Penerapan Model Pembelajaran Kausalitik Untuk Meningkatkan Kemampuan Bernalar Dalam Pembelajaran Fisika Masa Learning From Home Pandemi Covid-19

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Volume 6 No.

2 Desember 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

Penerapan Model Pembelajaran Kausalitik Untuk


Meningkatkan Kemampuan Bernalar
Dalam Pembelajaran Fisika Masa Learning from Home
Pandemi Covid-19
Nurjamilah*, Joni Rokhmat, Hairunnisyah Sahidu, Ahmad Harjono
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram
*Email: nurjamilahp.fisika@gmail.com

Received: 29 Juni 2020; Accepted: 14 November 2020; Published: 30 November 2020


DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jpft.v6i2.1960

Abstract-The Covid-19 pandemic requires teachers to make innovations in learning, such as utilizing
appropriate applications and choosing the right learning model to encourage students' reasoning
abilities. This study aims to identify the effect of the causal learning model on students' reasoning
abilities in learning physics during the learning from home period due to the Covid-19 pandemic. This
type of research is a quasi-experimental study with a 2x2 factorial design. The population is all students
of class X MIA Madrasah Aliyah Negeri 2 (MAN 2) Mataram. Sampling using purposive sampling
technique so that selected students of class X-MIA 3 (31 students) as the experimental class and class
X-MIA 4 (30 students) as the control class. The instrument used to measure reasoning ability was a
description test of 4 items. The results showed that the data were normally distributed and homogeneous
with the chi-squarecount (10.390) <chi-squaretable (11.070), (experimental class); chi-squarecount (10,873)
<chi-squaretable (11,070), (control class); and Fcount (1,502) <Ftable (1,799). The hypothesis was tested
using the t-test with a significance level (sig.) Of 5%. Hypothesis test results show the sig value. smaller
than 0.05 (𝛼 <0.05) (𝐻0 rejected) and the experimental class gain (56.02%, moderate) is higher than
the gain for the control class (38.28%, low). The conclusion is that the causal learning model has an
effect on improving students' reasoning ability in learning physics during the learning from home period
due to the Covid-19 pandemic. Recommendations that can be given in an effort to improve students
'reasoning abilities are to present physical phenomena in the form of pictures that can stimulate
students' thinking activities.

Keywords: Causalitic Learning Model; Students' Reasoning Ability; Physics Learning; Covid-19
Pandemic
PENDAHULUAN mana saja, kapan saja, dan dalam situasi apa
Era revolusi industri 4.0, disebut saja meskipun jarak berjauhan.
sebagai era disrupsi yaitu suatu era Pembelajaran daring ini kemudian
terjadinya perubahan besar-besaran pada menjadi tantangan tersendiri bagi guru dan
semua bidang kehidupan, tak terkecuali siswa. Guru dituntut secara terus-menerus
dalam bidang pendidikan. Salah satu meningkatkan kompetensinya menjadi guru
contohnya adalah sistem pembelajaran di hebat yang mampu menginspirasi agar siswa
dalam kelas. Pembelajaran yang semula mampu terlibat secara aktif dan kooperatif
diselenggarakan secara langsung di kelas dalam pembelajaran untuk mengembangkan
bukan tidak mungkin akan digantikan kemampuan bernalar dan berargumentasi
melalui sistem pembelajaran secara tidak (Kusmiarti & Hamzah, 2019). Sementara
langsung atau dalam jaringan (daring). siswa dituntut untuk memiliki beberapa
Pembelajaran daring merupakan sistem kemampuan salah satunya ialah kemampuan
belajar yang memanfaatkan teknologi bernalar sebagai bekal menjadi pribadi
internet dimana seseorang dapat belajar di adaptif dalam menyelesaikan soal maupun

183
Volume 6 No. 2 Desember 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

menghadapi permasalahan di kehidupan yang mempengaruhi hasil belajar adalah


sehari-hari (Supeno et al. 2017). kemampuan bernalar.
Disisi lain tantangan yang saat ini juga Kemampuan bernalar adalah usaha
dihadapi guru dan siswa adalah melakukan untuk menggambarkan sesuatu guna
kegiatan pembelajaran di tengah pandemi menyelesaikan permasalahan melalui
Covid-19. Pandemi Covid-19 merupakan aktifitas berpikir. Adanya kemampuan
wabah peyakit yang terjadi di Indonesia dan bernalar yang terus dilatih akan
seluruh dunia yang diakibatkan oleh SARS- meningkatkan daya berpikir dan
COV2 (Napsawati, 2020). Dampak pandemi pengetahuan siswa serta memudahkan
Covid-19 terhadap pembelajaran yaitu dalam menyelesaikan permasalahan fisika
pembelajaran harus dilakukan dari rumah sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
atau learning from home (LFH). siswa. Nohda (2000), mengungkapkan
LFH didefinisikan sebagai kegiatan bahwa agar kemampuan penalaran siswa
menjalankan proses pembelajaran dari dapat berkembang secara optimal, siswa
rumah sebagai upaya menggantikan proses harus memiliki kesempatan yang sangat
tatap muka di kelas secara langsung. LFH terbuka untuk berpikir dan beraktivitas
merupakan kebijakan pemerintah yang dalam memecahkan berbagai permasalahan.
mengharuskan lembaga pendidikan terkait Dengan demikian, model pembelajaran yang
memberikan alternatif dan inovasi proses dapat memberikan otonomi seluas-luasnya
pendidikan bagi peserta didik yang tidak kepada siswa dalam berpikir untuk
bisa melaksanakan proses pendidikan menyelesaikan permasalahan dapat
langsung di lembaga pendidikan (Purwanto menumbuh-kembangkan kemampuan siswa
et al. 2020). Kondisi ini kemudian menuntut dalam penalaran dan berpikir strategis secara
guru untuk memperbarui informasi dalam optimal (Herman, 2007).
memilih model atau metode pembelajaran Salah satu model pembelajaran yang
yang digunakan, dengan harapan menyajikan pembelajaran dengan
pembelajaran tetap dapat terlaksana dan karakteristik berpikir dalam menyelesaikan
kualitas pembelajaran dapat menjadi lebih permasalahan yaitu model pembelajaran
baik. kausalitik. Model pembelajaran kausalitik
Hasil observasi yang telah dilakukan adalah model pembelajaran yang
di MAN 2 Mataram menunjukkan proses dikembangkan dan dirancang berdasarkan
pembelajaran khususnya pembelajaran pada pendekatan berpikir kausalitik dan
fisika yang berlangsung saat ini hanya berisi analitik. Melalui aktivitas berpikir
penjelasan materi dan penugasan berupa kausalitik, siswa diarahkan mampu
latihan soal yang kurang mengaktifkan menganalisis setiap fenomena fisika.
siswa. Kurang aktifnya siswa dalam Sedangkan dari aktivitas berpikir analitik,
pembelajaran fisika mengakibatkan siswa diarahkan mampu menyusun
kemampuan bernalar siswa tidak terlatih rasionalisasi dalam bentuk argumen untuk
yang berimbas pada kemampuan bernalar menjelaskan bagaimana kondisi setiap unsur
yang tidak berkembang. Dapat dikatakan penyebab sehingga secara bersama-sama
bahwa kemampuan bernalar menjadi aspek menghasilkan suatu akibat dari fenomena
penting yang perlu dikembangkan dalam fisika (Rokhmat et al., 2020). Model
pembelajaran fisika. Lawson et al. (2007) pembelajaran kausalitik terdiri dari 4 fase
menegaskan bahwa salah satu faktor penting pembelajaran yaitu: (1) Fase orientasi (2)
Fase eksplorasi dan pengembangan konsep

184
Volume 6 No. 2 Desember 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

kausalitas (3) Fase penyusunan argumen (4) yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
Fase evaluasi (ibid). factorial 2x2.
Penerapan model pembelajaran
kausalitik yang diharapkan dapat Kelas Tes Perlakuan Tes
Awal Akhir
meningkatkan kemampuan bernalar siswa Eksperimen O11 X1 O12
juga didasarkan pada beberapa penelitian Kontrol O21 X2 O22
yang telah dilakukan, oleh Anshori, Diadaptasi dari Setyosari, (2016)
Rokhmat, & Gunada (2019) yang
menyatakan bahwa model pembelajaran Populasi penelitian ini adalah seluruh
kausalitik membiasakan siswa berpikir siswa kelas X MIA MAN 2 Mataram dengan
secara divergen dalam menyelesaikan teknik pengambilan sampel menggunakan
permasalahan. Selanjutnya Tamami et al. purposive sampling, sehingga diperoleh
(2017) dan Rokhmat et al. (2017a, 2017b, siswa kelas X MIA 3 yang berjumlah 31
2017c), mengungkapkan bahwa pendekatan siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa
berpikir kausalitik ber-scaffolding kelas X MIA 4 yang berjumlah 30 siswa
berpengaruh dalam meningkatkan sebagai kelas kontrol.
kemampuan pemecahan masalah siswa. Teknik pengumpulan data berupa tes
Pendekatan ini juga memfasilitasi tertulis berbentuk soal uarain yang terdiri
berkembangnya kemampuan dalam berpikir dari 4 item soal kemampuan bernalar. Nilai
kausalitik (Rokhmat et al. 2019). kemampuan bernalar diambil dari masing-
Selanjutnya Rokhmat et al. (2019), juga masing skor indikator kemampuan bernalar.
mengutarakan pendekatan berpikir Nilai yang dimaksud diambil dari nilai post
kausalitik efektif dalam meningkatkan test dengan teknik penilaian menggunakan
kemampuan memahami masalah, memilih akumulasi dari skor kemampuan
penyebab dan akibat, membedakan kemampuan bernalar pada setiap indikator.
penyebab mana sebagai faktor masing- Indikator kemampuan bernalar (IKB)
masing akibat, menentukan dan menerapkan yang digunakan dalam penelitian ini
konsep, prinsip, teori, dan/atau hukum fisika dikaitkan dengan karakteristik pemecahan
tersebut saat menyusun argumen. masalah dalam pembelajaran kausalitik. IKB
Uraian permasalahan tersebut yang dimaksud adalah Mengurutkan
mendorong peneliti untuk melakukan suatu (ordering), yaitu kemampuan mengurutkan
penelitian terkait pengaruh model kondisi yang menjadi penyebab (IKB-1);
pembelajaran kausalitik terhadap Memprediksi (predicting), yaitu
kemampuan bernalar siswa dengan tujuan kemampuan memprediksi berbagai
untuk mengidentifikasi pengaruh model kemungkinan akibat yang dapat terjadi
pembelajaran kausalitik terhadap (IKB-2); Menganalisis (analayzing), yaitu
kemampuan bernalar siswa dalam kemampuan menganalisis penyebab yang
pembelajaran fisika pada masa learning merupakan faktor dari setiap akibat
from home akibat pandemi Covid-19 di terprediksi (IKB-3); Mengontrol
MAN 2 Mataram. (controlling), yaitu kemampuan mengontrol
dengan cara menentukan mana konsep,
METODE PENELITIAN prinsip, teori, dan/atau hukum fisika yang
Jenis penelitian yang dilakukan adalah dapat digunakan untuk mendukung dalam
kuasi eksperimen dengan desain penelitian mengidentifikasi beberapa penyebab (IKB-
4); dan Menerapkan (applying), yaitu

185
Volume 6 No. 2 Desember 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

kemampuan menerapkan konsep, prinsip, Breakout Rooms untuk diskusi kelompok,


teori, dan/atau hukum fisika yang Share Screen untuk menampilkan bahan ajar
direpresentasikan dalam berntuk argumen (video dan power point), Whiteboard untuk
terjadinya setiap akibat terprediksi (IKB-5). menjelaskan materi, Chat untuk berkirim
Instrumen tes kemampuan bernalar pesan, dan Record untuk merekam kegiatan
sebelum digunakan dalam penelitian ini yang dilakukan selama pembelajaran
harus memenuhi beberapa syarat yaitu uji berlangsung, dengan ZOOM kegiatan
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan belajar mengajar lebih efektif seperti
daya beda soal. Uji hipotesis yang digunakan kegiatan mengajar tatap muka di kelas
dalam penelitian ini menggunakan uji-t (Suminiangsih, 2020). Skenario atau
dengan taraf signifikan 5% dan uji N-gain rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
untuk mengetahui peningkatan kemampuan yang dilaksanakan sebenarnya sama seperti
bernalar fisika siswa pada kelas eksperimen pembelajaran di kelas, perbedaannya yaitu
maupun kelas kontrol. peneliti dan siswa tidak dapat bertemu tatap
muka secara langsung melainkan bertemu di
HASIL DAN PEMBAHASAN layar Handphone (Hp) atau Laptop.
Penelitian ini bertujuan untuk Hasil penelitian dianalisis berdasarkan
mengidentifikasi pengaruh model pretest dan posttest pada kedua kelas
pembelajaran kausalitik terhadap sampel. Hasil pretest menunjukan bahwa
kemampuan bernalar siswa dalam tingkat kemampuan bernalar siswa di kedua
pembelajaran fisika pada masa learning kelas sebelum diberikan perlakuan, masih
from home akibat pandemi Covid-19. sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai
Penelitian dilakukan di MAN 2 Mataram rata-rata pretest kemampuan siswa pada
dengan pemberian perlakuan model kedua kelas. Tabel 1 memperlihatkan nilai
pembelajaran kausalitik pada kelas rata-rata pretets kemampuan bernalar untuk
eksperimen dan model pembelajaran kelas eksperimen yaitu 33 dan untuk kelas
langsung pada kelas kontrol. Kegiatan kontrol adalah 23.
penelitian ini dilakukan dalam jaringan Rendahnya nilai rata-rata pretest pada
(daring) menggunakan aplikasi ZOOM Tabel 1 mengindikasikan bahwa
Cloaud Meeting (ZOOM). pembelajaran yang berlangsung selama ini
ZOOM merupakan salah satu aplikasi belum mampu meningkatkan kemampuan
yang memungkinkan peneliti dapat bernalar siswa karena aspek kognitif hanya
melakukan pembelajaran tatap muka seperti ditekankan pada hasil bukan pada aspek
di kelas dan berinteraksi secara komunikatif proses yang melibatkan kemampuan
karena ZOOM menyediakan fasilitas- bernalar. Selain itu, penyebab lainnya karena
fasilatas yang dapat menunjang proses kedua kelompok sampel belum memperoleh
pembelajaran layaknya belajar di dalam materi momentum dan impuls yang sesuai
kelas. Fasiliats yang dimaksud dianataranya, dengan jenjangnya.
Tabel 1. Hasil Uji Homogenitas dan Normalitas Kemampuan Bernalar
Kelas Jumlah Siswa Rata-rata 𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keterangan
Eksperimen 31 33
1,569 1,850 Homogen
Kontrol 30 23
Kelas Jumlah Siswa Rata-rata 𝝌𝟐 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝝌𝟐 𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keterangan
Eksperimen 31 70,806 10,390 11,700 Terdistribusi
Kontrol 30 52,167 10,873 Normal

186
Volume 6 No. 2 Desember 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

Data hasil pretest kemampuan membandingkan dua skor rata-rata yang


bernalar kedua kelas dianalisis untuk diperoleh dari perbedaan nyata dua
mengetahui homogenitas data. Tabel 1 kelompok (Setyosari, 2016).
menunjukan bahwa data hasil pretest Nilai signifikansi statistik uji-t yang
kemampuan bernalar kelas eksperimen dan diperoleh sebesar 0,005. Nilai signifikansi
kelas kontrol homogen. Berdasarkan uji ini lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05
homogenitas dapat disimpulkan bahwa atau (0,005 < 0,05) sehingga hipotesis 𝐻0
kemampuan bernalar siswa setara sebelum ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang
diberikan perlakuan. Hal ini sesuai dengan signifikan antara kemampuan bernalar siswa
pendapat Setiawan & Harta (2014) uji dalam pembelajaran fisika pada kelas
homogenitas berfungsi untuk mengetahui eksperimen dan kelas kontrol. Hasil ini
kesetaraan kemampuan awal kedua kelas. menunjukkan bahwa model pembelajaran
Untuk mengukur pengaruh kausalitik berpengaruh dalam meningkatkan
peningkatan kemampuan bernalar siswa kemampuan bernalar siswa dalam
setelah diberi perlakuan model pembelajaran fisika di MAN 2 Mataram.
pembelelajaran kausalitik dilakukan posttest Peningkatan kemampuan bernalar
dengan materi dan bobot soal yang sama siswa setelah diberikan perlakuan model
seperti yang diberikan pada saat pretest. pembelajaran kausalitik dapat disebabkan
Hasil posttest kemampuan bernalar siswa karena tahapan pembelajaran model
menunjukan nilai rata-rata kelas eksperimen kausalitik yang melatih dan membimbing
yaitu 70,806 lebih tinggi dari nilai rata-rata siswa untuk mempunyai dan menggunakan
kelas kontrol yaitu 52,167. Data posttest nalar secara aktif pada saat pembelajaran
kemampuan bernalar kelas eksperimen dan berlangsung. Siswa dibimbing dalam
kelas kontrol diuji normalitasnya sebagai mengurutkan, memprediksi, menganalisis,
bagian tahapan uji hipotesis. Hasil uji mengontrol, hingga menerapkan konsep,
normalitas tersebut dapat dilihat pada Tabel prinsip, teori, dan/atau hukum ke dalam
1. fenomen-fenomena fisika dalam kehidupan
Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa sehari-hari.
data hasil posttest kemampuan bernalar Keterlibatan siswa berpikir secara
kelas eksperimen dan kelas kontrol aktif dalam pembelajaran akan merangsang
terdistribusi normal yang ditentukan dari kemampuan bernalarnya. Sebagaimana
nilai chi kuadrat data kedua kelas. penelitian yang telah dilakukan oleh Burais
Berdasarkan uji normalitas dapat et al. (2016) yang mengutarakan bahwa
disimpulkan bahwa jenis statistik yang salah satu penyebab rendahnya kemampuan
digunakan sebagai tahapan uji hipotesis penalaran matematis siswa adalah proses
adalah uji statistik parametrik. Hal ini sesuai pembelajaran yang dilakukan oleh guru di
dengan pendapat Sundayana (2016), yang kelas kurang melibatkan siswa secara aktif
menyatakan normalitas sebaran data dalam proses pembelajaran, sehingga untuk
menjadi syarat untuk menentukan jenis meningkatkan kemampuan penalarannya
statistik apa yang digunakan dalam analisis maka siswa harus dilibatkan secara aktif.
selanjutnya. Uji statistik parametrik yang Peningkatan kemampuan bernalar
digunakan adalah uji-t dengan taraf siswa lebih lanjut dapat dilihat dari hasil skor
signifikansi 0,05. Uji-t adalah suatu tes rata-rata uji N-gain pada kedua kelas
statistik yang memungkinkan untuk sampel. Gambar 1 memperlihatkan persen

187
Volume 6 No. 2 Desember 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

rata-rata N-gain untuk kelas eskperimen terjadi?”, kemudian memperoleh respon dari
sebesar 56,02% dan termasuk dalam siswa berupa jawaban yang bervariatif.
kategori sedang. Sedangkan persen rata-rata Kegiatan demonstrasi dan
N-gain kelas kontrol sebesar 38,28% dan memberikan pertanyaan kepada siswa ini
termasuk dalam kategori rendah. Hasil merupakan langkah awal dalam melatih
tersebut mengindikasikan bahwa penerapan kemampuan bernalar siswa, karena siswa
model pembelajaran kausalitik cukup akan memikirkan jawaban atas pertanyaan
berpengaruh untuk meningkatkan yang diajukan. Sebagaimana penelitian yang
kemampuan bernalar siswa dalam telah dilakukan Siregar (2019) menegaskan
pembelajaran fisika di MAN 2 Mataram pertanyaan yang mengharuskan siswa untuk
pada materi momentum dan impuls. mengkomunikasikan gagasannya dapat
mengasah kemampuan bernalar siswa.
Indikator kemampuan bernalar yang dapat
dilatihkan pada fase orientasi adalah
mengurutkan (ordering). Pada tahap
orientasi siswa diberikan sebuah pertanyaan
terkait materi momentum dan impuls yang
menuntut siswa untuk memahami maksud
pertanyaan dengan mengurutkan kondisi
yang mejadi penyebab hubungan antara
momentum dan impuls. Dalam tahap awal
ini telah melatihkan kemampuan bernalar
Gambar 1. Rata-rata N-gain Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dari
Bernalar peneliti.
Tahap kedua yaitu eksplorasi dan
Sementara penerapan model pengembangan konsep kausalitas, dalam
pembelajaran konvensional kurang tahap ini siswa dituntun lebih aktif untuk
berpengaruh untuk meningkatkan menggali, menyelidiki dan menganalisis
kemampuan bernalar siswa dalam berbagai penyebab yang mungkin
pembelajaran fisika di MAN 2 Mataram menghasilkan suatu akibat dari fenomena
pada materi tersebut. Perbedaan hasil yang disediakan dalam bentuk LKS. Pada
peningkatan pada kedua kelas dikarenakan tahap eksplorasi siswa diberikan LKS yang
penerapan model pembelajaran kausalitik telah dibuat untuk setiap pertemuan agar
melatih kemampuan bernalar siswa pada melatih indikator-indikator kemampuan
setiap tahapan pembelajarannya. bernalar. Indikator yang dilatih pada tahap
Tahap pertama yaitu orientasi, pada ini yaitu mengurutkan (ordering),
tahap ini peneliti memberikan demonstrasi memprediksi (predicting), dan menganalisis
fenomena-fenomena fisika dalam kehidupan (analayzing). Adapun peran peneliti hanya
sehari-hari berupa video dalam bentuk memberi bimbingan dengan cara
power point, seperti anak yang memilih menunjukkan sebagian contoh (bantuan
antara menghentikan mobil atau sepeda dan tahapan atau scaffolding) dari proses
memberikan pertanyaan seperti “Manakah penyelesaian fenomena dalam LKS.
yang lebih sukar untuk dihentikan (a) Mobil; Scaffolding sangat mendukung penerapan
(b) Sepeda”. “Mengapa hal tersebut dapat model pembelajaran kausalitik dan
membantu siswa karena siswa belum

188
Volume 6 No. 2 Desember 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

terbiasa dengan soal yang berbentuk hukum fisika yang dapat digunakan untuk
kausalitik. Dengan scaffolding, siswa mendukung dalam mengidentifikasi
mampu menyelesaikan masalah melebihi beberapa penyebab yang menghasilkan
kemampuan mereka (Rokhmat et al., 2019). suatu akibat, kemudian menerapkan konsep,
Berdasarkan nilai rata-rata yang prinsip, teori atau hukum fisika mana yang
diperoleh pada posttest, mengurutkan diperlukan dalam mengidentifikasi
(ordering) dan memprediksi (predicting) penyebab-penyebab sehingga menghasilkan
merupakan indikator dengan nilai rata-rata suatu akibat tertentu dalam fenomena
tertinggi. Hal ini dapat terjadi karena siswa momentum dan impuls yang telah mereka
dilatihkan agar dapat mengurutkan kondisi pahami melalui LKS yang telah dikerjakan
yang menjadi penyebab pada materi bersama kelompok.
momentum dan impuls. Setelah mereka Tahap keempat yaitu evaluasi, pada
mampu mengurutkan maka mereka dapat tahap ini yang dilakukan siswa adalah
memprediksi berbagai kemungkinan akibat menyamakan persepsi dan merevisi persepsi
yang dapat terjadi berdasarkan fenomena yang keliru terhadap materi momentum dan
yang ada pada setiap LKS yang diberikan. impuls. Kemampuan bernalar yang dapat
Buaris et al. (2016) juga mengungkapkan hal dilatihkan pada tahap ini yaitu menerapkan
yang sama dalam penelitiannya pada saat (applying) konsep, prinsip, teori dan/atau
siswa memperediksi jawaban atau solusi hukum fisika mana yang diperlukan
akan membantu siswa melakukan penalaran sehingga siswa menyusun argumen dalam
analogi yaitu penarikan kesimpulan membuat keputusan akhir atau kesimpulan.
berdasarkan keserupaan data atau proses. Pada tahap ini, peneliti memfasilitasi setiap
Tahap ketiga adalah menyusun kelompok untuk menyamakan persepsi
argumen, pada tahap ini siswa menyusun dengan cara mengemukakan kesimpulan
argumen mengapa setiap akibat tersebut bisa dari pembelajaran yang telah dilakukan yaitu
terjadi dikaitkan dengan setiap kombinasi tentang materi momentum dan impuls.
yang menjadi penyebab dengan Peneliti juga memberikan penguatan atas
menyertakan konsep, prinsip, teori atau pendapat yang dikemukan oleh semua
hukum fisika yang terkait dengan fenomena kelompok dengan mengembangkan
momentum dan impuls. Sebelum menyusun pertanyaan lanjutan yang bersifat
argumen siswa dibiasakan untuk selalu konstruktif.
bernalar dalam mengidentifikasi Berdasarkan rangkaian pembelajaran
kemungkinan dari setiap unsur penyebab yang diterapkan pada kelas eksperimen
sampai akhirnya menentukan akibat yang menunjukkan adanya proses untuk melatih
mungkin terjadi dengan menerapkan konsep, kemampuan bernalar karena kemampuan
prinsip, teori, atau hukum-hukum yang bernalar tidak akan berkembang apabila
terkait untuk menjelaskan mengapa setiap tidak dilatih dan dibiasakan. Seperti yang
akibat tersebut dapat terjadi dengan bahasa, dinyatakan oleh Agustin (2016),
kata-kata, dan pemikiran siswa sendiri serta kemampuan bernalar dapat ditingkatkan
memberikan uraian terkait penjelasannya. dengan melatih dan membiasakan
Tahap ini melatihkan kemampuan menyajikan pelajaran dengan mendorong
bernalar siswa yaitu mengontrol siswa untuk mencari atau memecahkan suatu
(controlling) dan menerapkan (applying), masalah atau persoalan. Kemampuan
karena pada tahap ini siswa dilatih untuk bernalar yang tinggi dibutuhkan tidak hanya
menentukan konsep, prinsip, teori atau dalam membuat keputusan dan

189
Volume 6 No. 2 Desember 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

menyelesaikan masalah, kemampuan Terdapat beberapa faktor yang


bernalar yang tinggi akan berimbas pada menyebabkan pelaksanaan penelitian ini
kemampuan siswa dalam menyelesaikan menjadi kurang maksimal. Faktor pertama
masalah (Ding, Reay, Lee, & Bao, 2011). adalah kegiatan penelitian ini dilakukan
Indikator-indikator kemampuan dalam jaringan (daring). Faktor kedua yaitu
bernalar yang harus dicapai siswa lebih kurangnya pengalaman siswa dalam
banyak dilatihkan dalam penerapan model menyelesaikan soal yang menekankan
pembelajaran kausalitik dibandingkan proses berpikir. Faktor ketiga yaitu sulitnya
dengan model pembelajaran langsung. siswa memahami gamabar ilustrasi yang
Terlihat dari nilai rata-rata kemampuan diberikan sehingga menyulitkan siswa
bernalar pada kelas eksperimen lebih tinggi dalam memberikan argumen untuk
daripada kelas kontrol. Nilai rata-rata menjelaskan fenomena yang ada.
posttest kelas eksperimen 70,806 sedangkan Strategi yang dapat digunakan untuk
kelas kontrol sebesar 52,167. Berdasarkan mengatasi masalah tersebut adalah
data yang telah didapatkan terlihat bahwa menggunkan aplikasi yang tidak terlalu
peningkatan nilai rata-rata yang tinggi dan menghabiskan banyak kuota, namun
signifikan secara statistik terjadi pada kelas memiliki fasilitas yang mendukung kegiatan
eksperimen. Hal ini dapat terjadi karena pembelajaran. Utamanya aplikasi yang
model pembelajaran kausalitik memiliki fasilitas Share Screen dan
memfasilitasi siswa untuk berpikir secara Whiteboard untuk penelitian yang terdapat
kausal dan analitik yang dibutuhkan dalam kelas ekperimen dan kelas kontrol. Fasilitas
mendorong kemampuan bernalar seseorang. Share Screen sangat membantu pada saat
Berpikir kausalitik dan analitik ini pengambilan data, melalui fasilitas ini
memiliki kelebihan, sebagaimana yang peneliti dapat membagikan prangkat tes
diungkapkan Rokhmat (2013b), yang telah disiapkan dan memantau kegiatan
diantaranya: 1) siswa akan terlatih untuk siswa tanpa harus takut siswa bekerja sama
menganalisis fenomena fisika, 2) memahami dengan temannya. Komunikasi antara semua
konsep secara menyeluruh, 3) berpikir pihak yang terlibat sangat menunjang
secara kritis dan sintesis, 4) berpikir secara keberhasilan dari penilitian daring ini.
divergen, dan 5) menjawab permasalahan
berdasarkan konsep fisika. Kelebihan PENUTUP
tersebut kemudian memicu berkembangnya Berdasarkan hasil penelitian dan
setiap indikator kemampuan bernalar yang pembahasan, maka dapat diambil
diukur. Hasil penelitian yang didapatkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model
oleh peneliti sejalan dengan penelitian yang pembelajaran kausalitik terhadap
dilakukan oleh Wulandari (2019), kemampuan bernalar siswa dalam
menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran fisika di MAN 2 Mataram
pembelajaran kausalitik dengan tepat dapat pada masa learning from home akibat
meningkatkan kemampuan pemecahan pandemi Covid-19. Pengaruh yang
masalah siswa secara signifikan. Hal yang dimaksud adalah terjadi peningkatan
sama juga diungkapkan oleh Rokhmat et al. kemampuan bernalar dalam pembelajaran
(2017b), pendekatan berpikir kausalitik fisika pada kelas eksperimen.
efektif digunakan dalam pembelajaran fisika Model pembelajaran kausalitik dapat
yang ditunjukkan dengan peningkatan diterapkan untuk meningkatkan kemampuan
kemampuan pemecahan masalah. bernalar siswa dalam pembelajaran fisika

190
Volume 6 No. 2 Desember 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

dengan memperhatikan beberapa hal seperti Biology. Journal of Research in


jaringan (signal) dan keamanan aplikasi Science Teaching, 44 (5), 706–724.
yang digunakan jika pelaksanaan penelitian Napsawati. 2020. Analisis Situasi
dilakukan dalam jaringan (daring), alokasi Pembelajaran IPA Fisika Dengan
waktu selama pembelajaran, fenomena yang Metode Daring Di Tengah Wabah
dibahas dalam LKS serta memperhatikan Covid-19. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Terapannya, 3(1), 7.
bentuk pemberian bantuan (scaffolding)
yang disajikan. Nohda, N. 2000. Learning and Teaching
Through Open-ended Approacrh
Method. Dalam Tadao Nakahara dan
REFERENSI Masataka Koyama (editor)
Agustin, R. D. 2016. Kemampuan Penalaran Proceeding of the 24th of the
Matematika Mahasiswa malalui Intenational Group for the Psychology
Pendekatan Problem Solving. Jurnal of Mathematics Education.
Pedagogi, 5(2), 180-181. Hiroshima: Hiroshima University.
Anshori, I. A., Rokhmat, J., & Gunada, I. W. Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M.,
2019. Pengaruh Model Pembelajaran Santoso, P. B., Wijayanti, L. M., Yun,
Kausalitik terhadap Kemampuan C. C & Putri, R. S. 2020. Studi
Pemecahan Masalah ditinjau dari Eksploratif Dampak Pandemi
Kreativitas Peserta Didik. Jurnal COVID-19 Terhadap Proses
Pendidikan Fisika dan Teknologi, Pembelajaran Online Di Sekolah
5(2), 210. Dasar. Journal of Education,
Psychology, and Counseling, 2 (1), 2-
Burais, L., Ikhsan, M., & Duskri, M. 2016. 3.
Peningkatan Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa melalui Model Rokhmat, J. 2013. Peningkatan Kemampuan
Discovery Learning. Jurnal Didaktik Pemecahan Masalah Mahasiswa
Matematika, 3(1), 79-84. Calon Guru Fisika melalui Berpikir
Kausalitas dan Analitik [The Increase
Ding, L., Reay, N., Lee, A., & Bao, L. 2011. of Problem-solving Ability of Physics
Exploring the Role of Conceptual Pre-service Student through Causality
Scaffolding in Solving Synthesis and Analytic Thinking]. Disertasi
Problems. Physical Review Special Doktor pada Pendidikan IPA.
Topics-Physics Education Research, Universitas Pendidikan Indonesia:
7(2), 8. tidak diterbitkan.
Herman, T. 2007. Pembelajaran Berbasis Rokhmat, J., Marzuki, Hikmawati,
Masalah untuk Meningkatkan &Verawati, N. N. S. P. 2017a.
Kemampuan Penalaran Matematis Instrument Development of Causalitic
Siswa SMP. Jurnal cakrawala Thinking Approach in Physics
pendidikan, 26(1), 45. Learning to Increase Problem Solving
Kusmiarti, R., & Hamzah, S. 2019. Literasi Ability of Pre-service Teacher.
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia American Institute of Physics
di Era Industri 4.0. Prosiding Seminar Conference Proceeding of the 6th
Nasional Bulan Bahasa (Semiba), International Conference on
215. Diakses dari Theoretical and Applied Physics
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/s (ICTAP) 2016, pp, 03000-3 - 03000-5.
emiba _______2017b. The Causal Model in
Lawson, A. E., Banks, D. L., & Logvin, M. Physics Learning with a Causalitic-
2007. Self-Efficacy, Reasoning thinking Approach to Increase the
Ability, And Achievement In College Problem-solving Ability of Pre-

191
Volume 6 No. 2 Desember 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

service Teachers. Pertanika Journal of Sundayana, R. 2016. Statistik Penelitian


Social Science and Humanities Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
(JSSH), 25(S), 164. Supeno, Kurnianingrum, A. M., & Cahyani,
_______(2017c). The Scaffolding M. U., 2017. Kemampuan Penalaran
Causalitic-thinking Approach to Berbasis Bukti Dalam Pembelajaran
Increase the Problemsolving Ability of Fisika. Jurnal Pembelajaran dan
Students on Fluids. Proceeding of Pendidikan Sains, 2 (1), 65.
Science, Engineering, Education, and Tamami, F., Rokhmat, J., & Gunada, I. W.
Developments Studies (SEEDs) 2017. Pengaruh Pendekatan Berpikir
Conference Series, 1(1), 52. Kausalitik Scaffolding Tipe 2a
Rokhmat, J., Marzuki, Wahyudi, & Putrie, S. Modifikasi Berbantuan LKS Terhadap
D. 2019. A Strategy of Scaffolding Kemampuan Pemecahan Masalah
Development to Increase Students’ Optik Geometri Dan Kreativitas Siswa
Problem-Solving Abilities: The Case Kelas XI SMAN 1 Mataram. Jurnal
of Physics Learning with Causalitic- Pendidikan Fisika dan Teknologi,
Thinking Approach. Journal of 3(1), 76-83.
Turkish Science Education (JTSE), Wulandari, T. (2019). Pengaruh Model
16(4), 570. Pembelajaran Kausalitik terhadap
Rokhmat, J., Marzuki, Hikmawati, & Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Verawati, N. N. S. P. 2020. The Causal Berpikir Kreatif Peserta Didik pada
Model in Physics Learning with a Materi Momentum dan Impuls. Skripsi
Causaliticthinking Approach to S1. Universitas Mataram.
Increase the Problem-solving Ability
of Pre-service Teachers. Pertanika
Journals Social Sciences &
Humanities, 25(S), 155.
Setiawan, R. H., & Harta, I. 2014. Pengaruh
Pendekatan Open-Ended dan
Pendekatan Kontekstual terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Sikap Siswa terhadap Matematika.
Junral Riset Pendidikan Matematika,
1(2), 248-249.
Setyosari, P. 2016. Metode Penelitian dan
Pengembangan (Edisi Keempat).
Jakarta: Kencana.
Siregar, N. 2019. Upaya Meningkatkan
Kemampuan Penalaran dan
Komunikasi Matematis Siswa Melalui
Model Pace. Jurnal Pedagogy, 4(2),
69.
Suminiangsih, 2020. Aplikasi Zoom Cloud
Meetings Maksimalkan Belajar di
Rumah.
https://poskita.co/2020/03/24/aplikasi
-zoom-cloud-meetings-maksimalkan-
belajar-di-rumah/, Diakses tanggal 1
Mei 2020.

192

You might also like