Artikel Penelitian

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

ANALISIS MUSIK BAWAKNG DAYAK KANAYATN

DI PAHAUMAN KALIMANTAN BARAT

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh:
ANDRI KURNIAWAN
NIM F07112002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
ANALISIS MUSIK BAWAKNG DAYAK KANAYATN
DI PAHAUMAN KALIMANTAN BARAT

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh

ANDRI KURNIAWAN
NIM F07112002

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Agus Syahrani, M.M.S.Ling. Christianly Yery Silaban, M.Sn.


NIP. 198010162007101001

Mengetahui

Dekan FKIP UNTAN Ketua Jurusan PBS

Dr. H. Martono, M. Pd Drs. Nanang Heryana, M.Pd


NIP 196803161994031014 NIP 196107051988101001
ANALISIS MUSIK BAWAKNG DAYAK KANAYATN
DI PAHAUMAN KALIMANTAN BARAT

Andri Kurniawan, Agus Syahrani, Chiristianly Yery Silaban


Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukkan FKIP Untan Pontianak
Email : andrikurniawanart007@gmail.com

Abstract
This research based on the researcher interest to Dayak Kanayatn Bawakng music and
the perseption that so many Dayak Kanayatn people didn’t know about 7 kind of
Bawakng music. The purpose of this research are: 1) to analyze the musical text which
are the form and the music element of Dayak Kanayatn Bawakng Music, 2) to analyze
musical context in the form of function and value of Dayak Kanayatn Bawakng music.
The method that used in this research is descriptive qualitative and used musicology
and anthropology approach. Data that contained in this research is the result of
interview to the interviewer who mastered Dayak Kanayatn Bawakng music. Data were
analyzed qualitatively, with Ferdinan, S.Sn (Dayak Kanayatn music observer), Drs.
Kesimen (culture observer), Yupiter Bujakng Pabaras (traditional musician) and some
people who active and know about Dayak Kanayatn Bawakng music. Based on the data
analysis we can conclude that Dayak Kanayatn Bawakng music is the shortest music
pattern among the other Dayak musics in Kalimantan Barat (maybe in all region of
Kalimantan). This music is Pentatonic Unhemietonic scale (music without half range
note). Bawakng music has a unique syncopation pattern (berumbal/betingka) that refers
to one main motive pattern in Dau We’.

Keywords: Analyze, Bawakng music, Dayak Kanayatn, West Borneo.

PENDAHULUAN mengandung simbol dan makna filosofis


Musik Dayak Kanayatn merupakan bagian tersendiri dari masing-masing jenisnya.
penting dan dianggap mempunyai nilai-nilai Selanjutnya Ferdinan mengatakan bahwa
adat yang dianut masyarakatnya. Arti penting Musik bawakng terbagi menjadi tujuh bagian
musik bukan hanya terbatas pada pemenuhan antara lain: (1) Bawakng Lajakng; (2) Bawakng
kepuasan estetis, seperti hiburan, namun Samoko; (3) Bawakng Nyangkodo; (4)
dipercaya mempunyai fungsi dalam wadah Bawakng Joragan; (5) Bawakng Kadedeng; (6)
kreativitas dan intelektualitas masyarakatnya. Bawakng Panca; (7) Bawakng Baramutn.
Artinya unsur-unsur tradisi dalam kehidupan Ketujuh musik ini mempunyai bagian tersendiri
masyarakat Dayak Kanayatn digambarkan ketika dimainkan dalam sebuah prosesi ritual
dalam musik yang mereka miliki dan dianggap dan ada juga dimainkan untuk mengiring lagu
sebagai refleksi kehidupan yang mereka jalani. dan tari tradisonal masyarakat Dayak Kanayatn.
Ia merupakan pengungkapan nilai estetis dan Musik Bawakng adalah musik yang berupa
ekspresi emosional sesuai dengan lingkup motif tabuhan pendek yang dimainkan untuk
budayanya. Musik Dayak Kanayatn secara keperluan tertentu, misalnya untuk mengiring
keseluruhan terbagi menjadi delapan bagian, tari dan dipergunakan juga dalam beberapa
yaitu: (1) Bagu; (2) Bawakng; (3) Jubata (4) prosesi ritual ada seperti Baliatn (ritual
Panyinggon; (5) Sipanyakng Kuku; (6) perdukunan). Musik ini terbilang cukup pendek
Ngaranto; (7) Dendo; dan (8) Totokng. karena hanya berupa motif tabuhan dalam satu
Keseluruhan musik tersebut dipercaya lahir dari wilayah jangkau nada, yaitu wilayah We’nya
tradisi perdukunan dan dianggap mempunyai (tabuh induk) dan Naknya (tabuh anak). Kedua
kekuatan magis (Ferdinan, Pontianak:11 tabuhan ini selalu dibawakan bersamaan
Februari 2018). Semua musik tersebut dimana tabuhan induk membawakan motif
dasar dan tabuhan anak membawakan akor menganalisis musik Bawakng Dayak Kanayatn
yang dimainkan secara imbal (sincopasi). dengan menggunakan kedua cara secara
Kebanyakan panjang motif musik Bawakng bersamaan Diharapkan objek dapat dijelaskan
Dayak Kanayatn terdiri dari dua ruang birama, dan diberi pemaknaan secara maksimal
namun ada pula yang mengisi penuh ruang menyangkut segala sesuatu yang berkaitan
birama. Disamping itu antara motif satu dengan dengan objek penelitian secara tekstual dan
motif lainnya terdapat beberapa kemiripan, kontekstual. Hasil dari metode deskripti ini
karena wilayah nada yang terbatas. Karena berupa sebuah cara atau teknik untuk
pengaruh perkembangan zaman ketika kita memaparkan suatu permasalahan sehingga
melihat masuknya kesenian modern (populer) dapat dengan jelas di analisis dan ditarik
yang menyebabkan generasi muda masyarakat kesimpulan. Penelitian ini menggunakan bentuk
Dayak Kanayatn mulai meninggalkan budaya penelitian kualitatif karena bentuk penyajian
musik tradisi secara perlahan. Alasan lainnya data, langkah analisis data dan kesimpulan
adalah karena kelangkaan dokumentasi atau dalam penelitian ini disampaikan dalam bentuk
data tertulis tentang motif musik Bawakng, kalimat, uraian atau pernyataan-pernyataan.
sehingga menyebabkan pengetahuan generasi Sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2015:47),
muda akan motif tabuh Bawakng semakin Peneliti kualitatif harus bersifat “perspetif
berkurang. Meskipun Musik Bawakng Dayak emic”artinya memperoleh data bukan
Kanayatn masih digunakan dalam beberapa “sebagaimana harusnya”,bukan berdasarkan
upacara dan hiburan, namun umumnya generasi apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi
muda tidak mengerti tentang fungsi dalam berdasarkan adanya yang terjadi di lapangan,
musik Bawakng. Padahal keberadaan musik yang dialami, dirasakan, dan difikirkan oleh
tersebut sebagai dasar tradisi musikal Dayak partisipan/sumber data Pendekatan penelitian
Kanayatn sangat penting diketahui dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dipelajari untuk penunjang perkembangan penelitian musikologi. Menurut Kindeldey dan
budaya musik tradisi Dayak Kanayatn secara Haydon dalam Siagian (1992:79), Musikologi
menyeluruh kearah yang lebih berkembang. merupakan aktivitas-aktivitas ilmiah atau
Kemerosotan nilai dan perubahan budaya saintifik untuk menyelidiki dan mengerti fakta-
dalam masyarakat dapat berpengaruh terhadap fakta, proses-proses, perkembangan dan
perkembangan eksistensi kesenian musik dampak-dampak dari seni musik. Pendekatan
Dayak Kanayatn. Lambat laun budaya musik musikologi yang digunakan peneliti membahas
tersebut akan hilang dan tergantikan budaya permasalahan menggunakan beberapa
baru yang sebenarnya tidak mendukung pembagian musikal secara teoritik menurut
perkembangan budaya dan masyarakat. kajian musik barat. Hal ini dilakukan untuk
Hilangnya musik tradisi sama halnya dengan memperjelas pembagian insttumentasi dan
kehilangan identitas dan berpengaruh bagi unsur musikal dalam analisis musik Bawakng
keberadaan dan perkembangan masyarakat itu Dayak Kanayatn. Sedangkan pendekatan
sendiri. Bila urakng Dayak kehilangan identitas antropologi digunakan untuk analisis fungsi dan
dan budayanya, lalu, mau disebut apa mereka. nilai budaya musik Dayak Kanayatn. Hal ini
dilakukan karena teori fungsi yang digunakan
METODE PENELITIAN dari Alan P. Merriam dan RM. Soedarsono
Metode yang digunakan dalam penulisan termasuk dalam cabang antropologi yang
ini adalah deskriptif analisis dengan bentuk dilekatkan pada pembagian fungsi musik.
kualitatif, yaitu mendeskripsikan objek Sehingga sudah sewajarnya pembahasan fungsi
penelitian dengan apa adanya, sesuai dengan dan nilai budaya tersebut dibahas melalui kajian
apa yang ditemui di lapangan saat observasi. antropologi. Dalam penelitian kualitatif , yang
Metode ini didukung dengan pengkajian data menjadi instrumen atau alat penelitian yaitu
yang menggunakan pendekatan musikologi dan peneliti sendiri. Sumber data dalam penelitian
antropologi. Metode deskriptif analisis ini adalah hasil studi pustaka, observasi dan
dilakukan dengan cara menguraikan sekaligus wawancara oleh informan yang mengetahui
secara mendalam tentang musik bawakng dengan Sansarotn (saron besi khas Dayak
Dayak Kanayatn. Adapun alat pengumpul data Kanayatn). Adapun empat instrumen pokok
dengan menggunakan, kamera foto, Kamera yang dimainkan dalam musik Bawakng Dayak
Handphone (android), kamera video, dan alat Kanayatn adalah sebagai berikut; (1) Dau atau
tulis untuk mencatat informasi singkat yang Amadakng adalah alat musik yang terbuat dari
dianggap penting. Menurut Sugiyono (2010: logam yang bentuknya menyerupai Bonang
246) bahwa aktivitas dalam analisis data dalam Gamelan Jawa. Dau dimainkan dua
kualitatif dilakukan secara interaktif dan orang, yaitu pemain Dau we’nya (Dau satu)
berlangsung secara terus menerus. Maksudnya berada di sebelah kanan yang tugasnya
penulis terlibat langsung dalam menjelaskan memainkan nada-nada rendah dan pemegang
dan menyimpulkan data yang diperoleh dengan tabuhan dasar, sedangkan pemain Dau Naknya
mengaitkan teori yang digunakan. Analisis data (Dau dua) berada di sebelah kiri yang bertugas
ini dinamakan model interaktif yang terdiri dari memainkan nada-nada tinggi untuk memberi
tiga hal utama yaitu; (1) Reduksi data agar variasi permainan Dau We’nya. Cara
Pengkajian data dibagi menjadi dua bagian memainkan instrumen Dau ditabuh dengan dua
yaitu bajian kontekstual, yang menekankan tangan menggunakan stik yang terbuat dari
hubungan musik Bawakng dengan masyarakat kayu berukuran panjang 25cm - 30cm dan
untuk membahas kajian fungsi musik Bawakng berdiameter sekitar 2cm sampai 2,5cm. Dau
Dayak Kanayatn dan Kajian tekstual yang we’nya memainkan nada-nada pokok lagu dan
meliputi instrumen dan unsur-unsur musikal memberikan penekanan pada nada tertentu
untuk membahas kajian bentuk musik Bawakng dalam sebuah lagu, sedangkan Dau naknya
Dayak Kanayatn; (2) Penyajian data. Data memberi variasi permainan untuk mengambil
sebagai sekumpulan informasi tersusun yang nada-nada yang tidak terdapat pada Dau wenya,
memberi kemungkinan adanya penarikan sehingga membentuk akor tercipta dari
kesimpulan dan pengambilan tindakan. gabungan permainan keduanya. Instrumen
Penyajian-penyajian yang baik merupakan pembawa melodi pokok dapat dilihat pada
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif permainan Dau Wenya, sedangkan variasi ritme
yang valid meliputi: berbagai jenis matrik, dapat dilihat dari permainan Dau Naknya; (2)
grafik, jaringan dan bagan. (3) Penarikan Tuma (Gendang Panjang) termasuk jenis
kesimpulan, tahap terakhir yang berisikan instrumen membranophone, yaitu golongan
proses penganbilan keputusan yang menjurus alat musik yang sumber bunyinya berasal dari
pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang kulit atau selaput tipis yang diregangkan. Kulit
diajukan dan mengungkap apa dan mengapa yang digunakan biasanya adalah kulit kambing
aktifitas dari temuan penelitian di lapangan lalu dan kulit kijang muda agar suara yang
menyajikan dalam laporan penelitian (skripsi). dihasilkan nyaring. Instrumen ini mempunyai
karakter agung, sehingga cocok digunakan
HASIL PENELITIAN DAN dalam ansambel musik Dayak Kanayatn
PEMBAHASAN dibanding dengan instrumen; (3) Agukng
Hasil Penelitian (Gong) alat musik yang paling banyak
Tradisi musik Bawakng Dayak Kanayatn ditemukan di Kalimantan. Alat ini ditemui
menggunakan tiga buah instrumen. Instrument hampir di seluruh kelompok Dayak dan
ini merupakan instrument pokok, artinya bila dipercaya diturunkan langsung oleh para dewa
satu instrument tidak ada, maka musik itu tidak dari kayangan untuk dimainkan dalam upacara.
lengkap dan masyarakat menganggap tidak Instrumen ini dipercaya dapat mengusir roh
dapat dimainkan. Namun persyaratan jahat yang mengganggu saat upacara.
kelengkapan instrument tidak terlalu Irama Bawakng berasal dari Ne’ Saruna
diharuskan. Maksudnya bila salah satu Nak Ujatn Jantu’. Menurut cerita beliau
instrumen seperti Gadobokng tidak ada, maka mendapatkan pengetahuan tentang irama musik
dapat diganti dengan kubeh atau tuma (gendang tersebut dari Ne’ Nyala’ Nang Nukukng Pajaji.
panjang). Kalau Dau tidak ada biasanya diganti Musik ini dibagi menjadi tujuh bagian, yaitu
Bawakng Lajakng, Bawakng Samoko, motif tabuhan lainnya. Teknik tabuhan tersebut
Bawakng Nyangkodo, Bawakng Joragan, dinamakan Narodot. Teknik Nyantel hampir
Bawakng Kadedeng, Bawakng pulo atau sama dengan teknik Narodot, bedanya yang
Bawakng Panca, dan Bawakng Baramutn ditabuh adalah instrumen Panyantel (sol) pada
(Ferdinan, 2006:71). Sistem notasi yang instrumen Dau dibarengi dengan menabuh
digunakan adalah notasi balok. Nada dasar Dau Panangkekng (do) munggunakan teknik tril.
sebenarnya adalah B = Do. Namun untuk Pertama, kedua instrumen itu ditabuh
mempermudah notasi memahami penjabaran berbarengan kemudian ditabuh secara
musik Bawakng, maka nada di transpose ke bergantian. Teknik penyantel ini terkadang
nada dasar C = Do. Penulisan ini untuk digunakan pula ketika menabuh anak Dau yang
mempermudah ketika dipelajari oleh pemula lain. Teknik Nyantel kebanyakan dimainkan
sekalipun. Hal ini mengingat tidak semua secara Sincope atau dimainkan secara
pembaca naskah musikal menguasai dengan bergantian dan saling mengunci antara
lancar sistem notasi balok, terutama bila permainan satu dengan lainnya. Kebanyakan
dituliskan dalam nada dasar B = Do (5 kres). teknik ini dimainkan Dau naknya dengan
Sekaligus mempermudah analisis sederhana menabuh nada yang jatuh pada hentakan off
musik Bawakng Dayak Kanayatn. Tangga nada beat, sehingga membentuk inter locking atau
musik Dayak Kanayatn adalah Pentatonik nada yang saling berkaitan antara tabuhan
Anhemitonik atau tangga nada yang tidak wenya dan naknya. Teknik Tukop adalah
mempunyai jarak setengah (Muhammad Takari, menutup instrumen yang ditabuh dengan cara
terj., 1993: 58). Termasuk juga tangga nada menempelkan stik pada anak Dau. Teknik ini
musik Bawakng. selalu digunakan dalam setiap tabuhan.
Sementara standar nada baku belum Fungsinya untuk memendekkan suara dengan
ditetapkan, artinya standar nada baku musik cara menutup tabuhan pada instrumen yang
Kanayatn sampai sekarang tidak diseragamkan. dipukul lalu diikuti tabuhan nada selanjutnya,
Alat musik yang sama bisa saja nadanya sehingga terkesan nada-nada yang dimainkan
berbeda. Hal ini karena pembuatan alat musik berhenti secara mendadak. Sedangkan
Bawakng biasanya menyesuaikan dengan perbedaannya bila ditukop menghentikan bunyi
keinginan pemesannya. Untuk tinggi rendah dengan alat tabuh, sedangkan dipated
nada biasanya mengambil patokan nada yang menghentikan bunyi menggunakan tangan.
terdapat pada instrumen Dau. Hal ini karena Semua Irama musik Bawakng Dayak
Dau dianggap sebagai instrumen utama, Kanayatn tidak mempunyai frase atau kalimat
sehingga stem bunyi instrumen lain harus utuh seperti pada musik barat. Musik Bawakng
mengikutinya Teknik tabuhan dapat dikatakan hanya mempunyai bentuk satu bagian yang
sebagai pola permainan instrumen untuk membentuk suatu pola melodi atau pola ritme.
menghasilkan suatu bunyi atau efek tertentu Bentuk ini berbeda dengan bentuk musik barat
dalam suatu permainan musik. Ia merupakan yang mempunyai bentuk satu periode dan
hal penting yang dapat membentuk nuansa dan beberapa frase yang membentuk satu kesatuan
ciri khusus sebuah musik, sehingga musik kalimat secara utuh. Pola-pola tersebut
tersebut mempunyai karakter yang khas (tidak merupakan bagian terkecil dari frase lagu yang
sama dengan musik daerah lainnya). Adapun berdiri sendiri (Karl Edmund Prier, 1996:3).
teknik tabuhan dalam musik Bawakng atau Artinya motif tersebut tidak terikat dalam suatu
musik Dayak Kanayatn secara umum dapat kalimat lagu, tetapi dapat dikembangkan dalam
dibagi menjadi tiga, yaitu Narodot, Nyantel, dan penggunaannya. Musik Bawakng Dayak
Tukop (Ferdinan, Pontianak, 2018). Kanayatn mempunyai beberapa macam pola
Pengaturan motif tabuhan dari We’nya dan melodi. Hal ini karena dalam musik Bawakng
Naknya dalam instrumen Dau dipisahkan Dayak Kanayatn motif lagu kebanyakan
berdasarkan ritmik dalam musik yang merupakan lagu sederhana yang diulang-ulang.
dimainkan. Misalnya antara tabuhan Panimpak Kalaupun ada variasi biasanya menggunakan
dan Panarodot saling bersahut-sahutan dengan sekuen dan dianggap menjadi bentuk baru
sebagai pengembangan melodi pada birama Dau We’nya, dan mi sampai do 1 oktav lebih
sebelumnya. Walau dalam kenyataannya tinggi untuk Dau Naknya. Bila motif-motif
bentuk baru tersebut adalah pengulangan tersebut dibandingkan, maka dapat ditemukan
harafiah dalam nada yang berbeda (overtune). . struktur pemakaian tabuhan dua nada pada
Pengulangan kebanyakan hanya pada tabuhan motif yang satu rumpun, seperti irama musik
We’nya dengan mengambil nada rendah atau Jubata. Perbedaan penggunaan dua nada ini
sebaliknya. Misalnya permainan menggunakan pada prinsipnya sama dengan prinsip harmoni
nada dasar do, maka variasi tabuhan nada dasar pada musik barat. Disamping itu penggunaan
dipindahkan ke sol (dengan pola yang sama) harmoni ini lebih jelas dapat dilihat pada bagian
dan biasanya dikembalikan pada permainan penutup tiap motif. Dapat diketahui bahwa
berikutnya. Irama musik Bawakng Dayak Kanayatn
Variasi biasanya itu bersifat bebas atau sesungguhnya juga mempunyai sistem harmoni
dikenal dengan overtune. Sekuen turun adalah seperti pada musik barat.
Sebuah motif dapat diulang pada tingkat nada Fungsi sosial musik dalam masyarakat
yang lebih rendah, namun dalam pemindahan harus dilihat bahwa musik itu berperan dan
ini kedudukan nada harus disesuaikan dengan dapat memberi, sehingga ia dapat bertahan
nada instrumen lain yang mengikutinya. Variasi dalam kehidupan masyarakat. Begitu juga
dengan sekuen turun ini adalah bawaan motif, dengan keberadaan musik Bawakng dalam
namun terkadang dalam permain musik Masyarakat Dayak Kanayatn, mereka
Bawakng lainnya juga diberikan variasi yang memerlukan keberadaan sebuah musik untuk
sama untuk menciptakan nuansa atau rasa yang kepentingannya, baik kepentingan pribadi
berbeda pada suatu motif Bawakng Dayak maupun kepentingan sosial. Hal ini karena
Kanayatn. Dari notasi musik di atas kita dapat pandangan yang tumbuh dalam masyarakat
mengetahui bahwa musik Bawakng Dayak Dayak Kanayatn menyatakan bahwa musik
Kanayatn sebenarnya adalah motif tabuhan mempunyai hubungan dengan kehidupannya,
satu bagian, dimana bagian penuh hanya memiliki fungsi, simbol, dan nilai yang
mengisi dua ruang. Sedangkan motif Bawakng berhubungan dengan kepercayaan, adat istiadat,
Nyangkodo pada birama dua sebenarnya adalah sekaligus sebagai ciri budaya lokal. Musik
variasi permainan yang mengambil register Bawakng Dayak Kanayatn mempunyai fungsi
nada rendah. Pada birama satu musik Bawakng secara internal dan eksternal. Secara internal,
Nyangkodo memainkan wilayah nada do lalu masing-masing tabuhan mempunyai fungsi dan
turun ke wilayah nada sol pada bar kedua terkait erat dengan tabuhan instrument lainnya.
namun dikembalikan lagi pada penutup lagu. Misalnya motif Dau We’nya berfungsi sebagai
Harmoni pada Irama musik Bawakng motif dasar atau balungan musik, sementara
Dayak Kanayatn pada prinsipnya sama dengan motif Naknya adalah pemberi atau pembentuk
harmoni pada musik barat yang menekankan akor dari tabuhan Dau We’nya. Begitu juga
hubungan nada-nada secara vertikal, misalnya dengan fungsi tabuhan Agung dan Gadobokng
nada do, mi, sol yang disusun secara vertikal terhadap instrument lainnya.
dan dimainkan bersamaan. Konsep harmoni Fungsi internal ada dalam musik itu sendiri,
Irama musik Bawakng Dayak Kanayatn terletak karena masing-masing instrument mempunyai
pada gabungan nada-nada dari permainan Dau motif tabuhan tersendiri dan berfungsi bagi
Wenya dan Naknya, dimana gabungan dari tabuhan lainnya. Hal ini karena sebuah motif
nada-nada tersebut membentuk kesatuan bunyi tabuhan suatu merupakan bagian dari bagian
yang harmonis dan enak didengar, sehingga musik secara keseluruhan. Artinya bingkai
terbentuk interval yang berbeda dari nada yang musik memberikan ruang gerak kepada alat
satu dengan nada yang lainnya. musik yang ada di dalamnya berjalan dengan
Beberapa motif Bawakng mempunyai fungsinya masing-masing. Semua Musik
kemiripan antara satu dengan lainnya. Hal ini Dayak Kanayatn, termasuk musik Bawakng
terjadi karena wilayah nada instrumen yang Dayak Kanayatn tabuhan inti terletak pada
sangat terbatas, yaitu sol rendah sampai re untuk tabuhan Dau We’nya. Oleh karena itu
instrument lainnya kebanyakan mengikuti biasanya dibawakan berupa lagu dan diiringi
pola permainan Dau. Artinya Dau dianggap dengan musik tradisi Dayak Kanayatn,
sebagai motif dasar dari keseluruhan musik termasuk juga musik Bawakng dalam
Bawakng Dayak Kanayatn. Secara otomatis kesenian tersebut. Ketika lagu atau musik
berfungsi sebagai pemangku irama. mulai dimainkan, banyak orang berjoget
Pembentukan akor untuk iringan Dau We’nya bersuka cita karena merasa terhibur dengan
diperankan oleh permainan Dau Naknya. musik yang dimainkan.
Ibarat sebuah melodi lagu, maka akornya
dimainkan Dau Naknya dengan variasi ritme, Pembahasan Penelitian
sehingga musik tersebut terkesan lebih hidup. Kesenian musik Dayak Kanayatn
Semua musik Bawakng Dayak Kanayatn merupakan hasil dari aktifitas manusia atau
hanya mengisi penuh dua ruang birama. Motif masyarakat pendukungnya. Ia mengandung
inti terletak pada biarama pertama yang ciri-ciri dan nilai-nilai yang khas dari
dimainkan secara berulang-ulang. Sedang masyarakatnya pula. Nilai ini merupakan nilai
pada birama birama akhir adalah penyelesaian yang kebanyakan tumbuh dari masyarakat
dari tiap motif tabuhan yang kebanyakan agraris (ladang). Selanjutnya nilai-nilai itu
kembali ke nada dasar permainan. Oleh membentuk sebuah pernyataan yang diakui
karena permainan ini berulang-ulang, maka bersama atau dimanifestasikan sebagai
gong yang memberikan sekat tiap akhir dari pedoman untuk dilaksanakan dalam
motif yang dimainkan (kolotomis). Dapat kehidupan. Begitu pula dengan Musik
dikatakan bahwa gong mempunyai fungsi Bawakng Dayak Kanayatn, di dalamnya
sebagai penanda selesainya satu motif musik terdapat nilai-nilai yang membuat eksistensi
Bawakng dimainkan. Sekat yang dimainkan kesenian tersebut masih dapat bertahan dalam
oleh gong dengan memberikan pola ritme masyarakat.
tertentu, sehingga dia menjadi ketukan berat Masyarakat Dayak Kanayatn adalah
dari tiap jatuh harmoni timbul dari permainan masyarakat yang hidup dengan berpedoman
keseluruhan alat musik perkusi yang bernada, pada adat. Segala sesuatu yang mereka
seperti Dau We’nya dan Dau Naknya. lakukan kebanyakan berpatokan pada adat,
Pemberi variasi pola tabuh atau pola ritme termasuk pula dalam menjalankan upacara
lainnya adalah permainan Gadobokng. ritual dan penggunaan Musik Bawakng Dayak
Kebanyakan permainan alat musik ini sama Kanayatn dalam beberapa upacara. Hal ini
dengan Agukng, namun terkadang beberapa telah menjadi ketentuan adat yang tidak dapat
pemain memberi variasi tabuhan agar musik dilanggar, karena setiap hukum mempunyai
lebih hidup dan bersemangat. Variasi ini arti tertentu, ketegasan, dan mempunyai
bersifat bebas dan tergantung tingkat sangsi. Selain itu hukum adat ini dianggap
musikalitas seseorang yang memainkannya. mutlak sebagai keputusan bersama dan telah
Itulah fungsi internal musik Bawakng Dayak menjadi kebiasaan turun temurun. Hal ini
Kanayatn dimana masing-masing tabuhan karena adat mencakup keseluruhan peraturan
mempunyai fungsi tersendiri bagi tabuhan alat bagi hidup suatu masyarakat. Nilai sejarah
musik lainnya. Musik Dayak Kanayatn juga berhubungan dengan cara pandang
mempunyai fungsi eksternal terkait hal-hal masyarakat Dayak Kanayatn mengenai asal
diluar musik. Bisa saja fungsinya sebagai mula musik itu ada. Musik tidak hanya timbul
hiburan, pengiring tari, dan lain sebagainya. begitu saja, ia lahir dengan sejarahnya sendiri.
Musik adalah alunan bunyi yang dapat Musik lahir dengan latar belakang budaya
menghibur, termasuk pula musik Bawakng yang tersimpul dalam perjalanan waktu. Ia
Dayak Kanayatn. Kebanyakan musik mempunyai tahapan perkembangan bentuk,
Bawakng ini di mainkan untuk mengiring lagu fungsi, dan nilai seperti sekarang ini.
dalam kesenian Jonggan. Jonggan adalah Keindahan atau nilai estetis merupakan
kesenian tari yang didalamnya terdapat lagu sebuah sarana pemenuhan kebutuhan yang
untuk mengiringi tarian tersebut. Kesenian ini selalu dicari manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia. Nilai estetis juga itu bersifat religius atau duniawi. Pola-pola
dibutuhkan sebagai syarat agar suatu hubungan saling berkaitan, seperti perjuangan
kebudayaan muncul dan berkembang sesudah hidup untuk bertahan, pengembaraan,
kebutuhan manusia terhadap nilai keindahan perladangan, perkawinan, tari, dan musik
itu terpenuhi. Di sini manusia sebagai merupakan pernyataan akan penyerahan diri
makhluk individu dan sosial membutuhkan kepada Jubata sebagai penguasa tertinggi.
keindahan untuk menyeimbangkan pola pikir Nilai religius inilah yang menjadi tujuan akhir
dan perbuatan ke arah yang mempunyai nilai kehidupan masyarakat Dayak Kanayatn untuk
filosofis dan religius, baik dalam kehidupan mencapai kebahagian hidup yang hakiki.
pribadi maupun bermasyarakat. Nilai estetis Sama halnya dengan musik Bawakng
dalam Musik Bawakng Dayak Kanayatn lebih Dayak Kanayatn, ia mengalami tiga tingkatan
mengarah pada pandangan masyarakatnya bentuk secara maknawi. Pada tingkatan
terhadap musik sebagai suatu wacana estetis, musik merupakan penuangan segala
keindahan. Masyarakat tidak memandang rasa dan nilai keindahan yang dirasakan
musik sebagai iringan tari, namun lebih ke manusia. Pada tingkat etis, musik merupakan
dalam sebagai sesuatu hikmah yang tatanan normatif sebagai hasil sekaligus
bermanfaat dan membahagiakan. Orang pedoman tingkah laku manusia. Pada
Dayak Kanayatn memandang musik mereka tingkatan religius, musik merupakan
sebagai seni tradisi dengan cinta yang ungkapan tanggung jawab manusia atas segala
mendalam, karena penghargaan mereka tindakannya kepada Tuhan. Dengan begitu
terhadap karya, pencipta, dan pelaku kesenian musik Bawakng adalah sebuah bukti
disamping keberadaannya yang sangat keindahan, keagungan, dan kesakralan yang
dibutuhkan masyarakat. Musik Bawakng dipersepsi masyarakat Dayak Kanayatan
Dayak Kanayatn merupakan pengekspresian dengan berpatokan norma adat dan agama.
jiwa masyarakat terhadap keindahan. Nilai Inilah yang membuat semua musik Dayak
estetis itu di wujudkan dengan pola bunyi Kanayatn dapat bertahan sampai sekarang.
yang disusun, yang dapat mewakili keinginan
dan penggambaran mereka mengenai SIMPULAN DAN SARAN
kehidupan. Ia berpijak pada tatanan realitas Simpulan
sebagai simbol pengungkapan makna budaya Irama musik Bawakng Dayak Kanayatn
masyarakat dengan mengacu pada nilai sakral mempunyai peranan penting dalam kehidupan
dan keindahan. Nilai etika dikaitkan pula masyarakatnya. Arti penting sebuah eksistensi
dengan norma-norma sebagai lambang musik terletak pada seberapa jauh masyarakat
penghormatan. Artinya Tuhan yang telah membutuhkan musik tersebut dalam
memberikan segala sesuatu kepada manusia kehidupan mereka. Musik Bawakng Dayak
harus dihormati dengan jalan menjaga apa Kanayatn merupakan bingkai bunyi yang
yang telah diberikannya. Hubungannya menggambarkan kehidupan dan budaya
terletak pada penghayatan manusia akan masyarakatnya, sehingga musik Bawakng,
kehidupan. Selanjutnya untuk menjaga termasuk semua musik Dayak Kanayatn dapat
keselarasan hubungan tersebut, maka etika dikatakan sebagai ciri khas adat dan budaya.
harus dijalankan dalam kehidupan, termasuk Ia menggambarkan suatu pola kehidupan yang
perilaku ketika bermain musik dalam upacara. terkait erat dengan sistem religi dan adat
Kebanyakan masyarakat Dayak Kanayatn istiadat.
mempunyai berbagai aspek kehidupan yang Pengertian fungsi musik Bawakng Dayak
saling berhubungan dan pengaruh salah satu Kanayatn bagi masyarakat adalah sebuah
aspek itu dominan. Kenyataannya yang paling pemberian yang dianggap penting terkait
banyak mendominasi dalam kehidupan dengan apa yang mereka butuhkan untuk
masyarakat Dayak Kanayatn adalah agama menunjang kehidupan masyarakat itu sendiri,
dan kepercayaan. Hal ini menyebabkan baik yang berkaitan dengan sistem
sulitnya memisahkan apakah suatu tindakan kepercayaan, ekonomi, sosial dan budaya.
Pada sisi lain masyarakat menganggap musik Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik.
tersebut sebagai sebuah kerangka estetis yang Yogyakarta: Kanisius.
berfungsi sebagai bukti keberadaan Brown, A.R Redcliffe. 1980. Struktur dan
masyarakat Dayak Kanayatn. Di dalamnya Fungsi dalam Masyarakat Primitif. Kuala
terdapat simbol-simbol kehidupan religius Lumpur: Percetakan Dewan Bahasa dan
urakng Dayak yang harus dihayati sesuai Pustaka.
dengan adat istiadat yang berlaku. Disamping Coomans, Mikhail. 1987, Manusia Daya:
itu musik Bawakng Dayak Kanayatn Dahulu, Sekarang, Masa Depan. Jakarta:
merupakan simbol penghormatan terhadap PT Gramedia.
para leluhur. Hal ini karena bagi masyarakat Departemen Pendidikan Nasional. 2003,
Dayak Kanayatn arti penting sebuah musik Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
bukan saja terletak pada nilai estetik semata, Balai Pustaka, Edisi III.
namun mencakup pula keharmonisan Dayakisni, Tri dan Yuniardi, Salis. 2004,
hubungan manusia dengan alam (lingkungan), Psikologi Lintas Budaya. Malang:
roh para leluhur, makhluk halus, dan Universitas Muhammadiyah Malang.
hubungan manusia dengan Jubata. Gazalba, Sidi. 1978. Sistematika Filsafat:
Saran Pengantar kepada Teori Nilai. Jakarta: CV
Musik Bawakng Dayak Kanayatn Bulan Bintang, Buku IV, Cetakan II.
sebagai bagian dari seni tradisi merupakan Ferdinan. 2006, Eksistensi Musik Bawakng
sebuah kekayaan lokal yang dapat dijadikan Dayak Kanayatn Dalam Kehidupan
penunjang kemajuan masyarakat dan daerah. Masyarakat Dayak Kanayatn. Yogyakarta:
Musik tersebut bila dikemas sebagai seni Institut Seni Indonesia.
wisata dapat menjadi sebuah suguhan yang Firmansyah, Agus. (2009). Teori Dasar Musik
banyak mendatangkan penonton, baik 1. Bandung: Bintang Warli Artika.
wisatawan lokal maupun manca negara. Khan, Hazrat Inayat. 2002, Dimensi Mistik
Pengembangan seni ke arah ini harus Musik dan Bunyi. Yogyakarta: Pustaka
berorientasi pada pengayaan nilai estetis Sufi.
dengan tidak menghilangkan nilai-nilai adat Koentjaraningrat. 1990, Pengantar Ilmu
dan tradisi yang dikandungnya, sehingga Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
pengembangan kesenian itu tidak Kuntowijoyo, et.al.1987, Tema Islam dalam
menghacurkan tatanan nilai yang telah ada Pertunjukan Rakyat Jawa: Kajian Aspek
sebelumnya. Kerja keras pemerintah harus Sosial Keagamaan dan Kesenian. Jakarta:
didukung masyarakat adat, sehingga Depdikbud, Proyek Penelitian dan
kerjasama keduanya dapat menghasilkan Pengkajian Kebudayaan Nusantara.
pengembangan seni tradisi sesuai dengan apa Lahajir. 2001, Etnoekologi Perladangan
yang dicita-citakan. Ia harus terus dijaga Orang Dayak Tunjung Linggang.
sebagai stimulasi berkelanjutan bagi Yogyakarta: Galang Press.
pengembangan budaya masyarakat Dayak Mack. Dieter. 2012. Ilmu Melodi. Bandung:
Kanayatn. Diharapkan musik tersebut Pusat Musik Liturgi.
nantinya dapat menjadi citra estetis yang Prier. 2013. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta:
membumi sebagai lambang identitas Pusat Musik Liturgi
kehidupan dan budaya Urakng Dayak secara Purba, Krismus. 2003, Opera Batak Tilhang
umum, terutama masyarakat Dayak Kanayatn. Serindo: Pengikat Budaya Masyarakat
Batak Toba di Jakarta. Yogyakarta:
DAFTAR PUSTAKA Kalika.
Bamba, John, ed. 2008, Mozaik Dayak: Prier, Karl Edmund. 1996, Ilmu Bentuk Musik.
Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
di Kalimantan Barat. :Pontianak: Institut Rien, Safrin. 1998. Pendidikan Seni
Dayakologi. Musik.Jakarta: Dirjen Dikti.
Sachari, Agus. 2002, Estetika, Makna, Simbol Yunisa, Fitgri. 2017, Kajian Vokal Robo-
Dan Daya. Bandung: ITB. robo. Pontianak: Universitas Tanjungpura
Soedarsono, RM. 2003. Seni Pertunjukan
Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Sudirga, I Komang Sudirga, 2005 Cakepung:


Ansambel Vokal Bali. Yogyakarta: Kalika
Press.
Sugeng. 2009. Harmoni 1. Bandung: C.V
Bintang WarliArtika.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta:
Bandung.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suseno, Franz Magnis. 1984, Etika Jawa:
Sebuah Analisa Tentang Kebijaksanaan
Hidup Jawa. Jakarta: PT. Gramedia.
Takari, Muhammad. 1993, Kebudayaan
Musik Pasifik, Timur Tengah, dan Asia.
Padang Panjang: Universitas Sumatera
Utara Press.

You might also like