Perencanaan Lanskap Di Wisata Sejarah

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH UNTUK MENUNJANG

ADAPTIVE REUSE GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT


Historical tourism landscape ABSTRACT
planning for the adaptive reuse Gedung Juang 45 Bekasi (GJ45B) is a historical site as a legacy from the colonial period, located in
of Gedung Juang 45 Bekasi, West Bekasi District, West Java Province. The site has been neglected due to unsuitable site utilization and
Java lack of concern from the local government with respect to preserve the area. The objectives of this study
are: (1) to identify the historical value and landscape character of GJ45B, (2) to analyze the potential
and constraints of the site to be developed as a historical tourism site, and (3) to develop a concept and
site plan for historical tourism of GJ45B site through spatial, circulation, activity, and facility programs
which support historical interpretation of the site. The study was conducted through a planning process
Bagus Sajiwo consisted of preparation, inventory, analysis, concept, synthesis, and site planning. The analysis
Landscape Planning & Design applied descriptive and spatial approach by using scoring and weighting to physical, historical, and
Officer, PT. Alam Sutera Realty tourism aspects and subsequently resulted three suitability zones for historical tourism development
Email:Bagusjiwo9@gmail.com with high, medium, and low values. The conceptual plan for the site is that GJ45B is designed for an
educational and recreational historical tourism site by developing historical interpretation of Bekasi
Vera D Damayanti District and particularly of GJ45B. The final output of the study is a site plan including spatial,
Staf Pengajar Departemen circulation, activities and facilities plans.
Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian IPB Keywords: historical site, tourism object, landscape planning, adaptive reuse, Gedung Juang, Bekasi

PENDAHULUAN maka GJ45B pun menjadi bagian penting bagi bagi


Bekasi pada umumnya.
Indonesia memiliki pengalaman sejarah yang panjang
dengan beragam periode kesejarahan yang menyisakan Penelitian ini bertujuan untuk mendukung rencana
artefak bersejarah dalam bentuk obyek dan lanskap inisiasi tersebut melalui perencanaan lanskap GJ45B.
kesejarahan. Berbagai obyek dan lanskap sejarah Konsep yang mendasari rencana laskap secara garis
terutama yang bernilai signifikan, harus dikonservasi besar yaitu menjadikan GJ45B sebagai obyek wisata
karena merupakan fakta fisik dan arkeologi dari warisan untuk mendukung penggunaannya kembali secara
sejarah dan budaya yang berkontribusi untuk adaptif yang diharapkan mampu memberikan manfaat
kepentingan ekonomi masyarakat (Goodchild 1990). bagi masyarakat luas. Bentuk wisata yang
Untuk mendukung kelestarian obyek dan lanskap dikembangkan berupa wisata sejarah yang direncanakan
kesejarahan, salah satu pendekatannya yaitu melalui dapat menginterpretasikan nilai-nilai kesejarahan yang
penggunaannya kembali secara adaptif (adaptive reuse). terkandung di dalamnya. Hasil penelitian ini
Adaptive reuse merupakan pemanfaatan kembali tapak diharapkan menjadi bahan rujukan bagi pemerintah
atau struktur dengan peruntukan yang baru; salah satu setempat beserta pihak terkait lainya dalam upaya
contohnya yaitu sebagai obyek wisata. Lebih lanjut pengembangan dan pelestarian GJ45B.
terkait dengan pengembangan wisata secara umum,
METODE
terdapat lima komponen yang perlu diperhatikan yaitu:
daya tarik, pelayanan, transportasi, promosi dan Lokasi dan Waktu Penelitian
informasi (Gunn, 1993).
Studi ini dilakukan di daerah Tambun, tepatnya Jl.
Gedung Juang 45 Bekasi (GJ45B) merupakan salah satu Sultan Hasanudin, Kelurahan Mekar Sari, Kecamatan
obyek bersejarah di Kabupaten Bekasi yang dibangun Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (Gambar
pada masa kolonial Belanda. Selain bernilai sejarah, 1) dengan luas tapak sekitar 1,78 Ha. Studi perencanaan
gedung ini memiliki keunikan gaya arsitektur yang lanskap ini dimulai dari bulan Februari hingga Juli 2013.
menjadi daya tarik tersendiri. Sayangnya kondisinya
saat ini cenderung tidak terpelihara terutama dengan
adanya penggunaan tapak yang tidak sesuai dan
kurangnya perhatian dari pemerintah Kabupaten Bekasi
terhadap keberadaan tapak bersejarah ini. Oleh karena
itulah, Pemerintah Kotamadya Bekasi yang berbatasan
dengan Kabupaten Bekasi, berinisiatif untuk menyusun
rencana yang mendukung pelestarian GJ45B. Perhatian
dari pemerintah kotamadya ini dilandasi oleh adanya
pemikiran bahwamengingat sejarah Kotamadya Bekasi Gambar 1. Lokasi Penelitian
di masa lalu tak lepas dengan wilayah Kabupaten Bekasi, Sumber : Google.com, maps.google.co.id
Tabel 1. Kriteria analisis
No. Aspek Bobot Variabel Kriteria Skor
I. Bio-fisik 30
Tata Guna Kondisi tapak dengan
1 Deskriptif
Lahan penggunaan menurut RTRW
2 Iklim Kenyamanan untuk aktifitas Deskriptif
3 Tanah Kesesuaian Deskriptif
4 Visual Kualiatas visual tapak Deskriptif
Sesuai 0-15% 3
Keamanan untuk pengembangan Cukup sesuai 15-
5 Topografi 30 2
wisata 25%
Tidak sesuai >25% 1
6 Hidrologi Ketersediaan Deskriptif
7 Vegetasi Jenis, jumlah dan distribusi Deskriptif
II. Kesejarahan 35
Keaslian lebih dari
1 Keaslian 17.5 Kondisi situs 3
80%
Keaslian 30-80% 2
Keaslian < 30% 1
2 Keunikan Nilai situs Deskriptif
3 Nilai sejarah Kondisi situs Deskriptif
4 Keutuhan 17.5 Kondisi situs Keutuhan > 80% 3
Keutuhan 30-80% 2
Keutuhan < 30% 1
5 Estetika Kondisi situs Deskriptif
6 Kejamakan Kondisi situs Deskriptif
7 Keistimewaan Nilai situs Deskriptif
III. Wisata
Kerentanan elemen
1
tinggi
Atraksi/Obyek Kerentanan elemen
1 35 Jenis 2
Wisata sedang
Kerentanan elemen
3
rendah
Sarana/
2 Jenis dan kondisi Deskriptif
Prasarana
3 Pengunjung Persepsi dan Preferensi Deskriptif
4 Aksesibilitas Ketersediaan dan kondisi fisik Deskriptif
Kebutuhan
5 - Deskriptif
Pengelola
Peraturan dan Peraturan terkait pelestarian dan
6 Deskriptif
kebijakan pengembangan
Sumber: Gunn (1993), Harris dan Dines (1988), Nurisjah dan Pramukanto (2001), Hardjowigeno et al. (1994) Modifikasi
Metode penelitian data primer dan sekunder melalui metode survei lapang
dan studi pustaka. Data yang dikumpulkan meliputi
Penelitian dilakukan dengan menggunakan tahapan
aspek fisik dan biofisik, aspek kesejarahan dan aspek
perencanaan yang meliputi persiapan, inventarisasi,
wisata.
analisis, konsep, sintesis dan perencanaan lanskap (Gold
1980 dengan modifikasi). (3) Analisis: untuk memenuhi tujuan identifikasi
karakter tapak dan potensi kendala pengembangan
(1) Persiapan: pada tahap ini dilakukan penetapan
wisata di GJ45B. Metode analisis secara deskriptif dan
tujuan dan pengumpulan informasi awal mengenai
spasial terhadap aspek fisik dan biofisik, kesejarahan,
tapak sebagai bahan untuk mengajukan usulan
dan aspek wisata. Aspek fisik dan biofisik dianalisis
penelitian, serta perumusan masalah, batasan penelitian,
secara deskriptif dengan modifikasi pada bagian analisis
dan pengurusan perijinan penelitian pada pihak-pihak
topografi yang dianalisis dengan teknik skoring
terkait.
menggunakan klasifikasi kemiringan menurut pedoman
(2) Inventarisasi: dilakukan untuk pengumpulan penyusunan pola rehabilitasi lahan dan konservasi
data dan informasi terkait tapak dengan megumpulkaan tanahmenurut Dudal dan Soepraptohardjo (1975) dalam
Hardjowigeno (1994) dan standar pengembangan tapak (Kantor Administrasi Veteran) Bekasi. Gambar 2
oleh Harris dan Dines (1988). Analisis aspek kesejarahan menunjukan kondisi eksisting tapak.
menggunakan kriteria penilaian nilai kesejarahan
Data dan Analisis
lanskap (Nurisjah dan Pramukamto 2001), dimana
teknik skoring diaplikasikan pada analisis elemen Sebagaimana telah dijelaskan padabagian metodologi
keaslian dan keutuhan. Sementara itu analisis aspek bahwa analisis dilakukan pada aspek fisik/biofisik,
wisata menggunakan referensi analisis obyek wisata kesejarahan, dan wisata. Sebagianbesar elemen
yang dikemukakan oleh Gunn (1993), dengan modifikasi dianalisis secara deskriptif dan analisisskoring
berupa analisis dengan skoring pada elemen atraksi dilakukan pada elemen topografi pada aspek
wisata. Hasil analisis ketiga aspek tersebut dispasialkan fisik/biofisik, keaslian dan keutuhan pada aspek
dalam bentuk peta analisis dan masing-masing diberi kesejarahan, dan atraksi wisata pada aspek wisata.
bobot dimana aspek fisik/biofisik sebesar 30%, Aspek Fisik dan Biofisik
kesejarahan 35%, dan wisata 35%. Peta hasil analisis
ketiga aspek tersebut dioverlaydan menghasilkan peta (1) Tata Guna Lahan Sekitar Tapak
komposit berupa zona kesesuaian wisata sejarah. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
(4) Konsep: pada tahap ini disusun konsepdasar Kabupaten Bekasi tahun 2009, Kecamatan Tambun
lanskap wisata GJ45B yang dikembangkan menjadi Selatan diperuntukan sebagai kawasan industri. Pola
konsep interpretasi, ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas perkembangan pada kawasan di sekitar tapak sebagian
dan fasilitas dengan menggunakan pendekatan besar mengikuti alur sirkulasi/jalan. Hal ini
kesejarahan dan kegiatan wisata dalam menyebabkan perubahan penggunaan lahan yang
pengembangannya. berdampak terhadap aspek sosial maupun ekonomi
masyarakat. Kondisi ini diperkirakan dapat mengancam
(5) Sintesis: penentuan ruang berdasarkan hasil keberadaan GJ45B sebagai area bersejarah yang
analisis dan konsep untuk menghasilkan rencana blok. berbatasan langsung dengan Jl. Sultan Hasanudin yang
Tahap ini dikerjakan secara simultan dengan merupakan jalan utama penghubung Kota dan
penyusunan konsep untuk menghasilkan rencana Kabupaten Bekasi.Letaknya yang strategis menjadikan
lanskap yang terarah dengan baik. tapak rentan akan pembangunan fisik yang lebih
(6) Perencanaan Lanskap: pengembangan rencana menekankan faktor ekonomis tanpa memperhatikan
blok menjadi rencana lanskap yang menggambarkan faktor kesejarahan. Perencanaan pemanfaatan GJ45B
keadaan tapak setelah pengembangan; mencakup dengan memperhatikannilai historisnya diharapkan
pembagian ruang, jalur sirkulasi, aktivitas dan fasilitas. dapat mendukung kelestariannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN (2) Iklim

Kondisi Umum Tapak Suhu di Kabupaten Bekasi berkisar antara 28-32oC


dengan tingkat kelembaban 80% dan radiasi sebesar 66%
Secara geografis Kabupaten Bekasi terletak pada posisi (BAPPEDA, 2009 dan BMG, 2013). Kondisi tersebut
6º10’53” - 6º30’6” Lintang Selatan dan 106º48’28” - 107º27’29” menunjukan bahwa tapak memiliki iklim yang kurang
Bujur Timur atau terletak pada bagian utara dari Provinsi nyaman dan cukup terik. Suhu dan kelembaban
Jawa Barat dengan luas wilayah 127.388 Ha (BAPPEDA, merupakan faktor utama penentu kenyamanan dan
2012). Batas administrasi wilayah ini pada bagian utara aktifitas manusia (Nurisjah dan Pramukanto, 2007).
berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan berbatasan dengan Untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut itu dapat
Kabupaten Bogor, Barat berbatasan dengan DKI Jakarta dan dilakukan dengan memberikan fasilitas peneduh pada
Kota Bekasi, dan Timur berbatasan dengan Kabupaten tapak berupa elemen softscape dan hardscape.
Karawang.
(3) Tanah
GJ45B memiliki luas 1,78 Ha dan terletak di Jl. Sultan
Hasanudin No. 5 Kelurahan Mekar Sari Kecamatan Tambun Jenis tanah daerah Tambun termasuk tipe asosiasi
Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Secara geografis latosol coklat kemerahan dan latosol kekuningan (BP
GJ45B berada pada koordinat 6°15'33"LS-107°3'17"BT. Batas DAS Citarum, 2007). Menurut Dudal dan
tapak di sebelah utara yaitu Stasiun Tambun, sebelah selatan Soepraptohardjo (1975) tanah dengan tipe ini umumnya
dengan Jl. Sultan Hasanudin, sebelah timur dengan memiliki kandungan unsur hara dari rendah sampai
pemukiman, dan sebelah barat dengan lahan kosong. Saat sedang dengan infiltrasi dan perkolasi cukup cepat.
ini GJ45B difungsikan sebagai gudang obat, kantor Dinas Daya menahan air tipe tanah ini cukup baik dan tahan
Pemadam Kebakaran Kabupaten Bekasi dan Kanminvet terhadap erosi. Dalam kaitannya untuk pengembangan
kegiatan wisata, tanah latosol tergolong cukup baik
sebab kondisi tanah latosol memiliki tekstur tanah halus barat berupa semak yang mengisi lahan kosong yang
hingga agak kasar (liat, berdebu, lempung, dan berpasir) mengindikasikan penggunaan lahan sekitar tapak yang
yang dapat menopang konstruksi sederhana (Arsyad, dulunya berupa lahan pertanian. Untuk mengetahui
2000). sejarah kondisi vegetasi pada tapak secara lebih rinci
diperlukan studi lebih lanjut sejarah lanskapGJ45B
(4) Visual
melalui penelusuran dokumen kesejarahan.
Secara umum kondisi visual yang ada pada tapak
Aspek Kesejarahan
didominasi oleh bangunan-bangunan tua dengan
kondisi cukup buruk dan kotor serta vegetasi yang Sejarah singkat
tumbuh tidak terawat disekitarnya. Hal ini menurunkan
GJ45B dibangun pada masa kolonial Belanda antara
kualitas visual pada tapak. Kawasan GJ45B kini ditutupi
1906-1925 oleh tuan tanah berkebangsaan Tionghoa
oleh kios-kios pedagang kaki lima yang menyebabkan
bernama Khouw Tjenk Kie yang dijuluki Tuan
terhalangnya akses visual dari jalan raya ke arah gedung.
“Kapitaen”. GJ45B memiliki lima bangunan yang terdiri
Untuk pengembangan wisata di GJ45B maka perlu
dari satu bangunan utama yaitu GJ45B, dua paviliun,
dilakukan penataan pada tapak dan sekelilingnya.
sebuah rumah dan sebuah bangunan mirip paviliun
(5) Topografi dengan ruangan yang lebih sempit. Gedung ini awalnya
digunakan sebagai perkantoran Oenderneming
GJ45B berada pada ketinggian 30mdpl, memiliki
(perkebunan) tuan tanah keluarga Khouw vanTamboen
topografi yang relatif datar dengan kemiringan dominan
sekaligusberfungsi sebagaitempat pemungutan cukai
berkisar antara 0-8% dan 8-15%. Area dengan
perkebunan dan persawahan petani lokal pada masa itu.
kemiringan 0-8% sesuai untuk pengembangan ruang
Hasil penarikan cukai padi kemudian disimpan di
luar dengan beragam kegiatan dan pengembangan
pabrik kongsi yang merupakan tempat pengolahan padi
elemen tapak dan diberi skor 3. Skor 2 diberikan pada
menjadi beras yang terletak di sebelah barat GJ45B. Pada
area dengan kemiringan 8-15% sebab merupakan area
masa pendudukan Jepang, tapak menjadi pusat
cukup sesuai untuk beragam penggunaan namun
pemerintahan Jepang. Kemudian pada masa
jumlah dan jenis aktifitas yang dilakukan perlu dibatasi
kemerdekaan dan revolusi kompleks gedung ini
(Harris dan Dines, 1988). Pada halaman belakang tapak,
menjadi markas tentara Indonesia dan tempat pelucutan
kemiringan berkisar antara 25-45% dimana merupakan
senjata. Saat ini area ini menjadi kantor Dinas Pemadam
area yang kurang sesuai untuk penggunaan wisata dan
Kebakaran dan Kanminvet.
rekreasi (Hardjowigeno, 1994) sehingga area ini diberi
skor 1. Penilaian Aspek Kesejarah GJ45B
(6) Hidrologi (1) Keaslian
GJ45B menggunakan sumber air berupa air tanah yang Keaslian pada tapak dianalisis berdasarkan elemen
diperoleh dengan menggunakan pompa air. Pompa air pembentuk lanskap GJ45 pada masa lalu. Bangunan
dalam tapak ini sebenarnya kurang baik digunakan utama GJ45B, paviliun di bagian timur bangunan dan
sebagai sumber bagi utilitas dalam tapak karena rumah yang terdapat di halaman belakang memiliki
menurut data BAPPEDA (2012) sebagian besar sumber kondisi keaslian di atas 80% sebab kondisinya masih
air di Kabupaten Bekasi merupakan air tanah dangkal sama seperti saat masa kolonial Belanda. Area ini diberi
yang berada pada kedalaman 5-25 mdari permukaan skor 3. Pada bangunan di timur paviliun kedua terdapat
tanah sehingga dikhawatirkan dapat memberi pengaruh perubahan bentuk bangunan menjadi kios kecil namun
negatif pada tapak dan sekitarnya. Oleh karenanya kondisi keaslian bangunan tersebut masih diatas 70%.
disarankan sumber air untuk kegiatan dalam tapak Batas tapak tetap sama namun penggunaan pagar kini
menggunakan air pipa PDAM. sudah tidak asli. Berdasarkan kondisinya saat ini area
tersebut diberi skor 2. Sedangkan area sekitar bangunan
(7) Vegetasi
utama dan paviliun kondisinya sudah tidak asli. Hal ini
Vegetasi eksisting di GJ45B terdiri dari pohon, perdu, terlihat dari dirobohkannya bangunan di bagian barat
semak dan groundcover. Saat ini kondisi vegetasi pada bangunan utama yang kini menjadi kantor veteran. Area
tapak kurang tertata.Keberadaan vegetasi pada tapak tersebut diberi skor 1.
kurang diketahui hubungannya dengan sejarah GJ45B.
(2) Keunikan
Jenis vegetasi yang ada diperkirakan bukan merupakan
tanaman yang bernilai sejarah dilihat dari kurun waktu Keunikan yang dimiliki GJ45B terdapat gaya arsitektur
sejak dibangunnya gedung ini hingga setidaknya sampai bangunan yang mengandung unsur kolonial dan
tahun 1945. Adapun vegetasi di sekitar tapak sebelah pecinan. Namun terdapat beberapa bangunan baru di
sekitar GJ45B dengan gaya yang berbeda sehingga tidak performa rancangan tapak atau bangunan. Namun
terdapat kesatuan antar bangunan bangunan yang ada. demikian secara non-fisik GJ45B memiliki nilai
kesejarahaan penting dalam konteks berbagai persitiwa
(3) Nilai sejarah
penting yang pernah terjadi didalamnya.
Peristiwa yang berlangsung di masa lalu merupakan
(8) Persepsi masyarakat
peristiwa penting yang memiliki ikatan simbolis antara
kejadian pada masa lalu dan juga sekarang (Nurisjah Hasil kuisioner menunjukan 90% responden
dan Pramukanto 2001). Peristiwa bersejarah yang menganggap kondisi GJ45B kini sangat buruk dan
berlangsung di GJ45B memiliki peran terhadap sejarah sisanya melihat kondisinya cukup baik. Terkait sejarah
Indonesia terutama pada masa kolonial hingga masa Kabupaten Bekasi, 50% responden tidak mengetahui,
kemerdekaan dan revolusi. Nilai sejarah yang 13,33% sedikit mengetahuidan 36,67% mengetahui.
dikandung oleh GJ45B dapat dikategorikan sebagai Sementara itu, mengenai sejarah GJ45B hanya 7% dari
kejadian lokal terkait dengan peristiwa di tingkat responden yang mengetahui, sekitar 36,67% dan 56,67%
nasional. hanya sedikit mengetahui dan tidak mengetahuinya.
Responden umumnya mengetahui sejarah GJ45B dari
(4) Keutuhan
sekolah (33,33%). Terkait rencana pengembangan GJ45B
Kelengkapan elemen yang dibentuk oleh GJ45B sudah sebagai obyek wisata sejarah, sebagian besar responden
tidak lengkap disebabkan kondisi GJ45B yang tidak setuju (63,33%), sisanya menganggap cukup dilestarikan
terawat dan kurangnya perhatian pemerintah setempat (26, 67%).
untuk melestarikan keberadaannya. Kondisi bangunan
Persepsi masyarakat juga diperoleh melalui wawancara
utama dan paviliun dalam tapak tergolong cukup baik
dengan pihak-pihak terkait seperti Kepala Dinas
dengan kondisi hampir 100%. Area ini diberi skor 3.
Pariwisata kebudayaan dan Olahraga dan serta
Bangunan di timur bagian paviliun keutuhannya sekitar
pendapat ahli sejarah dan budayawan di kabupaten
80% sehingga area ini diberi skor 2. Sedangkan untuk
Bekasi. Narasumber berharap GJ45B dapat
area sekitar tapak sudah mengalami banyak perubahan
dikembangkan menjadi museum atau sebagai pusat
seperti dirobohkannya bangunan di bagian barat GJ45B
informasi sejarah dan budaya Kabupaten Bekasi.
dan diganti dengan kantor Kanminvet sehingga area
tersebut diberi skor 1. Aspek Wisata
(5) Estetika Daya tarik
Dilihat dari gaya dan susunan bangunannya, GJ45B (1) Daya tarik
memiliki nilai estetika yang menarik untuk dinikmati.
Daya tarikutama pada tapak adalah struktur bangunan
Walaupun demikian GJ45B masih belum dapat
(GJ45B dan empat bangunan penunjang), patung dan
dikatakan sebagai lanskap bersejarah dengan nilai
relief peringatan, lanskap sejarah, dan peristiwa sejarah
estetika tinggi sebab GJ45B bukan merupakan sebuah
yang terjadi di GJ45B dari masa kolonial Belanda hingga
karya lanskap dengan prestasi khusus dalam suatu gaya
masa revolusi.
tertentu.
(2) Sarana dan prasarana
(6) Kejamakan
Sarana dan prasarana yang tersedia pada tapak berupa
Kejamakan dalam penilaian lanskap sejarah mengacu
toilet, saluran sanitasi dan tempat parkir. Jumlah dan
pada mewakili atau tidaknya suatu lanskap terhadap
kondisi sarana-prasarana tersebut kurang jika tapak
periode sejarah (Nurisjah dan Pramukanto, 2001). GJ45B
dikembangkan untuk mendukung obyek wisata.
merupakan tipikal lanskap tempat tinggal tuan tanah
pada periode Kolonial Belanda.
(3) Aksesibilitas dan Sirkulasi.
(7) Keistimewaan GJ45B berjarak 15km dari Kota Bekasi dengan waktu
tempuh 35 menit, sedangkan dari Kabupaten Bekasi,
Penilaian aspek sejarah untuk lanskap dengan
GJ45B berjarak 30 km dan ditempuh dengan waktu 60
keistimewaan ditujukan pada karya lanskap yang dapat
menit, keduanya dengan menggunakan kendaraan
dikategorikan sebagai sebuah masterpiece (Nurisjah dan
umum. Akses masuk GJ45B berupa gerbang dengan lebar
Pramukanto 2001). GJ45B belum dapat dikatakan
5 m yang merupakan satu-satunya akses GJ45B. Dalam
sebagai lanskap sejarah dengan yang memiliki nilai
area GJ45B tidak terlihat adanya sirkulasi yang cukup
keistimewaan. Pengertian masterpiece ini dapat
dikatakan cenderung menekankan aspek fisik atau
jelas, setiap bangunan yang ada dihubungkan oleh area (5) Peraturan dan kebijakan
terbuka yang permukaannya ditutupi oleh kerikil.
Aturan dan kebijakan yang membahas mengenai peran
(4) Pengunjung serta pemerintah Kabupaten Bekasi dalam
pengembangan GJ45B sebagai aset sejarah masih sangat
Pengguna tapak saat ini selain pegawai DamKar dan
kurang. GJ45B yang diperkirakan telah berumur lebih
Kaminvet, terdapat pula siswa beberapa SD dan
dari 100 tahun tersebut hingga saat studi ini selesai
Pendidikan Anak Usia Dini serta komunitas di Bekasi
dilakukan masih belum terdaftar sebagai benda cagar
yang datang pada hari dan jam tertentu untuk
budaya(GJ45B kemudian diajukan sebagai BCB pada
memanfaatkan ruang terbuka di GJ45B. Keberadaan
tahun 2015).
pengunjung umum dan juga pengunjung anak-anak pada
tapak merupakan potensi wisatawan pada tapak. Hasil Analisis
Diharapkan jika tapak dikembangkan sebagai obyek
Berdasarkan hasil overlay hasil analisis aspek topografi,
wisata pengunjung yang datang akan bertambah, baik
nilai kesejarahan, dan daya tarik wisata dengan proporsi
dari segi asal maupun jumlahnya. Keberadaan
bobot 30:35:35, didapatkan area kesesuaian untuk
pengunjung yang mendapatkan manfaat dari GJ45B
pengembangan wisata tingkat tinggi, sedang, dan rendah
secara tidak langsung akan mendukung keberlanjutan
(Tabel 2) dimana lokasi sebarannya pada tapak diperoleh
GJ45B sebagai obyek bernilai kesejarahan.
melalui peta komposit (Gambar 2).

1 2 3
.. .

4 5 6
.. . .

7 8
. .
Gambar 2. Kondisi eksiting tapak
Sumber : Dokumentasi pribadi
Tabel 2. Tabel hasil analisis

No Zona Kesesuaian Luas (m2) Prosentase (%) Keterangan


kondisi fisik-lingkungan dan nilai sejarah angat mendukung untuk
1 Tinggi 10.540,35 59,22 kegiatan wisata sejarah daya tarik sejarah pada area ini tergolong tidak
terlalu rentan untuk kegiatan wisata.
area dengan kondisi fisik lingkungan yang cukup sesuai untuk kegiatan
2 Sedang 4.564,47 25,64 wisata. nilai kesejarahan yang di kandung tidak terlalu tinggi dan memiliki
tingkat daya tarik yang tidak terlalu rentan untuk wisata.
kondisi fisik lingkungan, nilai kesejarahan dan daya tarik pada area ini
3 Rendah 2.695,18 15,14
kurang sesuai utuk kegiatan wisata sejarah.
Gambar 3. Peta komposit hasil analisis

Konsep (3) Konsep Sirkulasi: sirkulasi yang akan


dikembangkan terdiri dari sirkulasi primer yang
Konsep Dasar Perencanaan
menghubungkan antar ruang dalam tapak, serta sirkulasi
Konsep dasar perencanaan lanskap untuk tapak yaitu sekunder yang menghubungkan sub-sub ruang dalam tapak.
menjadikan GJ45B sebagai obyek wisata sejarah yang Sirkulasi wisata pada tapak akan mengarahkan pengunjung
edukatif dan rekreatif serta mampu mendukung secara bertahap mempelajari sejarah Bekasi secara umum
pelestarian sumberdaya sejarah pada tapak. Fungsi yang hingga sejarah GJ45B.
akan dikembangkan dalam tapak adalah fungsi wisata
(4) Konsep Vegetasi: konsep vegetasi pada ruang-
dan penyangga. Fungsi wisata berkaitan dengan
ruang yang ada pada tapak secara umum mengutamakan
kebutuhan wisatawan dalam bentuk obyek dan atraksi
fungsi estetik, pengarah, pembatas antar ruang dan penaung.
serta fasilitas penunjangnya dalam tapak. Fungsi
penyangga dikembangkan untuk menjaga kondisi elemen (5) Konsep Aktivitas: Konsep aktivitas terbagi menjadi
dan lanskap sejarah GJ45B. dua yaitu aktivitas edukatif dan aktivitas rekreatif.
Pengembangan Konsep (6) Konsep Fasilitas: Konsep fasilitas dalam tapak terbagi
(1) Konsep Interpretasi: interpretasi yang menjadi fasilitas wisata dan fasilitas non-wisata. Fasilitas
dikembangkan bertema Sejarah Bekasi pada masa kolonial wisata terbagi lagi menjadi fasilitas interpretasi dan non-
Belanda sampai setelah masa revolusi. Pengunjung akan interpretasi.
mendapatkan pengalaman berbeda pada tiap ruang yang Sintesis
dikembangkan dalam tapak melalui tampilan audio, visual,
Berdasarkan kebutuhan ruang wisata dan upaya menjaga
kinesthetic maupun simbol-simbol.
sumberdaya GJ45B, maka direncanakan penambahan luas
(2) Konsep Ruang: tapak dibagi berdasarkan sebesar 1.580m2. Penambahan luas ini disebabkan luas tapak
penjabaran fungsi dan nilai kesejarahan, yang terdiri dari eksisting kurang memungkinkan untuk menampung
ruang penerimaan, ruang wisata, dan ruang penyangga. seluruh aktifitas wisata dan pendukungnya yang akan
Ruang penerimaan berfungsi sebagai akses utama dan dikembangkan di tapak. Area yang diperluas berada di
identitas tapak sehingga menarik minat pengunjung. Ruang bagian barat tapak.
wisata adalah ruang tempat aktivitas wisata berlangsung,
Rencana Blok
terbagi menjadi ruang wisata utama dan ruang pendukung
wisata (pelayanan). Ruang penyangga merupakan ruang Rencana blok membagi tapak menjadi empat ruang utama
yang dibuat untuk menjaga sumber daya tapak dari yaitu ruang penerimaan, pendukung wisata, wisata utama,
gangguan luar. dan penyangga. Dalam ruang wisata utama terdapat sub-
sub ruang yaitu: sub-ruang interpretasi sejarah Bekasi, GJ45B,
pertunjukan, themegarden, koleksi, kepustakaan, dan
audiovisual. Gambar 4 menunjukan rencana blok pada tapak.

Gambar 4 Rencana blok


Perencanaan lanskap dan non-interpretasi untuk memenuhi kebutuhan
pengunjung selama melakukan aktivitas.
Rencana Ruang
Tabel 3. Tabel alokasi ruang
Tapak direncanakan terbagi atas ruang penerimaan,
No Fungsi Luas Proporsi
pendukung wisata, wisata utama, dan penyangga (Tabel (m2) (%)
3). Jika diasumsikan jam operasional obyek wisata GJ45B 1 Ruang penerimaan 935,75 5.17%
dari jam 10.00-18.00, maka dalam sehari tapak memiliki 2 Ruang pendukung wisata 5.462,10 30.17%
daya tampung pengunjung sekitar 1.200 orang. Ruang wisata utama (sub-ruang
interpretasi sejarah Bekasi,
Sirkulasi primer yang menghubungkan ruang-ruang utama 3 8.851,15 48.90%
GJ45B, koleksi, audiovisual,
pada tapak memiliki lebar 2.5 m, dan sirkulasi sekunder pertunjukan, dan theme garden )
yang ada dalam ruang selebar 1,8m. Sirkulasi primer 4 Ruang penyangga 2.853,35 15.76%
menjadi jalur interpretasi yang memiliki sekuens yang
diawali dengan kesejarahan Kabupaten Bekasi secara umum Rencana vegetasi
kemudian semakin spesifik menuju sejarah GJ45B. Pada
Vegetasi yang direncanakan dipilih berdasarkan fungsi
sepanjang jalur sirkulasi akan dilengkapi dengan site
yang akan dikembangkan yaitu fungsi estetik, pengarah,
furniture (signage, bangku, tempat sampah, dan lampu)
peneduh dan pembatas. Pemilihan jenis vegetasi selain
yang juga dapat difungsikan sebagai fasilitas interpretasi
mempertimbangkan fungsi, juga memperhatikan
dan non-interpretasi untuk memenuhi kebutuhan
kesesuaiannya dengan konteks nilai kesejarahan tapak
pengunjung selama melakukan aktivitas.
(Tabel 4).
Rencana sirkulasi
Rencana aktivitas
Sirkulasi primer yang menghubungkan ruang-ruang utama
Berbagai kegiatan dalam tapak (Tabel 5) ditujukan untuk
pada tapak memiliki lebar 2,5m, dan sirkulasi sekunder
pengunjung GJ45B dengan semua tingkat usia. Aktifitas
yang ada dalam ruang selebar 1,8m. Sirkulasi primer
wisata dalam tapak pada ruang penerimaan, pendukung
menjadi jalur interpretasi yang memiliki sekuens yang
wisata, dan sub-wisata utama sejarah umum Bekasi
diawali dengan kesejarahan Kabupaten Bekasi secara umum
berlangsung setiap hari. Sementara untuk waktuoperasi
kemudian semakin spesifik menuju sejarah GJ45B. Pada
ruang wisata utama lainnya pada hari Selasa sampai dengan
sepanjang jalur sirkulasi akan dilengkapi dengan site
Minggudari pukul 10.00-18.00 WIB. Pengunjung dapat
furniture (signage, bangku, tempat sampah, dan lampu)
memasuki halaman depan GJ45B (ruang penerima,
yang juga dapat difungsikan sebagai fasilitas interpretasi
pendukung wisata, sub-wisata utama sejarah umum Bekasi)
secara bebas, namun untuk memasuki area wisata utama Rencana fasilitas
pengunjung harus membeli tiket. Khusus untuk memasuki
Karakter desain fasilitas yang dikembangkan menggunakan
ruang audio-visual, pengunjung harus membayar tiket
gaya kolonial dengan pengaruh pecinan. Jenis fasilitas sesuai
tambahan.
dengan fungsi ruang (Tabel 6).
Tabel 4. Rencana vegetasi pada tapak
No Fungsi Nama Botani Nama Lokal
1 Estetika
- rumput - Axonophus compressus ‘Dwarf’ - rumput gajah mini
- Zoysia japonica - rumput jepang
- semak - Acalypha siamensis - acalypha
- Bougainvillea - bougenvill
- Orthosiphon stamineus - Kumis kucing
- Pohon - Caesalpinia pulcherrima - kembang merak
- Roystonea regia - palem raja
- Salix babylonica - janda merana
- Thevetia peruviana - kembang jepun
2 Pengarah Hibiscus rosasinensis kembang sepatu
3 Pembatas antar ruang

- Penyangga - Begonia sp. - begonia


- Cannarium commune - kenari
- Casuarina equisetifolia - cemara laut
- Jacaranda mimosifolia - jakaranda
- Swietenia mahagoni - mahoni
- Tamarindus indica - asam jawa
- Terminalia catappa - ketapang
- pembagi ruang - Bambusa sp. - bambu
- Duranta erecta - duranta
4 Penaung Delonix regia flamboyan
Lagerstroemia speciosa bungur
Samanea saman ki hujan

Tabel 5.Rencana aktifitas GJ45B


No Ruang Sub Ruang Fungsi Jenis Aktifitas
1 Ruang penerimaan - Entrance dan identitas tapak akses keluar masuk tapak
Ruang Pendukung ticketing, belanja, makan, parkir, duduk-
2 - Pelayanan
Wisata duduk
interpretasi sejarah
3 Ruang Wisata Utama pengenalan sejarah Bekasi interpretasi, photohunting
Bekasi
interpretasi GJ45B pengenalan sejarah GJ45B interpretasi, pameran, photohunting
koleksi sarana interpretasi benda bersejarah di Bekasi Pameran, photohunting
kepustakaan Pusat informasi Sejarah Bekasi membaca, workshop, seminar
menonton, pameran outdoor, gathering,
pertunjukan Ruang multi fungsi
event
Theme garden Pengenalan sejarah GJ45B (4 tema) interpretasi, pameran, photohunting
audiovisual Pengenalan berbagai sejarah dan budaya Bekasi Menonton, workshop, seminar
4 Ruang penyangga - menjaga sumberdaya tapak -

Tabel 6. Rencana fasilitas GJ45B


No. Ruang Fasilitas
1 Ruang penerimaan Signage, gerbang
2 Ruang Pendukung Wisata Loket, VIC, toilet, papan nama, kantin, toko souvenir, area parkir, tempat sampah, lampu
Papan interpretasi. bangku taman, jalur interpretasi, ruang audiovisual, papan interpretasi, sculpture,
3 Ruang Wisata Utama
Amphitheater, bangku, lampu, tempat sampah,
4 Ruang penyangga Jalur inspeksi
Rencana tapak Dengan mempertimbangkan tapak dalam konteks lokasinya
Produk akhir dari penelitian GJ45B ini berupa rencana tapak terhadap sekitarnya, aspek yang potensial untuk digali lebih
yang merupakan hasil pengintegrasian rencana ruang, lanjut yaitu menciptakan koneksi ruang antara obyek wisata
sirkulasi, aktifitas dan fasilitas yang masing-masing telah GJ45B dengan beberapa titik penting disekitarnya, terutama
dipaparkan sebelumnya. Hasil dari rencana tapak dengan Stasiun Kereta Api Tambun di sebelah utara dan
inidituangkan kedalam gambarsite plan (Gambar5) kawasan Pasar Tambun di sebelah timur di jalan utama
dilengkapi dengan potongan dan ilustrasi tapak (Gambar 6 menuju GJ45B. Stasiun kereta merupakan salah satu akses
dan 7). bagi pengunjung dari luar kawasan menuju GJ45B.
Pengembangan ruang transisi antara stasiun dengan GJ45B
Rencana tapak ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang
dengan merancang koridor yang atraktif melalui tema
perlu untuk dievaluasi terkait manfaat dan dampaknya jika
terkait kesejarahan tidak hanya menciptakan hubungan
rencana ini nantinya diimplementasikan. Pada rencana
ruang namun juga menambah pengalaman rekreatif bagi
tapak, di halaman utama terdapat ruang terbuka yang dapat
pengunjung. Sementara itu, dengan merencanakan area
diakses secara bebas oleh publik berupa plaza dimana ruang
kuliner di Pasar Tambun diharapkan dapat mengakomodir
ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung aktifitas
kebutuhan pengunjung terhadap kebutuhan makan-minum
khususnya bagi masyarakat di Kabupaten Bekasi, misalnya
sekaligus menawarkan ruang rekreasi alternatif bertemakan
untuk pameran seni, pasar seni, dan pertunjukan seni.
kulinari. Pengintegrasian ini ditujukan untuk: (1)
Adanya ruang publik ini nantinya menjadi nilai tambah bagi
membangun unity sehingga kawasan membentuk suatu
GJ45B. Sementara itu dalam rancangan ini terlihat bahwa
lanskap destinasi wisata dengan kesejarahan sebagai tema
secara keseluruhan tapak didominasi oleh perkerasan yang
utama; (2) memperkaya pengalaman berwisata; serta (3)
di satu sisi dapat mendukung aktifitas yang intensif pada
dapat mengakomodir kebutuhan pengunjung; yang pada
tapak. Namun di sisi lain konstruksi tersebut memberikan
akhirnya ketiganya diharapkan mampu memenuhi
dampak mengurangi tingkat keaslian tapak dari sudut
kepuasan mereka dalam berwisata.
pandang kesejarahan. Pada kondisi tertentu, kasus seperti
ini terkadang tidak dapat dihindari dan perubahan ini pada
akhirnya menjadi bagian dari sejarah fisik tapak.

Gambar 5. Rencana Tapak GJ45B


Gambar 6. Gambar tampak potongan area penerimaan sebagai penunjang rencana tapak

Gambar 7. Gambar ilustrasi perspektif 3D area penerimaan sebagai penunjang rencana tapak

SIMPULAN Jepang, dan masa Revolusi. Namun, karakteristik


lanskap sejarah GJ45B sudah tidak terlihat karena
Berdasarkan hasil identifikasi nilai sejarah, GJ45B
penggunaan yang tidak sesuai dan kurang terawat.
memiliki peran penting dalam kesejarahan Indonesia,
Pengembangan tapak sebagai obyek wisata sejarah yang
dimulai dari masa kolonial Belanda, pendudukan
diajukan melalui studi ini merupakan salah satu Icomos (UK) Historic Gardens and Landscape Comittee. p
pendekatan untuk pemanfaatan adaptif lanskap 43-48.
kesejarahan GJ45B. Hasil analisis pada studi ini Gunn C. A. 1993. Tourism Planning, Basic, Concept, Cases.
menghasilkan tiga zona kesesuaian pengembangan Washington (US): Taylor and Francis
wisata sejarah yang bernilai tinggi (59,22%), sedang Harris C. W, Dines N. T. 1988. Time Saver
(25,64%), dan rendah (14,14%). Pengembangan tapak Standards for Landscape Architecture. New York (US): The
untuk kegiatan wisata sebaiknya didukung dengan McGraw-Hill Companies, Inc.
penambahan area di sekitar tapak karena luasan tapak Hardjowigeno, S. 1994. Kesesuaian Lahan Untuk
kurang memadai untuk fasilitas pendukung wisata serta Pengembangan Pertanian, Daerah Rekreasi dan
dengan pertimbangan untuk menjaga sumberdaya tapak. Bangunan. Bogor (ID): Lembaga Pengabdian
Konsep lanskap obyek wisata GJ45B yaitu menjadikan Kepada Masyarakat IPB Bekerjasama Dengan
Badan Pertanahan Nasional.
GJ45B sebagai obyek wisata sejarah yang edukatif dan
rekreatif sebagai pusat informasi sejarah dan budaya Nurisjah S, Pramukanto Q. 2001. Perencanaan Kawasan
Kabupaten Bekasi melalui pengembangan interpretasi untuk Pelestarian Lanskap dan Taman Sejarah.
Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian
yang secara tidak langsung mendukung pelestarian Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).
tapak. Konsep tersebut diwujudkan dalam rencana
Nurisjah S, Pramukanto Q. 2009. Penuntun Praktikum
tapak yang mencakup rencana ruang, sirkulasi, vegetasi, Perencanaan Lanskap. Departemen Arsitektur
aktifitas dan fasilitas. Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Bogor (ID).
Pengembangan dapat dilakukan secara bertahap untuk
menciptakan kawasan wisata sejarah yang terintegrasi
dengan baik. Sebaiknya dilakukan studi historis
arsitektural maupun lanskap GJ45B sebagai dasar
pengembangan GJ45B yang lebih komprehensif. Untuk
mempopulerkan GJ45B sebagai obyek wisata sejarah
maka perlu dilakukan promosi dan penyediaan
informasi agar dapat lebih dikenal dan menarik minat
wisatawan untuk berkunjung. Selain itu integrasi tapak
dengan sekitarnya juga dapat dilakukan untuk
menunjang obyek wisata sejarah GJ45B, terutama
melalui revitalisasi kawasan pecinan yang ada di bagian
timur tapak dan menciptakan koidor koneksi dengan
Stasiun Tambun.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dinas
Pertamanan Kotamadya Bekasi Jawa Barat yang
menjadikan studi perencanan lanskap ini sebagai bagian
dari program kegiatan sehingga penulis mendapatkan
bantuan dana operasional dan data.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID):
Lembaga Sumberdaya Informasi IPB Press.
Bappeda. 2012. Kabupaten Bekasi Dalam Angka. Bekasi
(ID):Bappeda Kabupaten Bekasi.
Disparbudpora. 2010. Penyusunan Draft Raperda Seni dan
Budaya Tahun Anggaran 2010. Jakarta (ID):Tranadi
Tatautami.
Gold S. M. 1980. Recreation Planning and Design. New York
(US): McGraw Hill Book.
Goodchild P.H. 1990. Some Principal For Conservation of
Historic Landscape. [Draft
Document for Discussion Purpose]. Canada:

You might also like