Analisis Laju Korosi Dan Kekerasan Pada Stainless Steel 304 Dan Baja Nikel Laterit Dengan Variasi Kadar Ni (0, 3, Dan 10%) Dalam Medium Korosif

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 06, No.

01, Januari 2018

Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan
Baja Nikel Laterit dengan Variasi Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam
Medium Korosif
Sinta Novita(1)*, Ediman Ginting(1), Widi Astuti(2)
(1)
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung, Bandar Lampung, 35145
Balai Penelitian Teknologi Mineral –Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lampung
(2)

Selatan
*
E-mail: sinta.novita001@gmail.com

Diterima (11 Agustus 2017), Direvisi (30 Agustus 2017)

Abstract. In this research, the analysis of corrosion rate and hardness on stainless steel 304 and lateritic nickel
steel in corrosive medium has been done. The lateritic nickel steel used has different Ni content of 0, 3, 4, 6, and
10%. The corrosion rate was calculated using the weight loss method while the hardness was measured by the
Rockwell method. The test results showed that the corrosion rate was highest in samples immersed in the
corrosive medium H2SO4 3.5% for 7 days, that is equal to 8.39 x 10-3 mm/year for the SS-304. For lateritic nickel
steel, the highest corrosion rate occured in the sample with 0% Ni in corrosive medium H 2SO4 3.5% which is
equal to 50.85 mm/year. The hardness of the samples decreased after corrosion. The result of XRD analysis
showed that SS-304 steel has an Fe- (ferrite) and Fe- (austenite) phase while the lateritic nickel steel has Fe
phase. However, Ni phase was also formed in lateritic nickel steel with Ni content of 6% and Fe- (austenite)
phase in lateritic nickel steel with Ni content of 10%. The result of SEM characterization showed that the
corrosion product formed is pitting corrosion with different hole diameter. The result of EDX analysis showed
the presence of elements of O, Na, and Cl on corroded samples in the corrosive medium NaCl 3.5%.

Keyword: stainless steel 304, lateritic nickel steel, corrosion, hardness

Abstrak. Pada penelitian ini telah dilakukan analisis laju korosi dan kekerasan pada stainless steel 304 dan
baja nikel laterit dalam medium korosif. Baja nikel laterit yang digunakan memiliki kadar Ni yang berbeda yaitu
0, 3, 4, 6, dan 10%. Laju korosi dihitung menggunakan metode kehilangan berat sedang kekerasan diukur
dengan metode Rockwell. Hasil pengujian menunjukkan laju korosi tertinggi terjadi pada sampel yang direndam
dalam medium korosif H2SO4 3,5% selama 7 hari, yaitu sebesar 8,39 x 10-3 mm/tahun untuk SS-304. Untuk baja
nikel laterit laju korosi tertinggi terjadi pada baja dengan kadar Ni 0% dalam medium korosif H2SO4 3,5% yaitu
sebesar 50,85 mm/tahun. Kekerasan sampel menurun setelah mengalami korosi. Hasil analisis XRD
menunjukkan baja SS-304 memiliki fasa Fe- (ferit) dan Fe-(austenit), sedangkan baja nikel laterit memiliki
fasa Fe. Namun, pada baja nikel laterit dengan kadar Ni 6% dan 10% terbentuk fasa Fe- (austenit). Hasil
karakterisasi SEM memperlihatkan produk korosi yang terbentuk adalah korosi sumuran (pitting corrosion)
dengan diameter lubang yang berbeda. Hasil analisis EDX memperlihatkan adanya unsur O, Na, dan Cl pada
sampel yang terkorosi dalam medium korosif NaCl 3,5%.

Kata kunci: stainless steel 304, baja nikel laterit, korosi, kekerasan

PENDAHULUAN akibat adanya korosi. Korosi merupakan


reaksi elektrokimia antara logam dengan
Logam merupakan salah satu jenis bahan lingkungannya yang menyebabkan
yang banyak diaplikasikan dalam bidang pengkaratan dan menurunkan mutu logam
industri. Logam dapat mengalami kerusakan [1]. Material logam yang banyak

21
Sinta dkk.: Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam Medium Korosif

diaplikasikan dalam dunia industri adalah menyebabkan adanya korosi piting yang
baja.Setiap baja memiliki sifat sesuai dengan signifikan pada permukaan logam. Di sisi
unsur paduan yang terkandung di dalamnya. lain penambahan NaCl dapat mengurangi
Nikel (Ni), krom (Cr), dan mangan (Mn) adanya korosi piting, namun laju korosinya
merupakan unsur paduan yang dapat meningkat [6]. Selain konsentrasi medium
menjadikan baja tahan terhadap korosi. korosif, laju korosi juga dipengaruhi oleh
Saat ini Lembaga Ilmu Pengetahuan suhu dan lamanya waktu perendaman [7].
Indonesia (LIPI) tengah mengembangkan Selain menyebabkan karat dan
baja nikel laterit sebagai substitusi baja menurunkan mutu logam, korosi juga
nasional. Baja nikel laterit adalah baja yang berdampak pada sifat mekanik baja.
diolah dari bijih nikel laterit kadar rendah. Kekerasan pada baja akan menurun jika
Baja ini dapat digolongkan ke dalam baja tekena korosi [8]. Menurut penelitian
paduan rendah dengan kandungan Ni dan Cr sebelumnya, ketahanan korosi baja nikel
lebih sedikit dibandingkan stainless steel [2]. laterit lebih baik dibandingkan baja karbon
Stainless steel merupakan baja anti karat [9].
yang tahan terhadap korosi karena memiliki Pada penelitian kali ini, baja yang
unsur paduan minimal 18% Cr dan 8% Ni. digunakan adalah baja nikel laterit dengan
Berdasarkan struktur kristalnya, stainless kadar Ni (0, 3, 4, 6, dan 10%). Variasi kadar
steel dikelompokkan menjadi lima yaitu Ni dipilih karena nikel adalah salah satu
austenitic stainless steel, ferritic stainless unsur paduan yang dapat meningkatkan
steel, martensitic stainless steel, duplex ketahanan korosi dan kekerasan pada
stainless steel, dan precipitation hardening baja.Sebagai acuan digunakan SS 304 yang
stainless steel.Austenitic stainless steel merupakan baja dengan ketahanan korosi
adalah baja yang mempunyai ketahanan baik. SS 304 akan direndam dalam larutan
korosi baik, sifat mampu bentuk, dan sifat NaCl dan H2SO4 dengan konsentrasi 3,5%
mampu las serta non feromagnetik. Austenitic selama 7, 14, dan 21 hari. Waktu perendaman
stainless steel yang mengandung unsur Cr yang menghasilkan laju korosi paling tinggi
dan Ni diberi nomor seri 300 dan 200 untuk akan digunakan untuk merendam sampel baja
Cr, Ni, dan Mn [3].Salah satu jenis austenitic nikel laterit.Penelitian ini bertujuan untuk
stainless steel yang banyak diaplikasikan mengetahui pengaruh jenis medium korosif,
dalam bidang industri maupun non industri unsur paduan, dan waktu perendaman
adalah seri SS 304. Jenis baja ini dapat terhadap laju korosi dan kekerasan pada baja.
dimanfaatkan dalam berbagai industri seperti Sampel uji akan dikarakterisasi menggunakan
industri kimia, makanan, dan farmasi [4]. Optical Emission Spectroscopy (OES),
Meskipun stainless steel merupakan baja mikroskop metalurgi, Scanning Electron
tahan karat, namun masih dapat terserang Microscopy (SEM), dan X-Ray Diffraction
korosi seperti korosi seragam, korosi piting, (XRD). Laju korosi diukur menggunakan
ataupun korosi retak tegang. Sehingga, metode kehilangan berat berdasarkan ASTM
diperlukan penelitian mengenai ketahanan G31-72.Kekerasan diukur menggunakan
korosi dari stainless steel itu sendiri.Loto metode Rockwell dengan mengacu pada
(2013)melakukan uji ketahanan korosi pada ASTM E15-18.
stainless steel 304 dengan cara
mereaksikannya ke dalam larutan asam.
Rekasi antara baja SS 304 dan asam sulfat

22
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 06, No. 01, Januari 2018

METODE PENELITIAN Dimana, CR = Laju korosi (mm/tahun), K =


Konstanta, W = Selisih massa (gram), A =
Sampel baja yang digunakan adalah Luas permukaan (cm2), T = Waktu
stainless steeltipe 304 dan baja nikel laterit perendaman (jam).
dari hasil pembuatan NPI di Balai Penelitian
Teknologi Mineral – LIPI Lampung. HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat 5 (lima) sampel baja nikel laterit
yang digunakan dengan kadar nikel berbeda Laju Korosi
yaitu 0, 3, 4, 6, dan 10%. Komposisi kimia
penyusun baja yang digunakan ditunjukkan Nilai laju korosi pada sampel SS-304
pada Tabel 1. yang direndam dalam medium korosif 3,5%
Baja yang telah dipotong kemudian NaCl dan 3,5% H2SO4 selama 7, 14, dan 21
diamplas menggunakan kertas abrasif hari ditampilkan pada Gambar 1.
(dengan grit 360, 600, 800, dan 1000) lalu Laju korosi akan menurun seiring
dibersihkan dengan alkohol dan akuades agar dengan bertambahnya waktu perendaman.
kotoran atau karat yang menempel pada baja Laju korosi paling tinggi terjadi pada waktu
hilang sehingga logam yang digunakan dalam perendaman 7 hari, baik dalam medium
pengujian berwarna metalik. Selanjutnya baja korosif NaCl maupun H2SO4.Laju korosi
ditimbang dan diuji kekerasannya untuk baja dalam larutan H2SO4 selama 7 hari, 14
mengetahui massa awal dan kekerasan hari, dan 21 hari masing-masing sebesar 8,39
sampel sebelum terjadi pengkorosian. Setelah × 10-3 mm/tahun, 6,29 × 10-3 mm/tahun, dan
itu baja dimasukkan ke dalam medium 5,12 × 10-3 mm/tahun. Sedangkan untuk baja
korosif NaCl dan H2SO4 dengan konsentrasi yang direndam dalam larutan NaCl sebesar
3,5%. Untuk baja SS-304 pengujian 4,20 × 10-3 mm/tahun, 2,8 × 10-3 mm/tahun,
dilakukan selama 7 hari, 14 hari, dan 21 hari dan 2,33 × 10-3 mm/tahun dengan waktu
sedangkan baja nikel laterit selama 7 hari. perendaman masing-masing 7 hari, 14 hari,
Setelah perendaman baja dibersihkan dan 21 hari.
menggunakan alkohol dan akuades, Penelitian terkait yang dilakukan oleh
kemudian ditimbang dan diuji kekerasan Iliyasu [7] melaporkan bahwa dengan
kembali untuk melihat massa dan nilai bertambahnya waktu perendaman maka laju
kekerasan setelah mengalami korosi. Nilai korosi pada baja akan menurun. Hal ini
laju korosi ditentukan menggunakan metode disebabkan adanya pembentukan lapisan
kehilangan berat berdasarkan ASTM G31-72. pasif yang terbentuk pada permukaan
Dan kekerasan pada sampel diuji baja.Korosi yang terjadi pada SS-304 relatif
menggunakan metode Rockwell dengan rendah karena tingginya kandungan Cr dan
mengacu pada ASTM E18 – 15. rendahnya kandungan C. Tingginya
Menurut ASTM International [10] kandungan karbon memungkinkan
pengukuran laju korosi dengan metode terbentuknya krom karbida (CrC) pada batas
kehilangan berat dapat dihitung butir sehingga akan mengurangi konsentrasi
menggunakan persamaan berikut: Cr pada batas butir dan mempermudah
terjadinya korosi [11]. Laju korosi pada baja
KW nikel laterit ditunjukkan pada Gambar 2.
CR = (1)
ATP

23
Sinta dkk.: Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam Medium Korosif

Tabel 1. Komposisi kimia (%berat) SS-304 dan baja nikel laterit


Kode Komposisi Unsur (%)
Jenis Baja
Sampel Fe Ni Cr Mn Mo Al C S
SS-304 Stainless steel 71,4 7,99 17,93 1,40 0,10 0,003 0,05 0,006
S-0N Baja laterit 90,4 0,03 0,52 1,07 0,01 0,004 4,16 0,31
S-3N Baja laterit 84,4 3,00 1,88 0,69 0,007 0,014 4,33 0,17
S-4N Baja laterit 88,9 3,91 1,33 0,09 0,005 0,006 >4,35 0,21
S-6N Baja laterit 85,3 6,02 2,66 0,15 <0,001 0,002 >4,35 0,33
S-10N Baja laterit 76,8 10,63 2,05 0,16 0,009 0,009 3,77 >0,43

Gambar 1. Grafik perbandingan nilai laju korosi SS-304 dalam medium korosif NaCl dan H2SO4

Gambar 2. Grafik nilai laju korosi pada medium korosif (a) NaCl (b) H2SO4

Laju korosi baja nikel laterit dalam 10-2 mm/tahun dengan kadar Ni masing-
medium korosif NaCl sebesar 2,3 × 10-2 masing 0%, 3%, 4%, 6%, dan 10%.
mm/tahun, 1,6 × 10-2 mm/tahun, 1,8 × 10-2 Sedangkan laju korosi dalam medium korosif
mm/tahun, 1,6 × 10-2 mm/tahun, dan 1,4 × H2SO4 dengan kadar Ni 0%, 3%, 4%, 6%,

24
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 06, No. 01, Januari 2018

dan 10% masing-masing sebesar 50,85 mana penurunan tingkat kekerasan baja yang
mm/tahun, 26,62 mm/tahun, 45,25 direndamdalam medium H2SO4lebih tinggi
mm/tahun, 11,55 mm/tahun, dan 42, 87 dibandingkan NaCl. Penelitian yang
mm/tahun.Tingginya kandungan Ni dalam dilakukan Kataru (2016)melaporkan bahwa
baja tidak menjadikan baja tahan terhadap penurunan kekerasan baja yang direndam
korosi. Hal ini ditunjukkan dari hasil dalam larutan HCl lebih besar dibandingkan
penelitian di mana semakin tinggi kadar Ni, larutan 3,5% NaCl.
laju korosi tidak cenderung menurun. Ni
adalah salah satu unsur yang menjadikan baja Analisis Mikroskop Metalurgi
tahan terhadap korosi selain Mn, Cr, Cu, dan
Mo. Tingginya kadar Fe, C dan S dalam baja Baja yang bereaksi dengan medium
juga menjadikan baja rentan terserang korosi. korosif akan menghasilkan produk korosi
Tingginya kadar C menyebabkan unsur akibat reaksi elektrokimia. Produk korosi
Cr dalam batas butir keluar dan berikatan yang dihasilkan dapat berupa korosi seragam,
dengan C membentuk krom karbida (CrC) korosi sumuran, korosi celah dan lain-lain.
sehingga ketahanan korosi pada batas butir Hasil analisis mikroskop metalurgi
akan berkurang. Laju korosi baja dalam menunjukkan adanya lubang-lubang pada
medium H2SO4lebih tinggi dibandingkan permukaan sampel setelah mengalami korosi.
dengan larutan NaCl. Hal ini disebabkan Diameter lubang yang dihasilkan berbeda-
karena NaCl merupakan suatu padatan ionik beda. Foto permukaan sampel hasil analisis
yang mengandung ion Na+ dan Cl- yang mikroskop metalurgi ditunjukkan pada
tersusun secara teratur [12]. Gambar 3 dan 4.
Lubang yang dihasilkan pada sampel
Kekerasan dengan waktu perendaman selama 7 hari
lebih banyak dibandingkan 14 hari dan 21
Baja nikel laterit memiliki tingkat hari. Hal ini disebabkan adanya lapisan pasif
kekerasan lebih tinggi dibandingkan SS-304. Cr2O3 yang bersifat stabil dan protektif yang
Hal ini dikarenakan kandungan unsur karbon melindungi baja dari korosi selanjutnya,
(C) dalam baja SS-304 lebih rendah. Karbon sehingga lubang yang dihasilkan pada waktu
merupakan salah satu unsur yang dapat 14 hari dan 21 hari lebih sedikit. Pada baja
meningkatkan kekerasan pada baja selain nikel laterit, lubang yang dihasilkan cukup
nikel, molibdenum, mangan, dan kromium. signifikan. Hampir seluruh permukaan
Tingkat kekerasan baja akan menurun apabila sampel terdapat lubang. Lubang-lubang yang
mengalami korosi. Hasil penelitian terdapat pada permukaan sampel uji
menunjukkan penurunan tingkat kekerasan dinamakan korosi sumuran (pitting
pada SS-304 tidak terlalu signifikan, berbeda corrosion). Korosi ini merupakan jenis korosi
dengan baja nikel laterit di mana penurunan lokal yang menyerang bagian permukaan
kekerasan sampel cukup tinggi. Kedua logam dan membentuk suatu rongga atau
sampel menunjukkan hasil yang serupa di lubang pada material [5].

25
Sinta dkk.: Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam Medium Korosif

Gambar 3. Foto permukaan sampel SS-304 setelah direndam dalam medium korosif (a) NaCl 7 hari; (b) NaCl
14 hari; (c) NaCl 21 hari; (d) H2SO4 7 hari; (e) H2SO4 14 hari; (f) H2SO4 21 hari

Gambar 4. Foto permukaan sampel baja nikel laterit setelah uji korosi

Penyebab terbentuknya korosi ini yaitu Analisis XRD


adanya ion Cl- dan H+.Ion Cl- yang terserap
akan bereaksi dengan ion logam pada lapisan Analisis XRD bertujuan untuk
film dan menghasilkan lubang. Interaksi ion mengetahu fasa dan struktur kristal yang
H+ pada permukaan baja menyebabkan terbentuk pada sampel. Untuk mengetahui fasa
kerusakan pada permukaan sampel dalam kristal yang terbentuk pada sampel uji
bentuk lubang-lubang [13]. Kerusakan ini dilakukan analisis kualitatif menggunakan
disebabkan karena reaksi antara hidrogen perangkat lunak X’pert High Score Plus versi
dengan karbida pada baja sehingga terbentuk 3.0.5 melalui metode pencocokan data (search
metana dan menyebabkan adanya rongga atau match analysis). Difraktrogram hasil analisis
retak pada permukaan sampel [14]. XRD ditunjukkan pada Gambar 5, 6, dan 7.
Hasil analisis XRD menunjukkan baja SS-304

26
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 06, No. 01, Januari 2018

memiliki fasa Fe- (ferit) dan Fe- (austenit) terdiri dari campuran BCC dan FCC sesuai
dengan struktur kristal Body Center Cubic dengan karakteristik dari fasa SS-304 yaitu
(BCC) dan Face Center Cubic (FCC). Fe- (ferit) dan Fe- (austenit) [15]. Penelitian
Berdasarkan data parameter kristalografi yang yang dilakukan Pozio [16] melaporkan bahwa
diperoleh dari software X’pert HighScorefasa SS-304 menghasilkan fasa Fe- dan Fe-
ferit memilikispace group Im-3m (229), dengan bidang yang sama yaitu (111), (110),
parameter kekisi (a = b = c = 2,8662), sudut (200), (220), (211), dan (311). Struktur kristal
kekisi (α = β = γ = 90o), volume sel 23,55 x yang terbentuk yaitu BCC dan FCC.
106pm3,dan struktur kristal Body Center Cubic Mekipun kedua sampel membentuk fasa
(BCC). Sedangkan fasa austenit memiliki yang sama, tetapi intensitas yang dihasilkan
space group Fm-3m (225), parameter kekisi (a berbeda. Intensitas yang dihasilkan pada
= b = c = 3,598), sudut kekisi (α = β = γ = sampel SS-304 lebih tinggi dibandingkan SS-
90o), volume sel 46,58 × 106pm3, dan struktur 304/NaCl(21) yang mengindikasikan laju
kristal Face Center Cubic (FCC). Struktur korosinya masih sangat kecil
kristal yang teramati pada puncak difraksi

Gambar 5. Difraktogram sampel SS-304 dan SS-304/NaCl(21)


.

Gambar 6. Difraktogram sampel baja nikel laterit

27
Sinta dkk.: Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam Medium Korosif

Gambar 7. Difraktogram sampel S-10N dan S-10N/NaCl

Terbentuk fasa Fe pada seluruh sampel. Å), sudut kekisi ( = β =  = 90o), volume sel
Pada sampel S-0N dan S-3N kedua puncak 46,58 × 106 pm3, dan space group Fm-3m
menunjukkan fasa Fe. Terdapat fasa Ni selain (225) dengan struktur kristal FCC.
fasa Fe pada sampel S-6N. Terbentuknya fasa
Niini kemungkinan karena kadar Ni yang Analisis SEM/EDX
cukup tinggi pada sampel S-6N yaitu sebesar
6%. Sedangkan pada sampel S-10N Analisis SEM bertujuan untuk megetahui
terbentuk fasa Fe dan Fe- (austenit). Fasa struktur mikro pada permukaan sampel.
austenit ini terbentuk karena kadar Ni yang Selain anailisis SEM juga dilakukan analisis
cukup tinggi untuk berikatan dengan Fe EDX untuk mengetahui komposisi unsur atau
membentuk FeNi (ferronickel). Suhu yang senyawa yang terdapat pada sampel. Foto
digunakan pada proses peleburan sangat permukaan sampel hasil analisis SEM dapat
tinggi, sehingga fasa FeNi yang terbentuk dilihat pada Gambar 8 dan 9. Pada Gambar
merupakan fasa Fe- (austenit). Ni 8 terlihat adanya garis-garis pada permukaan
merupakan unsur penstabil austenit dan sampel. Garis-garis tersebut adalah hasil dari
meningkatkan daerah pasif. proses pengamplasan. Permukaan baja pada
Baja nikel laterit dengan label S-10N Gambar 8(a) belum terlihat adanya lubang
merupakan baja dengan kadar Ni 10% dan yang signifikan pada sampel. Pada Gambar
memiliki tingkat ketahanan korosi paling 8(b) terlihat adanya bintik – bintik hitam
baik. Hasil analisis XRD menunjukkan kedua pada permukaan sampel. Bintik – bintik
sampel memiliki fasa yang sama. Intensitas hitam tersebut adalah produk korosi yang
pada sampel S-10N/NaCl lebih rendah dihasilkan akibat interaksi antara baja dengan
dibandingkan S-10N. Dari data kristalografi medium korosif NaCl. Produk korosi yang
didapatkan fasa Fe memiliki parameter kekisi dihasilkan berupa korosi sumuran (pitting
(a = b = c = 2,8664 Å), sudut kekisi ( = β = corrosion). Hasil analisis EDX menunjukkan
 = 90o), volume sel 23,55 × 106 pm3, dan adanya unsur oksigen (O) pada sampel
space group Im-3m (229) dengan struktur setelah uji korosi yang menandakan terdapat
kristal BCC. Sedangkan fasa austenit produk korosi pada permukaan baja akibat
memiliki parameter kekisi (a = b = c = 3,598 pembentukan oksida logam.

28
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 06, No. 01, Januari 2018

Gambar 8. Foto SEM sampel SS-304 (a) Raw material (b) Setelah uji korosi

Gambar 9. Foto SEM sampel S-10N (a) Raw material (b) Setelah uji korosi

Belum terlihat adanya produk korosi Hal ini dikarenakan penyebaran unsur
yang terbentuk pada sampel raw material, yang tidak merata, dimana terdapat bagian
namun terdapat retakan dan lubang. Retakan permukaan logam yang kekurangan unsur Cr
dan lubang-lubang pada permukaan baja dan Ni sehingga mudah terserang korosi.
disebabkan oleh logam Ni yang dihasilkan Dalam gumpalan tersebut terdapat lubang
saat peleburan. Logam Ni yang terdapat pada yang menandakan adanya korosi sumuran
produk NPI hasil peleburan berbentuk pori seperti yang terlihat pada hasil analisis
atau poros [17].Terlihat adanya retakan dan mikroskop metalurgi. Hasil analisis EDX
gumpalan pada permukaan baja setelah menunjukkan terdapat unsur O, Na, dan Cl
direndam dalam larutan 3,5% NaCl. pada logam yang telah mengalami korosi.
Gumpalan-gumpalan tersebut merupakan Unsur O dan Cl adalah unsur yang
produk korosi yang terbentuk akibat reaksi menandakan adanya produk korosi.
antara ion Cl- dan ion-ion logam yang Presentasi unsur O dan Cl masing-masing
terdapat pada baja. Gumpalan yang sebesar 28% dan 0,24%. Meskipun kadar Cr
dihasilkan tidak tersebar merata pada pada baja nikel laterit S-10N relatif rendah,
permukaan sampel. namun dapat membentuk lapisan karat
dengan ukuran partikel yang lebih halus dan

29
Sinta dkk.: Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam Medium Korosif

rapat. Sehingga, dapat meningkatkan DAFTAR PUSTAKA


ketahanan korosi dari baja nikel laterit
walaupun tidak signifikan. [1] M. Fontana, Corrosion Engineering.
1987, no. 3rd. Singapore, 1987.
KESIMPULAN [2] S. Herbirowo and B. Adjiantoro,
“Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap
Laju korosi sampel dalam medium Struktur Mikro dan Kekuatan Mekanik
korosif H2SO4 lebih tinggi dibanding NaCl. Baja Nikel Laterit,” Widyariset, vol. 2,
Laju korosi pada sampel SS-304 yang no. 2, pp. 153–160, 2016.
direndam dalam larutan 3,5% NaCl selama 7 [3] Outokumpu, Handbook of Stainless
hari, 14 hari, dan 21 hari masing-masing Steel. Sweden, 2013.
sebesar 4,20 x 10-3 mm/tahun, 2,80 x 10-3 [4] Sumarji, “Studi Perbandingan
mm/tahun, dan 2,33 x 10-3 mm/tahun. Ketahanan Korosi Stainless Steel Tipe
Semakin lama waktu perendaman maka laju Ss 304 Dan Ss 201 Menggunakan
korosinya semakin menurun.Tingkat Metode U-Bend Test Secara Siklik
kekerasan sampel menurun setelah Dengan Variasi Suhu Dan PH,” J.
mengalami korosi. Tingginya kadar Ni dalam ROTOR, vol. 4, no. 1, pp. 1–8, 2011.
baja tidak menjadikan baja tahan terhadap [5] R. T. Loto, “Pitting corrosion
korosi. Hal ini disebabkan terdapat unsur lain evaluation of austenitic stainless steel
yang menjadikan baja tahan terhadap korosi type 304 in acid chloride media,” J.
dan rentan terserang korosi. Mater. Environ. Sci., vol. 4, no. 4, pp.
Hasil karakterisasi XRD memperlihatkan 448–459, 2013.
baja SS-304 memiliki fasa Fe- (ferit) dan [6] R. T. Loto, Loto C. A, A. P. I. Popola
Fe- (austenit). Fasa yang terbentuk pada baja and M. Ranyaoa, “Corrosion
nikel laterit adalah Fe murni. Baja dengan resistance of austenitic stainless steel
kadar Ni 6% memiliki fasa Ni dan Fe. Untuk in sulphuric acid,” Int. J. Phys. Sci.,
kadar Ni 10% terbentuk fasa Fe dan Fe- vol. 7, no. 10, pp. 1677–1688, 2012.
(austenit).Hasil analisis mikroskop metalurgi [7] I. Iliyasu, D. S. Yawas, and S. Y. Aku,
dan SEM menunjukkan adanya korosi “Corrosion Behavior of Austenitic
sumuran pada sampel setelah bereaksi Stainless Steel in Sulphuric Acid at
dengan H2SO4 dan NaCl baik pada SS-304 Various Concentrations,” Adv. Appl.
maupun baja nikel laterit.Hasil analisis EDX Sci. Res., vol. 3, no. 6, pp. 3909–3915,
menunjukkan adanya unsur oksigen (O), 2012.
natrium (Na), dan klorida (Cl) pada baja [8] V. Kataru, M. Subhan, V. K. Bhosle,
setelah mengalami korosi. Adanya unsur O and T. Prashanth, “Evaluation Of
dan Cl menandakan baja telah terkorosi Corrosion , Hardness For Stainless
akibat pembentukan oksida logam. Steel – 304 In Varied Corrosive
Environments,” Adv. Mater. Manuf.
UCAPAN TERIMA KASIH Charact., vol. 6, no. 2, pp. 61–63,
2016.
Penulis mengucapkan terima kasih [9] C. Desiana, “Pengaruh Temperatur
kepada Kepala Badan Teknologi Mineral Terhadap Laju Korosi Baja Karbon
Lampung (BPTM) – LIPI, Lampung Selatan. dan Baja Laterit Pada Lingkungan
Air,” Universitas Indonesia, 2008.

30
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 06, No. 01, Januari 2018

[10] A. International, Corrosion Tests and [15] F. J. Baldenebro-Lopez, C. D. Gomez-


Standards: Application and I Esparza, R. Corral-Higuera, S. P.
nterpretation--Second Edition. United Arredondo-Rea, M. J. Pellegrini-
States of America, 2005. Cervantes, J. E. Ledezma-Sillas, R.
[11] Febrianto, “Analisis Laju Korosi Martinez-Sanchez, and J. M. Herrera-
Material Bejana Tekan Pwr Dalam Ramirez, “Influence of size on the
Berbagai Konsentrasi H2SO4 Dan microstructure and mechanical
Temperatur,” Sigma Epsil., vol. 14, no. properties of an AISI 304L stainless
1, pp. 10–13, 2010. steel-a Comparison between bulk and
[12] N. Kumar, A. K. Singh, A. Kumar, S. fibers,” Materials (Basel)., vol. 8, no.
Kumar, and S. Patel, “Corrosion 2, pp. 451–461, 2015.
Behaviour of Austenitic Stainless Steel [16] A. Pozio, R. F. Silva, and A. Masci,
( Grade 316 ) in 3 . 5 wt % NaCl “Corrosion study of SS430/Nb as
Authors Nitesh Kumar,” Int. J. Sci. bipolar plate materials for PEMFCs,”
Res. Educ., vol. 2, no. 6, pp. 1029– Int. J. Hydrogen Energy, vol. 33, no.
1036, 2014. 20, pp. 5697–5702, 2008.
[13] S. Risandi, Yulia, Emriadi, dan Yeni, [17] T. Hidayat, M. A. Rhamdhani, E. Jak,
“Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya) and P. C. Hayes, “The characterization
Sebagai Inhibitor Korosi Baja St.37 of nickel metal pore structures and the
Dalam Medium Asam Sulfat,” J. Kim. measurement of intrinsic reaction rate
Unand, vol. 1, no. 1, pp. 27–33, 2012. during the reduction of nickel oxide in
[14] M. F. Sidiq, “Analisa Korosi dan H2-N2 and H2-H2O atmospheres,”
Pengendaliannya,” J. Foundry, vol. 3, Miner. Eng., vol. 21, no. 2, pp. 157–
no. 1, pp. 25–30, 2013. 166, 2008.

31
Sinta dkk.: Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, dan 10%) dalam Medium Korosif

32

You might also like