Jurnal TLM Blood Smear

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal TLM Blood Smear

Journal Homepage : http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.php/JMLT/index

Identifikasi Telur Cacing Nematoda Usus Menggunakan Metode Sedimentasi


Pada Sampel Kuku Petani Sawah

Identification Of Intestinal Nematode Eggs Using The Sedimentation Method


On Farmers' Nail Samples
Kiki Fatmasari1, Dzikra Arwie2, Fatimah3
1,2,3
Prodi DIII Analis Kesehatan, Stikes Panrita Husada Bulukumba, Indonesia

ABSTRACT/ABSTRAK
This study was based on the background that worms infection is a disease that
Keywords: occurs in the intestines as an investment of one or more intestinal parasitic worms
consisting of intestinal nematodes. Farmers who are in direct contact with the soil
Worms infection every day will accelerate the spread of worm infections either through their
fingernails or toenails. The purpose of this study was to identify intestinal
intestinal nematodes
nematode worm eggs using sedimentation methods on nail samples of farmers in
nail samples the Tanete Village, Bulukumpa, Bulukumba Regency. This research method is a
laboratory observation research using sedimentation method where the sample
used is 21 samples with a purposive sampling technique. Based on the results of
the research, the sample of farmers' nails that had been tested contained intestinal
nematode worm eggs, namely 4% of Ascaris Lumbricoides species and 96% of
which there were no intestinal nematode worm eggs. The conclusion is that people
who work and have direct contact with the soil every day, especially farmers, are
able to pay attention to personal hygiene.

Kata Kunci: Penelitian ini berlatar belakang Infeksi kecacingan merupakan suatu penyakit
yang terjadi di usus sebagai investasi satu atau lebih cacing parasit usus yang
Infeksi kecacingan terdiri dari golongan nematoda usus. Petani yang setiap hari kontak langsung
Nematoda usus dengan tanah, akan mempercepat penyebaran infeksi kecacingan baik melalui
Sampel kuku kuku tangan ataupun kuku kaki.Tujuan Penelitian ini untuk mengidentifikasi telur
cacing nematoda usus menggunakan metode sedimentasi pada sampel kuku
petani sawah di wilayah Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasi laboratorik
menggunakan metode sedimentasi dimana sampel yang digunakan sebanyak 21
sampel dengan teknik pengambilan secara purposive sampling. Berdasarkan
Hasil penelitian sampel kuku petani yang telah diuji terdapat telur cacing
nematoda usus yaitu 4% jenis Ascaris Lumbricoides dan 96% tidak terdapat telur
cacing nematoda usus. Kesimpulan diharapkan agar masyarakat yang setiap hari
bekerja dan kontak langsung dengan tanah, khususnya para petani sawah mampu
memperhatikan kebersihan diri.

Corresponding Author:

Kiki Fatmasari,
Jurusan Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba,
Jln. Pendidikan Taccorong Kec.Gantarang, Bulukumba, Indonesia.
Email: kikifatmasarisari@gmail.com

18
Jurnal TLM Blood Smear
Journal Homepage : http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.php/JMLT/index

1. PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) tahun 2019 menyatakan bahwa kejadian penyakit
kecacingan di dunia masih tinggi yaitu lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi
dunia yang telah terinfeksi cacing Soil Transmitted Helminth (STH). Infeksi kecacingan yang
tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dengan angka terbesar terjadi di bagian sub-
sahara Afrika, Amerika, Cina dan Asia Timur. Lebih dari 267 juta anak-anak usia pra
sekolah dan lebih dari 568 juta anak usia sekolah yang tinggal di daerah dimana parasit ini
secara intensif ditransmisikan, dan membutuhkan pengobatan dan intervensi pencegahan
(WHO, 2019). Infeksi kecacingan merupakan suatu penyakit yang terjadi di usus sebagai
investasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus.
Diantara nematoda usus terdapat spesies yang penularannya dapat melalui tanah atau
biasa juga disebut dengan cacing jenis Soil transmitted helminth (STH) yaitu Ascaris
lumbricoides, Trichiuris trichiura, Necator americanus, dan Ancylostoma duodenale
(Saputra, dkk., 2019).
Berdasarkan data dari dinas kesehatan Kabupaten Bulukumba tentang jumlah kasus
infeksi kecacingan di kabupaten bulukumba yaitu berdasarkan suspek pada tahun 2017
yaitu sekitar 397 orang yang terinfeksi kecacingan, pada tahun 2018 jumlah kasus infeksi
kecacingan meningkat sekitar 425 orang. Jumlah kasus infeksi kecacingan berdasarkan
wilayah pada tahun 2019, terdapat satu wilayah yang menduduki infeksi kecacingan
tertinggi dikabupaten bulukumba yaitu wilayah tanete kecamatan bulukumpa yaitu sekitar
39 orang yang terinfeksi kasus kecacingan (Dinkes, 2019). Soil transmitted helminth (STH)
adalah nematoda usus yang di tularkan melalui tanah. Beberapa nematoda yang sering
menginfeksi manusia yaitu Ascaris lumbricoides (ascariasis), Trichuris trichiuria
(trichuriass), cacing tambang (ada dua spesies, yaitu Necator americanus menimbulkan
necatoriasis, Ancylostoma duodenale menimbulkan ancylostomasis), Strongyloides
stercolaris menimbulkan strongyloidosis atau strongyloidiasis (Rahmawati, 2019).
Sedangkan telur cacing Non soil transmitted helminth (Non STH) adalah nematoda usus
yang siklus hidupnya tidak membutuhkan tanah. Ada beberapa spesies cacing yang
termasuk kelompok ini, yaitu Oxyuris/Enterobius vermicularis (cacing kremi) menimbulkan
enterobiasis dan Trchinnela spiralis dapat menimbulkan trichinosis serta parasit yang paling
baru ditemukan Capillaria philippinensis (Rowardho, dkk., 2015).
Pencemaran tanah merupakan penyebab terjadinya transmisi telur cacing dari tanah
kepada manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing, lalu masuk ke
mulut bersama makanan (Hairani, 2015). Infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah
ini merupakan masalah kesehatan utama. Kebiasaan penduduk yang tidak menggunakan
alas kaki pada saat bekerja di kebun atau di sawah dan kebiasaan mencuci tangan yang
kurang dilakukan, serta kaki yang kurang bersih setelah dari kebun kemungkinan besar
mengalami risiko penularan infeksi kecacingan yang dapat ditularkan melalui tanah (Sandy,
dkk., 2015). Petani merupakan salah satu profesi yang sebagian besar kegiatannya dapat
bersentuhan dengan tanah. Hanya sedikit petani yang hanya menggunakan alat pelindung
diri seperti sepatu boot atau alas kaki dan sarung tangan saat bekerja, sehingga petani
sawah yang tidak menggunakan alat pelindung diri akan langsung bersentuhan dengan
tanah dan mendapat infeksi lebih dari 70% (Parweni, dkk., 2018). Berdasarkan uraian
diatas maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi telur
cacing nematoda usus menggunakan metode sedimentasi pada sampel kuku petani sawah
di wilayah Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba”

2. BAHAN DAN METODE PENELITIAN


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasi laboratorik, yaitu untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya telur cacing nematoda usus pada sampel kuku petani
sawah di wilayah Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
Pengumpulan sampel dilakukan disekitar persawahan milik petani sedangkan pemeriksaan

19
Jurnal TLM Blood Smear
Journal Homepage : http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.php/JMLT/index

sampel dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada


Bulukumba. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 2.256 petani sawah baik pria maupun
wanita yang ada di Wilayah Kelurahan Tanete Kecamatan bulukumpa Kabupaten
Bulukumba. Sampel dalam penelitian ini adalah perwakilan petani sawah sebanyak 21 orang
yang terjangkau memenuhi kriteria penelitian.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel potongan kuku, larutan
KOH 10%, Alkohol 70%, Kapas dan Kertas label. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu Gunting kuku, Wadah penampung/pot, Gelas kimia 100 ml Objek glass, Deck glass,
Pipet tetes/pasteur, Tabung reaksi, Sentrifuge (Corona 80-2), dan Mikroskop (Olympus).
Tahapan penelitian
Pada tahan pra analitik disiapkan Alat dan Bahan yang akan digunakan terlebih dahulu.
Pada tahap analitik, dimasukkan larutan KOH 10% sebanyak 20 ml dalam wadah gelas
kimia dan dimasukkan potongan kuku kedalam wadah yang berisi larutan KOH 10% dan
diberi label. Didiamkan selama 24 jam lalu pindahkan ke tabung reaksi yang telah diberi
label kode sampel dan dimasukkan kedalam sentrifuge, Kemudian di sentrifuge dengan
kecepatan 2500 rpm selama 5 menit. Setelah disentrifuge, larutan bagian atas dibuang dan
endapan diambil menggunakan pipet dan diletakkan di objek glass dan ditutup deck glass
kemudian Preparat diamati dimikroskop dengan pembesaran objektif 10× dan 40×
(Meilinda, dkk., 2018). Pada tahap pasca analitik dapat dilihat interpretasi hasil, jika positif
(+) maka ditemukan telur cacing Nematoda usus dan jika negatif (-) maka tidak ditemukan
telur cacing Nematoda usus
Analisis Data
Menurut Kemenkes (2012) data yang didapatkan dari pemeriksaan kemudian dianalisa
berdasarkan jenis telur cacing yang didapatkan, sehingga penulis dapat
mempersentasekan jumlah tersangka yang positif terinfeksi telur cacing nematoda usus dan
jumlah tersangka yang tidak terinfeksi telur cacing nematoda usus.
Persentase hasil yang terinfeksi nematoda usus
꞊ Jumlah kuku yang terinfeksi nematoda usus ×100%
Jumlah sampel
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebanyak 21 subjek yang merupakan pekerja petani sawah yang telah dilibatkan
dalam penelitian ini dan tentunya telah memenuhi kriteria inklusi. Berikut disajikan data
mengenai kontaminasi Telur cacing nematoda usus pada sampel kuku petani sawah di
wilayah Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa dan Hasil pemeriksaan spesies telur
cacing nematoda usus. Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan telur cacing
nematoda usus pada sampel kuku petani sawah tersebut yang menunjukkan terdapatnya 1
sampel positif terkontaminasi telur cacing nematoda usus atau sekitar 4% dan sebanyak 21
sampel atau 96% tidak ditemukan adanya kontaminasi telur cacing nematoda usus.

Tabel 1. Kontaminasi Telur cacing nematoda usus pada sampel kuku petani sawah
Total
No. Telur cacing nematoda usus
1. Ada 1 4%
2. Tidak Ada 20 96%
Total 21 100%

Tabel 2 menunjukkan hasil pemeriksaan spesies telur cacing nematoda usus pada sampel
kuku petani sawah diketahui beberapa spesies telur cacing nematoda usus. Namun,
spesies telur cacing nematoda usus yang ditemukan adalah telur cacing Ascaris
lumbricoides pada satu sampel kuku petani sawah yang diperiksa.

20
Jurnal TLM Blood Smear
Journal Homepage : http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.php/JMLT/index

Tabel 2. Hasil pemeriksaan spesies telur cacing nematoda usus


Total
No Spesies telur cacing nematoda usus
N %
1. Ascaris lumbricoides 1 100%
2. Hookworm 0 0%
3. Trichuris trichiura 0 0%
4. Strongyloides stercoralis 0 0%
5. Enterobius vermicularis 0 0%
Total 1 100%

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif diperoleh gambaran mengenai


hasil pemeriksaan yang menunjukkan terdapatnya telur cacing nematoda usus dan jenis
telur cacing nematoda usus pada sampel kuku petani sawah yang berada di wilayah
Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan survey
yang dilakukan peneliti, kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan
pribadi dan lingkungan sudah terbilang baik. Petani sawah menjadi pekerjaan yang paling
umum dikenal di wilayah Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa karena diwilayah ini
memiliki tanah yang cukup subur sehingga banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar
sebagai lahan untuk bercocok tanam. selain itu para pekerja petani sawah dapat dijadikan
salah satu subjek penelitian karena dalam kesehariannya para pekerja selalu kontak
dengan tanah. Pada kondisi tersebut, hal yang paling erat kaitannya dengan tanah adalah
kuku. Secara otomatis, tanah dapat menempel pada kuku apabila tidak menggunakan APD
seperti sarung tangan pada saat bersawah. Petani yang memiliki kuku yang tampak
kekuningan sampai kehitaman, kelihatan rapuh, dan kasar, hal ini akan berisiko cacing
maupun telur cacing masuk kedalam kuku dan akan tertelan ketika makan. Berdasarkan
tabel 1 hasil dari penelitian yang diketahui bahwa persentse sebagian sampel kuku petani
sawah di wilayah Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba
Terdapat telur cacing nematoda usus yakni 4,0% dan yang tidak terkontaminasi telur cacing
nematoda usus yaitu 96,0%.
Hasil penelitian yang dilakukan Ni Kadek pada tahun 2018, mengenai telur cacing
nematoda usus pada sampel kuku petani di Desa Bug-bug Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat, diantaranya digunakan sebagai bahan uji pemeriksaan dan didapatkan telur
cacing nematoda usus yakni 7,14% (Parweni, dkk, 2018). Hasil pemeriksaan sampel kuku
petani sawah yang memberikan hasil positif tersebut di ketahui hanya ada jenis telur cacing
Ascaris lumbricoides dengan persentase 100%, karena tidak ditemukan spesies telur
lainnya dalam sampel kuku petani sawah tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian
(Hasibuan, 2017) yang juga hanya menemukan banyak telur cacing STH jenis Ascaris
lumbricoides pada sampel kuku petani, hal ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor
penunjang tumbuh kembang telur cacing, yaitu kelembaban, iklim, suhu, dan lingkungan
yang sesuai. Telur cacing tumbuh dengan baik ditanah dan area sekitar sawah dan
menginfeksi manusia (petani) yang bekerja tanpa menggunakan APD (Alat pelindung diri).
Berbeda halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Umamah, 2019) di Desa
Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali terkait pemeriksaan telur cacing
nematoda usus pada kuku petani yang menunjukkan tidak ditemukannya telur cacing
Ascaris lumbricoides maupun Trichiuris trichiura terhadap 30 sampel yang diperiksa.
Berdasarkan data survey dari kantor kelurahan tanete pada tahun 2020 bahwa penduduk
diwilayah ini masih berada dalam lingkungan yang menguntungkan seperti kualitas MCK
yang sudah lebih baik yaitu 90% dengan kepemilikan jamban yang sudah dimilki oleh
seluruh masyarakat sehingga masyarakat sudah tidak lagi BAB di saluran irigasi atau
sungai, begitu pula dengan sumber air bersih masyarakat untuk melakukan aktivitas sehari-
hari seperti mandi, mencuci pakaian, dan lain-lain menggunakan air bersih langsung dari
pegunungan dan terdapat 10% masih memiliki kualitas MCK yang kurang baik sehingga

21
Jurnal TLM Blood Smear
Journal Homepage : http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.php/JMLT/index

dalam penelitian ini hanya terdapat satu sampel yang positif yang mendominasi yaitu telur
cacing Ascaris lumbricoides.
Dominasi dari Telur Ascaris lumbricoides terhadap sampel kuku petani sawah pada
penelitian ini disebabkan adanya lapisan hialin yang tebal, dan lapisan albuminoid yang
berfungsi untuk melindungi isi telur, sehingga telur dapat bertahan lama pada kuku yang
kotor. Sedangkan telur cacing cacing parasit spesies lainnya tidak memiliki lapisa
albuminod sehingga selama di lingkungan jika menemukan rintangan maka ada
kemungkinan telur tidak mampu bertahan akibatnya mudah mengalami kerusakan.
Selanjutnya, telur yang fertil ini akan menjadi infektif setelah 18 hari hingga beberapa
minggu (bergantung pada keadaan kelembaban, iklim, dan keadaan tanah pada saat petani
bersawah). Telur Ascaris lumbricoides dapat ditemukan pada tanah dengan kelembaban
tinggi pada suhu 25°- 30°C, sehingga sangat baik untuk menunjang perkembangan telur
cacing tersebut.
Penelitian ini sejalan dengan dengan hasil penelitian Rafiqi, dkk., 2016 bahwa
terdapatnya telur cacing nematoda usus pada sampel kuku dapat disebabkan berbagai
faktor. Beberapa pekerja petani yang sebagian memakai alat pelindung diri tetapi tidak
secara lengkap memudahkan masuknya telur infektif melalui berbagai organ tubuh seperti
tangan, kaki dan mulut. Berdasarkan asumsi peneliti rendahnya pemakaian alat pelindung
diri pada pekerja yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit cacingan disebabkan karena
masih rendahnya pengetahuan pekerja tentang pentingnya penggunaan APD serta masih
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya infeksi penyakit cacing. Pemeriksaan
telur cacing nematoda usus ini dilakukan menggunakan metode sedimentasi selain dapat
mendeteksi telur cacing secara kualitatif metode ini juga memiliki sensitivitas yang baik
dalam mendeteksi telur cacing nematoda usus dan mempunyai tingkat keakuratan yang
cukup baik. Dengan prinsip kerja berdasarkan gaya sentrifugal, sehingga telur cacing
(berupa endapan) akan terpisah dengan aquadest (berupa supernatan).

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
telur cacing nematoda usus yakni 1 sampel positif yaitu sebanyak 4% dengan jenis telur
cacing Ascaris lumbricoides dan 21 sampel negatif atau 96% tidak terdapat telur cacing
nematoda usus pada sampel kuku petani sawah di wilayah Kelurahan Tanete Kecamatan
Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti banyak mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang
diberikan sehingga peneliti mampu menyelesaikan salah satu Karya Tulis Ilmiah ini dan tak
lupa saya ucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pembimbing
dan segala pihak yang membantu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran dan dapat dijadikan sebagai penambah
wawasan khususnya di bidang kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Data Dinas Kesehatan Bulukumba. 2019. “Dinas kesehatan Kabupaten Bulukumba.
[2] Hasibuan, F. K. (2017). Identifikasi Telur Cacing Soil Transmitted Helminths (STH)
Pada Kuku Petani Sawah Di Desa Mojosari Kecamatan Kepanjen Dengan Metode
Sedimentasi. 1-24.
[3] Meilinda, F., Hariani, N., & Sudiastuti. (2018). Mortalitas Prevalensi Dan Intensitas
Telu Cacing Parasit Pada Kuku Siswa Sekolah Dasar Di Sdn 007 Kelurahan Bugis
Dan Sdn 007 Kelurahan Sungai Pinang Luar Kecamatan Samarinda Kota.
Bioprospek 13, 13(1), 1-6.

22
Jurnal TLM Blood Smear
Journal Homepage : http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.php/JMLT/index

[4] Parweni, A. N., Getas, W. I., & Zaetun, S. (2018). Infeksi Kecacingan Nematoda
Usus Yang Ditularkan Melalui Tanah (Soil Transmitted Helminth) Pada Petani Sayur
Sawi Hijau Di Desa Bug-Bug Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Jurnal
Analis Medika Bio Sains, 5(2), 68-72.
[5] Rafilqi, dkk.,2016. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan (Soil
Transmitted Helminth) Pada Petani Sayur di Kelurahan Maharatu Kecamatan
Marpoyan Damai Kota Pekanbaru
[6] Rahmawati, A. (2019). Efek Higiene Sanitasi Terhadap Infeksi Kecacingan pada Anak
SD.
Jaringan Laboratorium Medis, 01(01), 6-10.
[7] Rowardho, D., Sayono, & Ismail, T. S. (2015). Keberadaan Telur Cacing Usus Pada
Kuku Dan Tinja Siswa Sekolah Alam Dan Non Alam. J. Kesehat. Masy. Indones., 18-
25.
[8] Sandy, S., Sumarni, S., & Soeyoko. (2015). Analisis Model Faktor Risiko Yang
Mempengaruhi Infeksi Kecacingan Yang Ditularkan Melalui Tanah Pada Siswa
Sekolah Dasar Di Distrik Arso Kabupaten Keerom, Papua. Media Litbangkes, 25(1),
1-14.
[9] Saputra, F. R., Wiadnya, I. R., & Fikri, Z. (2019). Gambaran Tingkat Infeksi
Cacing Soil Transmitted Helminth (Sth) Pada Pengrajin Gerabah Di Desa
Banyumulek Lombok Barat. Jurnal Analis Medika Bio Sains, 6(2), 116-119.
[10] Umamah, S., & Nugroho, R. B. (2019). Prevalensi Nematoda Usus Golongan Soil
Transmitted Helminth (STH) Pada Kuku Dan Feses Petani Sayuran Di Desa
Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyoali. Journal Of Health, 1-6.
[11] WHO. 2019. “Infeksi Cacing Soil Transmitted.” World Health Organization.
[12] Hairani, B., Waris, L., & Juhairiyah. (2014). Prevalence of soil-transmitted helminths
(sth) in primary school children in subdistrict of Malinau Kota, District of Malinau, East
Kalimantan Province. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang, 5(01),
43-48.

23

You might also like