (1979)
2. Diplomasi Ekonomi
DEFINISI : adalah pemanfaatan alat politik internasional untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi
melalui berbagai kerjasama seperti pembangunan (termasuk kesehatan, pendidikan dan
pertanian) , energy, lingkungan hidup, keuangan dan pangan.
PELUANG : kesamaan pandangan diantara Negara mitra tentang penting dicapainya program
pembangunan nasional di dalam bidang ekonomi. Keberhasilan pembangunan ekonomi akan
meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menjadi pasar bagi Negara mitra.
PERHATIAN TERHADAP : Potensi Pasar (domestik, regional, global), Neraca Perdagangan (Bilateral,
Regional, Global), Komoditi Unggulan, Komoditi Potensial, Sengketa Dagang
KEGIATAN DIPLOMASI EKONOMI : Trade, Tourism and Investment Promotion, Trade Mission, Trade
Exhibition, Trade negotiation : Common Market (PTA, FTA, CEPT), Tourism Exhibition, Investment
talks, creative products exhibition, cooperation
a. Perdagangan Bebas
b. Isu Kemandirian
Pasar Internasional :
b. Isu Kedaulatan
a. Dunia : pasar tunggal dan sumber daya ekonomi bagi umat manusia
b. Perdagangan : interaksi antar Negara atas klaim pemanfaatan sumber daya perdagangan luar
negeri
f. WTO 1995 – single-undertaking agreement, mengatur 3 subyek perdagangan : barang, jasa dan
hak kekayaan intelektual
3. WTO
Latar Belakang : Hasil dari pertemuan Bretton Woods th 1944 salah satu penggagasnya adalah AS
dan Inggris, dibentuk atas dasar Negara- Negara pasca PD II menerapkan politik perdagangan
proteksionisme. Perjanjian bersifat Mengikat
- Klaim atas pemanfaatan sumber daya perdagangan luar negeri (ekspor, impor, investasi)
- WTO
Diplomasi dalam rangka pemanfaatan akses pasar dan sumber daya perdagangan luar negeri untuk
meningkatkan investasi, penegakan system perdagangan multilateral
Perdagangan = pilar diplomasi ekonomi, perdebatan nasional tentang integrasi ekonomi, inward
looking outward looking.
3. Diplomasi kemanusiaan
humanitarian diplomacy focuses on ‘maximising support for operation and programs, and building
the partnerships necessary if humanitarian objectives are to be achieved.
diplomasi kemanusiaan mengacu pada kebijakan dan praktik lembaga nasional dan internasional
yang aktif di Indonesia pekerjaan bantuan kemanusiaan. Tidak terbatas pada perlu
mengoordinasikan bantuan kemanusiaan internasional tetapi juga beroperasi di tingkat nasional
atau lokal untuk memastikan, dalam keadaan situasi keadaan darurat. Konsep diplomasi
kemanusiaan meliputi kegiatan yang dilakukan oleh organisasi kemanusiaan mendapatkan ruang
dari politik dan militer otoritas yang juga berfungsi dengan integritas. Kegiatan-kegiatan ini meliputi
mengatur kehadiran organisasi-organisasi kemanusiaan dalam suatu pemberian negara,
menegosiasikan akses ke penduduk sipil yang membutuhkan bantuan dan perlindungan,
pemantauan program bantuan, mempromosikan rasa hormat untuk internasional hukum dan
norma, mendukung individu dan lembaga pribumi, dan terlibat dalam advokasi di berbagai tingkatan
dalam mendukung tujuan kemanusiaan.
Humanitarian diplomacy is concerned with persuading decision makers and opinion leaders to act,
at all times, in the interest of vulnerable people, and with full respect for our fundamental
principles. Humanitarian diplomacy is the use of international law and the humanitarian imperative
as complimentary to facilitate the delivery of assistance or to promote the protection of civilians in a
complex political emergency.
Providing protection and emergency relief (health and sanitation, food security, shelter, etc),
* Negotiate and codify humanitarian norms and standards in national legislation and within the
framework of international organizations (UN, ICRC)
• International Committee of The Red Cross (ICRC): The ICRC is an impartial, independent, neutral
organization ensuring humanitarian protection and assistance for victims of war and armed
violence. It takes action in response to emergencies and promotes respect for international
humanitarian law and its implementation in national law.
Misi ICRC: To protect the lives and dignity of victims of armed conflict and other situations of
violence and to provide them with assistance. The ICRC also endeavors to prevent suffering by
promoting and strengthening humanitarian law and universal humanitarian principles.
• International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC): IFRC mission is to assist
people and protect their dignity regardless of nationality, race, religious beliefs, class or political
opinions.
Misi IFRC: Meningkatkan kondisi kehidupan kelompok masyarakat yang bertahan hidup dari
bencana, seperti pengungsi, dan korban bencana alam, serta kemiskinan akibat dari krisis ekonomi
dan krisis kesehatan. Mengkoordinir operasi pemberian bantuan International Red Cross and Red
Crescent Movement.
Kegiatan IFRC meliputi: Pemerkuatan kapasitas nasional dalam meningkatkan pemahaman tentang
nilai-nilai kemnusiaan, dan kemampuan untuk melakukan tanggap darurat pada saat terjadinya
bencana, pencegahan bencana, kesehatan dan bantuan kepada masyarakat di tingkat desa.
• Un Refugee Convention: The 1951 Refugee Convention merupakan dokumen hukum penting
yang menjadi dasar bagi kegiatan UNHCR. Konvensi tersebut mendefinisikan tentang terminology
‘refugee’ (pengungsi) dan menggariskan hak-hak dari displaced persons serta kewajiban negara
pihak untuk melindungi mereka. Konvensi telah diratifikasi oleh 145 negara.
Contoh: UNITED NATIONS HIGH COMMISIONER FOR REFUGEES (UNHCR) The UNHCR leads and
coordinates international action to protect refugees and resolve refugee problems worldwide. It
main purpose is to protect the rights and well-being of refugees. Refugees resettlement program: in
coordination with Canadian Government when resettlement is the best solution. Requirements:
pass medical, security and criminal screenings.
• The International Organization for Migration (IOM): IOM adalah organisasi antar Pemerintah
(intergovernmental organization) yang pada 2016 masuk menjadi Badan PBB (UN Migration),
memfokuskan kegiatan pada penyediaan pelayanan dan advokasi kepada Pemerintah maupun
migran menyangkut perpindahan orang, termasuk internally displaced persons, pengungsi
(refugees), dan pekerja migran (migrant workers). Saat ini tercatat beranggotakan 173 negara dan 8
negara sebagai observer.
• Pengungsi dan IDP (Refugee and internal displaced person): Refugee is someone who is unable
or unwilling to return to their country of origin owing to a well-founded fear of being persecuted for
reasons of race, religion, nationality, membership of a particular social group, or political opinion.
Internally Displaced Person (IDP) is someone who has been forced to flee their home but never cross
an international border. IDPs are not protected by international law or eligible to receive many types
of aid because they are legally under the protection of their own government.
• Pencari suaka (asylum seeker): An asylum seeker is an individual who says he/she is a refugee,
but he/she has to meet criteria for granting asylum: The applicant must establish that he/she fears
persecution in their home country. The applicant must prove that he or she would be persecuted on
account of one of five protected grounds: race, religion, nationality, political opinion, or particular
social group.
Merupakan traktat internasional yang secara komprehensif mengatur tentang perlindungan hak-hak
pekerja migran. Konvensi tersebut menekankan hubungan antara soal migrasi dan HAM, dimana
isyu tersebut semakin krusial menjadi topik pembahasan dan keprihatinan masyarakat dunia.
Konvensi tersebut bertujuan untuk melindungi para pekerja migran dan keluarga mereka;
menetapkan standar moral, dan menjadi panduan dan pendorong untuk peningkatan hak-hak para
pekerja migran di negara mereka masing-masing.
ASEAN FRAMEWORK ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant
Workers (Cebu Declaration), 2007 ASEAN Convention Against Trafficking in Persons, Especially
Women and Children, 2015 The ASEAN Consensus on the Protection and Promotion of the Rights of
Migrant Workers, 2017
• PERLINDUNGAN WNI DI LUAR NEGERI
Konstitusi UUD 1945, paragraph 4: “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah datah
Indonesia....” “Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman pada seluruh warga negara” Tugas perlindungan WNI adalah tugas konstitusional. Oleh
karena itu akan terus menjadi tugas yang melekat dalam kebijakan luar negeri. Kementerian Luar
Negeri juga menjadikan perlindungan WNI sebagai salah satu dari empat (4) prioritas politik luar
negeri selain melindungi kedaulatan bangsa, mamajukan diplomasi ekonomi, dan peningkatan
kerjasama regional dan internasional (Menlu RI Retno Marsudi, Januari 2018)
1. UU No. 1 Tahun 1982 tentang pengesahan Konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik
beserta Protokol Opsionalnya mengenai Hal Memperoleh Kewarganegaraan (Vienna Convention on
Diplomatic Relations and Optional Protocol to the Vienna Convention on Diplomatic Relations and
Optional Protocol to the Vienna Convention on Diplomatic Relations concerning Acquisition of
Nationality, 1961) dan Pengesahan Konvensi Wina mengenai Hubungan Konsuler beserta Protokol
Opsionalnya mengenai Hal Memperoleh Kewarganegaraan (Vienna Convention on Consular
Relations and Optional Protocol to the Vienna Convention on Consular Relation concerning
Acquisition of Nationality, 1963)
2. UU No. 2 Tahun 1982 tentang Pengesahan mengenai Misi Khusus (Convention on Special
Missions, New York 1969) 3. UU No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri
4. Peraturan Presiden RI No. 56 tahun 2015 tentang Kementerian Luar Negeri, pada BAB I tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi, pasal 5, Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan fungsifungsinya.
Joseph S. Nye, Jr, Soft Power, 1980: Kekuasaan adalah kemampuan untuk memengaruhi Mata uang
kekuatan lunak adalah perilaku orang lain untuk mendapatkan budaya, nilai-nilai politik, dan hasil yang
Anda inginkan. kebijakan luar negeri.
Soft Power dapat digunakan tidak hanya oleh negara tetapi juga oleh semua aktor dalam politik
internasional, seperti LSM atau Lembaga Internasional. Soft power adalah kemampuan untuk menarik
dan memilih, bukan memaksa.
Menurut gregory bruce : diplomasi publik adalah instrumen yang digunakan oleh negara, asosiasi
negara, dan beberapa aktor sub-negara dan non-negara untuk memahami budaya, sikap, dan perilaku;
membangun dan mengelola hubungan; dan memengaruhi pikiran serta memobilisasi tindakan untuk
memajukan minat dan nilai-nilai mereka ”.
diplomasi publik adalah instrumen yang digunakan oleh negara, asosiasi negara, dan beberapa aktor
sub-negara dan non-negara untuk memahami budaya, sikap, dan perilaku; membangun dan mengelola
hubungan; dan memengaruhi pikiran serta memobilisasi tindakan untuk memajukan minat dan nilai-
nilai mereka ”.
1. Listening
2. Advokasi
3. Diplomasi budaya
4. Exchane diplomacy
gilboa, Eytan: “…. diplomasi publik sebagai hubungan masyarakat dan menyajikannya sebagai bentuk
komunikasi strategis yang proaktif dengan tujuan meningkatkan pandangan yang menguntungkan suatu
bangsa ”. Untuk mendapatkan pandangan yang baik tentang suatu negara, penting untuk mendapatkan
dukungan dan kerjasama dari media. Dengan kata lain, media memiliki posisi strategis.
Opini Publik:
Hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yang dilakukan di dalam masyarakat demokratis.
Opini Publik bukan merupakan seluruh jumlah pendapat individu-individu yang dikumpulkan.
Opini Publik:
* Hanya dapat berkembang di negara - negara demokratis yang mengakui freedom of the press.
Sebagai pengakuan atas peran media massa, instrumen yang lebih efektif untuk mempromosikan saling
pengertian dan penghargaan di antara berbagai agama dan budaya dunia.
• PERHATIAN MEDIA: MASALAH SOROTAN : Peran media bukanlah untuk menciptakan perdamaian atau
menyelesaikan konflik karena itu adalah pekerjaan Pemerintah. Perannya adalah untuk menghindari
kemarahan atau memperburuk situasi. Di antara empat fase konflik - munculnya konflik, konflik itu
sendiri, penyelesaian konflik, pembangunan perdamaian - media memainkan peran terbaik mereka di
fase pertama dan ketiga. Media harus menyoroti masalah yang sedang berlangsung terkait dengan
kekerasan. Tanpa media, perhatian, fokus pada masalah akan sangat terbatas.
• Media harus selalu terus fokus pada apa yang mungkin terjadi dalam konflik. Pada fase ketiga, media
dapat bekerja dengan memanusiakan konflik dan mitra yang bertikai sehingga tindakan membungkam
orang melalui genosida dan kekerasan tidak akan terjadi. Selain itu, selama fase ini media juga harus
memberikan peluang bagi minoritas untuk menyuarakan keluhan dan keprihatinan mereka.
• PERAN YANG BERTANGGUNG JAWAB Deepali Bhanot, Sekretaris Jenderal Asosiasi, Konferensi Agama
Asia untuk Perdamaian: Media cetak dan elektronik memiliki peran penting dalam tidak hanya
mempromosikan perdamaian tetapi juga dalam memicu kekerasan dan kebencian di antara orang-
orang. Oleh karena itu, sangat penting bagi media untuk memainkan peran yang bertanggung jawab
dengan menyajikan keseimbangan pelaporan fakta-fakta tanpa menimbulkan masalah sensasional atau
menghasut gairah di seluruh dunia. Media dapat memainkan peran yang sangat efektif dalam
mengawasi acara dan hadir dengan cara yang tidak mengundang hasrat. Terutama visual yang
digunakan dalam media cetak dan elektronik perlu diseimbangkan untuk menyajikan fakta secara
bertanggung jawab. Media juga merupakan sarana berharga untuk menciptakan kesadaran, melaporkan
pelanggaran, dan memberikan informasi mengenai kegiatan yang damai dan konstruktif dari lembaga
Pemerintah dan LSM.
PERHATIAN MEDIA: MASALAH SOROTAN
Peran media bukanlah untuk menciptakan perdamaian atau menyelesaikan konflik karena itu adalah
pekerjaan Pemerintah. Perannya adalah untuk menghindari kemarahan atau memperburuk situasi. Di
antara empat fase konflik - munculnya konflik, konflik itu sendiri, penyelesaian konflik, pembangunan
perdamaian - media memainkan peran terbaik mereka di fase pertama dan ketiga. Media harus
menyoroti masalah yang sedang berlangsung terkait dengan kekerasan. Tanpa media, perhatian, fokus
pada masalah akan sangat terbatas.
Media harus selalu terus fokus pada apa yang mungkin terjadi dalam konflik. Pada fase ketiga, media
dapat bekerja dengan memanusiakan konflik dan mitra yang bertikai sehingga tindakan membungkam
orang melalui genosida dan kekerasan tidak akan terjadi. Selain itu, selama fase ini media juga harus
memberikan peluang bagi minoritas untuk menyuarakan keluhan dan keprihatinan mereka.
Media cetak dan elektronik memiliki peran penting dalam tidak hanya mempromosikan perdamaian
tetapi juga dalam memicu kekerasan dan kebencian di antara orang-orang. Oleh karena itu, sangat
penting bagi media untuk memainkan peran yang bertanggung jawab dengan menyajikan keseimbangan
pelaporan fakta-fakta tanpa menimbulkan masalah sensasional atau menghasut gairah di seluruh dunia.
Media dapat memainkan peran yang sangat efektif dalam mengawasi acara dan hadir dengan cara yang
tidak mengundang hasrat. Terutama visual yang digunakan dalam media cetak dan elektronik perlu
diseimbangkan untuk menyajikan fakta secara bertanggung jawab. Media juga merupakan sarana
berharga untuk menciptakan kesadaran, melaporkan pelanggaran, dan memberikan informasi mengenai
kegiatan yang damai dan konstruktif dari lembaga Pemerintah dan LSM.
Media sosial sekarang menjadi komponen utama dari diplomasi. Dari ‘diplomasi digital’ sebagai
diplomasi publik baru ke dunia maya sebagai batas baru peperangan, teknologi komunikasi informasi
adalah alat hubungan internasional yang tak terhindarkan. Dapat dikatakan, media sosial terlibat dalam
momen diplomasi transformatif. Kita harus bertanya seberapa efektif media ini dalam mengembangkan
kepercayaan antarpribadi antar mitra diplomatik individu, dan apakah media ini dapat menjadi platform
yang produktif untuk dialog ketika diplomasi tatap muka tradisional terbatas atau sulit dicapai.
“…. media sosial telah menjadi kekuatan yang lebih besar dalam membentuk nilai-nilai internasional di
seluruh komunitas diplomatik yang lebih luas. Ini meneliti sifat perubahan diplomasi publik dan budaya
(PCD) dalam konteks komunikasi global yang berkembang. Ini juga mempertimbangkan sejauh mana
media sosial dapat memfasilitasi penggunaan 'mata uang' baru dari dialog, penjangkauan dan
penyebaran pendapat sebagai alat tawar-menawar utama. Ini diakhiri dengan mempertimbangkan
apakah penggunaan soft power semacam itu benar-benar setara dengan demokratisasi kebijakan luar
negeri, atau lebih tepatnya, mencerminkan rekonfigurasi ulang kepentingan elit di dalam tatanan
internasional ”.
3. Memiliki peran penting dalam tidak hanya mempromosikan perdamaian tetapi juga dalam memicu
kekerasan.
6. Sarana yang berharga untuk menciptakan kesadaran, melaporkan pelanggaran, dan memberikan
informasi
PROMOSI MEDIA
Media: Media massa elektronik, cetak, on line Di tingkat lokal, nasional dan internasional
Target: Meningkatkan pemahaman masyarakat Mendapat dukungan dan apresiasi dari masyarakat
Mendorong masyarakat untuk melaksanakan kegiatan yang dipromosikan
TEMU MEDIA
Format:
Kepercayaan Informal
Ramah
Percaya Diri
Dokumen Embargo
Laporan Investigasi
5. DIPLOMASI DAN RESOLUSI KONFLIK MINGGU 13: 20 DAN 21 NOVEMBER
2019
Pengertian Diplomasi Publik Diplomasi Publik Kontemporer Diplomasi Multi-Jalur
*Opini Publik * Peran Media dalam Diplomasi * Siaran Pers * Mengelola Hubungan dengan Media
DIPLOMASI DAN RESOLUSI KONFLIK MINGGU 13: 20 DAN 21 NOVEMBER 2019 International conflicts:
Understanding international conflict Causes of international conflict
->>International conflicts:
** Decolonisation
** Separatism
** Ethnic
** Religious
** Ideological Differences
** Scarce Resources
** Politics
** Delimitation
¬->>Konflik internasional:
** Dekolonisasi
** Separatisme
** Etnis
** Agama
** Perbedaan Ideologis
** Pembatasan
Iraq’s chemical weapons use against Iran in the 1980s; The 1990s bloodletting in Bosnia, Rwanda, and
Somalia; The post-9/11 wars in Afghanistan and Iraq; Sri Lanka’s brutal 2009 campaign against the
Tamils; 2010 the collapse of Libya and South Sudan
Penggunaan senjata kimia Irak melawan Iran pada 1980-an; Pertumpahan darah tahun 1990-an di
Bosnia, Rwanda, dan Somalia; Pasca-9/11 berperang Afghanistan dan Irak; Brutal 2009 Sri Lanka
kampanye melawan Tamil; 2010 runtuhnya Libya dan Sudan Selatan
** Mediation
** Good Offices
** Facilitation
** Fact-finding
** Consultations
** Monitoring
** Arbitration (ICJ)
** Mediasi
** Kantor Baik
** Fasilitasi
** Pencarian Fakta
** Konsultasi
** Pemantauan
** Arbitrase (ICJ)
Iraq’s chemical weapons use against Iran in the 1980s; The 1990s bloodletting in Bosnia, Rwanda, and
Somalia; The post-9/11 wars in Afghanistan and Iraq; Sri Lanka’s brutal 2009 campaign against the
Tamils; 2010 the collap
Penggunaan senjata kimia Irak melawan Iran pada 1980-an; Pertumpahan darah tahun 1990-an di
Bosnia, Rwanda, dan Somalia; Pasca-9/11 berperang Afghanistan dan Irak; Brutal 2009 Sri Lanka
kampanye melawan Tamil; 2010 tabrakan
Robert Malley, CEO, International Crisis Group, 2019 “All these happened at a time of – in some cases
because of – U.S. dominance and a reasonably coherent West. A liberal and nominally rulesbased order
hardly stopped those setting the rules from discarding them when they saw fit.”
Robert Malley, CEO, International Crisis Group,2019 “Semua ini terjadi pada saat - dalam beberapa
kasus karena - dominasi A.S. dan cukup Barat yang koheren. Tatanan yang berdasarkan aturan liberal
dan nominal hampir tidak menghentikan mereka yang menetapkan aturan dari membuang mereka
ketika mereka mau. ”
->> * Decolonisation
* Separatism
* Ethnic
* Ideological differences
* Religious
* Economy (scarce
resources)
* Politics
* Delimitation
->>* Dekolonisasi
* Separatisme
* Etnis
* Perbedaan ideologis
* Agama
* Ekonomi (langka
sumber daya)
* Politik
* Pembatasan
1. Yaman
2. Afghanistan
3. Ketegangan AS - Tiongkok
Iran
5. Suriah
6. Nigeria
7. Sudan Selatan
8. Kamerun
9. Ukraina
10. Venezuela
(INISIATIF PERDAMAIAN TERHADAP MENCEGAH KONFLIK) UNSC – global governance Third party
resolution (DK PBB - pemerintahan global Resolusi pihak ketiga)
->> ** Mediation
** Good Offices
** Facilitation
** Fact-finding
** Consultations
** Monitoring
** Arbitration (ICJ)
** Dialogue
** Mediasi
** Kantor Baik
** Fasilitasi
** Pencarian Fakta
** Konsultasi
** Pemantauan
** Arbitrase (ICJ)
** Dialog
ARF is established in 1994 and launched during the ASEAN Summit in Bangkok. It serves as a forum for
regional security dialogue. The dialogue conducted in frank and friendly manner and consensus-based
decision. The establishment of ARF has paved the way for countries in the region, ASEAN and its
dialogue partners as well as sectoral partners to share, contribute and participate in finding solution to a
number of regional issues, including that of sensitive issues such as Korean Peninsular, Kashmir or the
South China Sea.
ARF didirikan pada tahun 1994 dan diluncurkan selama KTT ASEAN di Bangkok. Saya berfungsi sebagai
forum untuk keamanan regional dialog. Dialog dilakukan di frank dan cara yang ramah dan konsensus
berbasis keputusan. Pembentukan ARF telah membuka jalan bagi negara-negara di kawasan itu, ASEAN
dan yang mitra dialog serta mitra sektoral untuk berbagi, berkontribusi dan berpartisipasi dalam temuan
solusi untuk sejumlah isu regional, termasuk dari isu-isu sensitif seperti Semenanjung Korea, Kashmir
atau Selatan Laut Cina.
ARF Agenda:
1. Confidence Building
Measures (CBM)
2. Preventive Diplomacy
3. Conflict Resolutions
Members: 27 (10 + 10 + 7)
1. Bangladesh
2. Mongolia
3. North Korea
4. Pakistan
5. Sri Lanka
6. PNG
7. Timor Leste
Agenda ARF:
1. Membangun Keyakinan
Measures (CBM)
2. Diplomasi Pencegahan
3. Resolusi Konflik
Anggota: 27 (10 + 10 + 7)
1. Bangladesh
2. Mongolia
3. Korea Utara
4. Pakistan
5. Sri Lanka
6. PNG
7. Timor Leste
The usefulness of the ARF as a venue for multilateral and bilateral dialogue and consultations and the
establishment of effective principles for dialogue and cooperation, featuring decision-making by
consensus, non-interference, incremental progress and moving at a pace comfortable to all. The
willingness among ARF participants to discuss a wide range of security issues in a multilateral setting.
The mutual confidence gradually built by cooperative activities. The cultivation of habits of dialogue and
consultation on political and security issues. The transparency promoted by such ARF measures as the
exchange of information relating to defense policy and the publication of defense white papers and The
networking developed among national security, defense and military officials of ARF participants.
->Kegunaan ARF sebagai tempat untuk dialog multilateral dan bilateral dan konsultasi dan pembentukan
-prinsip yang efektif untuk dialog dan kerja sama, menampilkan pengambilan keputusan melalui
konsensus, tanpa gangguan, kemajuan bertahap, dan bergerak dengan kecepatan yang nyaman untuk
semua.Kesediaan para peserta ARF untuk membahas berbagai masalah keamanan di pengaturan
multilateral.Rasa saling percaya secara bertahap dibangun oleh kegiatan koperasi. Menumbuhkan
kebiasaan dialog dan konsultasi tentang isu-isu politik dan keamanan. Transparansi yang dipromosikan
oleh langkah-langkah ARF seperti pertukaran informasi berkaitan dengan kebijakan pertahanan dan
publikasi buku putih pertahanan dan Jejaring ini berkembang di kalangan pejabat keamanan,
pertahanan dan militer nasional di Filipina Peserta ARF
RESOLUSI KONFLIK
CONFLICT RESOLUTION
-THESE CONFLICT CAN COULD BE A NATIONAL STATE IN THE REGION AND EVEN CONCERNS IN THE
WORLD