Rumus Chumlea Pada Lansia
Rumus Chumlea Pada Lansia
Rumus Chumlea Pada Lansia
MEDIA MEDIKA
INDONESIANA
Hak Cipta©20 12 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah
ABSTRACT
Measured height and calculated height based on knee height using chumlea formula in elderly
Background: Height is an important anthropometric measurement. Height calculation equation for elderly with dorsal deformity
using knee height was developed by Chumlea. However, the equation is not appropriate for elderly in Asian population. The aim of
this study was to compare measured height with calculated height based on knee height using Chumlea formula for elderly in
Indonesia.
Method: A cross sectional study was conducted in 86 elderly in geriatric outpatient clinic in Kariadi hospital, nursing home, and
eldery integrated health service (posyandu lansia) in Semarang which were randomly selected in July-September 2009. The inclusion
criteria were elderly without deformities and able to stand up straightly. Data collected were demography characteristics, height and
knee height. Height was measured using microtoise, knee height was measured using knee calliper. Both microtoise and knee
calliper had 0.1 cm accuracy. Data were analysed using Wilcoxon signed rank test.
Result: Most samples were female, aged 59-88 years. The average age was 71±8 .7 years. The average measured height in female
and male subjects were 146.8±5 .6 cm and 160.8±6 .2 cm respectively. The average calculated height in female and male subjects
were 154.3±7 .03 cm and and 159.1±6 .78 cm respectively. There was no different (p=0.077) in measured height and calculated
height using Chumlea formula.
Conclusion: There was no different in measured height and calculated height using Chumlea formula.
Keywords: Elderly, height, knee height, nutritional assesment
ABSTRAK
Latar belakang: Tinggi badan merupakan salah satu indikator pengukuran antropometri yang penting. Persamaan perhitungan
tinggi badan pada lansia (lanjut usia) dengan deformitas punggung telah dikembangkan oleh Chumlea. Persamaan yang ada saat
ini tidak tepat untuk populasi Asia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian antara tinggi badan yang diukur dengan
microtoise dengan perhitungan berdasarkan tinggi lutut menggunakan rumus Chumlea untuk lansia di Indonesia.
Metode: Desain penelitian ini adalah belah lintang. Subyek penelitian adalah 86 (delapan puluh enam) lansia yang menjadi pasien
rawat jalan Poliklinik Geriatri di RSUP Dr. Kariadi Semarang, lansia yang menjadi penghuni panti wredha dan lansia yang
menjadi anggota posyandu lansia di Semarang pada bulan Juli-September 2009. Kriteria inklusi pasien adalah tidak ada deformitas
pada struktur tubuh dan mampu berdiri tegak. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi, tinggi badan dan tinggi
lutut. Tinggi badan diukur menggunakan microtoise, sedangkan tinggi lutut diukur menggunakan knee calliper dengan akurasi 0,1
cm. Analisis data menggunakan uji beda Wilcoxon signed rank test.
Hasil: Sebagian besar subyek berjenis kelamin perempuan, dengan usia 59-88 tahun. Rerata umur subyek sebesar 71±8 ,7 tahun.
Rerata tinggi badan perempuan dan laki-laki adalah 146,8±5 ,6 cm, dan 160,8±6 ,2 cm. Rerata tinggi badan perempuan dan laki-
laki dengan rumus Chumlea, adalah 154,3±7 ,03 cm dan 159,1±6 ,78 cm, dengan perbedaan yang tidak bermakna (p=0,077).
Simpulan: Tidak ada perbedaan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise dan rumus Chumlea.
* Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Jl. Dr. Sutomo 14 Semarang Email: etisatitis@yahoo.com
* Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Jl. Dr. Sutomo 14 Semarang
* Subbagian Geriatri, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Dr. Kariadi, Jl. Dr. Sutomo 14 Semarang
dengan cara purposive sampling. Berdasarkan per- cukup jauh, dengan usia minimum adalah 59 tahun dan
hitungan subyek menggunakan rumus uji korelasi dua maksimum adalah 88 tahun. Tinggi badan pada subyek
diperoleh jumlah subyek minimal adalah 43 orang. Pada juga bervariasi, dengan tinggi badan minimum adalah
penelitian ini, diperoleh subyek sebanyak 86 subyek.10 134,2 cm dan maksimum adalah 172,2 cm. Adanya
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tinggi lutut tinggi badan yang bervariasi, diperoleh hasil pengukur-
dan variabel terikatnya adalah tinggi badan. Cara an tinggi lutut yang juga memiliki rentang yang besar,
pengukuran tinggi lutut adalah tinggi lutut diukur pada yaitu minimum 40,2 cm dan maksimum adalah 63,1 cm.
kaki kiri dengan pergelangan kaki dan lutut ditekuk
Tabel 1. Karakteristik subyek
pada sudut 90o. Segitiga gambar digunakan untuk
memastikan sudut sendi tegak lurus. Ujung kaliper tetap Variabel N Min Maks Rerata ± SB
diletakkan di bawah tumit dan sisi yang bergerak ditarik Umur (tahun) 86 59,0 88,0 71,0 ± 8,70
ke bawah ke arah permukaan anterior tungkai, kurang Tinggi badan (cm) 86 134,2 172,2 152,4 ± 8,95
lebih 5 cm proksimal patella di atas condylus femur. Tinggi lutut (cm) 86 40,2 63,1 48,4 ± 3,77
Batang kaliper diposisikan di malleolus lateralis, di
posterior caput fibulae dan paralel terhadap tibia. Rerata umur subyek laki-laki sebesar 70,6±8,43 tahun
Pengukuran dilakukan saat sisi yang bergerak ditekan- dengan umur terendah 59 tahun dan tertinggi 87 tahun.
kan pada jaringan lunak. Pembacaan dilakukan pada
Rerata umur subyek perempuan sebesar 71,3±8,97 tahun
milimeter terdekat.11 dengan umur terendah 60 tahun dan tertinggi 88 tahun.
Nilai yang diperoleh dari pengukuran tersebut selanjut- Jika rerata umur tersebut dikategorikan berdasar-kan
nya dihubungkan dengan tinggi badan melalui rumus uji kelompok umur, maka hasilnya dapat dilihat dalam
korelasi. Persamaan penghitungan tinggi badan diper- Tabel 2.
oleh dengan menggunakan rumus regresi linier. Hasil
pengukuran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi Tabel 2. Distribusi frekuensi kelompok umur pada kedua
badan menggunakan rumus Chumlea:12,13 kelompok
TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 Kelompok umur Total
x tinggi lutut dalam cm) 59-70 tahun 51 (58,8%)
TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 71-80 tahun 19 (22,4%)
x tinggi lutut dalam cm) >80 tahun 16 (18,8%)
Total 86 (100%)
Analisis data menggunakan program Statistical
Package for the Social Science (SPSS). Analisis statistik Pada penelitian ini, dilakukan perbandingan pengukuran
untuk melihat perbedaan antara tinggi badan rerata tinggi badan berdasarkan pengukuran dengan
menggunakan rumus Chumlea dengan tinggi badan microtoise, dibandingkan dengan pengukuran rerata
menggunakan microtoise dengan uji Wilcoxon yang tinggi badan berdasarkan rumus Chumlea. Hasilnya
sebelumnya diuji kenormalan data menggunakan uji dapat dilihat pada Tabel 3.
Kolmogorof Smirnov.
Rerata tinggi badan yang diperoleh dengan pengukuran
HASIL microtoise pada subyek perempuan adalah 146,8±5,6
cm, sedangkan rerata tinggi badan pada subyek laki-laki
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 86 orang, dan lebih tinggi dibandingkan perempuan, yaitu 160,8±6,2
sebagian besar subyek berjenis kelamin perempuan. cm. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan pengukuran
Selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 1. tinggi badan yang diperoleh dari konversi tinggi lutut
Pada penelitian ini, subyek memiliki rentang usia yang dengan menggunakan rumus Chumlea, dimana rerata
Tabel 3. Rerata tinggi badan berdasarkan pengukuran dengan microtoise dan berdasarkan rumus Chumlea, serta rerata pengukuran
tinggi lutut subyek
Perempuan Laki-laki
Min (cm) Maks (cm) Rerata ± SB Min (cm) Maks (cm) Rerata
Tinggi badan 134,3 157,6 146,8 ± 5,6 144,8 172,2 160,8 ± 6,2
Tinggi lutut 40,2 57,2 47,3 ± 3,6 48,6 53,6 50,0 ± 1,75
Tinggi_Chumlea 143 169 154,3 ± 7,03 145,5 183,3 159,1 ± 6,78
tinggi badan pada subyek perempuan adalah penurunan tinggi badan lansia.14 Panjang dari tulang
154,3±7,03 cm dan pada subyek laki-laki adalah kaki tidak berkurang karena usia, oleh karena itu, tinggi
159,1±6,78 cm (Tabel 3). lutut dapat digunakan sebagai pengganti pengukuran
Tabel 4 membandingkan hasil pengukuran tinggi badan tinggi badan pada lansia.18 Salah satu indikator yang
yang menggunakan rumus Chumlea dan pengukuran digunakan untuk pengukuran tinggi badan pada lansia
tinggi badan dengan menggunakan microtoise. Hasilnya adalah dengan mengukur tinggi lutut menggunakan
menunjukkan tidak ada perbedaan tinggi badan yang rumus Chumlea. Dari penelitian ini didapatkan hasil
diukur menggunakan rumus Chumlea ataupun dengan bahwa tidak ada perbedaan antara pengukuran tinggi
pengukuran yang sebenarnya. badan menggunakan microtoise dengan pengukuran
tinggi badan menggunakan rumus Chumlea.
Tabel 4. Uji beda tinggi lutut terhadap tinggi badan subyek Pengukuran tinggi badan pada lansia laki-laki lebih
tinggi jika dibandingkan dengan perempuan. Hal ini
Min Maks
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmah di
n Rerata±SB p*
(cm) (cm)
Jakarta, dan beberapa penelitian lain yang dilakukan di
Cina dan Malaysia. Rerata tinggi lutut pada subyek
Tinggi badan 86 134,2 172,2 152,4 ± 8,9 0,077
perempuan adalah 47,3±3,6 cm. Sedangkan rerata tinggi
lutut pada subyek laki-laki lebih tinggi dibandingkan
Tinggi_Chumlea 86 143 183,3 148,5 ± 20,2
perempuan, yaitu 50,0± 1,75 cm. Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
* Wilcoxon signed ranks test
Filipina, dimana lansia laki-laki memiliki rerata tinggi
lutut dan panjang lengan yang lebih tinggi dibandingkan
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada
dengan perempuan. Rerata tinggi lutut pada laki-laki di
perbedaan antara pengukuran tinggi badan mengguna-
penelitian tersebut adalah 49,1 cm sedangkan pada
kan microtoise dengan pengukuran tinggi badan
perempuan adalah 45,7 cm. Penelitian yang dilakukan
menggunakan rumus Chumlea.
pada lebih dari 1.000 lansia di Afrika Selatan juga
mendukung hasil penelitian ini. Rerata tinggi badan
PEMBAHASAN
laki-laki pada penelitian ini adalah 167±0,08 cm,
Seiring bertambahnya usia, perubahan komposisi tubuh dengan rerata tinggi lututnya adalah adalah 52,7±3,04
dianggap mencerminkan perubahan status gizi dan cm, sedangkan rerata tinggi badan perempuan adalah
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. 14 154± 0,07 cm, dengan rerata tinggi lututnya adalah
Lansia merupakan kelompok usia yang memiliki risiko 49,39±2,86 cm. Bahkan pada penelitian tersebut, juga
menderita malnutrisi yang sangat tinggi. Pengukuran didapatkan hasil bahwa pengukuran tinggi badan pada
malnutrisi yang sederhana, cepat, murah untuk lansia lansia yang menggunakan tinggi lutut memiliki selisih 6
salah satunya adalah dengan pengukuran antropometri. cm jika dibandingkan dengan pengukuran tinggi badan
Pengukuran status gizi pada lansia tidak hanya menggunakan panjang lengan (arm span). Selain itu,
bergantung pada berat badan, namun juga melihat tinggi didapatkan pula perbandingan antara tinggi badan yang
badan.15,16 Tinggi lutut dan panjang lengan sejak tahun diukur menggunakan tinggi lutut dan microtoise.
1999 telah direkomendasikan oleh WHO (1999) sebagai Hasilnya menunjukkan ada selisih 2 cm. Hal ini
alat bantu pengganti untuk mengukur tinggi badan bagi mengindikasikan bahwa kurvatura tulang belakang
lansia yang menggunakan kursi roda atau harus menurun seiring bertambahnya usia, sedangkan tinggi
berbaring karena tidak mampu berjalan. 14 Persamaan lutut hanya sedikit berubah.19 Penelitian di Santiago,
untuk memprediksi tinggi badan pada lansia sudah Cili, menunjukkan bahwa tinggi lutut pada lansia
banyak ditemukan diberbagai kepustakaan. Namun, berbagai usia cenderung konstan.20
persamaan tersebut hanya spesifik untuk beberapa
kelompok tertentu, yang dibatasi oleh jenis kelamin, SIMPULAN DAN SARAN
usia, suku dan status kesehatan seseorang.
Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa persamaan
Tinggi badan sangat diperlukan dalam pengukuran Chumlea dapat digunakan untuk menghitung tinggi
status gizi seseorang. Bersamaan dengan pengukuran badan pada lansia yang tidak bisa diukur dengan
berat badan, tinggi badan merupakan parameter yang microtoise. Disarankan pengukuran tinggi badan melalui
sangat penting untuk mengukur energi metabolisme pengukuran tinggi lutut berdasarkan rumus Chumlea
basal, pengeluaran energi basal, memperkirakan dapat lebih banyak diterapkan agar tidak terjadi
kebutuhan zat gizi, dan menghitung komposisi tubuh over/under estimate pengukuran tinggi badan lansia.
seseorang.17 Pada lansia, terjadi kesulitan dalam meng- Selain itu, sebaiknya dilakukan penelitian dengan
ukur tinggi badan. Hal ini disebabkan karena pada
proses penuaan, terjadi perubahan postur tubuh dan
penipisan diskus vertebra yang dapat menyebabkan
jumlah subyek yang lebih banyak, agar hasilnya dapat 10. Tayie FAK. Armspan and halfspan as alternatives for
lebih digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas. height in adults: A sample from Ghana. African Journal of
Food Agriculture Nutrition and Development [online] 2003
DAFTAR PUSTAKA November [cited 2008 February 26]; 3(2): 74(3). Available
from : http://www.bioline.org.br/
1. Svensen OL, Harbo J, Heitmann BL, Gotfredsen A,
Christiansen C. Measurement of body fat in elderly subjects 11. Solanzo FG. Arm span and knee height as proxy
by dual-energy X-ray absorptiometry, biolelectrical indicators for height (Research in focus). www.fnri.dost.gov.
impedance, and anthropometry. Am J Clin Nutr 1991;53:1117- (Diunduh tanggal 27 januari 2009).
23. 12. Launer LM, Haris T. Weight, height, and body mass
2. Arisman. Gizi dalam daur kehidupan. EGC, Jakarta; index (BMI) distributions in geographic and ethnically
2004:181-95. diverse samples of older persons. Age and Ageing Oxford
Journal 1996;25:300-6.
3. Gibson RS. Principle of nutritional assesment. Oxford
University Press. New York; 2005:251-2. 13. Li ETS, Tang EKY, Wong CYM, Lui SSH, Chan VYN,
Dai DLK. Predicting stature from knee height in Chinese
4. Kwok T, Woo J, Lau E. Prediction of body fat by
elderly subjects. Asia Pacific J. Clinical Nutrition
anthropometry in older Chinese people. Obesity Research
2000;9:252-5.
2001;9:97-101.
14. Rabe B, Thamrin MH, Gross R. Body mass index of
5. Bedogni G, Pietrobelli A, Heymsfield SB, Borghi A,
older people derived from height and from armspan, Asia Pac
Manzieri AM, Morini P, et al. Is body mass index a measure
J Clin Nutri 1996;5(2):79-83.
of adiposity in elderly women? Obesity Research 2001;9:17-
21. 15. Hickson M, Frost G. A comparison of three method for
estimating height in the acute ill elderly population. J Hum
6. Han TS, Lean MEJ. Lower leg length as index of stature
Nutr Diet 2003;16(1):13.
in adults. Int J Obesity. 1998;20:21-7.
16. Cheng HS, See LC, Shieh YH. Estimating stature from
7. World Health Organization. Physical Status: The use and
knee height for adult in Taiwan. Chang Gung Med J
interpretation of anthropometry. Tech. Rep. Ser. Wld Hlth
2001;24(9):547-56.
Org., No. 854. Geneva, 1995;375-408.
17. Shahar, P. Predictive equations for estimation of stature
8. Pinni R, Tonon E, Cavallini MC, Bencini F, Bari MD,
in Malaysian elderly people. Asia Pacific J Clin Nutr
Masotti G, et al. Accuracy of equation for predicting stature
2003;12(1):80-4.
from knee height, and assessment of statural loss in an older
Italian population. Journal of Gerontology. 2001;56A.B3-B7. 18. Pieterse S. Anthropometric measurement method. Help
age symposium report, 1997;13-8.
9. Fatmah. Persamaan (equation) tinggi badan manusia usia
lanjut (manula) berdasarkan usia dan etnis pada 6 panti terpilih 19. Marais D, Marais ML, Labadarios D. Use of knee height
di DKI Jakarta dan Tangerang tahun 2005. Makara, as a surrogate measure of height in older South Africans.
Kesehatan, 10(1); Juni 2006:7-16. (Diunduh SAJCN 2007;20(1).
tanggal 12 Januari 2012). Tersedia dari: 20. Santos JL, Albala C, Lera L. Anthropometry
http://www.jurnal.ui.ac.id/ measurement in the elderly in the population of Santiago,
Chile. Nutrition 2004;20:452-7.
Sinopsis : Persamaan Chumlea dapat digunakan untuk menghitung tinggi badan pada lansia
Indonesia yang tidak bisa diukur dengan microtoise.