55-Article Text-595-1-10-20210427
55-Article Text-595-1-10-20210427
55-Article Text-595-1-10-20210427
Abstract
Received : 04 April 2021 The Pharmacy Installation is a functional implementer that
Revised : 15 April 2021 carries out all pharmaceutical activities in the hospital. Based
Accepted : 15 April 2021 on the initial survey, currently drug logistics management is
still unstable, which is because the pharmaceutical
installation has run out of stock of drugs. The purpose of this
study was to analyze the pharmacy management at TK II Putri
Hijau Hospital, Kesdam I / BB Medan. The research design
used was qualitative research. The key informant
characteristic is the head of pharmaceutical care, while the
triangulation informant is the Pharmacy Therapy Committee
and the Person in Charge of the Supply Warehouse. The data
collection technique in this qualitative research uses the
Triangulation method. The data analysis of this research is
descriptive qualitative with the stages of data triangulation
techniques, sources and time. The results showed that drug
selection was carried out quite well, drug planning was
carried out when drug stocks were empty, drug procurement
was carried out according to procedures, goods received were
carried out quite effectively, drug storage was carried out into
2 parts, namely dry and wet, distribution was carried out
according to hospital procedures , drug withdrawal and
destruction is carried out by the hospital with appropriate
procedures, control is carried out effectively and
administrative management of the pharmaceutical
installation is quite effective. The conclusion in this study is
the selection, procurement, acceptance, storage, distribution,
withdrawal/ destruction, control and administration have
been effective, only drug planning is still not going well. From
the results of this study, it is hoped that it is necessary to
increase control over drugs that are death stock and drugs
that are almost expired so that there are no losses for both
patients and hospitals.
Keywords: management analysis; pharmacy; hospital.
Abstrak
Instalasi farmasi merupakan pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan kefarmasian di rumah
sakit. Berdasarkan survei awal bahwa pada saat ini
manajemen logistik obat masih belum stabil dimana hal
- 427 -
Nurul Hasanah Hali, Arifah Devi Fitriani dan Darwin Syamsul/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(4), 427-437
CC BY
PENDAHULUAN
- 428 -
Nurul Hasanah Hali, Arifah Devi Fitriani dan Darwin Syamsul/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(4), 427-437
Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh oleh setiap warga secara minimal dan juga merupakan
spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimal yang diberikan oleh badan layanan
umum kepada masyarakat (Faradillah, Mukaddas, & Diana, 2017).
Menurut PERMENKES RI No. 72 Tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit meliputi standar: pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai meliputi: pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan
administrasi (Menkes, 2016).
Manajemen logistik obat di rumah sakit memiliki fungsi yaitu perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, evaluasi dan monitoring yang
saling terkait satu sama lain, sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing
dapat berfungsi secara optimal. Ketidakterkaitan antara masing-masing tahap akan
mengakibatkan tidak efisiennya sistem suplai obat yang ada, ini juga memberikan dampak
negatif terhadap rumah sakit baik secara medis maupun ekonomis (Satrianegara, Bujawati,
& Guswani, 2018). Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam persediaan obat di
rumah sakit adalah pengontrolan jumlah stok obat untuk memenuhi kebutuhan. Jika stok
obat terlalu kecil maka permintaan untuk penggunaan seringkali tidak terpenuhi sehingga
pasien/ konsumen tidak puas, sehingga kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dapat
hilang dan diperlukan tambahan biaya untuk mendapatkan bahan obat dengan waktu cepat
guna memuaskan pasien/ konsumen. Jika stok terlalu besar maka menyebabkan biaya
penyimpanan yang terlalu tinggi, kemungkinan obat akan menjadi rusak/ kadaluarsa dan ada
resiko jika harga bahan/ obat turun (Malinggas Novianne E. R., 2015).
Masalah yang biasanya terjadi pada instalasi farmasi adalah masalah stock out dan
masalah stagnant. Stock out adalah sisa stok obat pada waktu melakukan permintaan obat
stok kosong. Obat dikatakan stagnant jika sisa obat pada akhir bulan lebih dari tiga kali rata-
rata pemakaian obat per bulan. Masalah stagnant obat dapat menyebabkan kerugian materi
pada rumah sakit karena biaya penyimpanan dan biaya pembelian obat yang tidak terpakai
hingga obat tersebut kadaluarsa, kemudian jika stock out obat terjadi maka pelayanan pasien
akan terganggu karena pasien yang membutuhkan obat akan kesulitan mencari obat yang di
anjurkan oleh dokter (Asri, 2020). Dampak negatif secara medis maupun ekonomis akan
dirasakan rumah sakit jika terjadi ketidakefektifan dalam melakukan manajemen obat.
Seperti penelitian yang telah dilakukan Mellen 2012 di RSU Haji Surabaya bahwa kondisi
stagnant dan stockout obat dapat menimbulkan kerugian cukup besar yang harus ditanggung
Rumah Sakit (Mellen & Pudjirahardjo, 2013).
Menurut penelitian Ajrina Winasari, tentang penyebab kekosongan stok obat dan
cara pengendaliannya di RSUD Kota Bekasi pada tahun 2015 menyatakan bahwa
pengelolaan obat yang dilakukan masih belum cukup efektif. Hal ini di karenakan masih ada
beberapa komponen input (sumber daya manusia, dana, kebijakan, prosedur dan distributor),
proses (perencanaan, pengadaan, pengawasan dan pengendalian), serta output (stock out,
obat kaduluarsa, stock opname) yang belum memenuhi standart sesuai dengan Permenkes
No. 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit (Kurniawati Erlin,
2017).
Rumah Sakit TK II Putri Hijau KESDAM I/BB Medan merupakan rumah sakit yang
telah berdiri lama sejak tahun 1951. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe B yang
melayani setiap lapisan masyarakat. Pengelolaan sediaan farmasi obat Rumah Sakit TK II
Putri Hijau KESDAM I/BB Medan ditangani oleh Instalasi Farmasi dan dibantu oleh 3 depo
pelayanan pasien, yaitu: depo pelayanan apotik 24 jam untuk rawat jalan dan rawat inap,
depo pelayanan obat IGD serta depo pelayanan Obat Kamar Bedah (OK).
- 429 -
Nurul Hasanah Hali, Arifah Devi Fitriani dan Darwin Syamsul/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(4), 427-437
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif, dengan metode wawancara semi
terstruktur yaitu jenis wawancara yang sudah termasuk dalam kategori indepth interview
yang direkam menggunakan tape recorder dimana dalam pelaksanaan lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur (Notoatmodjo, 2012).
- 430 -
Nurul Hasanah Hali, Arifah Devi Fitriani dan Darwin Syamsul/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(4), 427-437
- 431 -
Nurul Hasanah Hali, Arifah Devi Fitriani dan Darwin Syamsul/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(4), 427-437
- 432 -
Nurul Hasanah Hali, Arifah Devi Fitriani dan Darwin Syamsul/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(4), 427-437
dilakukan pemesanan, obat akan datang paling lama 1-2 hari bahkan obat terkadang datang
hari itu juga pada saat dilakukan pemesanan, sehingga stok obat yang ada di bagian gudang
perbekalan tidak sampai kekurangan. Selanjutnya masalah pengadaan dilakukan dengan
cara membeli atau memesan ke bagian farmasi seperti rekanan, apotek rumah sakit, apotek
resmi maupun obat yang ada dari Dinas Kesehatan.
Penerimaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan barang dilakukan
sesuai dengan prosedur yang cukup efektif, dimana dalam menerima barang sudah dibuat
tim yang khusus sesuai dengan bagian-bagian mereka, mulai dari bagian penerima barang,
bagian pemeriksaan barang pesanan, penyerahan barang pesanan ke gudang sampai dengan
pencatatan bahwa barang pesanan yang dipesan telah sampai dan diterima oleh pihak
gudang perbekalan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Malinggas tahun 2015 dengan judul
“Analisis Manajemen Logistik Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah DR
Sam Ratulangi Tondano”, menunjukkan bahwa obat-obat diterima oleh panitia penerimaan
barang. Setelah obat diterima, obat-obat tersebut disimpan di gudang farmasi. Kendala
yang ada fasilitas gudang farmasi dan instalasi farmasi belum memadai sehingga terjadi
penumpukan obat. Distribusi obat berdasarkan metode resep individu. Pemusnahan dan
penarikan untuk obat-obat yang sudah rusak ataupun expired date tidak pernah dilakukan
dan tidak dilaporkan (Malinggas, Soleman, & Posangi, 2015).
Menurut asumsi penelitian bahwa penerimaan barang dilakukan dengan sesuai
prosedur yang cukup efektif, dimana dalam menerima barang sudah dibuat tim yang khusus
sesuai dengan bagian-bagian mereka, mulai dari bagian penerima barang, bagian
pemeriksaan barang pesanan, penyerahan barang pesanan ke gudang sampai dengan
pencatatan bahwa barang pesanan yang dipesan telah sampai dan diterima oleh pihak
gudang perbekalan.
Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan obat dilakukan
menjadi 2 (dua) bagian yaitu bagian kering dan basah sesuai dengan jenis obat-obatan yang
akan disimpan di bagian gudang. Selanjutnya bagian asuhan kefarmasian juga menjelaskan
bahwa penyimpanan juga diberikan penanda pada obat yang akan disimpan. Hasil ini jelas
menunjukkan bahwa penyimpanan dilakukan sesuai dengan jenis obat antara obat yang
kering dan obat yang basah, dimana obat juga akan disimpan sesuai dengan urutan alfabet
dan suhu penyimpanannya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sheina tahun 2013 “Penyimpanan Obat di
Gudang Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I”, menunjukkan
bahwa sistem penyimpanan obat di ruang penyimpanan instalasi farmasi tidak memenuhi
standar karena pengaturan obat tidak mengacu pada kelas terapi/ khasiat obat. Gedung dan
kamar sudah sesuai dengan standar, tapi perlengkapannya kurang memenuhi standar karena
tidak ada alarm, ukuran gram dan miligram, pembuka kotak dan kartu perawatan. (Sheina
Baby, 2013).
Menurut asumsi penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan obat dilakukan
menjadi 2 bagian yaitu bagian kering dan basah sesuai dengan jenis obat-obatan yang akan
disimpan di bagian gudang. Selanjutnya bagian asuhan kefarmasian juga menjelaskan
bahwa penyimpanan juga diberikan penanda pada obat yang akan disimpan sesuai dengan
urutan alfabet. Hal ini menunjukkan bahwa untuk penyimpanan obat yang dilakukan oleh
bagian gudang dilakukan dengan prosedur yang baik dimana penyimpanan dilakukan
berdasarkan urutan alfabet, berdasarkan jenis bagian obat antara obat kering dan basah.
Selanjutnya penyimpanan obat juga disesuaikan dengan suhu yang dibutuhkan. Hasil ini
telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Permenkes No. 72 tahun 2016.
- 433 -
Nurul Hasanah Hali, Arifah Devi Fitriani dan Darwin Syamsul/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(4), 427-437
- 434 -
Nurul Hasanah Hali, Arifah Devi Fitriani dan Darwin Syamsul/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(4), 427-437
KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pemilihan obat sudah dilakukan secara
cukup baik, perencanaan obat dilakukan apabila stok obat telah kosong, pengadaan obat
dilakukan sesuai prosedur, penerimaan barang dilakukan dengan cukup efektif,
penyimpanan obat dilakukan menjadi 2 bagian yaitu kering dan basah, pendistribusian
- 435 -
Nurul Hasanah Hali, Arifah Devi Fitriani dan Darwin Syamsul/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(4), 427-437
dilakukan sesuai prosedur rumah sakit, penarikan dan pemusnahan obat dilakukan oleh pihak
rumah sakit dengan prosedur yang sesuai, pengendalian dilakukan secara efektif dan
manajemen administrasi dari instalasi farmasi sudah cukup efektif. Untuk itu diharapkan
perlu ditingkatkannya kontroling obat yang death stock dan obat yang hampir expired date
sehingga tidak terjadi kerugian baik bagi pasien maupun rumah sakit.
BIBLIOGRAPHY
Asri, M. (2020). Studi Manajemen Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah Sawerigading Kota Palopo Tahun 2019. Universitas Hasanuddin.
Choon, O. H., Leng, C. W., Ai, W. J., & Chai, T. M. (2013). Evaluation of manpower
scheduling strategies at outpatient pharmacy with discrete-event simulation. OR
Insight, 26(1), 71–84.
Faradillah, N., Mukaddas, A., & Diana, K. (2017). Kesesuaian Pelaksanaan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Farmasi Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Undata Palu. Natural Science: Journal of Science and Technology, 6(2).
Febreani Stella Herliantine dan Chalidyanto Djazuly. (2016). Pengelolaan Sediaan Obat
Pada Logistik Farmasi Rumah Sakit Umum Tipe B di Jawa Timur. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia. https://doi.org/10.20473/jaki.v4i2.2016.136-
145.
Humang, R. I. (n.d.). Analisis perencanaan pengadaan obat di Rumah Sakit St. Madyang
Palopo Propinsi Sulawesi Selatan. 1–12.
Kurniawati Erlin. (2017). Analisis Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Islam Siti Aisyah Madiun TH. 2017.
Malinggas, N. E. R., Soleman, T., & Posangi, J. (2015). Analisis Manajemen Logistik Obat
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah DR Sam Ratulangi Tondano. Jikmu, 5(2),
448–460. Retrieved from
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu/article/download/7853/7904
Mellen, R. C., & Pudjirahardjo, W. J. (2013). Faktor Penyebab dan Kerugian Akibat
Stockout dan Stagnant Obat di Unit Logistik RSU Haji Surabaya. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 1(1), 99–107.
- 436 -
Nurul Hasanah Hali, Arifah Devi Fitriani dan Darwin Syamsul/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(4), 427-437
Ningsih, D. K., Tjatur, D. D., Jak, Y., Djajang, & Hutapea, F. (2018). Analisis Perencanaan
terhadap Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RS Kartika Pulomas. Jurnal
Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit, 2(1), 49–58.
Purwandari, N. K., Suryoputro, A., & Arso, S. P. (2017). Analisis Waktu Tunggu
Pelayanan Resep Pasien Rawat Jalan di Depo Farmasi Gedung Mceb RS Islam
Sultan Agung Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1).
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Putri, A. D., Dewi Pascarani, N. N., Wismayanti, D., & Wiwin, K. (2016). Pengaruh
Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Peserta BPJS di Rumah
Sakit Tingkat II Udayana Denpasar. Citizen Charter, 1(1), 28629.
Satrianegara, M. F., Bujawati, E., & Guswani, G. (2018). Analisis Pengelolaan Manajemen
Logistik Obat di Instalasi Farmasi Rsud Lanto Daeng Pasewang Kabupaten
Jeneponto. Al-Sihah: The Public Health Science Journal, 10(1).
Wijayanti, T. R. I., Danu, S. S., & Inayati. (2011). Analisis Sistem Distribusi Obat di
Instalasi Farmasi Rawat Inap Jogja International Hospital. 8(1), 20–27.
Yuniarti Sri. (2015). Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien BPJS di Ruang Perawatan RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Kota Pontianak TH. 2015.
- 437 -