Anatomical Pathology and Histopathological Chan
Anatomical Pathology and Histopathological Chan
Anatomical Pathology and Histopathological Chan
ABSTRACT
This study aimed to determine the anatomical pathology and histopathological, and their relationship of the
ascaridiosis caused by Ascaridia galli worms infection that have been found in layer chickens after necropsy, thus
facilitating the diagnosis, treatment, and prevention of ascaridiosis. This study used 1 dead chicken from the
Lambaro traditional market, Ingin Jaya District, Aceh Besar Regency. The sample was taken to the Pathology
Laboratory, Faculty of Veterinary Medicine, Syiah Kuala University for dissected and observed in anatomical
pathology changes, then histopathological preparations were made to observe histopathological changes. Data
were obtained then analyzed descriptively and presented in the form of images. The results of anatomical pathology
examination in chickens infected with ascaridiosis were found the Ascaridia galli worms infestation in the intestinal
lumen with moderate infestation rates and focal area of hemorrhage in the intestinal mucosa. Then,
histopathological examination were found desquamation of villous epithelium, hemorrhage in the intestinal mucosa,
inflammatory cell infiltration, and proliferation of cryptic cells caused by A. galli worms infection. Based on the
results of the examination concluded that there is an association between anatomical and histopathological
pathology findings, namely hemorrhage in the intestine.
239
Jurnal Medika Veterinaria Muhammad Hambal, dkk
(Balqis et al., 2016; Herawati dan Winarso, 2,49-3,48 juta per tahun. Ayam yang
2016). Penyakit cacingan yang disebabkan terinfeksi A. galli juga mengalami
oleh cacing Ascaridia galli atau yang perlambatan pertumbuhan dan penurunan
disingkat dengan A. galli disebut juga bobot badan (Balqis et al., 2014). Kualitas
sebagai ascaridiosis (Balqis et al., 2017; telur menjadi rendah akibat penurunan berat
Pabala et al., 2017). Ascaridiosis telah telur sebesar 5,35%; penurunan tebal
terjadi di seluruh belahan dunia, terutama di kerabang sebesar 5,55%; dan penurunan
benua/negara yang memiliki iklim tropis kadar kalsium serum darah sebesar 36,6%
seperti Afrika (Siamba et al., 2007), Asia (Zalizar et al., 2007). Melihat dari kerugian
(Lalchhandama et al., 2009), dan Indonesia ekonomis yang cukup besar akibat dari
(Darmawi et al., 2012; Darmawi et al., penyakit ascaridiosis, maka perlu dilakukan
2013). Infeksi cacing nematoda A. galli juga penelitian untuk mengetahui perubahan
terjadi pada semua jenis unggas, baik pada patologi anatomi dan histopatologi, serta
unggas domestikasi maupun unggas liar mengetahui keterkaitan antara temuan
(Prastowo dan Ariadi, 2015). Unggas yang patologi anatomi dan histopatologi dengan
tidak dikandangkan memiliki potensi besar mengambil sampel dari kegiatan koasistensi
untuk tertular infeksi cacing A. galli. Selain di Laboratorium Patologi Fakultas
itu iklim tropis dan kelembaban yang tinggi Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala,
memberi kondisi yang menguntungkan bagi sehingga mempermudah dalam penegakkan
perkembangan telur cacing dan ketahan diagnosa, melakukan penanganan, dan
hidup larva dan telur infektif di lingkungan pencegahan dari penyakit ascaridiosis.
(Beriajaya et al., 2006).
Beberapa penyakit pada ayam MATERI DAN
mempunyai gejala klinis yang hampir sama METODE PENELITIAN
sehingga hal pertama yang harus dilakukan
dalam penanganan kasus penyakit adalah Materi Penelitian
analisis penyebab (Wiedosari dan
Wahyuwardani, 2015). Dalam mendukung Kegiatan ini dilakukan pada tanggal
analisis, sangat penting dilakukan 08 Maret 2019 sampai dengan tanggal 28
pemeriksaan bedah bangkai hewan yang Mei 2019. Pengambilan sampel
disebut dengan nekropsi. Nekropsi adalah dilaksanakan di pasar Lambaro, selanjutnya
pemeriksaan bangkai secara sistematis pemeriksaan sampel dilaksanakan di
dengan maksud untuk menemukan penyebab Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran
kematian, mengkonfirmasikan diagnosis, Hewan Universitas Syiah Kuala. Alat-alat
dan menyelidiki terapi yang gagal jika yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebelumnya sudah pernah diobati (Bello et wadah penyimpanan organ, ember, nampan,
al., 2012). Melalui pemeriksaan bedah penggaris, timbangan, pinset, gunting bedah,
bangkai yang ditunjang dengan informasi scalpel, mikrotom, tissue bath, slide
mengenai sejarah penyakit, sifat-sifat agen warmer, object glass, cover glass, staining
penyebab, umur ayam, dan karakteristik jar, kertas label, oven, dan mikroskop
epidemiologinya maka diagnosis dapat lebih cahaya (Olympus CX31®) yang dilengkapi
diarahkan ke suatu penyakit yang lebih alat mikrofotografi (Olympus BX41®).
spesifik (Wiedosari dan Wahyuwardani, Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan
2015). Formalin 10%, alkohol dengan konsentrasi
Kerugian ekonomi yang disebabkan 70%, 80%, 90%, 96% dan absolut, xylol,
oleh infeksi A. galli berkisar antara US$ parafin (Merck®), kertas tissu, hematoksilin
240
Jurnal Medika Veterinaria Muhammad Hambal, dkk
eosin (HE), 1% acetit acid, akuades, air pada organ diamati dan dicatat. Terakhir
mengalir dan Entellan®. dilakukan penyayatan pada proventrikulus,
ventrikulus, dan usus untuk diamati
Metode Penelitian perubahan patologi atau terdapat parasit.
Semua perubahan yang terjadi dicatat pada
Sampel yang digunakan adalah 1 ekor protokol seksi. Organ-organ yang
ayam yang telah mati yang berasal dari mengalami perubahan dilakukan fiksasi
pasar Lambaro. Sampel tersebut dibawa ke kedalam Formalin 10% untuk kemudian
laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran dibuat preparat histologi. Pengamatan telur
Hewan Universitas Syiah Kuala untuk cacing dilakukan dengan metode natif
diseksi (nekropsi) dan selanjutnya dibuat dibawah mikroskop.
sediaan histopatologi. Nekropsi dilakukan Organ yang telah dikoleksi, difiksasi
secara sistematis sesuai dengan prosedur dalam larutan Formalin 10% selama 24 jam.
nekropsi pada unggas. Pada saat melakukan Setelah itu dilakukan proses stopping point
nekropsi, diperhatikan perubahan yang dalam alkohol 70% selama 12 jam, lalu
terjadi pada seluruh bagian tubuh dari dilakukan dehidrasi dengan alkohol
bangkai tersebut dan selanjutnya dicatat bertingkat 80%, 96%, dan alkohol absolut
pada protokol seksi sesuai perubahan- masing-masing selama 2 jam. Jaringan
perubahan yang diamati. kemudian dijernihkan dalam cairan silol I
Pertama-tama diperiksa keadaan dan silol II masing-masing selama 90 menit.
umum bangkai, status gizi, kulit, leleran dari Selanjutnya jaringan diinfiltrasi dalam
lubang tubuh, adanya bentukan abnormal, parafin cair I dan parafin cair II masing-
keadaan mata, pial, daerah kloaka (kotor, masing selama 2 jam, kemudian disayat
berdarah, luka), kemudian secara teliti, menggunakan mikrotom dengan ketebalan 5
diperiksa adanya parasit eksternal pada bulu μm dan irisan diletakkan pada tissue bath,
dan kulit. Selain itu, juga diamati warna pial lalu diambil dengan object glass untuk
dan cuping telinga, serta diperhatikan pula selanjutnya diinkubasikan ke dalam slide
terhadap kemungkinan adanya diare, leleran warmer.
dari paruh, mata, dan kemungkinan adanya Pewarnaan dimulai dengan proses
kebengkakan dan perubahan warna facial. deparafinisasi menggunakan silol I dan silol
Sebelum dilakukan nekropsi, badan ayam II selama 3 menit. Selanjutnya dilakukan
dibasahi menggunakan air agar pada saat rehidrasi dengan menggunakan alkohol
nekropsi bulu ayam tidak mengganggu absolut I dan II, alkohol 96% I dan II,
proses nekropsi. Bangkai ayam diposisikan alkohol 90% I dan II masing-masing selama
dengan posisi dorsal recumbency 3 menit. Selanjutnya dicuci dengan air
(telentang). Selanjutnya dilakukan sayatan mengalir, kemudian diwarnai dengan larutan
pada bagian pangkal paha kemudian paha hematoksilin selama 6 menit dan dicuci
dikuakkan, setelah itu dilakukan sayatan kembali dengan air mengalir. Selanjutnya
pada kulit bagian dada, potong sternum pada dicelupkan ke dalam acid alkohol 3 kali
bagian cartilago intercostalis. Bagian celup dan dicuci dengan air mengalir.
sternum diangkat lalu diamati permukaan Setelah itu diwarnai dengan larutan eosin
luar organ visceral, perubahan yang terjadi selama 2 menit, lalu dicuci dengan air
diamati dan dicatat. Satu persatu organ sebanyak 3 kali celup. Kemudian dilakukan
dikeluarkan dimulai dari saluran proses dehidrasi kembali dengan alkohol
pencernaan, hati, jantung, esofagus dan 96% I dan II, absolut I dan II masing masing
trakea, kemudian perubahan yang terjadi dua kali celup. Setelah itu dilakukan proses
241
Jurnal Medika Veterinaria Muhammad Hambal, dkk
clearing dengan silol I dan II masing-masing melalui kloaka atau penetrasi usus sehingga
selama 3 menit. Terakhir dilakukan mengakibatkan cangkang telur menjadi tipis
mounting dengan menggunakan Entellan®. dan lunak. Hal ini dapat berefek pada
Pengamatan dilakukan dengan mikroskop penurunan produksi telur (Rehman et al.,
cahaya Olympus® dan dilanjutkan dengan 2014; Bharat et al., 2017).
pengambilan foto dengan menggunakan alat Ayam petelur dibudidayakan khusus
mikrofotografi (Kiernan, 1990). untuk menghasilkan telur secara komersial
sehingga ayam petelur dipelihara secara
Analisis Data intensif/dikandangkan agar kebutuhannya
terpenuhi serta dapat terhindar dari agen
Data yang diperoleh dari hasil penyakit yang tersebar di lingkungan
penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan (Setiawati et al., 2016). Akan tetapi,
disajikan dalam bentuk gambar. walaupun ayam petelur dipelihara dengan
cara dikandangkan, tidak mengurangi
HASIL DAN PEMBAHASAN potensi masuknya agen penyakit
ascaridiosis. Beberapa penyebab yang
Anamnesa dan Sinyalemen membuat ayam mudah terserang penyakit
diantaranya sistem pemeliharaan ayam yang
Berdasarkan keterangan pemilik, ayam buruk, pemberian pakan tidak teratur,
layer yang diperiksa telah ditemukan mati kebersihan tempat pakan dan air minum
didalam box transport. Bangkai ayam layer yang tidak terjaga, serta penerapan
yang diperiksa berasal dari pasar Lambaro, biosecurity yang tidak tepat (Nurcholis et
jenis kelamin betina, berumur ± 2 tahun, dan al., 2009).
berwarna putih. Saat dilakukan pemeriksaan
fisik, ayam terlihat kurus dan bulunya yang Pemeriksaan Patologi Anatomi
kusam. Kemudian pada selaput mata,
hidung, mulut, telinga, dan kloaka Lesi yang menciri pada organ akibat
mengalami anemia. Hal tersebut merupakan penyakit tertentu membantu diagnosis yang
tanda-tanda gejala klinis dari penyakit tepat (Bello et al., 2012). Hasil pemeriksaan
ascaridiosis (Beriajaya et al., 2006; Balqis secara patologi anatomi pada organ ayam
et al., 2015; Gopal et al., 2017). setelah dilakukan nekropsi, ditemukan
Ayam yang terinfeksi cacing adanya cacing Ascaridia galli pada lumen
Ascaridia galli dapat menunjukkan gejala duodenum, jejunum, dan ileum seperti yang
kelesuan pada sayap, pemutihan pada terlihat pada Gambar 1. Panjang tubuh
kepala, hilangnya nafsu makan, penurunan cacing berkisar antara 5-7,3 cm. Tingkat
aktivitas, kekurusan, dan diare. Diare dapat infestasi cacing yang ditemukan pada lumen
menyebabkan perubahan pada ayam seperti usus adalah sedang (moderate). Pada
anemia, bulu kusam dan acak-acakan, serta mukosa usus terlihat adanya daerah fokal
daerah kloaka yang kotor. Penurunan berat hemoragi seperti yang ditunjukkan pada
badan dapat terjadi dikarenakan infeksi Gambar 2. Hal ini menandakan cacing telah
cacing A. galli dapat mengurangi efisiensi melewati fase histotropik, dimana larva L3
penyerapan nutrisi (Adang et al., 2009; cacing A. galli telah menanamkan diri pada
Shaibu, 2015; Zada et al., 2015). Cacing lapisan mukosa duodenum untuk
dewasa juga dapat bermigrasi ke oviduct berkembang menjadi L4 (Shaibu, 2015)
242
Jurnal Medika Veterinaria Muhammad Hambal, dkk
Gambar 2. Adanya fokal hemoragi pada duodenum (a) dan jejunum (b)
243
Jurnal Medika Veterinaria Muhammad Hambal, dkk
Gambar 3. Telur cacing Ascaridia galli dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 400x
244
Jurnal Medika Veterinaria Muhammad Hambal, dkk
Gambar 4. Gambaran histopatologis usus halus ayam layer dengan pewarnaan Hematoksilin dan
Eosin (HE) pembesaran 400x (a. deskuamasi epitel vili; b. Hemoragi; c. infiltrasi sel radang
(limfosit); dan d. proliferasi sel-sel kripta)
245
Jurnal Medika Veterinaria Muhammad Hambal, dkk
246
Jurnal Medika Veterinaria Muhammad Hambal, dkk
Das K, Tiwari RKS, Shrivastava DK. 2010. Techniques for Rehman ZU, Mahfooz A, Ahmad T, Mahmood S, Abbas G,
evaluation of medicinal plant products as Saleem MI, Iqbal A, Siddique F, Fiaz M. 2014.
antimicrobial agent: Current methods and future Comparative therapeutic efficacy of ivermectin and
trends. Journal of Medicinal Plants Research, 4(2): piperazine citrate against Ascaridia galli in
104-111. commercial and rural poultry. Scholar’s Advances
Gopal K, Pazhanivel N, Thangathurai R, Kumar V. 2017. in Animal and Veterinary Research, 1(1): 20-24.
Ascaridia galli induced ulcerative ventriculitis in a Retno FD, Lestariningsih CL, Purwanto B, Hartono S.
desi chicken. Indian Veterinary Journal, 94(9): 83- 2015. Penyakit-penyakit Penting pada Ayam.
84. Medion. Bandung.
Herawati, Winarso D. 2016. Pengaruh pemberian sari Setiawati T, Afnan R, Ulupi N. 2016. Performa produksi
kunyit (Curcuma domestica val.) dalam air minum dan kualitas telur ayam petelur pada sistem litter
terhadap jumlah telur cacing Ascaridia galli pada dan cage dengan suhu kandang berbeda. Jurnal
ayam broiler. Jurnal Riset Agribisnis dan Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan,
Peternakan, 1(2): 13-24. 4(1): 197-203.
Jamaluddin, Athiroh N, Hayati A. 2014. Respon Shaibu IE. 2015. Phytochemical composition and
masyarakat peternak ayam terhadap ramuan herbal anthelminthic effects of essential oils from three
sebagai anthelmintik di Desa Kambingan Tumpang nigerian citrus varieties on Ascaridia galli.
Malang. Jurnal Ilmiah Biosaintropis: 98-102. (Thesis). Zaria: Faculty Of Science Ahmadu Bello
Jatmiko SW. 2015. Eosinofil sebagai sel penyaji antigen. University.
Bioeksperimen, 1(1): 18-22. Sharma N, Hunt PW, Hine BC, Swick RA, Sharma NK,
Kiernan JA. 1990. Histological and Histochemichal Ruhnke I. 2017. Ascaridia galli challenge model in
Method: Theory and Practise. Ed 2. Pergamon laying hens. The Journal of Advances in
Press. New York. Parasitology, 4(3): 41-46.
Kusuma HA, Mukhtar A, Dewanti R. 2016. Pengaruh Siamba DN, Okitoi LO, Watai MK, Wachira AM, Lukibisi
tingkat pembatasan pemberian pakan (restricted FB, Mukisira EA. 2007. Efficacy of Tephrosia
feeding) terhadap performan ayam broiler jantan. vogelli and Vernonia amygdalina as anthelmintics
Sains Peternakan, 14(1): 43-51. against Ascaridia galli in indigenous chicken.
Lalchhandama K, Roy B, Dutta BK. 2009. Anthelmintic Livestock Research for Rural Development, 19: 1-8.
activity of Acacia oxyphylla stem bark against Tarbiat B. 2018. Ascaridia galli in laying hens: adaptation
Ascaridia galli. Pharmaceutical Biology, 47(7): of a targeted treatment strategy with attention to
578-583. anthelmintic resistance. (Thesis). Uppsala:
Loliwu YA, Thalib I. 2012. Prevalensi penyakit cacing Department of Biomedical Sciences and Veterinary
pada ayam buras di Desa Taende dan Tomata Public Health Section for Parasitology.
Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali. Jurnal Wiedosari E, Wahyuwardani S. 2015. Studi kasus penyakit
AgroPet, 9(1): 69-83. ayam pedaging di Kabupaten Sukabumi dan Bogor.
Nurcholis, Hastuti D, Sutiono B. 2009. Tatalaksana Jurnal Kedokteran Hewan, 9(1): 9-13.
pemeliharaan ayam ras petelur periode layer di Windari T. 2017. Peranan ekstrak bawang dayak
populer farm Desa Kuncen Kecamatan Mijen Kota (Eleutherine palmifolia) sebagai agen anti tukak
Semarang. Mediagro, 5(2): 38-49. lambung (peptic ulcer) pada Tikus Wistar (Rattus
Pabala MF, Apsari IAP, Sulabda IN. 2017. Prevalensi dan norvegicus) jantan yang diinduksi etanol. Jurnal
intensitas infeksi cacing Ascaridia galli pada ayam Pangan dan Agroindustri, 5(1): 61-70.
buras di wilayah Bukit Jimbaran, Badung. Zada L, Rehman T, Niazl S, Zeb MA, Ruqia B, Salma,
Indonesia Medicus Veterinus, 6(3): 198-205. Khan MA, Khan A. 2015. Prevalence of Ascaridia
Pradana DP, Haryono T, Ambarwati R. 2015. Identifikasi galli in some Poultry Farms of District Mardan.
cacing endoparasit pada feses ayam pedaging dan The Journal of Advances in Parasitology, 2(4): 75-
ayam petelur. Lentera Bio, 4(2): 119-123. 79.
Prastowo J, Ariyadi B. 2015. Pengaruh infeksi cacing Zalizar L, Satrija F, Tiuria R, Astuti DA. 2006. Dampak
Ascaridia galli terhadap gambaran darah dan infeksi Ascaridia galli terhadap gambaran
elektrolit ayam kampung (Gallus domesticus). histopatologi dan luas permukaan vili usus halus
Jurnal Medika Veterinaria, 9(1): 12-17. serta penurunan bobot hidup starter. JITV, 11(3):
Rahimian S. 2016. Studies on the Ascaridia galli 222-228.
embryonal stages, potential maternal protection and Zalizar L, Satrija F, Tiuria R, Dewi AA. 2007. Respons
immune response in chicken. (Dissertation). ayam yang mempunyai pengalaman infeksi
Göttingen: Program of Agricultural Sciences Ascaridia galli terhadap infeksi ulang dan
Faculty of Agricultural Sciences Georg- August- implikasinya terhadap produktivitas dan kualitas
University Göttingen. telur. Anim. Product, 9(2): 92-98.
247