Jurnal Teologi
Jurnal Teologi
Abstract
The development of the Jewish nation in observing the Torah from the time of the
Babylonian exile to the time of Jesus' presence in Judea continued, both amidst the
changing cultural effects of politics on the existing government. The Torah is a reference
for the Jewish people to live by in worship and in their daily life. The Jewish Torah strictly
rules the norms relating to personal and social morals. The material of the Torah had
developed at the time of Jesus, been added with interpretations of the 'letters' of the Torah,
new attitudes of behavior, which were increasingly distant and increasingly difficult to do.
The way they understand the Torah is seen in the attitude and manner of the teachings of
Jesus. The scribes were adept at interpreting the Torah literally with convoluted
explanations. Jesus declared that He came to fulfill the Torah. The application of the
application of the Torah for the present time appears in spiritual values such as spiritual
understanding of God's Word, Bible study, understanding the current passages of the
Torah, as well as the need for one's qualifications to live the Word of God. Therefore,
today we need hermeneutic principles so that we don't misinterpret the Bible.
Keywords: Torah, Jesus, Jewish religion
Abstrak
Perkembangan bangsa Yahudi dalam melakukan Taurat sejak dari masa pembuangan di
Babel sampai pada masa kehadiran Yesus di Yudea terus berlanjut, baik di tengah
perubahan budaya maupun dampak politik pada pemerintah yang ada saat itu. Taurat
menjadi acuan pegangan hidup bangsa Yahudi dalam ibadah dan dalam hidup sehari-hari.
Taurat orang Yahudi sangat ketat mengatur norma-norma yang menyangkut moral pribadi
dan sosial. Materi Taurat sudah berkembang pada masa Yesus, ditambah dengan tafsiran-
tafsiran
‘huruf’ Taurat, pedoman sikap tingkah laku, yang semakin jauh dan semakin sulit
dilakukan. Cara mereka memahami Taurat yang terlihat pada sikap dan cara menanggapi
ajaran Yesus. Para ahli Taurat mahir dalam menginterpretasikan Taurat secara harafiah
dengan keterangan berbelit-belit. Yesus menyatakan bahwa Ia datang untuk menggenapi
Taurat. Implikasi penerapan Taurat untuk masa kini muncul pada nilai-nilai rohani seperti
kebangunan rohani memahami Firman Tuhan, pendalaman Alkitab, memahami perikop-
perikop Taurat untuk masa kini, serta perlu kualifikasi seseorang dalam menghayati Firman
Copyright© 2020; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|
16
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 1, September 2020
Allah. Maka untuk itu di masa kini perlu prinsip-prinsip Hermeneutik agar tidak keliru
dalam menafsir Alkitab. Kata-kata kunci: Taurat, Yesus, agama Yahudi
PENDAHULUAN
Penerapan Taurat pada masa Yesus membuat pemahaman yang terwujud dalam
tindakan menjadi berbeda dengan apa yang Yesus maksudkan. Beberapa kali dalam kitab
Injil menunjukkan silang pendapat antar Yesus dengan para golongan Yahudi sebagai
penekun Taurat. Ahli-ahli Taurat telah mengembangkan Taurat menjadi hukum lisan yang
sangat banyak diketahui dari tulisan para rabi pada masa intertestamental.
Yang menjadi perhatian dalam tulisan ini adalah bagaimana memahami penerapan
Taurat begitu mendasar pada para golongan Yahudi sebagai suatu ketaatan menjadi milik
Allah. Ada nilai-nilai secara implisit yang dapat diterima menjadi implikasi dalam
penghayatan Firman Tuhan. Untuk itu maka tulisan ini akan menyingkapkan nilai-nilai
secara implisit pada perilaku para Tauratisme yang dapat merupakan pedoman penghayatan
bagi masa kini. Penting untuk disingkapkan apakah ada kualifikasi seorang Taurat yang
dapat menjadi kriteria seseorang yang dapat menghayati Firman Tuhan untuk masa kini.
Penelitiann ini dilakukan untuk menunjukkan satu perbedaan dan perubahan yang
signifikan. Setelah Yesus hadir di bumi, dapat dipahami bahwa Taurat tetap menjadi
pegangan agama Yahudi yang mendasar.
METODE
Penulisan ini menggunakan metode studi literatur untuk menjawab permasalahan
penelitian dengan mencari sumber-sumber literatur yang berkorelasi dengan masalah
penelitian. Kemudian penulis menganalisis yang terkait dengan menggunakan analisis
dokumen yang merupakan kajian yang menitikberatkan interpretasi bahan tertulis
berdasarkan konteksnya untuk mendapatkan jawaban atas penelitian masalah.
PEMBAHASAN
Memahami penerapan Taurat pada masa Yesus di dalam hidup para pemegang
agama Yahudi memiliki dampak sebagai implikasi yang dapat diterapkan pada masa kini
dalam menghayati Firman Tuhan.
3 Merryl C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1995) 124.
4 Ibid, 145
Copyright© 2020; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691|18
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 1, September 2020
Jadi, pemikiran orang Yahudi tentang pembuangan ini adalah penghukuman karena
dosa umat Allah yang telah melanggar Taurat Tuhan.
dan korban yang sebenarnya berdasarkan Taurat dilaksanakan kembali. Lalu dirayakan
sekalian dengan Hannukah, Festival Cahaya (2 Mak.8, Yoh. 10:22).
6 J.Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 3 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1988),
67. 7 J.Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 2 (Jakarta : Yayasan Bina Kasih/OMF, 1983), 473.
Copyright© 2020; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691|20
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 1, September 2020
kehendak dan hasrat untuk memelihara gagasan-gagasan yang tinggi itu, sekalipun mereka
berada di
tengah-tengah masa penuh aniaya dari luar dan perpecahan dari dalam. Tapi sinagoge dan
golongan ahli Taurat memperhambakan kepada penafsiran secara hurufiah, sehingga
hakikat kebenaran agama yang mendatangkan hidup menjadi lenyap. Makin lama makin
mengutamakan ‘huruf’ taurat, dan syariat-syariat ‘lahiriah’ saja.7
Jadi, Sinagoge adalah tempat ibadah bangsa Yahudi sejak masa pembuangan untuk
belajar Taurat, mengajarkan isi Kitab Suci yaitu firman Tuhan, walau harus diterjemahkan
dan ditafsirkan dengan ditambahi peraturan-peraturan yang menjadikan agama Yahudi
menjadi agama lahiriah.
mazhab agamawi maupun suatu partai politik, melainkan suatu golongan sosial. 12 Praktik
orang Saduki juga bersemangat membela keyahudian yang hanya mengakui dan menerima
Hukum Tertulis yaitu hukum Taurat yang lahir dari ketidakpercayaan, bukan secara insaf.
Mereka tidak percaya kebangkitan orang sesudah kematian (Mat. 22:23) dan masa bodoh
terhadap pengharapan akan kedatangan Mesias. Orang Saduki bersekongkol dengan orang
Farisi untuk membunuh Tuhan Yesus dan bertanggung jawab atas penyaliban Tuhan Yesus
(Luk.3:2;’ Yoh.11:49; 18:13-14,24; 19:15, Mark 15:11).
Herodiani (Mat.22:16, Mark 3:6; 12:13) adalah suatu organisasi politik yang
membela dan mempertahankan pemerintahan Herodes yang mendapat sokongan moril.
Orang Farisi sangat benci kepada mereka karena mencemarkan agama Yahudi dengan
agama kafir dan pura-pura memeluk agama Yahudi, menancapkan rajawali dari emas
sebagai lambang kejayaan Roma di atas pintu gerbang halaman Bait Allah. Kedua
golongan ini sangat bermusuhan tetapi mereka juga bersepakat untuk membunuh Yesus.
Rasa permusuhan terhadap Yesus dan menganggap berbahaya mengharuskan Yesus
diserahkan kepada Gubernur untuk dibungkamkan (Luk. 20:20).
Zelotis adalah partai nasionalis Yahudi yang radikal, yang menyebabkan bentrokan
yang gila dengan kerajaan Roma kehancuran total dan perampasan Yerusalem oleh
jenderal Titus tahun 70 M. Mereka melawan kerajaan Roma dengan melakukan tindakan
kekerasan. Barabas dan temannya, dua perampok yang disalibkan bersama Yesus,
pengacau-pengacau yang dipenjarakan (Mark 15:7) merupakan golongan Zelotis.
Eseni adalah golongan penganut agama Yahudi yang ekstrim, mengakui Musa
sebagai otoritas yang tertinggi, tidak mau beribadat dan tidak mengikuti upacara korban
dalam Bait Allah. Cita-cita mereka adalah pikiran yang suci, keagamaan yang rohani dan
pengasingan diri yang rendah hati bagi Tuhan dengan jalan mengundurkan diri dari
‘dunia’, disiplin keras dan hidup sederhana. 13 Motif perbuatan mereka itu baik, tapi caranya
salah, keyahudian mereka berlebih-lebihan, inti Taurat tidak terpahami.
Ahli Taurat adalah pahlawan pembela keutuhan Taurat, mereka menentang
penyembahan berhala, memperbanyak tradisi lisan, memperkenalkan sistem penafsiran dan
penjelasan kitab Suci yang sedemikian rupa sehingga akhirnya menghancurkan artinya.
Lalu terjerumus ke dalam kesimpulan-kesimpulan yang menyeleweng yang berbeda dari
12 Ibid, 81.
13 Ibid, 85.
Copyright© 2020; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691|23
Sri Lina B.L. Simorangkir: Memahami Penerapan Taurat Pada Masa Yesus dan Implikasinya ...
ahli Taurat yang pertama. Hukum moral dan upacara telah dilupakan, diputarbalikkan,
penyelidikan Kitab Suci merosot menjadi penyelidikan perkara tetek-bengek, kesibukan
Hukum Taurat
Ajaran Yesus menunjukkan bahwa ada pengajaran dalam hukum Taurat yang telah
bergeser dari esensinya, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Membunuh
Injil Matius dalam perkataan Yesus mengutip isi dari hukum Taurat pada perintah
keenam yaitu “. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita:
14 16 Ibid, 70.
Copyright© 2020; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691|24
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 1, September 2020
Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum…” (Mat. 5:21). Inilah larangan
dalam Taurat yang tidak boleh dilakukan yaitu membunuh orang lain. 15 Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata ‘membunuh’ berarti ‘menghilangkan atau mencabut nyawa” 16
dengan demikian tindakan untuk menghilangkan nyawa seseorang tanpa alasan, apalagi
direncanakan adalah suatu pembunuhan. Pelanggaran terhadap perintah ini fatal, yakni
dihukum dan dikutuk (Kej. 4:12). Yesus menyatakan bahwa terjadinya pembunuhan
diawali dari kemarahan dan kebencian, dalam khotbah di bukit Ia menunjukkan bahwa
orang yang memiliki masalah dengan sesamanya harus segera berdamai, agar kemarahan
dan kebencian itu tidak memuncak menjadi pembunuhan (Mat. 5:21-26).
5. Pengampunan (Mat.18:21).
Petrus rupanya mengartikan mengampuni sesamanya terbatas pada tujuh kali atau
memiliki batas. Yesus memakai satu perumpamaan untuk mengajar kepada semua
muridNya tentang seorang Tuan yang mengampuni. Penjelasan Yesus menyatakan bahwa
Tuhan menolak memberi pengampunan jika manusia tidak mengampuni sesamanya
(Mat.6:12; Luk.6:37).
Hukum Perdata
Pengajaran Yesus yang berkaitan dengan hukum perdata memfokuskan diri
pada kehidupan sosial, seperti :
18 Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 1999), 154.
19 Yonatan Alex Arifianto dan Joseph Christ Santo, “Memahami Hukuman Salib dalam Perspektif
Intertestamental sampai dengan Perjanjian Baru,” Sotiria 3, no. 1 (2020): 53–52. 22 Tafsiran Alkitab Masa
Kini 3, hal 154 23 Ibid, hal 222.
20 B.J. Boland. Tafsiran Injil Lukas (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982) 58. )
Copyright© 2020; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691|26
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 1, September 2020
saja. Saat ini dalam setiap kekerasan yang terjadi, setiap pihak berusaha mengimbangi apa
yang tidak adil di masa lalu, memperbaiki apa yang dianggap salah. 21 Jadi, mengasihi
musuh artinya menunjukkan perhatian dan keprihatinan yang tulus untuk keselamatan
mereka. Ini sama dengan menumpuk baraei atas kepala dalam Roma 12:20 dan
menjauhkan diri dari pembalasan dendam (Mat.5:39).
Hukum Ritual
Hukum ritual di sini berkaitan dengan tata cara keagamaan, yaitu:
21 Ellen G.White. Khotbah Di Atas Bukit (Indonesia Publishing House, 1992), 89.
22 J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius. (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 90-91.
23 Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang : Gandum Mas, 1996) 1685.
24 J.L. Ch. Abineno. Khotbah Di Bukit (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1986) 140-141
Copyright© 2020; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691|27
Sri Lina B.L. Simorangkir: Memahami Penerapan Taurat Pada Masa Yesus dan Implikasinya ...
Dalam perjalanan Yesus dengan para murid di perahu yang diterpa angin badai,
perahu mulai tenggelam dan para murid mulai goyah dan bingung. Salinan Moffat
menyatakan, “Guru apakah bagi-Mu tidak menjadi soal kalau tenggelam?” 25. Dalam hal ini
Yesus meredakan angin ribut dengan sekejap mata adalah bukan iman tingkat manusia
biasa, sebab tidaklah lazim bahwa angin dan air laut dapat dikendalikan oleh manusia
begitu saja.26. Inilah karunia iman dari sekian banyak karunia Roh Kudus. Dengan
peristiwa ini Yesus memberi pelajaran kepada para murid agar mereka dapat mengatasi
masalah dengan iman.
Pendalaman Alkitab
Para ahli Taurat terus menerus “mengajarkan, meneliti dan mengajar Hukum
Taurat, sebagai penafsir Alkitab zaman itu dan sebagai yang berotoritas dalam
menginterpretasikan ayat Alkitab”32 Pentingnya pendalaman Alkitab masa kini dengan
alasan pentingnya berjuang mempertahankan iman terhadap teologi palsu (Yud. 1:3; Kis.
20:31; Gal.1:9; 1Tim.4:1, 6:3-4), membantu untuk bertumbuh dalam watak yang benar
(1Tim 6:3; Mzm.1:2-
30 Ciputrauceo.net.blog.arti-kata-implikasi.
31 J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 3 (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
1988), 67-68.
32 Dr. Lukas Tjandra. Latar Belakang Perjanjian Baru II (Malang : Seminarai Alkitab Asia
Tenggara,
1997), 48
Copyright© 2020; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691|29
Sri Lina B.L. Simorangkir: Memahami Penerapan Taurat Pada Masa Yesus dan Implikasinya ...
3; Yoh. 17:14-18; 1Tim. 1:5, 4:7), memperkuat dan mendewasakan orang percaya supaya
mencerminkan gambar Kristus dan tubuh Kristus (Ef. 4:11-16), memperdalam pengalaman
mengenai kasih Kristus, persekutuan pribadi, dan karunia Roh Kudus (Yoh.17:3,21,26;
Ef.3:18-19), mengikuti pimpinan dan baptisan Roh Kudus (Rm. 8:14; Kis. 2:4).
2. Lahir baru
Yesus berkata kepada Nikodemus untuk mengerti pengajaran Yesus harus
mengalami kelahiran baru. Ini berhubung dengan elemen roh manusia yang dapat
membawa berkomunikasi dan kesanggupan menyadari adanya Tuhan.
3. Displin Pribadi
33 Spiral Hermeneutika Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran Alkitab, 229-230.
34 Marulak Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik (Malang : Gandum Mas,
2019), 52-55. 39 Ibid, 44.
Copyright© 2020; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691|30
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 1, September 2020
Roh Kudus membimbing dalam mempelajari Firman Tuhan harus disertai dengan
kerja keras dan menjadi seorang yang bertanggungjawab (2 Tim 2:7).
KESIMPULAN
Perjuangan bangsa Yahudi dalam kembali kepada Taurat sejak dari masa
pembuangan di Babel sampai pada masa kehadiran Yesus di Yudea terus berlanjut baik
dalam budaya maupun dampak politik pemerintah yang ada. Penerapan Taurat pada orang
Yahudi di masa Yesus telah mengalami banyak perubahan daripada sebelumnya, bahkan
dalam percakapan yang muncul telah terjadi kontra. Pada dasarnya Yesus tidak pernah
menyangkal keabsahan hukum Taurat, juga tidak membantah bahwa hukum tersebut
diberikan oleh Allah. Sekalipun muncul beberapa golongan dan kelompok-kelompok di
masa Yesus, para Yahudi telah berusaha menekuni, fokus, taat kepada Taurat. Maka model
ini memiliki implikasi untuk masa kini dalam memahami Firman Tuhan dengan nilai
rohani seperti kebangunan rohani untuk memahami Firman Tuhan, pendalaman Alkitab,
REFERENSI
Abineno, J.L.Ch. Khotbah Di Bukit. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1986
Abineno, J.L.Ch. Sepuluh Firman. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988 Alkitab
Edisi Studi. Jakarta : LAI, 2017.
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang : Gandum Mas, 1996
Alkitab. Jakarta : LAI, 1987.
Arifianto, Yonatan Alex dan Joseph Christ Santo, “Memahami Hukuman Salib dalam
Perspektif Intertestamental sampai dengan Perjanjian Baru,” Sotiria 3, no. 1 (2020):
53–52.
Baxter, J. Sidlow. Menggali Isi Alkitab 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983.
Baxter, J. Sidlow. Menggali Isi Alkitab 3. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
1988.
Boland, B.J. Tafsiran Injil Lukas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982.
De Heer,J.J. Tafsiran Alkitab Injil Matius. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta ; Gunung Mulia, 2005.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II. Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih / OMF, 1995.
Manurung, Happy. Masalah Perceraian. Bandung : Tonis, 1983
Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika Pengantar Komprehensif bagi Penafsir Alkitab.
Surabaya : Momentum, 2012.
Packer, J.I., Merrill C. Tenney, William White, Jr. Ensiklopedi Fakta Alkitab. Malang:
Gandum Mas, 2001.
Pasaribu, Marulak. Eksposisi Injil Sinoptik. Malang: Gandum Mas, 2019.
Prince, Derek. Iman Yang Olehnya Kita Hidup. Jakarta: Imanuel, 1994
Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 1999
Tenney, Merryl C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1995
Tjandra, Lukas. Latar Belakang Perjanjian Baru (II). Malang: Seminari Alkitab Asia
Tenggara, 1997.
White, Ellen G. Khotbah Di Atas Bukit. Jakarta : Indonesia Publishing House, 1992