3231 11580 1 PB
3231 11580 1 PB
Abstract. The implementation of an integral concept in the real life was very broad,
but the student’ remains for it in the low category. The strategy of Scientific Debate
was allegedly capable to enhance the students’ ability in the integral concept. The
most important part in the learning process of the Scientific Debate is learning
materials and instruments as a means of evaluation. Learning materials and
instruments are capable if can measure what should be measured and must have
validity, reliability, have criterion power, and the difficulty index. The development
of learning materials contains a dish concept, examples of routine and non-routine
problem, to exercise routine and of nonroutine the question, to reserve application
problem. The results of the trial of the instruments was obtained significance value
0.42 that is means the experts have weigh the validity of the content of grains of
matter uniformly. The significance value of the question validity is 0.82 it means
advance category from the language and images. The significance value of
reliability is 0.87 that is included in the advance category. The analysis of the
difficulty degree shows the problem number 7 categories difficult, problem number
1, 2, 4, and 6 categories quite, and the problem numbers 3 and 5 categories easily.
Analysis of the classification of the criterion power show the problem numbers 1, 2,
and 3 is good quite, the problem number 4, 6, and 7 are good, as well as the
problem of the number 5 included is excellent.
Key words : instruments, scientific debate, validity, reliability, index of difficulty. 1
Abstrak. Penerapan konsep integral dalam kehidupan nyata sangatlah luas, tetapi
pemahanan mahasiswa masih berada dalam kategori rendah. Strategi Scientific
Debate diduga mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam kalkulus
integral. Bagian terpenting dalam proses pembelajaran Scientific Debate adalah
bahan ajar dan instrumen sebagai alat evaluasi. Bahan ajar dan instrumen yang
mampu mengukur apa yang semestinya diukur harus memenuhi validitas,
reliabilitas, memiliki daya pembeda (DP), dan indeks kesukaran (IK) yang
memadai. Pengembangan bahan ajar berisi sajian konsep, contoh soal rutin dan
non-rutin, latihan soal rutin dan non-rutin, latihan soal aplikasi. Hasil uji coba
instrumen diperoleh nilai signifikansi 0,42 artinya para penimbang telah
menimbang validitas isi butir soal secara seragam. Nilai signifikansi validitas muka
0,82 artinya soal yang diujikan jelas dari sisi bahasa dan gambar. Nilai signifikansi
reliabilitas 0,87 termasuk dalam kategori tinggi. Analisis tingkat kesukaran
menunjukkan soal nomor 7 kategori sukar, soal nomor 1, 2, 4, dan 6 kategori
sedang, dan soal nomor 3 dan 5 kategori mudah. Analisis klasifikasi daya pembeda
menunjukkan soal nomor 1, 2, dan 3 termasuk cukup baik, soal nomor 4, 6, dan 7
baik, serta soal nomor 5 termasuk sangat baik.
Kata Kunci: instrumen, scientific debate, validitas, reliabilitas, indeks kesukaran
1
2 | Yani Ramdani, et al.
1. Pendahuluan
Konsep integral banyak terlibat dalam situasi kehidupan nyata. Di Indonesia konsep
integral diberikan pada siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) kelas XII dan mata
kuliah kalkulus untuk perguruan tinggi. Kemampuan yang diuji pada tingkat SMU
meliputi: (1) menghitung integral tak tentu; (2) menghitung integral tertentu fungsi
aljabar dan fungsi trigonometri; (3) menghitung luas daerah; dan (4) menghitung
volume benda putar. Kemampuan yang diuji tersebut baru sampai pada tingkat
pemahaman konsep dan merupakan tingkatan paling rendah dalam berfikir matematis.
Hal ini dicirikan oleh: mengingat, menerapkan rumus secara rutin dalam kasus
sederhana atau serupa, dan menghitung secara sederhana. Walaupun kemampuan yang
diujikan masih dalam tingkat rendah, namun hasil belajar termasuk kategori rendah.
Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian Orton (2001) bahwa, nilai rata-rata materi
integral memiliki nilai terendah yaitu 1.895 untuk tingkat persekolahan dan 1.685 untuk
tingkat perguruan tinggi pada skala 0 s.d 4, dibandingkan dengan materi dalam kalkulus
lainnya seperti: barisan, limit, dan turunan. Orton menglasifikasi kesalahan dalam tiga
kategori yaitu: (1) Structural errors; (2) Arbitrary errors; (3) Executive errors.
Ramdani (2013) menyatakankan bahwa pemahaman mahasiswa Indonesia dalam
konsep integral belum mencapai batas tuntas secara kelompok dengan nilai rata-rata
sebesar 59,20. Hasil penelitian Serhan (2015) menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki
keterbatasan pemahaman tentang konsep integral tentu. Shafia (2005) mengatakan
bahwa kesulitan untuk memahami konsep integral dapat ditangani oleh guru di sekolah
dengan memperkenalkan integral sebagai anti turunan. Menurut Sabella & Redish
(2011) kebanyakan mahasiswa di perguruan tinggi pada kelas konvensional memiliki
pemahaman yang dangkal dan tidak lengkap tentang konsep dasar kalkulus. Kesulitan
siswa dalam memahami integral terletak pada penggunaan penyajian grafik yang
relevan dan sangat minimnya memahami simbol yang digunakan.
Kemampuan siswa di SMU merupkan kemampuan awal yang dimiliki sehingga
akan berdampak pada perguruan tinggi, maka untuk mencapai kemampuan berpikir
matematis tingkat tinggi, pembelajaran harus lebih ditekankan pada: (1) pengertian
kelas sebagai komunitas matematika daripada hanya sebagai sekumpulan individu; (2)
pengertian logika dan kejadian matematika sebagai verifikasi daripada guru sebagai
penguasa tunggal dalam memperoleh jawaban benar; (3) pandangan terhadap penalaran
matematika daripada sekadar mengingat prosedur atau algoritma; (4) penyusunan
konjektur, penemuan dan pemecahan masalah daripada penemuan jawaban secara
mekanik; (5) mencari hubungan antara ide-ide matematika dan penerapannya daripada
matematika sebagai sekumpulan konsep yang saling terpisah dan (6) memberikan
dorongan untuk membangun dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata
(Utari, 2009). Untuk memenuhi kondisi di atas, maka situasi belajar dapat diciptakan
melalui strategi Debat Ilmiah.
Untuk melihat keberhasilan proses pembelajaran melalui strategi Scientific
Debate, perlu dilakukan penelitian tentang ketepatan bahan ajar, instrumen sebagai alat
evaluasi, dan rencana pembembelajaran yang akan digunakan. Bahan ajar dan alat
evaluasi yang memadai merupakan bagian yang sangat penting dari suatu proses
pembelajaran secara keseluruhan. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengkaji
dan menganalisis langkah-langkah yang harus dilakukan agar bahan ajar dan instrumen
memadai. Bahan ajar dan alat evalusi dapat dijadikan sarana untuk mengurangi
kesulitan-kesulitan mahasiswa dalam mempelajari konsep matematika. Dengan
demikian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan
bahan ajar dan instrumen pembelajaran yang memenuhi validitas, mempunyai
reliabilitas, daya pembeda (DP), dan indeks kesukaran (IK) yang memadai untuk
meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi dalam konsep integral?
Dalam konteks pendidikan, penelitian ini memberikan sumbangan konseptual-
ilmiah terutama berkaitan dengan apa yang disebut oleh Coie, et. al. (1993) sebagai
"Science of Prevention" yang pembahasannya secara mendalam masih sangat sedikit.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat dalam memberikan
sumbangan konseptual-ilmiah khususnya dalam bidang pendidikan matematika,
terutama dalam pengembangan instrumen dan rubriknya serta bahan ajar untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa dalam konsep integral.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, melakukan studi
pendahuluan dalam upaya merumuskan prototype instrumen, rubrik, dan bahan ajar
yang akan digunakan untuk mengukur kompetensi matematis meliputi: (1)
merepresentasikan objek-objek nyata dalam gambar, diagram, atau model matematika;
(2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan dalam bentuk gambar,
tabel, diagram, atau grafik; (3) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau
simbol matematika; (4) mengubah suatu bentuk representasi matematis ke bentuk
representasi matematis lainnya; (5) memberikan penjelasan terhadap model, gambar,
fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada; (6) memperkirakan jawaban dan proses
solusi, dan menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematis,
menarik analogi dan generalisasi; (7) menyusun dan menguji konjektur, memberikan
lawan contoh; (8) mengikuti aturan inferensi, menyusun argumen yang valid,
memeriksa validitas argumen; (9) mencari dan memahami hubungan berbagai
representasi konsep dan prosedur; (10) menggunakan matematika dalam bidang studi
lain atau kehidupan sehari-hari; (11) memahami representasi ekuivalen konsep atau
prosedur yang sama; (12) mencari koneksi satu prosedur ke prosedur lain dalam
representasi yang ekuivalen; dan (13) menggunakan koneksi antar topik matematika,
dan antara topik matematika dengan topik lain. Studi pendahuluan dilakukan secara
teoritis melalui pengkajian data empiris dengan tujuan menggali informasi dan data-data
yang diperlukan untuk memfokuskan permasalahan. Setelah model konseptual
diperoleh, selanjutnya divalidasi oleh pakar (expert judgement) agar memenuhi teori
dasar yang ajeg dan sesuai dengan kaidah ilmiah.
Tahap kedua, yaitu menguji coba model konseptual yang telah disusun dan
divalidasi di lapangan dengan tujuan untuk melihat sejauhmana model tersebut efektif
dan efesien secara nyata. Kemudian dilakukan analisis untuk mengevaluasi, merevisi,
dan penyempurnaan kembali sampai dihasilkan model yang efektif dan efesien. Model
dan bahan ajar selanjutnya didokumentasi dan dijadikan model akhir sebagai produk
penelitian.
Dua tahapan penelitian tersebut mengacu pada tahapan prosedur penelitian dan
pengembangan yang dikemukakan oleh (Brog & Gall, 1979 dan Mc. Millan, J.H. dan
Schumacher, 2001). Sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan (research
and development), antara lain: (1) Meneliti dan mengumpulkan informasi, membaca
literatur, melakukan observasi, dan menyiapkan laporan kebutuhan pengembangan; (2)
Merencanakan prototype komponen yang akan dikembangkan, mendefinisikan,
merumuskan tujuan, menentukan urutan kegiatan dan membuat skala pengukuran; (3)
Mengembangkan prototype awal, buku sumber, bahan pelajaran, dan alat evaluasi; (4)
Melakukan uji coba terbatas terhadap model awal, melakukan pengamatan, wawancara
dan angket. Hasil dianalisis untuk menyempurnakan model awal; (5) Merevisi model
awal berdasarkan hasil uji coba dan analisis data; (6) Melakukan uji coba lapangan pada
model awal; (7) Melakukan revisi produk berdasarkan hasil uji coba lapangan dan hasil
analisisnya; (8) Melakukan uji coba lapangan secara operasional lebih luas,
mengumpulkan data, dan dianalisis; (9) Melakukan revisi akhir terhadap model
lapangan sehingga menjadi model akhir; dan (10) Melakukan diseminasi dan
penyebaran hasil penelitian kepada berbagai pihak untuk digunakan. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah tes dan angket.
masalah tidak rutin yang didasarkan pada prosedur yang ditemukan, serta mampu
mengajukan justification atas suatu kesimpulan yang dibuat.
Agar mahasiswa mampu menerapkan kompetensi matematik yang sudah
dipelajari pada permasalahan sehari-hari, sebagian bahan ajar dirancang secara
kontekstual yaitu pada bahan ajar berjudul menentukan luas daerah dan menentukan
volume benda putar. Bahan ajar lainnya disajikan dalam bentuk masalah matematik
bersifat tidak rutin. Sajian masalah seperti itu dimaksudkan agar mahasiswa terbiasa
melakukan aksi mental integratif yang melibatkan berbagai pengetahuan serta
pengalaman, baru maupun lama, sehingga proses terbentuknya obyek-obyek mental
yang mengarah pada pembentukan skema baru dapat terdorong secara efektif. Berikut
adalah contoh bahan ajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi
matematis.
Definisi 2:
Karena limit dalam definisi 1 selalu ada, kita menganggap f kontinu, maka kita akan
mendapatkan nilai yang sama jika kita menggunakan titik ujung kiri:
A lim Ln [lim f ( x0 )x f ( x1 )x ... f ( xn 1 )x]
n n
Definisi 3
Cara lain dengan mengambil tinggi persegi panjang ke-i berupa nilai * *
f pada* sebarang
bilangan dalam selangxi* bagian ke-i, [ xi 1 , xi ] bilangan xsebagai
1 , x2 , ...,titik
xn sampel
Waktu (t) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kecepatan A (VA) 0 20 32 46 54 62 69 75 81 86 90
Kecepatan B (VB) 0 22 37 52 61 71 80 86 93 98 102
matematis lainnya!
6. Dari langkah-langkah penyelesaian, jelaskan keterkaitan prosedur ke prosedur lain
dalam representasi yang ekuivalen!
7. Jelaskan koneksi antara masalah di atas dengan topik matematika, dengan bidang
lain, dan dengan kehidupan nyata!
8. Berikan penjelasan terhadap model, gambar, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang
ada!
9. Berikan dugaan solusi untuk mendapatkan jawaban dan proses solusi dengan
menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematis, menarik
analogi dan generalisasi!
10. Susun dan ujilah konjektur pada soal 9 dengan memberikan lawan contoh jika perlu!
11. Susunlah argumen yang valid untuk memeriksa validitas argumen!
Pengembangan Instrumen
Instrumen utama yang dikembangkan adalah tes kompetensi matematis untuk
mengukur peningkatan kemampuan dan mengevaluasi kesulitan mahasiswa dalam
konsep integral. Hal ini sesuai dengan pendapat Djemari & Mardapi (2003) tujuan
pengembangan tes adalah: 1) meningkatkan tingkat kemajuan mahasiswa; 2) mengukur
pertumbuhan dan perkembangan mahasiswa; 3) merangking mahasiswa berdasarkan
kemampuannya; 4) mendiagnosis kesulitan mahasiswa; 5) mengevaluasi hasil
pengajaran; 6) mengetahui efektifitas pencapaian kurikulum; dan 7) memotivasi.
Tipe soal yang dikembangkan berbentuk tes uraian. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fraenkel dan Wallen (1993, h.124) bahwa tes berbentuk uraian sangat cocok
untuk mengukur higher level learning outcomes. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam pengembangan instrumen meliputi: 1) menganalisis tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai; 2) menyusun peta konsep utama berdasarkan tujuan dan sasaran; 3)
menyusun matriks rancangan tes; 4) memilah peta konsep berdasarkan indikator yang
ingin dikembangkan menjadi item tes; 5) menyusun spesifikasi untuk satu atau lebih
butir soal; 6) menuliskan butir soal berdasarkan spesifikasi butir soal yang telah
dikembangkan; dan (7) menentukan rubrik atau pedoman penskoran.
Setelah instrumen tersusun, kemudian divalidasi meliputi validitas isi dan
validitas muka. Hasil pertimbangan para ahli dianalisis menggunakan statistik Q-
Cochran dengan tujuan untuk mengetahui apakah para penimbang telah menimbang
instrumen secara seragam atau tidak.
Pertimbangan validitas isi didasarkan pada: (1) kesesuaian soal dengan tujuan
yang ingin diukur; (2) kesesuaian soal dengan indicator kompetensi matematis; dan (3)
kesesuaian soal dengan kurikulum. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai
signifikansi 0,42 pada taraf signifikasi = 0,05, artinya para penimbang telah
menimbang validitas isi tiap butir soal secara seragam. Untuk validitas muka didasarkan
pada kejelasan sajian soal dari sisi bahasa dan kejelasan soal dari gambar. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah 0,82 pada taraf signifikasi
= 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa para penimbang telah menimbang validitas muka
tiap butir soal secara seragam.
Setelah instrumen memenuhi validitas isi dan muka serta direvisi berdasarkan
masukan para penimbang, selanjutnya dilakukan ujicoba dengan subyek mahasiswa
semester 3. Data hasil ujicoba selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas dengan
menggunakan statistik Cronbach Alpha, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Hasil
perhitungan untuk reliabilitas diperoleh nilai koefesien alpha 0,87 dan termasuk
kategori tinggi didasarkan pada klasifikasi Guilford (Ruseffendi, 1991, h.197). Tingkat
kesukaran suatu butiran soal ditentukan oleh perbandingan antara banyaknya mahasiswa
yang menjawab soal benar dengan banyaknya mahasiswa yang menjawab soal
(Ruseffendi, 1991, h.199). Hasil analisis tingkat kesukaran menunjukkan bahwa soal
nomor 7 termasuk dalam kategori sukar, soal nomor 1, 2, 4, dan 6 termasuk dalam
kategori sedang, soal nomor 3 dan 5 termasuk dalam kategori mudah.
Daya pembeda sebuah soal menunjukkan kemampuan soal tersebut
membedakan antara mahasiswa pandai, sedang, dan kurang. Klasifikasi daya pembeda
yang digunakan adalah klasifikasi Ebel. Hasil analisis klasifikasi daya pembeda
menunjukkan bahwa soal nomor 1, 2, dan 3 termasuk dalam klasifikasi cukup baik, soal
nomor 4, 6, dan 7 klasifikasi baik, serta soal nomor 5 dalam klasifikasi sangat baik.
Adapun instrumen yang telah memiliki validasi, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda adalah sebagai berikut:
Instrumen Tes Kompetensi Matematis dalam Konsep Integral
Tes Matematika
1. Sebuah bola dijatuhkan dari balon yang berada 196 m di atas tanah. Jika balon naik dengan laju 14.7
ms-1. Hitunglah Jarak terjauh di atas tanah yang ditempuh bola, waktu selama bola berada di udara,
dan kecepatan bola bila bola menumbuk tanah. Pahami masalah di atas, kemudian jawablah
pertanyaan berikut:
a. Bagaimana formulasikan masalah di atas dalam model matematika?
b. Jelaskan ide, situasi, dan relasi matematika masalah di atas dalam bentuk gambar, tabel,
diagram, atau grafik (pilih salah satu)!
c. Nyatakan masalah di atas dalam bahasa atau simbol matematika!
d. Ubahlah model matematika dari masalah di atas ke bentuk representasi matematis lainnya!
2. Dua mobil balap yang masing-masing dikemudikan oleh Chris dan Kelly saling berdampingan pada
saat start. Tabel berikut memperlihatkan kecepatan masing-masing mobil (dalam km per jam) selama
sepuluh menit pertama balapan. Gunakan aturan titik-ujung kiri dan titik-ujung kanan untuk
memperkirakan seberapa jauh Kelly melampauai Chris selama sepuluh menit pertama tersebut!
Waktu (t) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kecepatan Chris (VC) 0 20 32 46 54 62 69 75 81 86 90
Kecepatan Kelly (VK) 0 22 37 52 61 71 80 86 93 98 102
3. Populasi hewan tertentu bertambah tiap tahun pada laju 200 + 50t (dengan t diukur dalam tahun).
Pahami masalah di atas, kemudian jawablah pertanyaan berikut:
a. Berapa banyak populasi binatang bertambah di antara tahun ke empat dan ke sepuluh?
b. Bidang ilmu apa yang terkait dengan soal di atas? Jelaskan!
4. Berdasarkan ‘U.S. Bureau of Labor Statistics’, laju inflasi seringkali didefinisikan sebagai turunan
dari ‘Consumer Price Index (CPI)’, dan diukur berdasarkan harga barang di sebuah ‘keranjang
perwakilan pasar’ dari konsumen daerah kota yang khas. Tabel di bawah menyajikan laju inflasi di
Amerika Serikat dari tahun 1981 sampai 1997.
Waktu (t) Laju Inflasi [f(t)] Waktu (t) Laju Inflasi [f(t)]
1981 10,3 1990 5,4
1982 6,2 1991 4,2
1983 3,2 1992 3,0
1984 4,3 1993 3,0
1985 3,6 1994 2,6
1986 1,9 1995 2,8
1987 3,6 1996 2,9
1988 4,1 1997 2,3
1989 4,8
a. Gambarkan laju inflasi pada Tabel di atas dalam bentuk grafik dengan berbagai bentuk yang
berbeda!
b. Bidang ilmu apa yang terkait dengan soal di atas?
c. Tuliskan pertambahan persentase total dalam CPI sejak tahun 1981 sampai 1997 sebagai
integral tentu! Kemudian hitunglah nilai pendekatannya!
5. Sebuah partikel bergerak lurus dengan kecepatannya pada waktu t adalah v(t) = t2 – t – 6
(diukur dalam meter tiap detik).
a. Carilah simpangan partikel selama periode waktu 1 ≤ t ≤ 4.
b. Carilah jarak yang ditempuh selama periode waktu ini!
4. Kesimpulan
Pengembangan bahan ajar berisi konsep, latihan pada persoalan matematika
yang bersifat rutin dan non rutin, dan persolan aplikasi matematika. Perkembangan
instrumen difokuskan pada peningkatan kompetensi matematika. Langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam mengembangkan bahan ajar dan instrumen penelitian yang
memiliki validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang memadai
meliputi: (1) menganalisis secara teoritis instrumen, rubrik, dan bahan ajar; (2)
menganalisis secara teoritis tentang komunikasi, penalaran, dan koneksi matematis; (3)
menganalisis secara empiris identifikasi permasalahan lapangan berkenaan dengan
bahan ajar, pembelajaran, dan instrumen dalam mengevaluasi; (4) mengembangkan
prototipe instrumen, rubrik, dan bahan ajar; (5) analisis teoritik istrumen, rubrik dan
bahan ajar; (6) model konseptual yang telah disusun kemudian divalidasi oleh pakar
sesuai dengan keahliannya agar model konseptual tersebut mempunyai dasar teori yang
ajeg dan sesuai dengan kaidah ilmiah, (7) penyempurnaan model instrumen; (8) ujicoba
terbatas instrumen dan rubrik ; (9) penyempurnaan instrumen dan rubrik. Hasil uji coba
instrumen diperoleh nilai signifikansi 0,42, ini berarti bahwa bobot harus
mempertimbangkan keabsahan item konten secara seragam. Nilai signifikansi 0,82
berarti bahwa validitas pertanyaan dimuka yang diuji jelas dari bahasa dan gambar.
Nilai reliabilitas signifikansi 0,87 termasuk dalam kategori tinggi. Analisis
menunjukkan tentang tingkat kesulitan kategori sulit nomor 7, tentang kategori kategori
angka 1, 2, 4, dan 6, dan Question 3 and 5 kategori mudah. Analisis klasifikasi yang
membedakan menunjukkan angka 1, 2, dan 3, termasuk cukup baik, tentang angka 4, 6,
dan 7, serta tentang angka 5, termasuk sangat bagus.
Daftar Pustaka
Alibert, D., Legrand, M. & Richard, F., (1987) ‘Alteration of didactic contract in
codidactic situation’, Proceeding of PME 11, Monteral, 379-386.
Dubisnky, E. (2001). Using a Theory of Learning in College Mathematics Courses.
Coventry: University of Warwick.
Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. (2001). Adding It up: Helping Children Learn
Mathematics. Washingon, DC: National Academy Press.
Niss, G. (1996). Goals of mathematics teaching. In A.J. Bishop, K. Clementa, C. Keitel,
J. Kilpatrick,& C. Laborde (Eds.). International handbook of mathematical
education. Netherlands: Kluwer Academic Publisher.
Orton, A.(1983). Student’understanding of Integration. Educational Studies in
Mathematics, 14, 1-18.
Ramdani, Y., (2011), Scientific Debate Instructional to Enhance Students Mathematical
Communication, Reasoning, and Connection, Bandung: Indonesian Education
University.
Ramdani, Y., (2013), Scientific Debate Instructional to Enhance Students Mathematical
Communication, Reasoning, and Connection Ability in the Concept of Integral,
Proceeding, International Conference on Mathematical and Computer Sciences.
Ramdani, Y., (2014), Pembelajaran dengan Scientific Debate untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa. MIMBAR. Jurnal Sosial dan
Pebangunan, Vol. 30. No. 1.
Rhee, C. R., & Pintrich, P. R., (2004), Teaching to facilitate self-regulated learning, In
J. Ee, A. Chang & O. Tan (Eds.), Thinking about Thinking: What educators need to
know (pp. 31-47), Singapore: McGraw Hill.
Romberg, T. A., & Fredric W. T., (1987). Mathematics Curriculum Engineering: Some
Suggestions from Cognitive Science, The Monitoring of School Mathematics:
Background Papers, (2).
Sabella, M.S. and Redish, E. F., (2007), Knowledge organization and activation in
physics problem-solving, Phys. Educ. Res., Am. J. Phys. Suppl. 75, 1017.
Utari, S. 2006), Berfikir Matematik Tingkat Tinggi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana
Dikembangkan pada Siswa Sekolah Menengah dan Mahasiswa Calon Guru.
Makalah disajikan pada Seminar Pendidikan Matematika di Jurusan Matematika
FMIPA Universitas Padjadjaran Tanggal 22 April 2006: tidak diterbitkan.