Pengaruh Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica, Val.) Terhadap Bakteri Usus Secara in Vitro

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

FARMASIS: Jurnal Sains Farmasi Volume 2 No.

1 Maret 2021 ISSN 2746-6418

Pengaruh Rimpang Kunyit (Curcuma domestica, Val.) terhadap Bakteri Usus


secara in vitro
The Effect of Turmeric Rhizome (Curcuma domestica, Val.) on Intestinal Bacteria in vitro

Didiek Hardiyanto Soegiantoro1*, Gregory Hope Soegiantoro2, Intan Selvyanti Waruwu1, Yanti
Octavia Theressia1
1Fakultas Farmasi, Universitas Kristen Immanuel, Yogyakarta
2SMA Negeri 3, Yogyakarta
Received: 2/1/2021 Accepted: 11/2/2021 Published: 30/3/2021
*Korespondensi: didiek@ukrimuniversity.ac.id

Abstract
The use of turmeric rhizome to treat diarrhea is written in the original Indonesian medicinal
manuscript. Diarrhea disease is still a public health problem in Indonesia, because of its high
morbidity and mortality. One of the causes of diarrhea is an uncontrolled increase in the number
of intestinal bacteria and infection by intestinal pathogenic bacteria. This study aims to determine
the effect of the turmeric rhizome preparation process, both traditionally and by extraction method
by maceration and soxhletation on antibacterial activity, especially intestinal bacteria, so that it
can be applied by the traditional medicine industry as well as traditional herbal medicine sellers
(“jamu gendong”). The research method used was to test the antibacterial activity of fresh
turmeric juice, pre-dried turmeric juice, turmeric extract by maceration using 95% ethanol, and
turmeric extract by soxhletation at 100°C using 95% ethanol. The intestinal bacteria used in this
study were Escherichia coli, Yersinia enterolitica, Vibrio nonagglutinable, and Shigella flexneri.
The results of this study indicate that the treatment process using the traditional method, both
fresh turmeric juice and pre-dried turmeric juice, does not show any antibacterial activity.
Turmeric extract by maceration showed antibacterial activity against all bacterias and the
greatest against Vibrio nonagglutinable bacteria. Turmeric extract by soxhletation showed
antibacterial activity against all bacterias and the greatest against Vibrio nonagglutinable
bacteria. The conclusion of this study is that the most appropriate method used to process
turmeric rhizome as a medicine for diarrhea caused by bacteria is the extraction method by
maceration or soxhletation. The greatest antibacterial effect is against the Vibrio nonagglutinable
bacteria.
Keywords: turmeric, herbal medicine, antibacterial, diarrhea, Vibrio

Abstrak
Penggunaan rimpang kunyit untuk mengobati diare tertulis dalam manuskrip obat asli Indonesia.
Salah satu penyebab diare adalah peningkatan jumlah bakteri usus yang tidak terkendali dan
infeksi oleh bakteri patogen usus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses
preparasi bahan rimpang kunyit secara tradisional maupun metode ekstraksi maserasi dan
soxhletasi terhadap daya antibakteri khususnya bakteri usus sehingga dapat diterapkan oleh
industri obat tradisional maupun penjual jamu tradisional. Metode yang digunakan adalah
menguji daya antibakteri perasan kunyit segar, perasan kunyit yang sudah dikeringkan, ekstrak
kunyit dengan metode maserasi etanol 95%, dan ekstrak kunyit dengan metode soxhletasi pada
suhu 100°C menggunakan etanol 95%. Bakteri usus yang digunakan adalah Escherichia coli,
Yersinia enterolitica, Vibrio nonaglutinable, dan Shigella flexneri. Hasil penelitian menunjukkan
proses perlakuan dengan cara tradisional, yaitu perasan kunyit segar dan perasan kunyit yang
sudah dikeringkan sebelumnya tidak menunjukkan efek antibakteri. Ekstrak kunyit dengan cara
maserasi menunjukkan daya antibakteri terhadap semua bakteri uji dan terbesar terhadap
bakteri Vibrio nonaglutinable. Ekstrak kunyit dengan cara soxhletasi menunjukkan daya
antibakteri terhadap semua bakteri uji dan terbesar terhadap bakteri Vibrio nonaglutinable.
Kesimpulan penelitian ini adalah metode yang paling tepat digunakan untuk memproses rimpang
kunyit sebagai obat diare yang diakibatkan oleh bakteri adalah dengan metode ekstraksi dengan
cara maserasi atau ekstraksi dengan cara soxhletasi. Efek antibakteri terbesar adalah terhadap
bakteri Vibrio nonaglutinable.
Kata kunci: kunyit, jamu, antibakteri, diare, Vibrio.

18
FARMASIS: Jurnal Sains Farmasi Volume 2 No. 1 Maret 2021 ISSN 2746-6418

PENDAHULUAN sebagai obat diare telah digunakan secara


Penggunaan obat tradisional di turun-temurun. Cara penggunaan rimpang
Indonesia sudah berlangsung sejak ribuan kunyit sebagai obat diare secara tradisional
tahun yang lalu, sebelum obat modern yang diturunkan turun-temurun adalah
ditemukan dan dipasarkan. Penggunaan obat menggunakan perasan dari rimpang kunyit
tradisional akhir-akhir ini semakin meningkat segar yang diberi sedikit garam atau
sejalan dengan program pemerintah untuk menggunakan irisan rimpang kunyit kering
mengembangkan obat alam Indonesia. yang digiling halus lalu diberi air dan disaring
Definisi obat tradisional ialah bahan atau (Permatasari dan Hartanti, 2011).
ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, Kunyit (Curcuma domestica Val)
hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau megandung senyawa alkaloid, flavonoid,
campuran dari bahan tersebut, yang secara kurkumin, minyak atsiri, saponin, tanin dan
turun temurun telah digunakan untuk terpenoid. Kurkumin dan minyak atsiri terbukti
pengobatan berdasarkan pengalaman memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi.
(Dewoto, 2007). Potensi perkembangan Senyawa kurkuminoid memiliki khasiat
industri farmasi dengan memanfaatkan sebagai antibakteri, antikejang, analgetik,
tumbuhan obat tradisional sangat tinggi di antidiare, antipiretik dan antitumor. Senyawa
Indonesia. Hal ini terjadi salah satunya karena kurkumin termasuk ke dalam hasil metabolit
perubahan pola hidup manusia untuk mulai sekunder dari tanaman (Muadifah et.al.,
mengkonsumsi obat-obatan dari bahan alami 2019).
dan mengurangi konsumsi obat-obatan Penelitian ini bertujuan untuk
kimiawi, sesuai dengan konsep kembali ke mengetahui daya antibakteri rimpang kunyit
alam (back to nature). Penyebab lain adalah dari proses pengolahan jamu secara
mahalnya obat-obatan kimiawi modern tradisional dan dengan ekstraksi dalam pelarut
sehingga pilihan alternatif obat herbal dengan organik. Penelitian ini bertujuan untuk
bahan alami menjadi pilihan (Nugroho, 2017). membuktikan apakah cara tradisional yang
Diare adalah buang air besar sebanyak digunakan turun-temurun memiliki daya
tiga kali atau lebih dengan konsistensi lembek antbakteri kemudian dibandingkan dengan
atau cair yang terjadi dalam satu hari serta cara ekstraksi.
frekuensi lebih sering daripada orang normal Selain itu penelitian ini juga bertujuan
(Permatasari dan Hartanti, 2011). Diare mengetahui jenis bakteri yang paling sensitif
termasuk dalam sepuluh besar penyakit yang terhadap terhadap rimpang kunyit.
dilaporkan masyarakat. Hal ini menunjukkan
penyakit ini tetap ada di masyarakat dengan BAHAN DAN METODE
kejadian yang hampir sama tiap tahunnya. Bahan
Kematian akibat diare umumnya disebabkan Bahan rimpang kunyit (Curcuma
oleh mencret yang terjadi tak berkesudahan domestica, Val.) diambil dari petani di daerah
sehingga penderita kehilangan cairan dan Wates, Kulonprogo, Daerah Istimewa
elektrolit dalam tubuh yang menyebabkan Yogyakarta. Bahan kimia yang digunakan
dehidrasi. Salah satu penyebab diare adalah dalam proses penyarian dan uji daya
adanya bakteri patogen penyebab diare atau antibakteri jika tidak disebutkan lain berarti
kelebihan jumlah bakteri normal usus (Irianto, menggunakan bahan pelarut dan bahan kimia
2000). berderajat murni pro analysis buatan E. Merck.
Rimpang kunyit (Curcuma domestica, Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian
Val.) digunakan untuk mengobati diare. ini adalah etanol, aquabidest, dan amilum.
Penggunaan rimpang kunyit dalam jamu

19
FARMASIS: Jurnal Sains Farmasi Volume 2 No. 1 Maret 2021 ISSN 2746-6418

Alat dipatahkan. Irisan rimpang kunyit kering


Berbagai alat digunakan dalam diblender sampai menjadi serbuk halus,
penelitian termasuk alat gelas yang biasa kemudian diambil 100 gram dan diberi 150 ml
digunakan di laboratorium, selain itu aquabidest, lalu disaring dan diambil
digunakan allihn condenser dengan labu cairannya untuk diuapkan hingga 50 ml.
500ml buatan Pyrex, heating mantle 500ml, Rimpang kunyit untuk perlakuan 3, yaitu
kipas angin Maspion EF-302, rotary ekstrak dari proses maserasi dengan pelarut
evaporator IKA RV-10, blender Phillips HR- etanol 95%, diambil dari serbuk halus rimpang
2115, kotak aseptis, osa platina 0,001 ml, kunyit. Proses ekstraksi dengan cara maserasi
inkubator Memmert IN-55, transfer pipet digunakan 100 gram serbuk kunyit dalam 150
Socorex Swiss, mikropipet Eppendorf 100- gram pelarut etanol 95%. Selama 2 jam
1000µL. pertama campuran terus-menerus dikocok,
kemudian didiamkan selama 3x24 jam sambil
Metode sesekali dikocok. Ekstrak yang didapatkan
Tahap pertama dilakukan determinasi setelah dipisahkan dari ampasnya, diuapkan
tanaman rimpang kunyit untuk memastikan dengan rotary evaporator hingga 50 ml.
bahwa simplisia yang dipakai sesuai dengan Rimpang kunyit untuk perlakuan 4, yaitu
jenis dan spesiesnya (Muadifah et.al., 2019). ekstrak dari proses soxhletasi, digunakan 100
Tahap kedua adalah preparasi bahan gram serbuk kunyit dalam 150 ml pelarut
rimpang kunyit dari empat jenis metode yang etanol 95%. Dilakukan proses ekstraksi
menjadi variabel bebas. Perlakuan 1 dan 2 dengan allihn condenser selama 2 jam pada
disesuaikan dengan cara pembuatan jamu suhu 100°C. Hasil ekstrak diuapkan dengan
dari resep turun-temurun nenek moyang rotary evaporator untuk menghilangkan etanol
(Permatasari dan Hartanti, 2011). Sedangkan hingga tinggal 50 ml.
perlakuan 3 dan 4 menggunakan teknik Keempat perlakuan memiliki konsentrasi
ekstraksi bahan alam, yaitu dengan cara rimpang kunyit yang sama, yaitu 2 gram/ml.
maserasi dan soxhletasi panas menggunakan Konsentrasi tersebut ditentukan atas dasar
pelarut etanol 95%. Pemilihan cara soxhletasi resep obat tradisional yaitu menggunakan 400
dan maserasi didasarkan pada perbedaan gram rimpang kunyit untuk menghasilkan 1
suhu, dimana maserasi dilakukan pada suhu gelas (200 ml) perasan kunyit (Permatasari
ruang, sedangkan soxhletasi dilakukan pada dan Hartanti, 2011).
suhu 100°C. Selain itu pergantian pelarut pada Daya antibakteri dari keempat perlakuan
proses soxhletasi dianggap lebih efektif dalam diuji dengan metode difusi sumuran
ekstraksi karena pelarut yang dialirkan tidak menggunakan media Mueller-Hinton Agar.
pernah jenuh. Metode sumuran lebih baik daripada
Rimpang kunyit untuk perlakuan 1, yaitu metode difusi disk disebabkan karena pada
perasan rimpang segar, digunakan 100 gram proses sumuran terjadi proses osmolaritas.
rimpang segar, dicuci bersih, lalu diblender Konsentrasi ekstrak yang lebih tinggi
dan diperas. Hasil perasan diuapkan dengan dibandingkan dengan metode difusi disk
menggunakan kipas angin sampai tinggal 50 sehingga osmolaritas terjadi secara
ml. menyeluruh dan lebih homogen dan lebih
Rimpang kunyit untuk perlakuan 2, yaitu kuat untuk menghambat pertumbuhan
perasan rimpang kering, dilakukan dengan bakteri (Arirahmayanti et.al., 2019). Prinsip
cara rimpang kunyit segar diiris tipis-tipis dan kerja metode difusi adalah terdifusinya
dikering-anginkan menggunakan alas dan senyawa yang diuji ke dalam media padat
ditutup kain hitam hingga kering dan mudah dimana bakteri uji telah diinokulasikan.

20
FARMASIS: Jurnal Sains Farmasi Volume 2 No. 1 Maret 2021 ISSN 2746-6418

Hasil pengamatan yang diperoleh berupa inkubasi 24 jam pada suhu 37°C. Daya
ada atau tidaknya daerah bening yang antibakteri diukur dengan mengukur
terbentuk di sekeliling sumuran yang diamter area jernih di sekitar sumuran
menunjukan zona hambat pada (Cahaya Himawan et.al., 2012).
pertumbuhan bakteri (Nurhayati et.al.,
2020). Konsentrasi uji sediaan rimpang HASIL DAN PEMBAHASAN
kunyit dari 4 perlakuan masing-masing Determinasi tanaman dilakukan atas
digunakan dosis sebanyak 25μL, 50μL, dan dasar membandingkan ciri morfologi
75μL yang setara dengan 50 mg, 100 mg, tanaman dengan pustaka sebelumnya.
dan 150 mg rimpang kunyit. Masing-masing Tanaman kunyit yang digunakan memiliki
penujian dilakukan replikasi sebanyak 4 kali ciri tulang daun dan urat daun sejajar, letak
dengan kontrol negatif pelarut aquabidest daun berselang-seling serupa tangga
(Cahaya Himawan et.al., 2012). Bakteri memutar, daun berbentuk lancip, memiliki
usus yang digunakan dalam pengujian pelepah yang melingkari batang, dan
adalah Escherichia coli, Yersinia merupakan herba dengan rimpang,
enterolitica, Vibrio nonaglutinase, dan Berdasarkan ciri morfologi tersebut, maka
Shigella flexneri. Jumlah bakteri yang dapat dikatakan tanaman yang digunakan
digunakan disesuaikan dengan kekeruhan adalah spesies Curcuma domestica, Val
modifikasi Brown 1 yang dianggap setara (Anshori et.al., 2014)
dengan 300 juta bakteri per ml. Masa

Tabel 1. Rata-rata Diameter Daya Hambat


mm diameter hambatan
Sediaan galenis Vibrio
dan dosis Escherichia Yersinia Shigella
nonaglutinabl
coli enterolitica Flexneri
e
Kontrol 0,0 0,0 0,0 0,0
25 μl 0,0 0,0 0,0 0,0
Perasan
rimpang 50 μl 0,0 0,0 0,0 0,0
segar
75 μl 0,0 0,0 0,0 0,0
25 μl 0,0 0,0 0,0 0,0
Perasan
rimpang 50 μl 0,0 0,0 0,0 0,0
kering
75 μl 0,0 0,0 0,0 0,0
25 μl 6,3 6,7 10,2 7,0
Ekstrak dari
50 μl 7,0 7,4 11,3 8,0
maserasi
75 μl 7,7 7,8 12,7 8,3
25 μl 7,3 8,2 10,3 7,8
Ekstrak dari
50 μl 7,5 9,3 11,6 8,1
soxhletasi
75 μl 8,0 10,9 14,8 8,5

21
FARMASIS: Jurnal Sains Farmasi Volume 2 No. 1 Maret 2021 ISSN 2746-6418

Identifikasi makroskopis rimpang antimikroba. Senyawa flavonoid mampu


kunyit berbentuk bulat panjang kadang merusak dinding sel bakteri, sehingga
bercabang, warna daging rimpang kuning bakteri mengalami lisis. Flavonoid juga
jingga di bagian luar dan kucing pucat di dapat menghambat pembentukan protein
bagian dalam, batas korteks dan silinder sehingga menghambat pertumbuhan
pusat jelas, berbau khas aromatik, serta bakteri. Sedangkan mekanisme aksi
rasa pedas. Sedangkan identifikasi alkaloid dalam membunuh bakteri adalah
mikroskopis terlihat adanya gumpalan pati dengan cara mendenaturasi protein
berwarna kuning yang sangat banyak, sehingga merusak aktivitas enzim dan
sering terlihat sel parenkim, fragmen menyebabkan kematian sel (Dermawaty,
jaringan gabus, butir pati dengan bentuk 2015).
tidak beraturan, fragmen pembuluh, dan Ketiadaan minyak atsiri dalam semua
ada kelenjar minyak berwarna kuning. perlakuan menyebabkan aktivitas
Identifikasi berdasarkan ciri makroskopis antibakteri yang diakibatkan oleh minyak
dan mikroskopis rimpang kunyit atsiri tidak terdeteksi. Aktivitas antibakteri
dibandingkan dengan pustaka dan rimpang kunyit yang terdeteksi adalah
didaptkan bahwa spesies yang digunakan dipengaruhi oleh adanya flavonoid, alkaloid,
adalah Curcuma domestica, Val (Trimanto dan kurkuminoid dalam rimpang kunyit.
et.al., 2018) Metabolit sekunder tersebut berada di
Hasil pengujian aktivitas antibakteri dalam sel ata intraselular, yaitu di dalam
dari rimpang kunyit dari keempat perlakuan vakuola. Pelarut organik dalam hal ini
dapat dilihat pada tabel 1. Rimpang kunyit etanol 95% mengakibatkan terbukanya
dengan perlakuan mengikuti cara seluruh sel-sel rimpang kunyit sehingga
tradisional turun-temurun, yaitu dengan ekstraksi ini mampu melepaskan metabolit
cara diperas dari rimpang segar dan sekunder dalam kadar yang cukup untuk
perasan dari rimpang kering menunjukkan meghasilkan aktivitas antibakteri. Hal inilah
aktivitas antibakteri yang sangat kecil yang menjadi alasan dibuktikannya daya
dibandingkan dengan hasil ekstraksi baik antibakteri ekstrak dari proses maserasi
dengan cara maserasi maupun soxhletasi. maupun soxhletasi.
Proses penguapan cairan dari Bakteri uji yang paling sensitif
keempat perlakuan menyebabkan terhadap rimpang kunyit adalah bakteri
menguapnya minyak atsiri dari rimpang Vibrio nonaglutinable. Bakteri uji ini sering
kunyit. Penguapan cairan dari perasan ditemukan di dalam sampel tinja dari
rimpang segar dan kering dimaksudkan penderita diare. Vibrio nonaglutinable juga
agar mendapatkan konsentrasi yang merupakan kerabat dari bakteri penyebab
memadai untuk pengujian daya antibakteri. kolera, yaitu Vibrio cholerae yang lebih
Sedangkan penguapan pada proses patogen dan menyebabkan kematian
ekstraksi bertujuan untuk menghilangkan terbesar dari penyakit diare.
alkohol yang dapat mempengaruhi hasil uji Penelitian ini tidak memperhitungkan
aktivitas antibakteri, selain itu agar keberadaan minyak atsiri yang terdapat
konsentrasi ekstrak dapat mencukupi untuk dalam rimpang kunyit, padahal
dilakukan uji daya antibakterinya kemungkinan minyak atsiri ini memiliki
Selain minyak atsiri, rimpang kunyit aktivitas antibakteri yang tidak bisa
mengandung senyawa metabolit sekunder diabaikan. Oleh sebab itu perlu dilakukan
terpenoid, alkaloid, flavonoid, dan penelitian untuk daya antibakteri minyak
kurkuminoid yang berfungsi sebagai atsiri dari rimpang kunyit. Bakti uji dalam

22
FARMASIS: Jurnal Sains Farmasi Volume 2 No. 1 Maret 2021 ISSN 2746-6418

penelitian ini terbatas pada 4 jenis bakteri, Escherichia coli ATCC 8739, Jurnal
dan masih banyak berbagai jenis yang Medika Udayana, 8 (11): 1-5
ditemukan dalam kasus diare, dengan Backer, C.A., van den Brink, Rob, 1968,
Flora of Java, volume IIIA, Wolter,
demikian dapat dilakukan penelitian lebih
Noordhff N.V., Groningen, Nederland:
lanjut untuk meneliti efek antibakteri 41-42,64-73.
rimpang kunyit terhadap bakteri dari genus Cahaya Himawan, H., Surjana, V., Prawira,
Vibrio karena daya hambat terbesar L., 2012, Karakterisasi dan Identifikasi
ditunjukkan dari bakteri uji Vibrio Komponen Kimia Rimpang Kunyit
nonaglutinable. (Curcuma domestica Val.) SebagaiI
Inhibitor Bakteri Patogen, Jurnal Imiah
Farmasi, 2 (2): 116-125
KESIMPULAN
Dermawaty, D.A., 2015, Potential Extract
Proses tradisional dalam pengolahan Curcuma (Curcuma xanthorrizal,
rimpang kunyit, yaitu perasan rkunyit segar Roxb) as Antibacterials, Jurnal
maupun perasan kunyit yang telah Majority, 4 (1): 5-11
dikeringkan, tidak menunjukkan efek Dewoto, Hedi R., 2007, Pengembangan
antibakteri terhadap bakteri uji Escherichia Obat Tradisional Indonesia Menjadi
coli, Yersinia enterolitica, Vibrio Fitofarmaka, Majalah Kedokteran
Indonesia, 57 (7) : 7
nonaglutinase, dan Shigella flexneri.
Irianto, J., 2000, Prediksi Keparahan Diare
Sedangkan proses ekstraksi dengan menurut Faktor-faktor yang
pelarut etanol 95% dengan cara maserasi Berpengaruh pada Anak Balita di
ataupun soxhletasi menunjukkan aktivitas Indonesia, Pusat Penelitian dan
antibakteri terhadap bakteri uji. Bakteri uji Pengembangan Ekologi dan Status
yang paling sensitif terhadap maserat dan Kesehatan Kemkes R.I., Jakarta
Muadifah A., Putri, A.E., Latifah, N., 2019,
ekstrak rimpang kunyit adalah bakteri Vibrio
Aktivitas Gel Ekstrak Rimpang Kunyit
nonaglutinable dan diikuti bakteri Yersinia (Curcuma domestica Val.) terhadap
enterolitica. Bakteri Staphylococcus aureus, Jurnal
SainHealth, 3 (1): 45-53
UCAPAN TERIMA KASIH Nugroho, Ardiyanto W., 2017, Review:
Penulis mengucapkan terima kasih Konservasi Keanekaragaman Hayati
kepada Kepala Laboratorium Kesehatan melalui Tanaman Obat dalam Hutan di
Indonesia dengan Teknologi Farmasi:
dan Kalibrasi Provinsi DIY yang telah
Potensi dan Tantangan, Jurnal Sains
memfasilitasi dalam pengujian daya dan Kesehatan, 1 (7) : 377-383
antibakteri. Dekan Fakultas Farmasi Nurhayati, L.S., Yahdiyani, N., Hidayatulloh,
Universitas Gadjah Mada yang telah A., 2020, Comparion of the
memberikan izin penggunaan laboratorium Antibacterial Activity of Yoghurt Starter
dalam penelitian ini. with Disk Diffusion Agar dan Well
Diffusion Agar Methods, Jurnal
Teknologi Hasil Peternakan, 1 (2): 41-
DAFTAR PUSTAKA
46
Anshori, Y.R., Aisyah, S.I., Darusman, L.K.,
Permatasari, D. dan Hartanti D., 2011, Studi
2014, Induksi Mutasi Fisik dengan
Etnofarmakologi Obat Tradisional
Iradiasi Sinar Gamma pada Kunyit
sebagai Anti Diare di Kecamatan
(Curcuma domestica Val.), Jurnal
Baturaden Kabuaten Banyumas,
Hortikultura Indonesia, 5 (2): 84-94
Pharmaceutical Journal of Indonesia, 8
Arirahmayanti, I.G.A.E., Artini, I.G.A.,
(1): 21
Ernawati, D.K., 2019, Perbandingan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Kunyit (Curcuma longa) dan Bawang
Putih (Allium sativum) terhadap

23
FARMASIS: Jurnal Sains Farmasi Volume 2 No. 1 Maret 2021 ISSN 2746-6418

Trimanto, Dwiyanti, D., Indriyani, S., 2018,


Morfologi, Anatomi dan Uji Histokimia
Rimpang Curcuma aeruginosa Roxb;
Curcuma longa L.; Curcuma
domestica Val. dan Curcuma
heyneana Valeton dan Zijp, Berita
Biologi, 17 (2): 123-13

24

You might also like