Deteksi Antibodi Anti H5N1 Dengan Uji Hambatan Hemagglutinasi Dan Netralisasi
Deteksi Antibodi Anti H5N1 Dengan Uji Hambatan Hemagglutinasi Dan Netralisasi
Deteksi Antibodi Anti H5N1 Dengan Uji Hambatan Hemagglutinasi Dan Netralisasi
net/publication/267793314
CITATIONS READS
0 1,968
6 authors, including:
Fera Ibrahim
University of Indonesia
38 PUBLICATIONS 42 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Vivi Setiawaty on 17 November 2014.
ABSTRACT
Since July 2005 until May 2008, Indonesia has reported 133 confirmed cases
with case fatality proportion 81%, 54% had history of direct contact with
poultry (chicken). It is important to detect antibody anti H5N1 among high risk
population like poultry collector house workers in DKI Jakarta. Antibody anti
H5N1 were tested by. Hemagglutination Inhibition (HI) assay using
A/Ck/WestJava/67/03(H5N1) and A/Ck/Banten/05-1116/05(H5N1) antigen
and Neutralization (NT) assay using A/H5N1/Indo/05/IBCDC-RG virus. From
216 sera we found seropositive HI 0.5% and 14.4% with 2003 and 2005
antigen respectively, 12% by NT test. Concerning WHO recommendation that
NT test is a gold standard, 12% workers had positive antibody anti H5.
PENDAHULUAN
1
Metode serologi untuk diagnosis infeksi virus influenza dengan cara
mendeteksi antibodi meliputi hemagglutination inhibition test (HI), viral
neutralization test dan ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay). Tes
netralisasi virus adalah tes yang sangat sensitif dan spesifik untuk
mengidentifikasi antibodi spesifik terhadap virus avian influenza A/H5N1 pada
manusia dan hewan. Tes netralisasi dapat mendeteksi antibodi spesifik anti
H5N1 pada serum manusia dengan titer rendah yang tidak dapat dideteksi
oleh tes hambatan hemaglutinasi (HI).(6) Namun untuk melakukan tes
netralisasi ini terdapat kendala yaitu harus dilakukan di laboratorium yang
memiliki fasilitas BSL3, tidak dapat dilakukan di laboratorium biasa. Tes HI
dapat dilakukan di laboratorium BSL 2, relatif tidak rumit dalam
pengerjaannya, relatif tidak membutuhkan waktu lama untuk memperoleh
hasil dan mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan
uji NT sebagai gold standard. Tes serologis secara ELISA sampai saat ini
belum dianjurkan, karena sensitifitas dan spesifisitasnya rendah.(6)
Galur virus influenza A/H5N1 yang dipakai untuk uji netralisasi berasal
dari virus influenza A/H5N1/Indo/05/2005/IBCDC-RG. Galur virus influenza
A/H5N1/Indo/05/IBCDC-RG adalah virus hasil rekayasa genetik (reversed
genetic, RG) oleh Center for Disease Control (CDC)-Atlanta, USA. Virus ini
berasal dari virus influenza A/Indonesia/5/05 yang menginfeksi manusia
Indonesia pertama kali pada tahun 2005.(7) Virus yang digunakan diperbanyak
/ dibiakkan menggunakan telur ayam berembrio berusia 10 hari,(6,10) dilakukan
di laboratorium BSL3 di NIID Tokyo, Jepang. Stok virus disimpan pada lemari
pendingin bersuhu -800C.
Antigen yang dipakai untuk uji hambatan hemagglutinasi berasal dari
isolat virus yang menginfeksi ayam pada tahun 2003 dan 2005 yaitu galur
A/Ck/West Java/67/03 (H5N1) dan A/Ck/Banten/05-1116/05 (H5N1). Antigen
ini diproduksi oleh Badan Penelitian Veteriner (Balitvet) di bawah Departemen
Pertanian, Bogor.
Sel yang digunakan untuk uji netralisasi adalah sel MDCK pasase ke 5
dari Laboratorium NIID, Tokyo. Sebanyak 1,5 x 104 sel/sumur dimasukkan ke
plat bersumur 96 dengan dasar datar dan dikultur selama 3 hari dalam
inkubator CO2 5%, 370C. Larutan medium yang digunakan untuk biakan sel
2
adalah MEM (Minimum Essensial Medium) yang telah ditambah 10% Fetal
Calf Serum (FCS) dan 100 unit/ml Penicillin-Streptomycin. Ditentukan 50%
tissue culture infectious dose (TCID50) dengan penambahan virus yang telah
diencerkan 1/2log pada sel MDCK untuk mengetahui pengenceran virus yang
dibutuhkan untuk uji netralisasi.(10)
Uji netralisasi
Serum diencerkan dua kali (2 fold dilution) dalam plat 96 sumur datar.
Virus yang telah diencerkan menjadi 100TCID50/50µl ditambahkan pada
serum yang telah diencerkan. Pada plat yang sama juga disertakan 4 sumur
untuk kontrol virus dan 4 sumur untuk kontrol sel. Plat diinkubasi selama 30
menit pada inkubator 370C, 5%CO2. Sebanyak 100 µl campuran serum dan
virus dipindahkan ke plat 96 sumur datar yang telah berisi sel MDCK. Plat
kemudian diinkubasi selama 3 hari pada inkubator bersuhu 370C, 5%CO2.
Pada hari ke 4, dilakukan pencucian dan inaktivasi virus serta pewarnaan sel
dengan menggunakan Naphtalene Blue Black. Pembacaan optical density
(OD) pada plat dilakukan dengan plate reader pada panjang gelombang 630
nm. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya Cythopatic Effect (CPE) dan nilai
OD lebih kecil atau sama dengan nilai rata-rata kontrol virus. Hasil uji
netralisasi dinyatakan positif bila titer antibodi anti H5N1 ≥ 80.(3,6,11) Uji
netralisasi dilakukan di laboratorium virologi, NIID Tokyo.
3
Sekuens nukleotida dan asam amino dari setiap galur virus
dibandingkan berdasarkan pertimbangan jenis antigen yang dipakai untuk HI
yaitu H5N1/ayam/2003 dan H5N1/ayam/2005 dan virus influenza
A/H5N1/2005 (human) yang digunakan untuk uji NT serta pertimbangan
bahwa serum pekerja yang diuji diambil pada tahun 2007.
Hasil
Pada uji netralisasi, kriteria positif yang digunakan adalah lebih besar
atau sama dengan 80, berdasarkan kriteria WHO dan penelitian yang
dilakukan oleh Thomas Rowe pada tahun 1999.(6,11) Dari 216 serum yang
diperiksa dengan uji netralisasi, antibodi anti virus influenza A/H5N1
dinyatakan positif pada 26 serum (12%). Hasil uji netralisasi menggunakan
virus rekayasa genetik telah dibandingkan dengan uji netralisasi
menggunakan virus galur A/Indonesia/5/05 yang bukan rekayasa genetik dan
memberi hasil yang sama. Hasil pemeriksaan seluruh sampel dengan uji NT
dapat dilihat pada tabel 2.
4
Tabel 2. Hasil uji Netralisasi dengan virus influenza A/H5N1/Indo/05/IBCDC-
RG.
NT positif NT negatif
Total
(≥ 80) (<80)
HI positif (≥ 40) 24 7 31
HI negatif (< 40) 2 183 185
Total 26 190 216
5
Tabel 4. Hasil analisis homologi nukleotida dan asam amino dari gen HA
strain virus influenza A/H5N1 ayam 2003, 2005, 2007 dan manusia
2005, 2007.
A/ck/I
Nukleotida A/Ind A/Ind A/ck/ A/ck/Pur A/ck/I ndo/M A/ck/Ind
A/ck/
A/Ind A/Ind o/CD o/CD Indo/1 worejo/ ndo/ agela o/Semer
Indo/
o/5/05 o/7/05 C104 C104 /03 BBVW/0 Wate ng163 ang163
7/03
Asam 6/07 7/07 5 s130/ 1- 1-62/07
Amino 05 57/07
A/Indo/5/0 98.9 98.5 98.6 98 98.3 98.4 98.8 97.2 99.3
5
A/Indo/7/0 99,6 97.8 97.8 98 97.7 98 98.4 96.7 98.3
5
Indo/1046/ 98.6 98,2 99,7 96.6 96.9 97 97.3 95.9 98.3
07
Indo/1047/ 98.7 98,4 99.8 96.7 97.1 97.2 97.5 96 98.3
07
Ck/Indo7/ 98 98 96.9 96.7 99.3 98.4 97.9 97.3 97.4
03
Ck/Indo11 98.4 98.4 97 97,1 99.6 98.5 98.2 97.6 97.6
/03
Ck/Purwrj 98.5 98.2 97.2 97,3 98.4 98.7 98.4 97.4 97.8
o/05
Ck/wates/ 98.9 98.5 97.7 97.7 98.3 98.6 98.7 97 98.2
05
Ck/Mglg57 98.2 97,8 96.7 96.9 97.5 97.9 98 97.3 96.6
/07
Ck/Smrg6 99.6 99,3 98.6 98.7 97.7 98 98,2 98.4 97.8
2/07
6
Tabel 5. Alignment sekuens asam amino HA pada posisi 151 – 160 dari protein HA
H5 dari Virus influenza A/H5N1 ayam tahun 2003, 2005, 2007 dan
manusia tahun 2005, 2007.
- - - - - - - - - -
A/ck/Purworejo/BBVW/2005(H5N1)
- - - - - - - - - - A/ck/Wates130/2005(H5N1)
- - - - - A - - - - A/ck/Indonesia/11/2003(H5N1)
- - - - - A - - - - A/ck/Indonesia/7/2003(H5N1)
- - - - - - - - - -
A/Indonesia/CDC1046/2007(H5N1)
- - - - - - - - - - A/Indonesia5/2005 (H5N1)
- - - - - - - - - - A/Indonesia7/2005 (H5N1)
- - - - - - - - - - A/ck/Magelang1631-
57/2007(H5N1)
- - - - - - - - - - A/ck/Semerang1631-
62/2007(H5N1)
DISKUSI
Pada penelitian ini jumlah serum yang positif pada uji HI dengan
antigen ayam tahun 2005 lebih besar dari pada hasil HI positif pada penelitian
yang dilakukan oleh Trang, NV, et.al pada tahun 2007. Penelitian Trang, N.V,
et.al dilakukan pada pekerja peternakan ayam di 3 provinsi di Vietnam, yang
pada tahun 2006 pernah melaporkan adanya kasus infeksi virus avian
influenza A/H5N1 pada manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Trang, etal di
Vietnam ini menguji antibodi anti virus avian influenza A/H5N1 dengan uji HI
menggunakan antigen A/Ck/Vietnam/6/03 (H5N1) dan dikonfirmasi dengan uji
mikronetralisasi (MN) menggunakan virus NIBRG-14 (virus influenza H5N1
A/Vietnam/1203/04). Hasilnya sebanyak 4,7% pekerja peternakan
mempunyai titer positif dengan uji HI.(16) Semua pekerja mempunyai riwayat
kontak dekat dengan unggas.
Jumlah uji HI yang memberikan nilai positif lebih tinggi di Indonesia
daripada di Vietnam ini diperkirakan karena perbedaan subyek dalam
penelitian. Pada penelitian ini, serum berasal dari pekerja di tempat
pengumpul ayam di mana para pekerja kontak langsung dengan ayam yang
berbeda setiap hari, sehingga faktor risiko yang dihadapi lebih besar
dibandingkan risiko yang dihadapi oleh para pekerja peternakan.
7
Penggunaan antigen dari tahun yang berbeda untuk uji HI pada
penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa virus influenza A
mempunyai sifat yang selalu melakukan evolusi / perubahan, terutama
Hemagglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA) yang terdapat di permukaan
virus, sehingga tidak dikenali lagi oleh respon imun pejamu.(19,20)
Kemungkinan adanya evolusi pada virus avian influenza A/H5N1 yang
menyerang unggas di Indonesia tahun 2003 dengan virus avian influenza
A/H5N1 yang menyerang unggas di Indonesia tahun 2005 sangat besar.(21)
Posisi asam amino epitope gen HA virus influenza A/H5N1 manusia
maupun ayam tahun 2005 dan 2007 berbeda dengan virus influenza A/H5N1
ayam tahun 2003. Namun posisi asam amino epitope gen HA dari virus
influenza A/H5N1 manusia maupun ayam tahun 2007 di Indonesia belum
berubah bila dibandingkan dengan tahun 2005. Perubahan posisi asam
amino epitope gen HA terjadi pada T 156 A. Antigen yang berasal dari tahun
2005 (A/Ck/Banten/05-1116/05) yang diisolasi dari ayam pada tahun 2005
masih dapat mendeteksi antibodi pada serum pekerja tempat pengumpul
ayam yang diambil pada tahun 2007, namun antigen yang berasal dari tahun
2003 tidak dapat.
Uji NT merupakan gold standard untuk menentukan adanya antibodi
anti H5N1 pada serum manusia. Uji NT ini mempunyai beberapa kelemahan
yaitu memerlukan biaya yang tinggi karena menggunakan sel MDCK dan
harus dilakukan di laboratorium BSL-3 jika menggunakan virus influenza
A/H5N1 yang patogen, memerlukan waktu yang lebih lama untuk
memperoleh hasil (4 hari) karena menunggu sampai terjadi CPE pada sel
MDCK serta memerlukan ketrampilan khusus.(22) Virus influenza
A/H5N1/Indo/05/IBCDC-RG digunakan untuk uji netralisasi dengan
pertimbangan bahwa virus ini diisolasi pada tahun yang sama dengan antigen
virus yang digunakan untuk uji HI. Hasil uji NT menunjukkan sebanyak 26
(12%) serum mempunyai antibodi anti H5N1 yang dapat menetralisasi virus
influenza A/H5N1.
Uji HI dan NT menunjukkan kesesuaian hasil yang bermakna,
walaupun dua serum yang menunjukkan nilai positif dengan uji NT
memperlihatkan hasil negatif dengan uji HI. Hal ini mungkin disebabkan
rendahnya respon antibodi yang diinduksi oleh virus avian influenza (H5N1),
sehingga tidak dapat terdeteksi oleh uji HI. Uji netralisasi lebih dapat
mendeteksi adanya antibodi anti H5 karena hasil uji dibaca dengan
amplifikasi virus yang dibaca dengan adanya CPE pada sel MDCK.(23) Uji HI
tetap dapat digunakan untuk mendeteksi adanya respon imun pejamu
terhadap virus influenza, sebab uji HI mempunyai sensitifitas yang cukup
tinggi yaitu 92.3% dengan uji NT sebagai baku emas. Uji HI dapat digunakan
oleh banyak laboratorium karena menggunakan teknik yang sederhana, tidak
membutuhkan waktu lama (1 hari) dan relatif tidak memerlukan biaya yang
tinggi, dapat dilakukan di laboratorium BSL 2. Uji HI selain digunakan untuk
mendeteksi respon antibodi terhadap infeksi virus influenza A manusia juga
digunakan untuk menentukan karakteristik antigenik berbagai galur virus
influenza A manusia.(23)
Adanya antibodi anti virus avian influenza A/H5N1 menunjukkan
bahwa telah terjadi infeksi atau paparan virus avian influenza A/H5N1 pada
para pekerja tempat pengumpul ayam, meskipun mereka tidak merasakan
8
adanya gejala sakit berat. Hal tersebut mungkin karena para pekerja ini
terpapar secara sedikit demi sedikit dengan virus influenza A/H5N1 yang
patogenisitasnya rendah, sehingga paparan ini mampu menstimulasi
timbulnya antibodi anti H5N1 tetapi tidak cukup untuk menimbulkan gejala
secara klinis.(3,23)
Analisis homologi asam amino dilakukan pada virus influenza A/H5N1
Indonesia, baik yang menyerang ayam maupun manusia dari berbagai tahun,
dikarenakan pada penelitian ini digunakan berbagai jenis antigen yang
berasal dari virus influenza A/H5N1 yang berbeda tahun untuk uji HI dan NT,
yang memberikan hasil yang berbeda. Homologi asam amino antara virus
influenza A/Indonesia/5/2005 (H5N1) dengan virus influenza A yang berasal
dari ayam tahun 2007, A/chicken/Magelang1631-57/2007(H5N1) adalah
98,2%. Sedangkan homologi sekuens asam amino virus influenza
A/Indonesia/5/2005 (H5N1) dengan virus influenza
A/Indonesia/CDC1046/2007(H5N1) adalah 98.6%. Hasil analisis homologi ini
menunjukkan bahwa virus influenza A/H5N1/Indo/05/IBCDC-RG mempunyai
kekerabatan yang dekat dengan virus influenza A/H5N1 pada ayam dan
manusia yang diisolasi pada tahun 2007. Hal ini berarti, antibodi anti H5 pada
serum pekerja tempat pengumpul ayam yang diambil pada tahun 2007 dan
terinfeksi oleh virus influenza A dari ayam tahun 2007 maupun dari ayam
pada tahun 2005 masih dapat dideteksi dengan uji NT menggunakan virus
A/H5N1/Indo/05/IBCDC-RG.
Homologi asam amino antara virus influenza A/chicken/
Indonesia/7/2003(H5N1) dan A/ck/Purworejo/BBVW/2005(H5N1) dengan
A/Indonesia/CDC1046/2007(H5N1) berturut–turut adalah 96.6% dan 97%.
Dari sini terlihat perbedaan sekuens asam amino antara virus influenza
A/chicken/Purworejo/BBVW/2005(H5N1) dengan A/Indonesia/CDC1046/
2007(H5N1) adalah 3%, sedangkan perbedaan sekuens asam amino antara
virus influenza A/chicken/Indonesia/7/2003(H5N1) dengan A/Indonesia/
CDC1046/2007(H5N1) adalah 3.4%. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa
kekerabatan antara virus influenza A/H5N1 yang diisolasi dari ayam pada
tahun 2005 dengan virus influenza A/H5N1 yang diisolasi dari manusia pada
tahun 2007 lebih dekat dibandingkan dengan virus influenza A/H5N1 yang
diisolasi dari ayam tahun 2003. Hasil homologi ini mungkin dapat
menjelaskan bahwa hasil uji HI dengan antigen yang berasal dari ayam yang
diisolasi pada tahun 2005 yang diperkirakan mempunyai sekuens yang sama
dengan sekuens virus A/ck/Purworejo/BBVW/2005(H5N1) (perbedaan
kekerabatan 0,4%) lebih sesuai dengan antibodi anti H5N1 pada serum
sampel yang diuji sehingga dapat mendeteksi adanya antibodi tersebut.
Imunogenisitas spesifik asam amino HA-H5 terletak pada posisi 36, 83,
86, 120, 140, 155, 156, 162, 183, 189, 212, 223 dan 263.(14,15) Hanya posisi
asam amino 156 yang memperlihatkan perbedaan antara virus tahun 2003
dengan virus tahun 2005 dan 2007. Virus influenza A (ayam) pada tahun
2003 mempunyai asam amino Alanin (A) di posisi 156, sedangkan Asam
amino virus influenza A manusia maupun ayam tahun 2005 dan 2007
mempunyai Threonin (T) pada posisi 156. Adanya perbedaan asam amino
pada posisi 156 ini mempengaruhi hasil uji HI. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh E. Hoffman et. al., perubahan asam amino T
A pada posisi 156 dapat menyebabkan titer HI yang rendah.(15) Perubahan
9
asam amino pada posisi 156 tersebut menjelaskan mengapa uji HI yang
menggunakan antigen yang berasal dari virus influenza A/H5N1 dari ayam
tahun 2005 memberikan lebih banyak hasil positif (lebih reaktif) daripada
menggunakan antigen virus influenza A/H5N1 dari ayam tahun 2003. Uji HI
mendeteksi adanya antibodi anti H5, tetapi tidak terdeteksi dengan uji
netralisasi.
Kemungkinan adanya reaksi silang antibodi anti H5 dengan antibodi
anti H1 dan H3 sangat kecil karena sekuens asam amino gen HA H5 sangat
berbeda dengan gen HA H1 dan H3. Hal ini juga dibuktikan dengan penelitian
yang dilakukan oleh E.A. Govorkova, et. al., dimana vaksinasi dengan virus
influenza A/HK/213/03-RG (H5N1) pada ferret yang sudah mempunyai titer
antibodi anti H3 dan tidak berpengaruh terhadap timbulnya antibodi anti H5
karena protein HA H3 dan H5 yang berbeda.(24).
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11
15. Hoffmann, E., A.S. Lipatov, R.J. Webby, E.A. Govorkova, R.G.
Webster. (2005) Role of spesific hemagglutinin amino acids in the
immunogenicity and protection of H5N1 influenza virus vaccines.
Proceeding of National Academy of Sciences. 102(36): 12915-20.
16. Trang, N.V., N.H. Binh, T.T. Sao Mai, D.T. Van, B.N. Anh, N.N. Tuan,
et. al. (2007) Detection of anti H5 antibodies in sera of H5N1 contact in
Vietnam. Poster presentation in Avian Influenza Conference, Bangkok.
17. Ortiz, J.R., M.A. Katz, M.N. Mahmoud, S. Ahmed, S.I. Bawa, E.C.
Farnon, et.al. (2007) Lack of evidence of avian-to-human transmission
of avian influenza A (H5N1) virus among poultry workers, Kano,
Nigeria, 2006. Journal of Infectious Diseases.196:1685-91.
18. Ortiz, E.J., T.J. Kochel, A.W. Capuano, S.F. Satterquist, G.C. Gray.
(2007) Avian influenza and poultry workers, Peru, 2006. Influenza
Other Respir Viruses.1(2):65-9.
19. Sinya, K., M. Hatta, S. Yamada, A. Takada, et al. (2005)
Characterization of human H5N1 influenza A virus isolated in 2003.
Journal of Virology: 9926-32.
20. Stevens, J., O. Blixt, T.M. Tumpey, J.K. Taubenberker, J.C. Paulson,
I.A. Wilson. (2006) Structure and receptor specificity of the
hemagglutinin from an H5N1 influenza virus. Science 312:404-10.
21. Webster, R.G. and E.A. Govorkova. (2006) H5N1 influenza –
continuing evolution and spread. New Engl. Journal of Medicine.
355(21):2174-7.
22. Hierholzer, J.C. and R.A. Killington. (1996) Virus isolation and
quantitation, In: B.W.J. Mahy and H.O. Kangro, editors. Virology
Methods Manual, Academic Press:25-46.
23. Subbarao, K. and J. Katz. (2000) Avian influenza viruses infecting
humans (review). Cellular and Molecular Life Sciences (CMLS).
57:1770-84.
24. Govorkova, E.A., R.J. Webby, J. Humberd, J.P. Seiler, R.G. Webster.
(2006) Immunization with reverse-genetics-produced H5N1 influenza
vaccine protects Ferrets againts homologous and heterologous
challenge. Journal of Infectious Disease.194:159-167.
12