Evolusi Dan Adaptasi Gerakan Kebangsaan Orang Papua: Dari Nasionalisme Ke Etnonasionalisme
Evolusi Dan Adaptasi Gerakan Kebangsaan Orang Papua: Dari Nasionalisme Ke Etnonasionalisme
Evolusi Dan Adaptasi Gerakan Kebangsaan Orang Papua: Dari Nasionalisme Ke Etnonasionalisme
Abstract
Papuan ethnonationalism is the oldest Papuan nationalist movement that
arose when outsiders began arriving in Papua with the intention to control
the region, since the arrival of Protestant and Catholic missionaries, the
presence of Dutch, Japanese and Indonesian Indies. There are five roots that
have fostered Papuan ethnonationalism that have evolved to the present: the
roots of the Melanesian race, the roots of local religions, the roots of indige-
nous ties, the roots of the formation of government and political elites in the
Dutch East Indies era, and the roots of Feelings of being deprived/uprooted
from their own land economic exploitation. Papuan ethnonationalism was
transformed into Papuan Nationalism which was formed by the Dutch East
Indies Government which was intended so that West Papua would not be-
come part of the Republic of Indonesia and become an independent state in
the process of decolonization carried out by the Dutch in West Papua. But
after Indonesia succeeded in taking over West Papua, the Papuan Nation-
alism was transformed back into Ethnonationalism, the symptoms of which
have strengthened in the last two decades. This symptom of ethnonational-
ism strengthens the resilience of the Papua independence movement on the
one hand and weakens Indonesia’s national resilience on the other. Papuan
ethnonationalism is identical with theories about ethnonationalism and the
characteristics of Kurdish and Tamil ethnonationalism.
Pendahuluan
Etnonasionalisme Papua, salah satunya berakar pada gerakan
keagamaan setempat. Penelitian yang saya mulai sejak 2005
tentang Koreri, gerakan keagamaan di Biak, pulau-pulau lainnya
di Teluk Cendrawasih dan komunitas migran Biak di Kepulauan
Raja Ampat dan Jayapura memberikan keyakinan bahwa gerakan
politik kemerdekaan Papua, terutama gerakan politik orang Biak,
dipengaruhi oleh gerakan Koreri. Koreri adalah gerakan keagamaan
asli Biak yang mendambakan kehidupan kandomowoser, kehidupan
yang penuh kebahagiaan, di mana orang bisa hidup sejahtera bersama-
sama, tanpa penderitaan dan tanpa penjajahan bangsa lain. Nabi
Koreri bernama Manarmakeri yang diyakini akan kembali ke Biak
membawa kandomowoser.1 Gerakan keagamaan Koreri adalah gerakan
mesianistik, gerakan ratu adil yang mendambakan kehidupan yang
lebih baik daripada kehidupan sekarang ini. Gerakan Koreri patah
tumbuh melawan pendudukan Belanda dan Jepang, juga melakukan
perlawanan terhadap Indonesia melalui pengaruhnya pada tokoh-
tokoh masyarakat yang menginginkan kemerdekaan Papua.
Menurut para tokoh masyarakat Biak yang saya wawancarai
semua orang Biak adalah penganut Koreri. Dengan demikian,
Koreri adalah sumber nasionalisme atau barangkali lebih tepatnya
etnonasionalisme orang Biak. Selain Koreri, gerakan keagamaan lain
yang juga berhaluan mesianistik adalah Hai, gerakan keagamaan
orang-orang suku Amungme. Gerakan Hai melakukan perlawanan
terhadap Belanda dan Freeport McMoran yang menambang emas dan
tembaga di gunung milik mereka. Hai atau Zaman Bahagia (Bahasa
Amungme), adalah gerakan yang menginginkan kedatangan Zaman
Bahagia, di mana orang Amungme bisa hidup sejahtara dan tidak ada
penderitaan dan kematian lagi. Wawancara saya dengan Tom Beanal
dan tokoh-tokoh amungme dan Mee (suku tetangga Amungme)
untuk disertasi saya membawa saya pada kesimpulan bahwa Hai
menginginkan kemerdekaan dan menjadi akar nasionalisme atau lebih
1
Margaretha Hanita, Cita-Cita Koreri, Gerakan Politik Orang Papua. (Jakarta: UI Publishing, 2019)
Evolusi dan Adaptasi Gerakan Kebangsaan Orang Papua: dari Nasionalisme ke Etnonasionalisme 113
Kajian Pustaka
Membahas akar etnonasionalisme Papua layak diajukan pandangan
nasionalisme yang berhimpitan dengan etnonasionalisme yang
dikemukakan oleh Josep R. Llobera. Ia, dalam hal teori universalisme
tentang nasionalisme, mengajukan pendekatan perspektif primor
dialis dan sosiobiologis untuk menilai lahirnya nasionalisme.2
Primordialisme mengasumsikan bahwa identitas kelompok adalah
suatu karunia (given) dan ada di semua masyarakat tertentu, ikatan
primordial, irasional tertentu berdasarkan darah, ras, bahasa, agama,
wilayah, dan lain-lain. Megutip Clifford Geertz,3 Llobera menekankan
perimordialisme adalah ikatan yang tak terlukiskan namun koersif,
yang merupakan hasil dari proses kristalisasi yang panjang di mana
di negara-negara modern, khususnya, tetapi tidak secara eksklusif, di
Dunia Ketiga, ditumpangkan pada realitas primordial yang merupakan
kelompok etnis atau komunitas.4
Menurut Llobera, kaum primordialis percaya bahwa identitas etnis
berakar dalam pengalaman historis umat manusia sampai-sampai
secara praktis diberikan dan pandangan sosiobiologis menegaskan
primordialisme sebagai karakter biologis etnis.5 Pendekatan
sosiobiologis dimulai dengan asumsi bahwa nasionalisme adalah
hasil dari perluasan seleksi kerabat ke ruang lingkup yang lebih luas
2
Josep R. Llobera “Recent Theories of Nationalism”. Working Paper ,No. 164, Institut de Ciències Polítiques i
Sosial Barcelona (1999).
3
Clifford Geertz .The Interpretation of Cultures. (New York, Free Press, 1973)
4
Ibid., 1.
5
Ibid., 1.
114 Jurnal Keamanan Nasional Volume V, Nomor 2, November 2019
6
Ibid., 2.
7
Ibid., 2.
8
Walker Connor.” The politics of ethnonationalism ,”Journal of International Affairs, Vol. 27, No. 1, (1973)
9
Walker Connor .” The politics of ethnonationalism,” Journal of International Affairs, Vol. 27, No. 1, (1973), 2.
10
Ma Shu Yun .“Ethnonationalism, ethnic nationalism, and mini-nationalism: A comparison of Connor, Smith
and Snyder”. Ethnic and Racial Studies, 13: 4, (1990), 528.
11
Walker Connor “Nation-building or nation-destroying?” World Politics, Vol. 24, No. 3, (1972), 4.
12
Anthony D. Smith “Introduction: the formation of nationalist movements”, dalam Anthony D. Smith (ed.)
Nationalist Movements. (London, Macmillan, 1976).
Evolusi dan Adaptasi Gerakan Kebangsaan Orang Papua: dari Nasionalisme ke Etnonasionalisme 115
13
Irredentisme mengacu pada kebijakan negara yang ditujukan untuk mencaplok wilayah yang berdekat-
an dan dengan persamaan etnis, termasuk bahasa, di negara-negara tetangga, seperti Rusia menganeksasi
Crimea pada 2014.
14
Anthony D. Smith , Theories of Nationalism. (London : Gerald Duckworth, 1971)
15
James G. Kellas The Politics of Nationalism and Ethnicity. St Martin’s Press, Inc., (1998), 66.
116 Jurnal Keamanan Nasional Volume V, Nomor 2, November 2019
16
Ibid., 88.
17
Ibid., 78-79.
18
Barbara Harff dan Ted Robert Gur, Ethnic Conflict in World Politics,(London: Routledge, 2000), 23.
19
Ibid., 23.
20
Penelitian sosial dalam waktu yang panjang yang membandingkan objek penelitian dalam satu periode ke
periode tertentu.
Evolusi dan Adaptasi Gerakan Kebangsaan Orang Papua: dari Nasionalisme ke Etnonasionalisme 117
21
Stephanie Lawson: ‘Melanesia’. The Journal of Pacific History, (2013)
22
New Guinea Institute of Roterdam, Handbook of Netherlands New Guinea, (Roterdam, New Guinea Institute of
Rotterdam, 1958), 24-25.
120 Jurnal Keamanan Nasional Volume V, Nomor 2, November 2019
23
Margaretha Hanita, Cita-cita Koreri, Gerakan Politik Orang Papua, (Jakarta : Universitas Idonesia Publishing,
2019)
24
Benny Giay “Zakheus Pakage and His Communities: Indigenous Religious Discourse, Socio-political Resistance, and
Ethnohistory of the Me of Irian Jaya,” Disertasi doktor, Department of Cultural Anthropology/Sociology of
Development, Free University, Amsterdam. 1995.
25
Bruyn, J.V. de. De Manaren-cultus der Biakkers (Kultus Manaren di antara Orang-Orang Biak), TBG, DI, I.XXXIII,
(1949), 9-15.
26
Pijnakker Gz, J. Eenige bijzonderheden betreffende De Papoea’s van de Geelvinksbaai van Nieuw Guinea, BKI, DI 2,
(1854), 371-383.
Evolusi dan Adaptasi Gerakan Kebangsaan Orang Papua: dari Nasionalisme ke Etnonasionalisme 123
Wawancara, 2019.
27
29
J.R. Mansoben. “Sistem Politik Tradisional di Irian Jaya, Indonesia: Studi Perbandingan,” Disertasi di Universitas
Leiden, (1994), 243.
30
Purwo Santoso et. al .In Search of Local Regime In Indonesia: Enhancing Democratisation In Indonesia. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia dan PolGov Fisipol UGM dan Universitas Oslo, 2018.
31
Pim Schoorl. Belanda di Irian Jaya, Amtenar di Masa Penuh Gejolak, 1945-1962. (Jakarta : Perwakilan KITLV,
2001)
Evolusi dan Adaptasi Gerakan Kebangsaan Orang Papua: dari Nasionalisme ke Etnonasionalisme 125
Leontine E Visser dan Amapon Jos Marey . Bakti Pamong Praja Papua, di Era Transisi Kekuasaan Belanda ke Indo-
32
33
Moses Kilangin. Uru Me Ki. (Jayapura: Penerbit Tabura, 2009)
34
Benny Giay .“Hai: Motif Pengharapan Zaman Bahagia di Balik Protes Orang Amungme di Timika, Irian Jaya
dan Isu HAM”. Deiyai, Majalah Informasi Agama dan Kebudayaan Irian Jaya, Edisi Perdana September-Ok-
tober. (1995).
Evolusi dan Adaptasi Gerakan Kebangsaan Orang Papua: dari Nasionalisme ke Etnonasionalisme 127
in Humanities”. Vol. 10, No. 1; Zeki Sarigil and Omer Fazlioglu (2014). “Exploring
the roots and dynamics of Kurdish ethno-nationalism in Turkey”. Nations and
Nationalism 20 (3), pp. 436–458.
Pembahasan
Teori Deprivasi Relatif James G. Kellas bisa menjelaskan
bagaimana etnonasionalisme Papua lahir dan berkembang. Teori
Deprivasi Relatif Kellas menggambarkan dengan tepat dan akurat
bagaimana etnonasionalisme Papua lahir dan berkembang pesat. Ini
terjadi sesuai dengan Teori Deprivasi Budaya yang dijelaskan di atas
bahwa nasionalsime atau etnonasionalisme cenderung muncul karena
pengalaman-pengalaman buruk kelompok etnis dalam hubungannya
dengan etnis lain yang mendominasi. Pengalaman-pengalaman buruk
itu dirasakan terus-menerus dan berulang oleh orang-orang Papua
yang mencapai puncaknya dalam peristiwa Asrama Mahasiswa Papua
di Surabaya Agustus 2019; peristiwa rasial dan perendahan martabat
yang sudah tidak bisa diterima lagi oleh masyarakat Papua.
Menggunakan pendekatan primordialis-sosiobiologis ini untuk
melihat etnonasionalisme Papua memungkinkan kita untuk memahami
etnonasionalisme Papua yang dua-duanya terus bergerak mengikuti
perkembangan sosio-politik nasional, regional maupun global.
Etnonalisonalisme Papua tumbuh karena kesadaran primordialisme
yang disebut Geertz sebagai karunia, tidak dapat disangkal, tidak dapat
dijelaskan atau dianalisis dengan merujuk pada interaksi sosial, tetapi
bersifat memaksa dan berurusan dengan sentimen. Penelitian saya
selama bertahun-tahun pada komunitas Koreri dan Hai menegaskan
bahwa primordialisme ada berdasarkan ikatan-ikatan budaya dasar
mereka sebagai orang Papua. Jadi etnonasionalisme Papua terjadi
berdasar ikatan-ikatan primordialis-sosiobiologis sebagimana
dikemukakan Llobera.
Ini berbeda dengan (etno)nasionalisme Hindu di India yang
sektarian, etnonalisme Papua jauh dari sektarianisme yang membenci
kelompok lainnya. Etnonasionalisme Hindu menjadikan Muslim
India sebagai musuh utama.35 Kalim Siddiqui menggambarkan
gerakan ini sebagai organisasi-organisasi Hindu sayap kanan di
India, terutama sejak 1990an yang anti minoritas yang meningkat
secara dramatis, yang membutuhkan musuh dalam bentuk agama
minoritas untuk menyatukan umat Hindu dan mengkonsolidasikan
35
Jack Synder. From Voting to Violence Democratization and Nationalist Conflict. (London : W. W. Norton & Com-
pany, 2000), 333.
Evolusi dan Adaptasi Gerakan Kebangsaan Orang Papua: dari Nasionalisme ke Etnonasionalisme 129
36
Kalim Siddiqui .“A Critical Study of ‘Hindu Nationalism’ in India”. Journal of Business & Economic Policy, Vol.
3, No. 2; June 2016, (2016), 9.
37
Ibid, 9.
38
Arun R. Swamy .“Hindu Nationalism, What’s Relegion Got to do with it?” Occasional Paper Series, Asia-Pasific
Center for Securityu Studies. (2003).
39
Christophe Jaffrelot. The Hindu Nationalist Movement and Indian Politics, 1925 to the 1990s. (New Delhi: Pen-
guin Books India, 1996).
40
Will Kymlicka, Kewargaan Multikultural, Teori Liberal mengenai Hak-Hak Minoritas (Jakarta: LP3ES, 2003), 14.
41
Ibid., 14-15.
130 Jurnal Keamanan Nasional Volume V, Nomor 2, November 2019
Penutup
Masalah hubungan antara Pemerintah Indonesia dengan Papua
bukanlah monopoli Indonesia, sejumlah negara juga memiliki masalah
hubungan yang sama, misalnya Kanada dengan etnonasionalis
Quebec, Tiongkok dengan etnonasioalis Tibet dan Uighur, Filipina
dengan etnonasionalis Mindanao, Thailand dengan etnonasionalis
Thailand Selatan, Sri Lanka (Sinhala) dengan etnonasionalis Tamil
dan masih banyak lagi. Masing-masing negara memiliki cara berbeda-
beda dalam menjaga keamanan dan ketertiban nasionalnya masing-
masing. Ada negara-negara yang bertindak anti demokrasi dan ada
negara yang bertindak dengan metode demokratis untuk merespon
masalah-masalah dalam negerinya.
India berhasil penyelesaian hubungannya dengan Goa (bekas
jajahan Portugis) yang diambilalih dari Portugis pada 1961. India
adalah bekas Jajahan Inggris, mayoritas beraga Hindu dan Goa adalah
jajahan Portugis yang mayoritas Katolik. Sebelum diambilalih India,
132 Jurnal Keamanan Nasional Volume V, Nomor 2, November 2019
Daftar Pustaka