Analisis Laju Korosi Dan Kekerasan Pada Stainless Steel 304 Dan Baja Nikel Laterit Dengan Variasi Kadar Ni (0, 3, Dan 10%) Dalam Medium Korosif
Analisis Laju Korosi Dan Kekerasan Pada Stainless Steel 304 Dan Baja Nikel Laterit Dengan Variasi Kadar Ni (0, 3, Dan 10%) Dalam Medium Korosif
Analisis Laju Korosi Dan Kekerasan Pada Stainless Steel 304 Dan Baja Nikel Laterit Dengan Variasi Kadar Ni (0, 3, Dan 10%) Dalam Medium Korosif
Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan
Baja Nikel Laterit dengan Variasi Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam
Medium Korosif
Sinta Novita(1)*, Ediman Ginting(1), Widi Astuti(2)
(1)
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung, Bandar Lampung, 35145
Balai Penelitian Teknologi Mineral –Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lampung
(2)
Selatan
*
E-mail: sinta.novita001@gmail.com
Abstract. In this research, the analysis of corrosion rate and hardness on stainless steel 304 and lateritic nickel
steel in corrosive medium has been done. The lateritic nickel steel used has different Ni content of 0, 3, 4, 6, and
10%. The corrosion rate was calculated using the weight loss method while the hardness was measured by the
Rockwell method. The test results showed that the corrosion rate was highest in samples immersed in the
corrosive medium H2SO4 3.5% for 7 days, that is equal to 8.39 x 10-3 mm/year for the SS-304. For lateritic nickel
steel, the highest corrosion rate occured in the sample with 0% Ni in corrosive medium H 2SO4 3.5% which is
equal to 50.85 mm/year. The hardness of the samples decreased after corrosion. The result of XRD analysis
showed that SS-304 steel has an Fe- (ferrite) and Fe- (austenite) phase while the lateritic nickel steel has Fe
phase. However, Ni phase was also formed in lateritic nickel steel with Ni content of 6% and Fe- (austenite)
phase in lateritic nickel steel with Ni content of 10%. The result of SEM characterization showed that the
corrosion product formed is pitting corrosion with different hole diameter. The result of EDX analysis showed
the presence of elements of O, Na, and Cl on corroded samples in the corrosive medium NaCl 3.5%.
Abstrak. Pada penelitian ini telah dilakukan analisis laju korosi dan kekerasan pada stainless steel 304 dan
baja nikel laterit dalam medium korosif. Baja nikel laterit yang digunakan memiliki kadar Ni yang berbeda yaitu
0, 3, 4, 6, dan 10%. Laju korosi dihitung menggunakan metode kehilangan berat sedang kekerasan diukur
dengan metode Rockwell. Hasil pengujian menunjukkan laju korosi tertinggi terjadi pada sampel yang direndam
dalam medium korosif H2SO4 3,5% selama 7 hari, yaitu sebesar 8,39 x 10-3 mm/tahun untuk SS-304. Untuk baja
nikel laterit laju korosi tertinggi terjadi pada baja dengan kadar Ni 0% dalam medium korosif H2SO4 3,5% yaitu
sebesar 50,85 mm/tahun. Kekerasan sampel menurun setelah mengalami korosi. Hasil analisis XRD
menunjukkan baja SS-304 memiliki fasa Fe- (ferit) dan Fe-(austenit), sedangkan baja nikel laterit memiliki
fasa Fe. Namun, pada baja nikel laterit dengan kadar Ni 6% dan 10% terbentuk fasa Fe- (austenit). Hasil
karakterisasi SEM memperlihatkan produk korosi yang terbentuk adalah korosi sumuran (pitting corrosion)
dengan diameter lubang yang berbeda. Hasil analisis EDX memperlihatkan adanya unsur O, Na, dan Cl pada
sampel yang terkorosi dalam medium korosif NaCl 3,5%.
Kata kunci: stainless steel 304, baja nikel laterit, korosi, kekerasan
21
Sinta dkk.: Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam Medium Korosif
diaplikasikan dalam dunia industri adalah menyebabkan adanya korosi piting yang
baja.Setiap baja memiliki sifat sesuai dengan signifikan pada permukaan logam. Di sisi
unsur paduan yang terkandung di dalamnya. lain penambahan NaCl dapat mengurangi
Nikel (Ni), krom (Cr), dan mangan (Mn) adanya korosi piting, namun laju korosinya
merupakan unsur paduan yang dapat meningkat [6]. Selain konsentrasi medium
menjadikan baja tahan terhadap korosi. korosif, laju korosi juga dipengaruhi oleh
Saat ini Lembaga Ilmu Pengetahuan suhu dan lamanya waktu perendaman [7].
Indonesia (LIPI) tengah mengembangkan Selain menyebabkan karat dan
baja nikel laterit sebagai substitusi baja menurunkan mutu logam, korosi juga
nasional. Baja nikel laterit adalah baja yang berdampak pada sifat mekanik baja.
diolah dari bijih nikel laterit kadar rendah. Kekerasan pada baja akan menurun jika
Baja ini dapat digolongkan ke dalam baja tekena korosi [8]. Menurut penelitian
paduan rendah dengan kandungan Ni dan Cr sebelumnya, ketahanan korosi baja nikel
lebih sedikit dibandingkan stainless steel [2]. laterit lebih baik dibandingkan baja karbon
Stainless steel merupakan baja anti karat [9].
yang tahan terhadap korosi karena memiliki Pada penelitian kali ini, baja yang
unsur paduan minimal 18% Cr dan 8% Ni. digunakan adalah baja nikel laterit dengan
Berdasarkan struktur kristalnya, stainless kadar Ni (0, 3, 4, 6, dan 10%). Variasi kadar
steel dikelompokkan menjadi lima yaitu Ni dipilih karena nikel adalah salah satu
austenitic stainless steel, ferritic stainless unsur paduan yang dapat meningkatkan
steel, martensitic stainless steel, duplex ketahanan korosi dan kekerasan pada
stainless steel, dan precipitation hardening baja.Sebagai acuan digunakan SS 304 yang
stainless steel.Austenitic stainless steel merupakan baja dengan ketahanan korosi
adalah baja yang mempunyai ketahanan baik. SS 304 akan direndam dalam larutan
korosi baik, sifat mampu bentuk, dan sifat NaCl dan H2SO4 dengan konsentrasi 3,5%
mampu las serta non feromagnetik. Austenitic selama 7, 14, dan 21 hari. Waktu perendaman
stainless steel yang mengandung unsur Cr yang menghasilkan laju korosi paling tinggi
dan Ni diberi nomor seri 300 dan 200 untuk akan digunakan untuk merendam sampel baja
Cr, Ni, dan Mn [3].Salah satu jenis austenitic nikel laterit.Penelitian ini bertujuan untuk
stainless steel yang banyak diaplikasikan mengetahui pengaruh jenis medium korosif,
dalam bidang industri maupun non industri unsur paduan, dan waktu perendaman
adalah seri SS 304. Jenis baja ini dapat terhadap laju korosi dan kekerasan pada baja.
dimanfaatkan dalam berbagai industri seperti Sampel uji akan dikarakterisasi menggunakan
industri kimia, makanan, dan farmasi [4]. Optical Emission Spectroscopy (OES),
Meskipun stainless steel merupakan baja mikroskop metalurgi, Scanning Electron
tahan karat, namun masih dapat terserang Microscopy (SEM), dan X-Ray Diffraction
korosi seperti korosi seragam, korosi piting, (XRD). Laju korosi diukur menggunakan
ataupun korosi retak tegang. Sehingga, metode kehilangan berat berdasarkan ASTM
diperlukan penelitian mengenai ketahanan G31-72.Kekerasan diukur menggunakan
korosi dari stainless steel itu sendiri.Loto metode Rockwell dengan mengacu pada
(2013)melakukan uji ketahanan korosi pada ASTM E15-18.
stainless steel 304 dengan cara
mereaksikannya ke dalam larutan asam.
Rekasi antara baja SS 304 dan asam sulfat
22
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 06, No. 01, Januari 2018
23
Sinta dkk.: Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam Medium Korosif
Gambar 1. Grafik perbandingan nilai laju korosi SS-304 dalam medium korosif NaCl dan H2SO4
Gambar 2. Grafik nilai laju korosi pada medium korosif (a) NaCl (b) H2SO4
Laju korosi baja nikel laterit dalam 10-2 mm/tahun dengan kadar Ni masing-
medium korosif NaCl sebesar 2,3 × 10-2 masing 0%, 3%, 4%, 6%, dan 10%.
mm/tahun, 1,6 × 10-2 mm/tahun, 1,8 × 10-2 Sedangkan laju korosi dalam medium korosif
mm/tahun, 1,6 × 10-2 mm/tahun, dan 1,4 × H2SO4 dengan kadar Ni 0%, 3%, 4%, 6%,
24
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 06, No. 01, Januari 2018
dan 10% masing-masing sebesar 50,85 mana penurunan tingkat kekerasan baja yang
mm/tahun, 26,62 mm/tahun, 45,25 direndamdalam medium H2SO4lebih tinggi
mm/tahun, 11,55 mm/tahun, dan 42, 87 dibandingkan NaCl. Penelitian yang
mm/tahun.Tingginya kandungan Ni dalam dilakukan Kataru (2016)melaporkan bahwa
baja tidak menjadikan baja tahan terhadap penurunan kekerasan baja yang direndam
korosi. Hal ini ditunjukkan dari hasil dalam larutan HCl lebih besar dibandingkan
penelitian di mana semakin tinggi kadar Ni, larutan 3,5% NaCl.
laju korosi tidak cenderung menurun. Ni
adalah salah satu unsur yang menjadikan baja Analisis Mikroskop Metalurgi
tahan terhadap korosi selain Mn, Cr, Cu, dan
Mo. Tingginya kadar Fe, C dan S dalam baja Baja yang bereaksi dengan medium
juga menjadikan baja rentan terserang korosi. korosif akan menghasilkan produk korosi
Tingginya kadar C menyebabkan unsur akibat reaksi elektrokimia. Produk korosi
Cr dalam batas butir keluar dan berikatan yang dihasilkan dapat berupa korosi seragam,
dengan C membentuk krom karbida (CrC) korosi sumuran, korosi celah dan lain-lain.
sehingga ketahanan korosi pada batas butir Hasil analisis mikroskop metalurgi
akan berkurang. Laju korosi baja dalam menunjukkan adanya lubang-lubang pada
medium H2SO4lebih tinggi dibandingkan permukaan sampel setelah mengalami korosi.
dengan larutan NaCl. Hal ini disebabkan Diameter lubang yang dihasilkan berbeda-
karena NaCl merupakan suatu padatan ionik beda. Foto permukaan sampel hasil analisis
yang mengandung ion Na+ dan Cl- yang mikroskop metalurgi ditunjukkan pada
tersusun secara teratur [12]. Gambar 3 dan 4.
Lubang yang dihasilkan pada sampel
Kekerasan dengan waktu perendaman selama 7 hari
lebih banyak dibandingkan 14 hari dan 21
Baja nikel laterit memiliki tingkat hari. Hal ini disebabkan adanya lapisan pasif
kekerasan lebih tinggi dibandingkan SS-304. Cr2O3 yang bersifat stabil dan protektif yang
Hal ini dikarenakan kandungan unsur karbon melindungi baja dari korosi selanjutnya,
(C) dalam baja SS-304 lebih rendah. Karbon sehingga lubang yang dihasilkan pada waktu
merupakan salah satu unsur yang dapat 14 hari dan 21 hari lebih sedikit. Pada baja
meningkatkan kekerasan pada baja selain nikel laterit, lubang yang dihasilkan cukup
nikel, molibdenum, mangan, dan kromium. signifikan. Hampir seluruh permukaan
Tingkat kekerasan baja akan menurun apabila sampel terdapat lubang. Lubang-lubang yang
mengalami korosi. Hasil penelitian terdapat pada permukaan sampel uji
menunjukkan penurunan tingkat kekerasan dinamakan korosi sumuran (pitting
pada SS-304 tidak terlalu signifikan, berbeda corrosion). Korosi ini merupakan jenis korosi
dengan baja nikel laterit di mana penurunan lokal yang menyerang bagian permukaan
kekerasan sampel cukup tinggi. Kedua logam dan membentuk suatu rongga atau
sampel menunjukkan hasil yang serupa di lubang pada material [5].
25
Sinta dkk.: Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam Medium Korosif
Gambar 3. Foto permukaan sampel SS-304 setelah direndam dalam medium korosif (a) NaCl 7 hari; (b) NaCl
14 hari; (c) NaCl 21 hari; (d) H2SO4 7 hari; (e) H2SO4 14 hari; (f) H2SO4 21 hari
Gambar 4. Foto permukaan sampel baja nikel laterit setelah uji korosi
26
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 06, No. 01, Januari 2018
memiliki fasa Fe- (ferit) dan Fe- (austenit) terdiri dari campuran BCC dan FCC sesuai
dengan struktur kristal Body Center Cubic dengan karakteristik dari fasa SS-304 yaitu
(BCC) dan Face Center Cubic (FCC). Fe- (ferit) dan Fe- (austenit) [15]. Penelitian
Berdasarkan data parameter kristalografi yang yang dilakukan Pozio [16] melaporkan bahwa
diperoleh dari software X’pert HighScorefasa SS-304 menghasilkan fasa Fe- dan Fe-
ferit memilikispace group Im-3m (229), dengan bidang yang sama yaitu (111), (110),
parameter kekisi (a = b = c = 2,8662), sudut (200), (220), (211), dan (311). Struktur kristal
kekisi (α = β = γ = 90o), volume sel 23,55 x yang terbentuk yaitu BCC dan FCC.
106pm3,dan struktur kristal Body Center Cubic Mekipun kedua sampel membentuk fasa
(BCC). Sedangkan fasa austenit memiliki yang sama, tetapi intensitas yang dihasilkan
space group Fm-3m (225), parameter kekisi (a berbeda. Intensitas yang dihasilkan pada
= b = c = 3,598), sudut kekisi (α = β = γ = sampel SS-304 lebih tinggi dibandingkan SS-
90o), volume sel 46,58 × 106pm3, dan struktur 304/NaCl(21) yang mengindikasikan laju
kristal Face Center Cubic (FCC). Struktur korosinya masih sangat kecil
kristal yang teramati pada puncak difraksi
27
Sinta dkk.: Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam Medium Korosif
Terbentuk fasa Fe pada seluruh sampel. Å), sudut kekisi ( = β = = 90o), volume sel
Pada sampel S-0N dan S-3N kedua puncak 46,58 × 106 pm3, dan space group Fm-3m
menunjukkan fasa Fe. Terdapat fasa Ni selain (225) dengan struktur kristal FCC.
fasa Fe pada sampel S-6N. Terbentuknya fasa
Niini kemungkinan karena kadar Ni yang Analisis SEM/EDX
cukup tinggi pada sampel S-6N yaitu sebesar
6%. Sedangkan pada sampel S-10N Analisis SEM bertujuan untuk megetahui
terbentuk fasa Fe dan Fe- (austenit). Fasa struktur mikro pada permukaan sampel.
austenit ini terbentuk karena kadar Ni yang Selain anailisis SEM juga dilakukan analisis
cukup tinggi untuk berikatan dengan Fe EDX untuk mengetahui komposisi unsur atau
membentuk FeNi (ferronickel). Suhu yang senyawa yang terdapat pada sampel. Foto
digunakan pada proses peleburan sangat permukaan sampel hasil analisis SEM dapat
tinggi, sehingga fasa FeNi yang terbentuk dilihat pada Gambar 8 dan 9. Pada Gambar
merupakan fasa Fe- (austenit). Ni 8 terlihat adanya garis-garis pada permukaan
merupakan unsur penstabil austenit dan sampel. Garis-garis tersebut adalah hasil dari
meningkatkan daerah pasif. proses pengamplasan. Permukaan baja pada
Baja nikel laterit dengan label S-10N Gambar 8(a) belum terlihat adanya lubang
merupakan baja dengan kadar Ni 10% dan yang signifikan pada sampel. Pada Gambar
memiliki tingkat ketahanan korosi paling 8(b) terlihat adanya bintik – bintik hitam
baik. Hasil analisis XRD menunjukkan kedua pada permukaan sampel. Bintik – bintik
sampel memiliki fasa yang sama. Intensitas hitam tersebut adalah produk korosi yang
pada sampel S-10N/NaCl lebih rendah dihasilkan akibat interaksi antara baja dengan
dibandingkan S-10N. Dari data kristalografi medium korosif NaCl. Produk korosi yang
didapatkan fasa Fe memiliki parameter kekisi dihasilkan berupa korosi sumuran (pitting
(a = b = c = 2,8664 Å), sudut kekisi ( = β = corrosion). Hasil analisis EDX menunjukkan
= 90o), volume sel 23,55 × 106 pm3, dan adanya unsur oksigen (O) pada sampel
space group Im-3m (229) dengan struktur setelah uji korosi yang menandakan terdapat
kristal BCC. Sedangkan fasa austenit produk korosi pada permukaan baja akibat
memiliki parameter kekisi (a = b = c = 3,598 pembentukan oksida logam.
28
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 06, No. 01, Januari 2018
Gambar 8. Foto SEM sampel SS-304 (a) Raw material (b) Setelah uji korosi
Gambar 9. Foto SEM sampel S-10N (a) Raw material (b) Setelah uji korosi
Belum terlihat adanya produk korosi Hal ini dikarenakan penyebaran unsur
yang terbentuk pada sampel raw material, yang tidak merata, dimana terdapat bagian
namun terdapat retakan dan lubang. Retakan permukaan logam yang kekurangan unsur Cr
dan lubang-lubang pada permukaan baja dan Ni sehingga mudah terserang korosi.
disebabkan oleh logam Ni yang dihasilkan Dalam gumpalan tersebut terdapat lubang
saat peleburan. Logam Ni yang terdapat pada yang menandakan adanya korosi sumuran
produk NPI hasil peleburan berbentuk pori seperti yang terlihat pada hasil analisis
atau poros [17].Terlihat adanya retakan dan mikroskop metalurgi. Hasil analisis EDX
gumpalan pada permukaan baja setelah menunjukkan terdapat unsur O, Na, dan Cl
direndam dalam larutan 3,5% NaCl. pada logam yang telah mengalami korosi.
Gumpalan-gumpalan tersebut merupakan Unsur O dan Cl adalah unsur yang
produk korosi yang terbentuk akibat reaksi menandakan adanya produk korosi.
antara ion Cl- dan ion-ion logam yang Presentasi unsur O dan Cl masing-masing
terdapat pada baja. Gumpalan yang sebesar 28% dan 0,24%. Meskipun kadar Cr
dihasilkan tidak tersebar merata pada pada baja nikel laterit S-10N relatif rendah,
permukaan sampel. namun dapat membentuk lapisan karat
dengan ukuran partikel yang lebih halus dan
29
Sinta dkk.: Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam Medium Korosif
30
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 06, No. 01, Januari 2018
31
Sinta dkk.: Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam Medium Korosif
32