Desain Pembelajaran Matematika Yang Mema B83f41a9
Desain Pembelajaran Matematika Yang Mema B83f41a9
Desain Pembelajaran Matematika Yang Mema B83f41a9
1 Mei 2014 39
HERLINA AHMAD*)
PENDAHULUAN
Menyusun perancanaan dan desain pembelajaran, merupakan lagkah penting
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Perencanaan
pembelajaran memiliki makna yang berbeda dengan desain pembelajaran
(Sanjaya. 2011). Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan
hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu,
yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan
sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi
dan sumber belajar yang ada; sedangkan desain pembelajaran dapat diartikan
sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran
melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran beserta aktifitas yang
harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat
digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan.
3. Pendekatan Kontekstual
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas (Sanjaya, 2011).
Asas-asas ini melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan CTL. Seringkali asas ini disebut juga disebut komponen-komponen
CTL, yaitu di antaranya: Construktivism; Inquiry;Questioning;Learning
Community; Modelling;
pada siswa perorangan; (5) desain pembelajaran harus diacukan pada tujuan; (6)
desain pembelajaran diarahkan pada kemudahan belajar; (7) desain pembelajaran
melibatkan variable pembelajaran; (8) desain pembelajaran menetapkan metode
untuk mencapai tujuan; (9) inti dari desain yang dibuat adalah penetapan metode
pembelajaran yang optiman untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno,
2009).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan design research yang bertujuan untuk
menghasilkan desain pembelajaran matematika yang memanfaatkan model
kooperatif dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas X.a SMK Bina
Generasi Polewali yang berkualitas. subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.a
semester II tahun pelajaran 2011/2012.
Desain pembelajaran pada penelitian ini dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
Jurnal Pepatuzdu, Vol. 7, No. 1 Mei 2014 43
Permulaan
Pengembangan konsep/
Tahap
1.Analisis kebutuhan Kajian pustaka teori kerangka kerja
untuk studi
Prototyping
Memilih strategi pembelajaran Memilih material
Tahap
pembelajaran
Draf ke-1
tidak
Ya Revisi kecil
revisi Apakah
Penilaian
valid
Tahap
Tanpa revisi
Prototipe i+1
Prototipe 2
Apakah
tidak praktis Uji coba ke-I, I = 1,2,…,n
&efektif
revisi
Analisis hasil uji coba
Ya
Prototipe final
HASIL PENELITIAN
Proses Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran pada penelitian ini disusun mengikuti alur
pengembangan yang dilakukan Dick and Carey. Prosedur desain pengembangan
yang dilakukan oleh peneliti dilakukan secara bersiklus seperti yang digambarkan
oleh Mc Kenney. Adapun prosedurnya sebagai berikut:
1. Preliminary design (Desain permulaan), yaitu Analisis kebutuhan
2. Prototyping phase (tahap prototyping), yaitu Mendesain pembelajaran:
3. Assessment phase (tahap penilaian), meliputi:
a. Penilaian
b. Tahap uji coba
1. Deskripsi Hasil Desain Pembelajaran
a. Hasil validasi ahli
Tabel 1 Rangkuman Hasil Validasi Desain Pembelajaran
Sumber Skor Rata-rata Kriteria
Buku Desain 4,22 Valid
Lembar Kegiatan Siswa 3,89 Valid
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 44,675 Valid
Buku Siswa 4,13 Valid
Tes Hasil Belajar 4,417 Valid
Lembar Observasi Kemampuan Mengelola Pembelajaran 4,098 Valid
Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran 4,14 Valid
Angket Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran 4,317 Valid
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata penilaian
atau hasil validasi dari para ahli pada desain pembelajaran yang yang digunakan
meliputi Buku Desain, LKS, RPP, Buku Siswa, Tes Hasil Belajar lembar
observasi kemampuan mengelola pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa
dalam pembelajaran dan angket respon siswa terhadap perangkat pembelajaran,
berada pada kategori ”Valid” 3,5 X 4, 5 . Hal ini berarti desain
pembelajaran tersebut telah layak untuk diujicobakan.
Respon Siswa
Sangat Sangat
No. Pertanyaan/ Pernyataan Negatif Positif
Negatif Positif
F % f % F % f %
pada pembelajaran
sebelumnya.
Respon Siswa
Sangat Sangat
No. Pertanyaan/ Pernyataan Negatif Positif
Negatif Positif
F % f % F % f %
Pembelajaran matematika
model kooperatif dengan
pendekatan kontekstual
dengan didukung bahan ajar
10. 0 0 1 3.13 17 53.13 14 43.75
yang sesuai cukup membantu
saya dalam mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan
berpikir saya.
Belajar kelompok kecil pada
pembelajaran matematika
model kooperatif dengan
11. pendekatan kontekstual lebih 1 3.1 1 3.13 17 53.13 13 40.63
baik karena bisa berdiskusi,
bertukar ide dan pikiran
dengan teman kelompok.
Saya merasa ada kemajuan
belajar Matematika setelah
mengikuti pembelajaran
matematika model kooperatif
dengan pendekatan
12. 0 0 1 3.13 18 56.25 13 40.63
kontekstual pada materi
matriks karena mengalami
banyak pengalaman karena
terlibat aktif dalam
pembelajaran.
Pengalaman memahami dan
menemukan solusi terbaik
dari soal yang diberikan pada
13. materi matriks sangat penting 0 0 0 0 25 78.13 7 21.88
karena memudahkan dalam
mengingat serta memahami
pengetahuan Matematika.
Belajar dengan soal-soal yang
berhubungan dengan
14. kehidupan sehari-hari dalam 0 0 1 3.13 18 56.25 13 40.63
pembelajaran matematika
model kooperatif dengan
Jurnal Pepatuzdu, Vol. 7, No. 1 Mei 2014 50
Respon Siswa
Sangat Sangat
No. Pertanyaan/ Pernyataan Negatif Positif
Negatif Positif
F % f % F % f %
pendekatan kontekstual akan
memperkuat pemahaman
materi yang dipelajari.
Peninjauan kembali dan
membuat rangkuman sangat
penting dalam menata secara
keseluruhan pengetahuan
15. 0 0 2 6.25 19 59.38 11 34.38
yang diperoleh dari proses
pembelajaran matematika
model kooperatif dengan
pendekatan kontekstual
Saya cukup merasa puas dan
bangga dengan pengalaman
belajar atau pencapaian hasil
belajar materi matriks selama
16. 0 0 1 3.13 18 56.25 13 40.63
mengikuti proses
pembelajaran matematika
model kooperatif dengan
pendekatan kontekstual.
Pembelajaran matematika
model kooperatif dengan
pendekatan kontekstual perlu
17. diterapkan dalam 0 0 5 15.6 19 59.38 8 25
pembelajaran matematika
pada materi-materi lainnya
selain materi matriks.
Belajar matematika pada
pembelajaran model
kooperatif dengan pendekatan
18. 0 0 2 6.25 18 56.25 12 37.5
kontekstual materi matriks
meningkatkan kepercayaan
diri saya dalam belajar.
Respon Siswa terhadap Buku Siswa
Bahasa yang digunakan
1. dalam buku siswa mudah 0 0 2 6.25 15 46.88 15 46.88
dipahami
2. Istilah yang digunakan dalam 1 3.1 1 3.13 16 50 14 43.75
Jurnal Pepatuzdu, Vol. 7, No. 1 Mei 2014 51
Respon Siswa
Sangat Sangat
No. Pertanyaan/ Pernyataan Negatif Positif
Negatif Positif
F % f % F % f %
buku siswa mudah dipahami
Gambar yang digunakan jelas
dan cukup menarik serta
3. 0 0 3 9.38 17 53.13 12 37.5
mendukung objek yang
dijelaskan.
Urutan materi dan
4. penyajiannya logis dan 1 3.1 0 0 10 31.25 21 65.63
sistematis.
Buku siswa mudah dan
5. 1 3.1 0 0 17 53.13 14 43.75
praktis digunakan.
Buku siswa disusun cukup
6. menarik dan mendorong saya 0 0 2 6.25 15 46.88 15 46.88
untuk belajar.
Informasi-informasi
pendukung dalam buku siswa
7. cukup membantu saya dalam 0 0 0 0 19 59.38 13 40.63
membangun pengetahuan
matematika
Raspon terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS)
Informasi pendukung pada
LKS cukup membantu saya
1. 0 0 2 6.25 19 59.38 11 34.38
dalam menyelesaikan tugas-
tugas paada LKS.
Bahasa yang digunakan pada
2. 0 0 4 12.5 16 50 12 37.5
LKS cukup mudah dipahami
Urutan dan langkah-langkah
3. tugas sangat logis dan 0 0 3 9.38 15 46.88 14 43.75
sistematis
Tugas-tugas yang dituangkan
dalam LKS sangat membantu
4. saya menggali dan memahami 0 0 2 6.25 21 65.63 9 28.13
pengetahuan matematika
pada materi matriks.
Tugas-tugas yang tuangkan
dalam LKS cukup
5. 0 0 0 0 16 50 16 50
mengarahkan keaktifan saya
dalam belajar.
Jurnal Pepatuzdu, Vol. 7, No. 1 Mei 2014 52
Respon Siswa
Sangat Sangat
No. Pertanyaan/ Pernyataan Negatif Positif
Negatif Positif
F % f % F % f %
Dari hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran terlihat positif dan sangat
positif
KESIMPULAN
“Proses dan hasil pengembangan desain pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan kontekstual pada Siswa Kelas X.a SMK Bina Generasi Polewali
berkualitas baik yaitu memenuhi criteria kevalidan, kepraktisan dan
keefektifan”.
1. Proses dan hasil pengembangan desain pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan kontekstual pada Siswa Kelas X.a SMK Bina Generasi Polewali
berkualitas baik yaitu memenuhi criteria kevalidan, kepraktisan dan
keefektifan, berdasarkan hasil validasi ahli dan hasil ujicoba terbatas
diperoleh bahwa desain pembelajaran yang dikembangkan memenuhi criteria
kevalidan dan layak digunakan, keterlaksanaan pembelajaaran terlaksana
dengan baik terlihat dari tingginya kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran, rata-rata hasil belajar siswa diatas KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) dan memenuhi ketuntasan secara klasikal, respon siswa terhadap
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual adalah positif, dan
secara keseluruhan siswa aktif dalam pembelajaran.
2. Dari hasil observasi di sekolah, peneliti mendesain pembelajaran dan
instrument meliputi: Buku desain, RPP, LKS, Buku siswa, THB, Lembar
pengamatan pengelolaan pembelajaran, Pengamatan aktivitas siswa dan
Angket respon siswa. RPP dirancang didasarkan pada sintaks model
pembelajaran kooperatif dan karakteristik dari pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual, untuk 4 kali pertemuan. Buku siswa dan LKS
dirancang semenarikmungkin. Dan tes hasil belajar dilakukan perancangan
kisi-kisi, butir tes, alternative jawaban, dan pedoman penskoran.
DAFTAR PUSTAKA
Darwis, M. 2007. Model Pembelajaran Matematika yang Melibatkan Kecerdasan
Emosional. Disertasi Program Pasca Sarjana Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Negeri Surabaya. Tidak Diterbitkan
Jurnal Pepatuzdu, Vol. 7, No. 1 Mei 2014 55