Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,

Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

UJI EFEK ANALGETIK NANOPARTIKEL EKSTRAK RIMPANG JAHE MERAH


(Zingiber officinale var Rubrum) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
(Rattus norvegicus)

Christian Excelino Kaunang 1), Widdhi Bodhi 1), Hosea Jaya Edy 1)
1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Red Ginger (Zingiber officinale var rubrum) has long been known that its properties can cure various
diseases. Chemical components such as gingerol, shogaol, and zigeron that can provide pharmacological
and physiological effects such as analgesic, antioxidant, carcinogenic, and non-mutagenic effects even at
high concentrations. This study aims to determine whether the nanoparticles of red ginger rhizome extracts
can provide analgesic effects in white male wistar rats (Rattus norvegicus). The red ginger rhizome was
extracted using maceration method with ethanol as a solvent and nanoparticle formulation of red ginger
extract was made using an ionic gelation method. The test mice animals were divided into 5 kinds of
treatments and each treatment performed 3 repetitions. Test of the analgesic effect was carried out by the
method of thermic induction using waterbath and was observed as many as 5 times, namely before giving
test material, the 30th minute, 60th minute, 90th minute, and 120th minute. Group I as negative control was
given 1% CMC, group II as positive control was given paracetamol, group III-V was treated using
nanoparticles red ginger extract with multilevel doses of 0.0215g, 0.043g, and 0.086g. Based on the ANOVA
test, the results obtained of analgesic effects significantly different with p = 0.019 (p < 0.05).

Keywords: analgesic, nanoparticles, red ginger.

ABSTRAK

Jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) sudah lama diketahui khasiatnya yaitu dapat menyembuhkan
berbagai macam penyakit. Komponen kimia seperti gingerol, shogaol, dan zigeron yang dapat memberikan
efek farmakologi maupun efek fisiologi seperti efek analgetik , antioksidan, karsinogenik, dan non
mutagenik meskipun pada konsentrasi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
nanopartikel ekstrak rimpang jahe merah dapat memberikan efek analgetik pada tikus putih jantan galur
wistar (Rattus norvegicus). Rimpang jahe merah diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan etanol
sebagai pelarut dan dibuat formulasi nanopartikel ekstrak rimpang jahe merah dengan metode gelasi ionik.
Hewan uji tikus dibagi menjadi 5 macam perlakuan setiap perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan. Untuk
pengujian efek analgetik dilakukan dengan metode induksi termik menggunakan waterbath dan dilakukan
pengamatan sebanyak 5 kali yaitu sebelum pemberian bahan uji, menit ke-30, menit ke-60, menit ke-90, dan
menit ke-120. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi CMC 1%, kelompok II sebagai kontrol positif
diberi parasetamol, kelompok III-V diberi perlakuan menggunakan nanopartikel ekstrak rimpang jahe merah
dengan dosis yang bertingkat yaitu 0,0215g, 0,043g, dan 0,086g. Berdasarkan hasil uji ANOVA didapatkan
efek analgetik yang berbeda secara bermakna dengan p = 0,019 (p<0,05).

Kata Kunci: Jahe merah, analgetik, nanopartikel.

184
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

PENDAHULUAN meskipun pada konsentrasi yang tinggi


Nanopartikel merupakan partikel (Hernani dan Winarti, 2011). Menurut
koloid padat dengan diameter 1-1000 nm penelitian Dugasani et al (2010), kandungan
(Tiyaboonchai, 2003). Nanopartikel bertujuan gingerol yang ada pada jahe merah lebih
untuk mengatasi kelarutan zat aktif yang tinggi dibanding jahe lainnya. Senyawa aktif
sukar larut, memperbaiki bioavailabilitas yang pada jahe merah adalah [6]-gingerol dan
buruk, memodifikasi sistem penghantaran 3R,5S-[6] gingerdiol.
obat sehingga obat dapat langsung menuju
daerah yang spesifik, meningkatkan stabilitas METODOLOGI PENELITIAN
zat aktif dari degradasi lingkungan Waktu dan Tempat Penelitian
(penguraian enzimatis, oksidasi, hidrolisis), Penelitian ini akan dilaksanakan pada
memperbaiki absorbsi suatu senyawa bulan Mei – September 2019 di Laboratorium
makromolekul, dan mengurangi efek iritasi Advance Program Studi Farmasi Fakultas
zat aktif pada saluran cerna (Mohanraj dan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Chen, 2006). Universitas Sam Ratulangi.
Jahe merah (Zingiber officinale var
rubrum) sudah lama diketahui khasiatnya Alat
yaitu dapat menyembuhkan berbagai macam Alat yang akan digunakan dalam
penyakit, dibandingkan dengan jahe gajah dan penelitian ini antaralain : alat-alat gelas
jahe emprit. Meskipun demikian, kebanyakan (pyrex), blender, oven, pisau, timbangan
orang umumnya lebih mengenal jahe gajah analitik, tisu, wadah, kandang pemeliharaan
yang berguna sebagai bumbu dapur, rempah- hewan, sarung tangan, tempat air minum dan
rempah, dan bahan obat-obatan. Berdasarkan makanan hewan, sudip, kertas saring,
penelitian para ahli dalam negeri maupun para lumpang dan alu, stopwatch, disposable
ahli dari luar negeri, jahe memiliki efek syringe 3mL, dan NGT (Nasograstric Tube)
farmakologis yang berkhasiat sebagai obat No. 3,5, aluminium foil, dan Waterbath.
dan mampu memperkuat khasiat obat yang
dicampurkannya (Tim Lentera, 2002). Bahan
Jahe memiliki beberapa komponen Bahan yang digunakan adalah : jahe
kimia seperti gingerol, shogaol, dan zigeron merah, tablet parasetamol 500 mg, makanan
yang dapat memberikan efek farmakologi hewan uji, CMC 1%, etanol 96%, Natpp,
maupun efek fisiologi seperti efek analgetik , kitosan, polisorbat 80, poldan akuades.
antioksidan, karsinogenik, dan non mutagenik

185
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

Hewan Uji anginkan sampai menghasilkan sampel


Objek yang digunakan dalam kering, lalu ditimbang menghasilkan berat
penelitian ini adalah tikus putih jantan yang kering 1250 g kemudian diblender hingga
berumur 5 minggu dan berat 100-200 gram halus dan diayak menggunakan pengayak.
dengan jumlah 15 ekor. Setelah itu diadaptasi Serbuk rimpang jahe merah ditimbang
selama 10 hari. sebanyak 400 g, dimasukkan ke dalam wadah,
kemudian ditambahkan pelarut etanol 96%
Rancangan Penelitian sebanyak 2000 mL, ditutup dan dibiarkan
Penelitian ini menggunakan rancangan selama 5 hari terlindung dari cahaya matahari.
penelitian eksperimental laboratorium dengan Setelah 5 hari, rendaman tersebut disaring
menggunakan tikus putih jantan sebagai dengan menggunakan kertas saring (filtrat 1)
hewan percobaan. Perlakuan dibagi dalam 5 dan sisanya diekstrak kembali dengan etanol
kelompok, dalam kelompok masing-masing sebanyak 1200mL selama 2 hari. Filtrat 1 dan
terdiri dari 3 ekor tikus putih jantan yang filtrat 2 digabung kemudian diuapkan dengan
sudah diadaptasikan terlebih dahulu terhadap menggunakan evaporator pada suhu 40˚C
lingkungan selama 10 hari. yang bertujuan untuk menguapkan pelarutnya
Pembagian kelompok perlakuan sebagai higga berupa endapan tidak terlalu kental.
berikut : Proses dilanjutkan dengan pemekatan ekstrak
K (-) : diberikan suspensi CMC 1% sampai menjadi ekstrak kental dengan
sebanyak 1mL menggunakan oven pada suhu 40˚C. Hasil
K (+) : diberikan suspensi parasetamol ekstrak kental didapat sebanyak 24,2 g.
dosis 0,132 g
KP1 : diberikan suspensi nanopartikel Pembuatan Larutan CMC 1%
ekstrak jahe merah 0,0215 g Sebanyak 1 gram CMC ditaburkan
KP2 : diberikan suspensi nanopartikel dalam beaker glass yang berisis 10 mL
ekstrak jahe merah 0,043 g aquades yang telah dipanaskan, aduk sampai
KP3 : diberikan suspensi nanopartikel mengembang kemudian dihaluskan sampai
ekstrak jahe merah 0,086 g homogen. Selanjutnya dimasukkan ke dalam
labu ukur dan tambahkan aquades sampai
Pembuatan Simplisia dan Proses Ekstraksi volume 100 mL.
Sampel rimpang jahe merah sebanyak
6500 g dicuci dengan air mengalir, dikupas,
diiris tipis, dikeringkan dengan cara diangin

186
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

Preparasi Nanopartikel Ekstrak Rimpang Pemberian Suspensi Nanopartikel dan


Jahe Merah Larutan Pembanding
Pembuatan Laruan Kitosan
Kitosan ditimbang sebanyak 0,5 gram Nanopartikel Rimpang Jahe Merah
kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia Takaran dosis untuk manusia dengan
dan ditambahkan akuades sebanyak 100 mL. berat badan 70 kg pada tikus dengan berat
Kemudian dilarutkan dengan polisorbat 80 badan 200 gram adalah 0,018. Rata-rata orang
sebanyak 1 mL dan diaduk dengan Indonesia beratnya 50 kg. Dosis pemakaian
menggunakan magnetic stirrer pada hotplate jahe merah pada manusia dewasa (50kg) yang
higga larut. biasa digunakan masyarakat adalah 15 g (Tim
Lentera, 2002).
Penyiapan Nanopartikel Ekstrak Rimpang = (70kg / 50kg x 15 g) x 0,018
Jahe Merah = 0,238 x 0,0018
Sebanyak 0,0215 g, 0,043 g, dan 0,086 = 0,0043 gram /200 gramBB tikus
g ekstrak rimpang jahe merah ditimbang dan Dalam percobaan digunakan dosis
dilarutkan dalam etanol 96% sebanyak 5 mL . nanopartikel jahe merah yang bertingkat :
Lalu dilakukan sonikasi selama 5 menit. Kelompok Perlakuan 1 = 0,5 x 0,0043 g =
0,00215 g
Pembuatan Nanopartikel Ekstrak Kelompok Perlakuan 2 = 1 x 0,0043 g =
Rimpang Jahe Merah 0,0043 g
Larutan kitosan sebanyak 100 mL Kelompok Perlakuan 3 = 2 x 0,0043 g =
ditambahkan polisorbat 80 sebanyak 1 mL 0,0086 g
dan diaduk dengan menggunakan magnetic
stirrer pada hotplate selama 10 menit. Setelah Kontrol Positif
itu pada larutan kitosan dimasukkan 0,0215 g, Tiap tablet parasetamol mengandung
0,043 g, dan 0,086 g ekstrak rimpang jahe 500 mg. Takaran konversi dosis parasetamol
merah dan diaduk menggunakan magnetic untuk manusia dengan berat badan 70 kg pada
stirrer pada hotplate selama 30 menit. Setelah tikus dengan berat badan 200 g adalah 0,018.
itu ditambahkan larutan TPP 0,1 gram Rata-rata orang Indonesia beratnya 50 kg,
sebanyak 20 mL lalu diaduk menggunakan maka dosis untuk tikus adalah :
magnetic stirrer pada hotplate selama 90 = (70/50 x 500 mg) x 0,018
menit. = 12,6 mg / 200 g tikus

187
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

Metode Induksi Nyeri Cara Termik d. Pengamatan dilakukan hingga menit ke-
Uji efek analgetik menggunakan 120, dengan interval waktu 30 menit untuk
metode induksi nyeri dengan cara termik setiap pengamatan.
yaitu dengan cara memasukkan tikus ke e. Pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali,
dalam beaker glass yang telah dipanaskan yaitu :
dalam waterbath pada suhu 55˚C sebagai 1. Sebelum pemberian bahan uji
stimulus nyeri dan tikus akan memberikan 2. Menit ke-30
respon dalam bentuk menjilat kaki dan 3. Menit ke-60
melompat. Sebagai patokan, bahwa tikus 4. Menit ke-90
mulai merasakan nyeri pada waktu menjilat 5. Menit ke-120
kaki belakang dan melompat, karena menjilat Analisis Data
kaki depan adalah hal normal bagi tikus Data hasil pengamatan dikumpulkan
(Turner ,1965). dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan
analisis statistik menggunakan uji One-Way
Pengujian Efektivitas Analgetik ANOVA (Analysis Of Variance) untuk
Langkah-langkah pengujian efek mengetahui pengaruh eksktrak nanopartikel
analgetik pada hewan uji ialah sebagai berikut rimpang jahe merah (Zingiber officinale
: Roxb) terhadap tikus putih galur wistar
a. Beaker glass dimasukkan ke dalam (Rattus norvegicus) dan menggunakan Least
waterbath yang berisi air, kemudian Significant Difference (LSD) untuk menguji
waterbath dipanaskan hingga suhu 55˚C. signifikasi dari perbedaan rata-rata antar
Setelah suhu mencapai 55˚C, tikus kelompok perlakuan.
dimasukkan ke dalam beaker glass tersebut.
b. Setelah tikus ada di dalam beaker glass HASIL DAN PEMBAHASAN
maka responnya diamati, yaitu berupa Hasil Penurunan Respon Tikus
gerakan menjilat kaki dan melompat. Hasil rata-rata penurunan respon tikus (jilatan
Pengamatan dilakukan selama 1 menit. dan lompatan) terhadap kontrol negatif,
c. Kelompok kontrol negatif diberikan CMC kontrol positif dan ekstrak nanopartikel
1%, kelompok kontrol positif diberikan rimpang jahe merah dapat dilihat sebagai
parasetamol dan kelompok perlakuan berikut :
diberikan nanopartikel jahe merah. Tikus lalu
diistirahatkan untuk diamati kembali pada
menit ke-30.

188
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

Tabel 1. Hasil rata-rata penurunan respon Uji ANOVA dilakukan pada kelima
tikus sebelum dan sesudah kelompok perlakuan. Hasil analisis
pemberian bahan uji : menunjukkan nilai p = 0,019 (p<0,05).
Tikus putih jantan galur wistar yang
berumur 2-3 bulan dengan berat badan 100-
200 gram digunakan sebagai hewan uji
dikarenakan menurut Hakim (2002) tikus
putih jantan galur wistar memiliki kemiripan
dengan manusia dalam hal fisiologi, anatomi,
patologi dan metabolisme. Berbeda dengan
tikus betina, tikus jantan digunakan karena
memiliki kecepatan metabolisme yang tidak
terpengaruh oleh perubahan hormonal
Keterangan Tabel 1 : dibandingkan dengan tikus betina, karena
K(-) : Kelompok kontrol negatif (CMC 1%) tikus betina mengalami siklus uterus masa
sebanyak 1 mL kehamilan dan menyusui. Sebelum perlakuan,
K(+) : Kelompok kontrol positif (suspensi tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 6
parasetamol) dosis 0,132 g jam, hal ini dilakukan untuk mengosongkan
KP1 : Kelompok perlakuan ekstrak lambung tikus agar tidak terjadi reaksi antara
nanopartikel rimpang jahe merah dosis makanan tikus dan zat uji yang akan
0,0215 g diberikan.
KP2 : Kelompok perlakuan ekstrak Penelitian ini dilakukan untuk
nanopartikel rimpang jahe merah dosis mengetahui ada tidaknya efek analgetik dari
0,043 g nanopartikel ekstrak rimpang jahe merah
KP3 : Kelompok perlakuan ekstrak dengan menggunakan metode induksi termik
nanoparikel rimpang jahe merah dosis yang diuji pada tikus putih galur wistar.
0,086 g Stimulus nyeri yang diberikan pada hewan uji
Hasil Uji Dengan One-Way ANOVA yaitu berupa rangsangan panas dengan suhu
Tabel 2. Hasil Uji ANOVA 55˚C . Menurut Guyton 1994, seseorang
mulai merasakan sakit pada suhu 45˚C dan
reseptor panas mempunyai respon terhadap
suhu 30-45˚C, suhu diatas 45˚C mulai terjadi
kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh

189
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

panas dan sensasinya berubah menjadi nyeri. sehingga dapat menghasilkan nanopartikel
Jadi, rasa nyeri yang disebabkan oleh panas dengan ukuran yang lebih kecil, serta
sangat erat hubungannya dengan kemampuan menghasilkan efisiensi penyerapan paling
panas untuk merusakan jaringan. Gerakan baik dengan struktur nanopartikel (Zhang,
menjilat kaki atau melompat dinilai sebagai 2004). Mekanisme terbentuknya nanopartikel
respon tikus sebagai patokan bahwa tikus ekstrak rimpang jahe merah ini didasarkan
mulai merasakan nyeri pada waktu menjilat pada interaksi elektrostatik antara gugus
kaki belakang atau melompat. amina dari kitosan 0,5% dan muatan negatif
Pembuatan nanopartikel ekstrak dari polianion natrium tripolifosfat 0,1%
rimpang jahe merah dibuat dengan metode sehingga membentuk nanopartikel secara
gelasi ionik. Metode gelasi ionik ini spontan ketika saat pengadukan menggunakan
didasarkan pada interaksi elektrostastik antara magnetic stirrer (Sailaja et al, 2010).
grup amina kitosan dan grup muatan negatif Pada kelompok kontrol negatif yang
polianion, polianion yang digunakan adalah diberikan CMC 1% menunjukkan rata-rata
natrium tripolifosfat (Na-TPP). Nanopartikel jumlah respon tikus antara sebelum dan
dengan reaksi gelasi ionik mempunyai sesudah 30 menit pemberian CMC 1%, terjadi
keuntungan yaitu tidak memerlukan penurunan, Walaupun pada menit ke-60,
pemanasan sehingga kemungkinan rusak menit ke-90, dan menit ke-120 terjadi naik
senyawa aktif bisa dihindarkan. Penambahan turun respon nyeri pada tikus. Hal ini
polisorbat 80 pada larutan kitosan 0,5% disebabkan karena pada kontrol negatif yaitu
berfungsi untuk menstabilkan emulsi partikel CMC 1% tidak terkandung zat aktif yang
dalam larutan dengan cara mencegah dapat mengurangi nyeri sehingga rasa nyeri
timbulnya penggumpalan, serta memperkecil pada tikus tidak menurun.
ukuran partikel. Peningkatan kecepatan Pada penelitian ini digunakan
pengadukan dari 1000 rpm ke 1500 rpm pada parasetamol sebagai kontrol positif karena
saat proses pembuatan nanopartikel ekstrak paresetamol sudah terbukti memiliki efek
rimpang jahe merah bertujuan untuk analgetik dan menjadi pilihan utama oleh
memperkecil ukuran partikel, karena semakin masyarakat Indonesia. Pada kelompok kontrol
cepat proses pengadukan maka semakin kecil positif yaitu parasetamol, menunjukkan
ukuran partikel yang akan diperoleh. terjadi respon rata-rata hewan uji terhadap
Pada penelitian ini digunakan kitosan rangsangan nyeri yang diberikan. Efek
0,5% dan Na-TPP 0,1%, dengan rasio 5 : 1 analgetik dari kelompok kontrol positif
antara berat kitosan dan natrium tripolifosfat

190
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

terlihat efektif mulai dari menit ke-30 sampai Tanpa melihat perbedaan dosis
akhir pengujian yaitu pada menit ke-120. nanopartikel ekstrak rimpang jahe merah yang
Dapat dilihat dari data yang diperoleh diberikan, penelitian ini membuktikan bahwa
pada kelompok perlakuan ekstrak secara farmakologis tanaman ini memiliki
nanopartikel rimpang jahe merah bahwa efek efek analgetik yang karena memiliki
yang ditimbulkan oleh Kp1 (dosis 0,0215 kandungan alkaloid dan flavonoid (Hernani
g/kgBB) tidak lebih baik dari parasetamol dan Winarti, 2011). Alkaloid yang terkandung
0,132 gram dalam mengurangi rasa nyeri pada dalam tanaman ini mampu menghambat
tikus yang diinduksi secara termik sintesis dan pelepasan leukotrin sehingga
menggunakan waterbath, tetapi pada Kp2 mengurangi rasa nyeri sedangkan flavonoid
(dosis 0,043 g/kgBB) dan Kp3 (dosis 0,086 mampu menghambat enzim siklooksigenase
g/kgBB) mempunyai efek analgetik yang (Suryanto, 2012). Dengan demikian akan
lebih baik dari parasetamol terutama Kp3 mengurangi produksi prostaglandin oleh asam
yang merupakan dosis maksimum pada arakidonat sehingga mengurangi rasa nyeri
penelitian ini. Hal ini disebabkan karena (Gunawan, 2008).
ekstrak yang digunakan adalah ekstrak Hasil analisis statistik uji ANOVA
nanopartikel dimana nanopartikel sendiri (tabel 2) rata-rata respon tikus kelompok
memiliki kelebihan kemampuan untuk kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok
menembus dinding sel yang lebih tinggi perlakuan menunjukkan hasil yang bermakna
(Kawashima, 2000), yang berarti efektivitas dengan nilai p = 0,019 (p<0,05).
yang dihasilkan oleh ekstrak lebih baik. Berdasarkan pengamatan yang telah
Kp1 (dosis 0,0215 g/kgBB) terlihat dilakukan pada tikus yang diinduksi secara
efek analgetiknya mulai dari menit ke-30 termik menggunakan waterbath, dapat dilihat
setelah perlakuan dan tetap memperlihatkan bahwa tidak semua tikus menunjukkan reaksi
efek analgetiknya sampai dengan menit ke- yang sama. Ketidaksamaan tersebut berupa
120. Kp2 (dosis 0,043 g/kgBB) terlihat efek lompatan atau hanya berupa jilatan atau
analgetiknya mulai dari menit ke-30 setelah keduanya dan jumlah respon tikus yang
perlakuan dan tetap memperlihatkan efek berbeda-beda sebelum perlakuan disebabkan
analgetiknya sampai dengan menit ke-120. oleh faktor yang mempengaruhi metabolisme
Kp3 (dosis 0,086 g/kgBB) terlihat efek obat atau ekstrak yang diberikan pada tikus,
analgetiknya mulai dari menit ke-30 setelah antara lain yaitu genetik atau keturunan,
perlakuan dan tetap memperlihatkan efek perbedaan umur, makanan dan penyakit
analgetiknya sampai dengan menit ke-120. (Coleman, 2010).

191
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

Melihat banyaknya faktor yang dapat DAFTAR PUSTAKA


mempengaruhi, dapat disimpulkan bahwa Dugasani, S, Pichika, M.R, Nadarajah, V.D,
adanya spesifitas individual terhadap induksi Balijepalli M.K, Tandra S, dan
nyeri yang diberikan dan respon tikus Korlakunta J.N. 2010. Comparative
terhadap pemberian obat dan ekstrak antioxidant and anti-inflammatory
nanopartikel pun berbeda-beda, sehingga data effects of [6]-gingerol, [8]- gingerol,
pengamatan berbeda-beda setiap tikus [10]-gingerol and [6]-shogaol.
walaupun dalam kelompok perlakuan yang J.Ethnopharmacol. Elsavier Ireland.
sama, namun pada keseluruhan rata-rata hasil
Gunawan, S.G., Setiabudy, R., Nafrialdi, dan
pengamatan ini menunjukkan respon sesuai
Elsyabeth. 2008. Farmakologi dan
dengan yang diharapkan dari masing-masing
Terapi . Edisi Kelima. FKUI, Jakarta.
kelompok perlakuan.
Guyton, A.C. 1994. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Terjemahan K.A. Tengadi.
KESIMPULAN
EGC, Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa nanopartikel ekstrak Hakim, L. 2002. Uji Farmakologi dan
rimpang jahe merah dengan dosis 0,0215, Toksikologi Obat Alam Pada Hewan
0,0043, dan 0,0086 memberikan efek Coba. Universitas Muhamadiyah,
analgetik pada tikus putih jantan galur wistar Purwokerto.
(Rattus norvegicus) dapat dilihat dari
Hernani dan Winarti, C. 2011. Kandungan
menurunnya respon tikus (jilatan dan
Bahan Aktif Jahe dan Pemanfaatannya
lompatan) setelah diberikan nanopartikel
dalam Bidang Kesehatan. Balai Besar
eksrak rimpang jahe merah.
Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Bogor.
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah
Kawashima, Y., Yamamoto, H., Takeuchi, H.,
dilakukan, penulis menyarankan bahwa perlu
dan Kuno, Y. 2000. Mucoadhesive DL-
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
lactide/glycolide Copolymer
karakterisasi ukuran partikel ekstrak etanol
Nanospheres Coated with Chitosan to
rimpang jahe merah dan penggunaan metode
Improve Oral Delivery of Elcatonin.
lain dalam pembuatan nanopartikel.
Pharmaceutical Development and
Technology. 5:(1),77-85.

192
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

Mohanraj, V.J., dan Y. Chen. 2006.


Nanoparticles: A Review. Tropical
Journal of Pharmaceutical Research.
5:(1), 561-573.

Sailaja, K.A., Amareshwar, P., dan


Chakravarty, P. 2010. Chitosan
Nanoparticles as a Drug Delivery
System. Research Journal of
Pharmaceutical, Biological and
Chemical.

Suryanto, E. 2012. Fitokimia Antioksidan.


Putra Media Nusantara, Surabaya.

Tim Lentera. 2002. Khasiat dan Manfaat


Jahe Merah : Si Rimpang Ajaib.
Agromedia Pustaka, Jakarta.

Tiyaboonchai, W. 2003. Chitosan


Nanoparticles: Apromising System For
Drug Delivery. Naresuan University
Journal. 11:(3),51-6.

Turner, R. A. 1965. Screening Methods in


Pharmacology. Academic Press, New
York.

Zhang, Y.Q., Tao, M.L., Shen, W.D., Zhou,


Y.Z., Ma, .Y., dan Zhou, W.L. 2004.
Immobillization of L-asparaginase on
the Microparticles of the Natural Silk
Sericin Protein and its Characters.
Biomaterials. 25:(4),3751-3759.

193

You might also like