Jurnal TLM Blood Smear
Jurnal TLM Blood Smear
Jurnal TLM Blood Smear
ABSTRACT/ABSTRAK
This study was based on the background that worms infection is a disease that
Keywords: occurs in the intestines as an investment of one or more intestinal parasitic worms
consisting of intestinal nematodes. Farmers who are in direct contact with the soil
Worms infection every day will accelerate the spread of worm infections either through their
fingernails or toenails. The purpose of this study was to identify intestinal
intestinal nematodes
nematode worm eggs using sedimentation methods on nail samples of farmers in
nail samples the Tanete Village, Bulukumpa, Bulukumba Regency. This research method is a
laboratory observation research using sedimentation method where the sample
used is 21 samples with a purposive sampling technique. Based on the results of
the research, the sample of farmers' nails that had been tested contained intestinal
nematode worm eggs, namely 4% of Ascaris Lumbricoides species and 96% of
which there were no intestinal nematode worm eggs. The conclusion is that people
who work and have direct contact with the soil every day, especially farmers, are
able to pay attention to personal hygiene.
Kata Kunci: Penelitian ini berlatar belakang Infeksi kecacingan merupakan suatu penyakit
yang terjadi di usus sebagai investasi satu atau lebih cacing parasit usus yang
Infeksi kecacingan terdiri dari golongan nematoda usus. Petani yang setiap hari kontak langsung
Nematoda usus dengan tanah, akan mempercepat penyebaran infeksi kecacingan baik melalui
Sampel kuku kuku tangan ataupun kuku kaki.Tujuan Penelitian ini untuk mengidentifikasi telur
cacing nematoda usus menggunakan metode sedimentasi pada sampel kuku
petani sawah di wilayah Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasi laboratorik
menggunakan metode sedimentasi dimana sampel yang digunakan sebanyak 21
sampel dengan teknik pengambilan secara purposive sampling. Berdasarkan
Hasil penelitian sampel kuku petani yang telah diuji terdapat telur cacing
nematoda usus yaitu 4% jenis Ascaris Lumbricoides dan 96% tidak terdapat telur
cacing nematoda usus. Kesimpulan diharapkan agar masyarakat yang setiap hari
bekerja dan kontak langsung dengan tanah, khususnya para petani sawah mampu
memperhatikan kebersihan diri.
Corresponding Author:
Kiki Fatmasari,
Jurusan Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba,
Jln. Pendidikan Taccorong Kec.Gantarang, Bulukumba, Indonesia.
Email: kikifatmasarisari@gmail.com
18
Jurnal TLM Blood Smear
Journal Homepage : http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.php/JMLT/index
1. PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) tahun 2019 menyatakan bahwa kejadian penyakit
kecacingan di dunia masih tinggi yaitu lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi
dunia yang telah terinfeksi cacing Soil Transmitted Helminth (STH). Infeksi kecacingan yang
tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dengan angka terbesar terjadi di bagian sub-
sahara Afrika, Amerika, Cina dan Asia Timur. Lebih dari 267 juta anak-anak usia pra
sekolah dan lebih dari 568 juta anak usia sekolah yang tinggal di daerah dimana parasit ini
secara intensif ditransmisikan, dan membutuhkan pengobatan dan intervensi pencegahan
(WHO, 2019). Infeksi kecacingan merupakan suatu penyakit yang terjadi di usus sebagai
investasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus.
Diantara nematoda usus terdapat spesies yang penularannya dapat melalui tanah atau
biasa juga disebut dengan cacing jenis Soil transmitted helminth (STH) yaitu Ascaris
lumbricoides, Trichiuris trichiura, Necator americanus, dan Ancylostoma duodenale
(Saputra, dkk., 2019).
Berdasarkan data dari dinas kesehatan Kabupaten Bulukumba tentang jumlah kasus
infeksi kecacingan di kabupaten bulukumba yaitu berdasarkan suspek pada tahun 2017
yaitu sekitar 397 orang yang terinfeksi kecacingan, pada tahun 2018 jumlah kasus infeksi
kecacingan meningkat sekitar 425 orang. Jumlah kasus infeksi kecacingan berdasarkan
wilayah pada tahun 2019, terdapat satu wilayah yang menduduki infeksi kecacingan
tertinggi dikabupaten bulukumba yaitu wilayah tanete kecamatan bulukumpa yaitu sekitar
39 orang yang terinfeksi kasus kecacingan (Dinkes, 2019). Soil transmitted helminth (STH)
adalah nematoda usus yang di tularkan melalui tanah. Beberapa nematoda yang sering
menginfeksi manusia yaitu Ascaris lumbricoides (ascariasis), Trichuris trichiuria
(trichuriass), cacing tambang (ada dua spesies, yaitu Necator americanus menimbulkan
necatoriasis, Ancylostoma duodenale menimbulkan ancylostomasis), Strongyloides
stercolaris menimbulkan strongyloidosis atau strongyloidiasis (Rahmawati, 2019).
Sedangkan telur cacing Non soil transmitted helminth (Non STH) adalah nematoda usus
yang siklus hidupnya tidak membutuhkan tanah. Ada beberapa spesies cacing yang
termasuk kelompok ini, yaitu Oxyuris/Enterobius vermicularis (cacing kremi) menimbulkan
enterobiasis dan Trchinnela spiralis dapat menimbulkan trichinosis serta parasit yang paling
baru ditemukan Capillaria philippinensis (Rowardho, dkk., 2015).
Pencemaran tanah merupakan penyebab terjadinya transmisi telur cacing dari tanah
kepada manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing, lalu masuk ke
mulut bersama makanan (Hairani, 2015). Infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah
ini merupakan masalah kesehatan utama. Kebiasaan penduduk yang tidak menggunakan
alas kaki pada saat bekerja di kebun atau di sawah dan kebiasaan mencuci tangan yang
kurang dilakukan, serta kaki yang kurang bersih setelah dari kebun kemungkinan besar
mengalami risiko penularan infeksi kecacingan yang dapat ditularkan melalui tanah (Sandy,
dkk., 2015). Petani merupakan salah satu profesi yang sebagian besar kegiatannya dapat
bersentuhan dengan tanah. Hanya sedikit petani yang hanya menggunakan alat pelindung
diri seperti sepatu boot atau alas kaki dan sarung tangan saat bekerja, sehingga petani
sawah yang tidak menggunakan alat pelindung diri akan langsung bersentuhan dengan
tanah dan mendapat infeksi lebih dari 70% (Parweni, dkk., 2018). Berdasarkan uraian
diatas maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi telur
cacing nematoda usus menggunakan metode sedimentasi pada sampel kuku petani sawah
di wilayah Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba”
19
Jurnal TLM Blood Smear
Journal Homepage : http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.php/JMLT/index
Tabel 1. Kontaminasi Telur cacing nematoda usus pada sampel kuku petani sawah
Total
No. Telur cacing nematoda usus
1. Ada 1 4%
2. Tidak Ada 20 96%
Total 21 100%
Tabel 2 menunjukkan hasil pemeriksaan spesies telur cacing nematoda usus pada sampel
kuku petani sawah diketahui beberapa spesies telur cacing nematoda usus. Namun,
spesies telur cacing nematoda usus yang ditemukan adalah telur cacing Ascaris
lumbricoides pada satu sampel kuku petani sawah yang diperiksa.
20
Jurnal TLM Blood Smear
Journal Homepage : http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.php/JMLT/index
21
Jurnal TLM Blood Smear
Journal Homepage : http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.php/JMLT/index
dalam penelitian ini hanya terdapat satu sampel yang positif yang mendominasi yaitu telur
cacing Ascaris lumbricoides.
Dominasi dari Telur Ascaris lumbricoides terhadap sampel kuku petani sawah pada
penelitian ini disebabkan adanya lapisan hialin yang tebal, dan lapisan albuminoid yang
berfungsi untuk melindungi isi telur, sehingga telur dapat bertahan lama pada kuku yang
kotor. Sedangkan telur cacing cacing parasit spesies lainnya tidak memiliki lapisa
albuminod sehingga selama di lingkungan jika menemukan rintangan maka ada
kemungkinan telur tidak mampu bertahan akibatnya mudah mengalami kerusakan.
Selanjutnya, telur yang fertil ini akan menjadi infektif setelah 18 hari hingga beberapa
minggu (bergantung pada keadaan kelembaban, iklim, dan keadaan tanah pada saat petani
bersawah). Telur Ascaris lumbricoides dapat ditemukan pada tanah dengan kelembaban
tinggi pada suhu 25°- 30°C, sehingga sangat baik untuk menunjang perkembangan telur
cacing tersebut.
Penelitian ini sejalan dengan dengan hasil penelitian Rafiqi, dkk., 2016 bahwa
terdapatnya telur cacing nematoda usus pada sampel kuku dapat disebabkan berbagai
faktor. Beberapa pekerja petani yang sebagian memakai alat pelindung diri tetapi tidak
secara lengkap memudahkan masuknya telur infektif melalui berbagai organ tubuh seperti
tangan, kaki dan mulut. Berdasarkan asumsi peneliti rendahnya pemakaian alat pelindung
diri pada pekerja yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit cacingan disebabkan karena
masih rendahnya pengetahuan pekerja tentang pentingnya penggunaan APD serta masih
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya infeksi penyakit cacing. Pemeriksaan
telur cacing nematoda usus ini dilakukan menggunakan metode sedimentasi selain dapat
mendeteksi telur cacing secara kualitatif metode ini juga memiliki sensitivitas yang baik
dalam mendeteksi telur cacing nematoda usus dan mempunyai tingkat keakuratan yang
cukup baik. Dengan prinsip kerja berdasarkan gaya sentrifugal, sehingga telur cacing
(berupa endapan) akan terpisah dengan aquadest (berupa supernatan).
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
telur cacing nematoda usus yakni 1 sampel positif yaitu sebanyak 4% dengan jenis telur
cacing Ascaris lumbricoides dan 21 sampel negatif atau 96% tidak terdapat telur cacing
nematoda usus pada sampel kuku petani sawah di wilayah Kelurahan Tanete Kecamatan
Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Data Dinas Kesehatan Bulukumba. 2019. “Dinas kesehatan Kabupaten Bulukumba.
[2] Hasibuan, F. K. (2017). Identifikasi Telur Cacing Soil Transmitted Helminths (STH)
Pada Kuku Petani Sawah Di Desa Mojosari Kecamatan Kepanjen Dengan Metode
Sedimentasi. 1-24.
[3] Meilinda, F., Hariani, N., & Sudiastuti. (2018). Mortalitas Prevalensi Dan Intensitas
Telu Cacing Parasit Pada Kuku Siswa Sekolah Dasar Di Sdn 007 Kelurahan Bugis
Dan Sdn 007 Kelurahan Sungai Pinang Luar Kecamatan Samarinda Kota.
Bioprospek 13, 13(1), 1-6.
22
Jurnal TLM Blood Smear
Journal Homepage : http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.php/JMLT/index
[4] Parweni, A. N., Getas, W. I., & Zaetun, S. (2018). Infeksi Kecacingan Nematoda
Usus Yang Ditularkan Melalui Tanah (Soil Transmitted Helminth) Pada Petani Sayur
Sawi Hijau Di Desa Bug-Bug Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Jurnal
Analis Medika Bio Sains, 5(2), 68-72.
[5] Rafilqi, dkk.,2016. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan (Soil
Transmitted Helminth) Pada Petani Sayur di Kelurahan Maharatu Kecamatan
Marpoyan Damai Kota Pekanbaru
[6] Rahmawati, A. (2019). Efek Higiene Sanitasi Terhadap Infeksi Kecacingan pada Anak
SD.
Jaringan Laboratorium Medis, 01(01), 6-10.
[7] Rowardho, D., Sayono, & Ismail, T. S. (2015). Keberadaan Telur Cacing Usus Pada
Kuku Dan Tinja Siswa Sekolah Alam Dan Non Alam. J. Kesehat. Masy. Indones., 18-
25.
[8] Sandy, S., Sumarni, S., & Soeyoko. (2015). Analisis Model Faktor Risiko Yang
Mempengaruhi Infeksi Kecacingan Yang Ditularkan Melalui Tanah Pada Siswa
Sekolah Dasar Di Distrik Arso Kabupaten Keerom, Papua. Media Litbangkes, 25(1),
1-14.
[9] Saputra, F. R., Wiadnya, I. R., & Fikri, Z. (2019). Gambaran Tingkat Infeksi
Cacing Soil Transmitted Helminth (Sth) Pada Pengrajin Gerabah Di Desa
Banyumulek Lombok Barat. Jurnal Analis Medika Bio Sains, 6(2), 116-119.
[10] Umamah, S., & Nugroho, R. B. (2019). Prevalensi Nematoda Usus Golongan Soil
Transmitted Helminth (STH) Pada Kuku Dan Feses Petani Sayuran Di Desa
Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyoali. Journal Of Health, 1-6.
[11] WHO. 2019. “Infeksi Cacing Soil Transmitted.” World Health Organization.
[12] Hairani, B., Waris, L., & Juhairiyah. (2014). Prevalence of soil-transmitted helminths
(sth) in primary school children in subdistrict of Malinau Kota, District of Malinau, East
Kalimantan Province. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang, 5(01),
43-48.
23