Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
Christian Excelino Kaunang 1), Widdhi Bodhi 1), Hosea Jaya Edy 1)
1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
ABSTRACT
Red Ginger (Zingiber officinale var rubrum) has long been known that its properties can cure various
diseases. Chemical components such as gingerol, shogaol, and zigeron that can provide pharmacological
and physiological effects such as analgesic, antioxidant, carcinogenic, and non-mutagenic effects even at
high concentrations. This study aims to determine whether the nanoparticles of red ginger rhizome extracts
can provide analgesic effects in white male wistar rats (Rattus norvegicus). The red ginger rhizome was
extracted using maceration method with ethanol as a solvent and nanoparticle formulation of red ginger
extract was made using an ionic gelation method. The test mice animals were divided into 5 kinds of
treatments and each treatment performed 3 repetitions. Test of the analgesic effect was carried out by the
method of thermic induction using waterbath and was observed as many as 5 times, namely before giving
test material, the 30th minute, 60th minute, 90th minute, and 120th minute. Group I as negative control was
given 1% CMC, group II as positive control was given paracetamol, group III-V was treated using
nanoparticles red ginger extract with multilevel doses of 0.0215g, 0.043g, and 0.086g. Based on the ANOVA
test, the results obtained of analgesic effects significantly different with p = 0.019 (p < 0.05).
ABSTRAK
Jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) sudah lama diketahui khasiatnya yaitu dapat menyembuhkan
berbagai macam penyakit. Komponen kimia seperti gingerol, shogaol, dan zigeron yang dapat memberikan
efek farmakologi maupun efek fisiologi seperti efek analgetik , antioksidan, karsinogenik, dan non
mutagenik meskipun pada konsentrasi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
nanopartikel ekstrak rimpang jahe merah dapat memberikan efek analgetik pada tikus putih jantan galur
wistar (Rattus norvegicus). Rimpang jahe merah diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan etanol
sebagai pelarut dan dibuat formulasi nanopartikel ekstrak rimpang jahe merah dengan metode gelasi ionik.
Hewan uji tikus dibagi menjadi 5 macam perlakuan setiap perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan. Untuk
pengujian efek analgetik dilakukan dengan metode induksi termik menggunakan waterbath dan dilakukan
pengamatan sebanyak 5 kali yaitu sebelum pemberian bahan uji, menit ke-30, menit ke-60, menit ke-90, dan
menit ke-120. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi CMC 1%, kelompok II sebagai kontrol positif
diberi parasetamol, kelompok III-V diberi perlakuan menggunakan nanopartikel ekstrak rimpang jahe merah
dengan dosis yang bertingkat yaitu 0,0215g, 0,043g, dan 0,086g. Berdasarkan hasil uji ANOVA didapatkan
efek analgetik yang berbeda secara bermakna dengan p = 0,019 (p<0,05).
184
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
185
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
186
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
187
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
Metode Induksi Nyeri Cara Termik d. Pengamatan dilakukan hingga menit ke-
Uji efek analgetik menggunakan 120, dengan interval waktu 30 menit untuk
metode induksi nyeri dengan cara termik setiap pengamatan.
yaitu dengan cara memasukkan tikus ke e. Pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali,
dalam beaker glass yang telah dipanaskan yaitu :
dalam waterbath pada suhu 55˚C sebagai 1. Sebelum pemberian bahan uji
stimulus nyeri dan tikus akan memberikan 2. Menit ke-30
respon dalam bentuk menjilat kaki dan 3. Menit ke-60
melompat. Sebagai patokan, bahwa tikus 4. Menit ke-90
mulai merasakan nyeri pada waktu menjilat 5. Menit ke-120
kaki belakang dan melompat, karena menjilat Analisis Data
kaki depan adalah hal normal bagi tikus Data hasil pengamatan dikumpulkan
(Turner ,1965). dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan
analisis statistik menggunakan uji One-Way
Pengujian Efektivitas Analgetik ANOVA (Analysis Of Variance) untuk
Langkah-langkah pengujian efek mengetahui pengaruh eksktrak nanopartikel
analgetik pada hewan uji ialah sebagai berikut rimpang jahe merah (Zingiber officinale
: Roxb) terhadap tikus putih galur wistar
a. Beaker glass dimasukkan ke dalam (Rattus norvegicus) dan menggunakan Least
waterbath yang berisi air, kemudian Significant Difference (LSD) untuk menguji
waterbath dipanaskan hingga suhu 55˚C. signifikasi dari perbedaan rata-rata antar
Setelah suhu mencapai 55˚C, tikus kelompok perlakuan.
dimasukkan ke dalam beaker glass tersebut.
b. Setelah tikus ada di dalam beaker glass HASIL DAN PEMBAHASAN
maka responnya diamati, yaitu berupa Hasil Penurunan Respon Tikus
gerakan menjilat kaki dan melompat. Hasil rata-rata penurunan respon tikus (jilatan
Pengamatan dilakukan selama 1 menit. dan lompatan) terhadap kontrol negatif,
c. Kelompok kontrol negatif diberikan CMC kontrol positif dan ekstrak nanopartikel
1%, kelompok kontrol positif diberikan rimpang jahe merah dapat dilihat sebagai
parasetamol dan kelompok perlakuan berikut :
diberikan nanopartikel jahe merah. Tikus lalu
diistirahatkan untuk diamati kembali pada
menit ke-30.
188
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
Tabel 1. Hasil rata-rata penurunan respon Uji ANOVA dilakukan pada kelima
tikus sebelum dan sesudah kelompok perlakuan. Hasil analisis
pemberian bahan uji : menunjukkan nilai p = 0,019 (p<0,05).
Tikus putih jantan galur wistar yang
berumur 2-3 bulan dengan berat badan 100-
200 gram digunakan sebagai hewan uji
dikarenakan menurut Hakim (2002) tikus
putih jantan galur wistar memiliki kemiripan
dengan manusia dalam hal fisiologi, anatomi,
patologi dan metabolisme. Berbeda dengan
tikus betina, tikus jantan digunakan karena
memiliki kecepatan metabolisme yang tidak
terpengaruh oleh perubahan hormonal
Keterangan Tabel 1 : dibandingkan dengan tikus betina, karena
K(-) : Kelompok kontrol negatif (CMC 1%) tikus betina mengalami siklus uterus masa
sebanyak 1 mL kehamilan dan menyusui. Sebelum perlakuan,
K(+) : Kelompok kontrol positif (suspensi tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 6
parasetamol) dosis 0,132 g jam, hal ini dilakukan untuk mengosongkan
KP1 : Kelompok perlakuan ekstrak lambung tikus agar tidak terjadi reaksi antara
nanopartikel rimpang jahe merah dosis makanan tikus dan zat uji yang akan
0,0215 g diberikan.
KP2 : Kelompok perlakuan ekstrak Penelitian ini dilakukan untuk
nanopartikel rimpang jahe merah dosis mengetahui ada tidaknya efek analgetik dari
0,043 g nanopartikel ekstrak rimpang jahe merah
KP3 : Kelompok perlakuan ekstrak dengan menggunakan metode induksi termik
nanoparikel rimpang jahe merah dosis yang diuji pada tikus putih galur wistar.
0,086 g Stimulus nyeri yang diberikan pada hewan uji
Hasil Uji Dengan One-Way ANOVA yaitu berupa rangsangan panas dengan suhu
Tabel 2. Hasil Uji ANOVA 55˚C . Menurut Guyton 1994, seseorang
mulai merasakan sakit pada suhu 45˚C dan
reseptor panas mempunyai respon terhadap
suhu 30-45˚C, suhu diatas 45˚C mulai terjadi
kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh
189
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
panas dan sensasinya berubah menjadi nyeri. sehingga dapat menghasilkan nanopartikel
Jadi, rasa nyeri yang disebabkan oleh panas dengan ukuran yang lebih kecil, serta
sangat erat hubungannya dengan kemampuan menghasilkan efisiensi penyerapan paling
panas untuk merusakan jaringan. Gerakan baik dengan struktur nanopartikel (Zhang,
menjilat kaki atau melompat dinilai sebagai 2004). Mekanisme terbentuknya nanopartikel
respon tikus sebagai patokan bahwa tikus ekstrak rimpang jahe merah ini didasarkan
mulai merasakan nyeri pada waktu menjilat pada interaksi elektrostatik antara gugus
kaki belakang atau melompat. amina dari kitosan 0,5% dan muatan negatif
Pembuatan nanopartikel ekstrak dari polianion natrium tripolifosfat 0,1%
rimpang jahe merah dibuat dengan metode sehingga membentuk nanopartikel secara
gelasi ionik. Metode gelasi ionik ini spontan ketika saat pengadukan menggunakan
didasarkan pada interaksi elektrostastik antara magnetic stirrer (Sailaja et al, 2010).
grup amina kitosan dan grup muatan negatif Pada kelompok kontrol negatif yang
polianion, polianion yang digunakan adalah diberikan CMC 1% menunjukkan rata-rata
natrium tripolifosfat (Na-TPP). Nanopartikel jumlah respon tikus antara sebelum dan
dengan reaksi gelasi ionik mempunyai sesudah 30 menit pemberian CMC 1%, terjadi
keuntungan yaitu tidak memerlukan penurunan, Walaupun pada menit ke-60,
pemanasan sehingga kemungkinan rusak menit ke-90, dan menit ke-120 terjadi naik
senyawa aktif bisa dihindarkan. Penambahan turun respon nyeri pada tikus. Hal ini
polisorbat 80 pada larutan kitosan 0,5% disebabkan karena pada kontrol negatif yaitu
berfungsi untuk menstabilkan emulsi partikel CMC 1% tidak terkandung zat aktif yang
dalam larutan dengan cara mencegah dapat mengurangi nyeri sehingga rasa nyeri
timbulnya penggumpalan, serta memperkecil pada tikus tidak menurun.
ukuran partikel. Peningkatan kecepatan Pada penelitian ini digunakan
pengadukan dari 1000 rpm ke 1500 rpm pada parasetamol sebagai kontrol positif karena
saat proses pembuatan nanopartikel ekstrak paresetamol sudah terbukti memiliki efek
rimpang jahe merah bertujuan untuk analgetik dan menjadi pilihan utama oleh
memperkecil ukuran partikel, karena semakin masyarakat Indonesia. Pada kelompok kontrol
cepat proses pengadukan maka semakin kecil positif yaitu parasetamol, menunjukkan
ukuran partikel yang akan diperoleh. terjadi respon rata-rata hewan uji terhadap
Pada penelitian ini digunakan kitosan rangsangan nyeri yang diberikan. Efek
0,5% dan Na-TPP 0,1%, dengan rasio 5 : 1 analgetik dari kelompok kontrol positif
antara berat kitosan dan natrium tripolifosfat
190
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
terlihat efektif mulai dari menit ke-30 sampai Tanpa melihat perbedaan dosis
akhir pengujian yaitu pada menit ke-120. nanopartikel ekstrak rimpang jahe merah yang
Dapat dilihat dari data yang diperoleh diberikan, penelitian ini membuktikan bahwa
pada kelompok perlakuan ekstrak secara farmakologis tanaman ini memiliki
nanopartikel rimpang jahe merah bahwa efek efek analgetik yang karena memiliki
yang ditimbulkan oleh Kp1 (dosis 0,0215 kandungan alkaloid dan flavonoid (Hernani
g/kgBB) tidak lebih baik dari parasetamol dan Winarti, 2011). Alkaloid yang terkandung
0,132 gram dalam mengurangi rasa nyeri pada dalam tanaman ini mampu menghambat
tikus yang diinduksi secara termik sintesis dan pelepasan leukotrin sehingga
menggunakan waterbath, tetapi pada Kp2 mengurangi rasa nyeri sedangkan flavonoid
(dosis 0,043 g/kgBB) dan Kp3 (dosis 0,086 mampu menghambat enzim siklooksigenase
g/kgBB) mempunyai efek analgetik yang (Suryanto, 2012). Dengan demikian akan
lebih baik dari parasetamol terutama Kp3 mengurangi produksi prostaglandin oleh asam
yang merupakan dosis maksimum pada arakidonat sehingga mengurangi rasa nyeri
penelitian ini. Hal ini disebabkan karena (Gunawan, 2008).
ekstrak yang digunakan adalah ekstrak Hasil analisis statistik uji ANOVA
nanopartikel dimana nanopartikel sendiri (tabel 2) rata-rata respon tikus kelompok
memiliki kelebihan kemampuan untuk kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok
menembus dinding sel yang lebih tinggi perlakuan menunjukkan hasil yang bermakna
(Kawashima, 2000), yang berarti efektivitas dengan nilai p = 0,019 (p<0,05).
yang dihasilkan oleh ekstrak lebih baik. Berdasarkan pengamatan yang telah
Kp1 (dosis 0,0215 g/kgBB) terlihat dilakukan pada tikus yang diinduksi secara
efek analgetiknya mulai dari menit ke-30 termik menggunakan waterbath, dapat dilihat
setelah perlakuan dan tetap memperlihatkan bahwa tidak semua tikus menunjukkan reaksi
efek analgetiknya sampai dengan menit ke- yang sama. Ketidaksamaan tersebut berupa
120. Kp2 (dosis 0,043 g/kgBB) terlihat efek lompatan atau hanya berupa jilatan atau
analgetiknya mulai dari menit ke-30 setelah keduanya dan jumlah respon tikus yang
perlakuan dan tetap memperlihatkan efek berbeda-beda sebelum perlakuan disebabkan
analgetiknya sampai dengan menit ke-120. oleh faktor yang mempengaruhi metabolisme
Kp3 (dosis 0,086 g/kgBB) terlihat efek obat atau ekstrak yang diberikan pada tikus,
analgetiknya mulai dari menit ke-30 setelah antara lain yaitu genetik atau keturunan,
perlakuan dan tetap memperlihatkan efek perbedaan umur, makanan dan penyakit
analgetiknya sampai dengan menit ke-120. (Coleman, 2010).
191
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
192
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
193