Makalahtambangpasir Waled Cirebon R2
Makalahtambangpasir Waled Cirebon R2
Makalahtambangpasir Waled Cirebon R2
net/publication/340583615
CITATIONS READS
0 106
1 author:
Basuki Wasis
IPB University. Bogor. Repuplic of Indonesia
487 PUBLICATIONS 2,963 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Basuki Wasis on 12 April 2020.
Basuki Wasis 1
ABSTRACT
The negative impacts of sand mining with open mining systems are mainly caused by
environmental degradation, environmental geological changes including aesthetic conditions,
topography, slope, elevation elevation, exposure of bedrock, erosion, sedimentation, quality
and quantity of ground water, decrease in soil productivity, disruption to flora and fauna,
micro climate change, and various socioeconomic problems. The study uses vegetation
analysis and sampling with a purposive sampling method. Sand mining activities in the
Protected Area, Mountain Azimut, Waled Asam Village , Waled District, Cirebon Regency,
West Java Province, have caused loss of soil solum (0 cm), digging holes as deep as 20-30 m
and death of vegetation (flora) by 100%. Sand mining has caused changes and soil damage,
namely decreasing clay fraction, increasing sand fraction, decreasing organic C, Ca and Mg,
soil compaction and decreasing and soil microorganism destruction. Sand mining activities
have caused the loss of organic material and agroforestry biomass, thus endangering
sustainable land management
Keywords: agroforestry, clay and sand, sand mining, soil properties, soil solum
ABSTRAK
Dampak negatif dari tambang pasir dengan sistem tambang terbuka ini terutama diakibatkan
oleh degradasi lingkungan, perubahan geologi lingkungan antara lain kondisi estetika,
topografi, kemiringan lereng, elevasi ketinggian, tersingkapnya batuan dasar, erosi,
sedimentasi, kualitas dan kuantitas air tanah, penurunan produktivitas tanah, gangguan
terhadap flora dan fauna, perubahan iklim mikro, serta berbagai permasalahan sosial
ekonomi. Penelitian menggunakan analisa vegetasi dan pengambilan sampel dengan metode
purposive sampling. Kegiatan tambang pasir di Lokasi Kawasan Lindung Gunung Azimut
Desa Gumulung Waled Asam Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat
telah menyebabkan hilangnya solum tanah (0 cm), lubang galian sedalam 20-30 m dan
kematian vegetasi (flora) sebesar 100 %. Tambang pasir telah menyebabkan perubahan dan
kerusakan tanah yaitu menurunnya fraksi liat, meningkatkan fraksi pasir, penurunan C
organik, Ca dan Mg, pemadatan tanah dan menurun dan musnahnya mikroorganisme tanah.
Kegiatan tambang pasir telah menyebabkan hilangnya bahan organik dan biomassa hutan
tanaman sehingga membahayakan pengelolaan lahan berkelanjutan.
Kata kunci : agroforestry, liat dan pasir, solum tanah, tambang pasir, sifat tanah
PENDAHULUAN
Salah satu tambang yang cukup banyak dikandung bumi Indonesia ini yaitu tambang
pasir. Bahan pasir merupakan salah satu bahan baku utama untuk bangunan sipil seperti
rumah, gedung, jalan, jembatan, pelabuhan, bendungan dan lain-lain. Bahan pasir digunakan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal maupun di luar daerah tersebut. Lokasi di
Kawasan Lindung Gunung Azimut Desa Gumulung Waled Asam Kecamatan Waled
Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki
kekayaan alam berupa bahan pasir yang cukup melimpah. Tambang pasir umumnya
menggunakan sistem penambangan terbuka. Penambangan terbuka adalah kegiatan
penambangan atau penggalian bahan galian yang prosesnya langsung berhubungan dengan
udara terbuka dan hilangnya solum tanah (Herman, 1996)
Kegiatan tambang terbuka secara umum terdiri atas pembersihan lahan, pengupasan
tanah penutup, pembongkaran, pemilihan, pemuatan, pengangkutan, pengecilan ukuran,
pencucian/pemurnian, pemasaran, dan reklamasi. Dampak negatif dari tambang pasir dengan
sistem tambang terbuka ini terutama diakibatkan oleh degradasi lingkungan, perubahan
geologi lingkungan antara lain kondisi estetika, topografi, kemiringan lereng, elevasi
ketinggian, tersingkapnya batuan dasar, erosi, sedimentasi, kualitas dan kuantitas air tanah,
penurunan produktivitas tanah, gangguan terhadap flora dan fauna, perubahan iklim mikro,
serta berbagai permasalahan sosial ekonomi. Hal tersebut menjadi salah satu penyokong
dampak negatif bagi pembangunan di masa mendatang. Jika daya dukung lingkungan telah
dilampaui, maka fungsi ekosistem menjadi terganggu dan rusak dan menimbulkan kerugian
ekonomi lingkungan (Dumairy 1992; Yunus, 2005) .
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Cirebon,
ditemukan berbagai pelanggaran dan penyalahgunaan izin yang dilakukan oleh pengusaha
pertambangan yang beroperasi sehingga memberikan dampak berupa kerusakan lingkungan.
Disamping itu kerusakan lingkungan akan menyebabkan kerugian lingkungan, sehingga
perlu dilakukan penghitungan kerugian ekonomi lingkungan yang terjadi akibat tambang
pasir. Tujuan dari penelitian adalah melakukan analisa kerusakan tanah akibat kegiatan
tambang pasir di Kawasan Lindung Gunung Azimut Desa Gumulung Waled Asam
Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat. Penelitian lapangan dilaksanakan tanggal 2 September 2010 dan
analisa laboratorium dilaksanakan pada bulan Oktober 2010.
Bahan Penelitian. Bahan penelitian yang digunakan tanah dan vegetasi berasal areal
tambang pasir (luas 5 ha), sedangkan untuk kontrol berupa kebun campuran,dan hutan
tanaman di Lokasi Kawasan Lindung Gunung Azimut Desa Gumulung Waled Asam
Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat.
Prosedur Penelitian
Analisis Data
Data pengamatan lapangan dan hasil analisis tanah kemudian dianalisis secara
deskripsi dan Kepmen LH No. Kep-43/MENLH/10/1999 untuk mengetahui dampak
kerusakan akibat pertambangan pasir yang terjadi pada tanah mineral. Peubah yang untuk
sifat fisik tanah yaitu kerapatan limbak, porositas, kadar air dan permeabilitas tanah, untuk
sifat kimia tanah yaitu KTK, C organik, nitrogen , Kalsium, magnesium, pasir dan liat dan
untuk sifat biologi tanah yaitu total mikroorganisme, total fungi, bakteri pelarut P dan
respirasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fakta Lapangan
Hasil pengamatan dan pengukuran kerusakan terhadap kegiatan tambang pasir telah
menyebabkan hilangnya solum tanah (0 cm), lubang galian sedalam 20-30 m dan kematian
flora sebesar 100 % (Tabel 1). Sewaktu dilakukan pengamatan ditemukan log pohon
ditumbangkan. Penebangan pohon-pohon hutan tanaman tentunya akan menyebabkan
menurunnya lahan dalam menghasilkan O2 (oksigen) dan penyerapan CO2 (karbondioksida)
karena klorofil menjadi hilang sehingga laju fotosintesa menjadi menurun atau hilang.
Disamping itu penebangan pohon-pohon akan menyebabkan terganggunya iklim mikro
(ameliorasi iklim) dan musnahnya habitat satwa liar.
Variabel sifat fisik tanah yang diamati dan diukur pada penelitian kali ini yaitu bulk
density, porositas, dan permeabilitas. Berikut adalah hasil analisis laboratoium sifat fisik
tanah yang telah dilakukan seperti tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Kondisi sifat fisik tanah akibat tambang pasir pada kawasan lindung
Tambang pasir telah menurunkan porositas tanah sebesar 10,30 % yaitu dari 69,60 %
pada tanah kebun campuran menurun menjadi sebesar 51,52 % pada tanah pasca tambang.
Tambang pasir telah menyebabkan terjadinya pemadatan tanah hal ini terlihat dengan
meningkatnya kerapatan limbak sebesar 0,25 gram/cm3 yaitu dari 0,82 gram/cm3 pada
tanah kebun campuran meningkat menjadi 1,06 gram/cm3 pada tanah pasca tambang. Hal ini
menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian telah terjadi kerusakan struktur tanah. Tambang
pasir telah menurunkan permeabilitas tanah sebesar 15,23 cm/jam yaitu dari 25,24 cm/jam
pada tanah kebun campuran menjadi 10,01 cm/jam pada tanah pasca tambang. Tambang
pasir telah menurunkan kadar air tanah sebesar 47,72 % yaitu dari 59,94 % pada tanah
kebun campuran menurun menjadi sebesar 12,22 % pada tanah pasca tambang
Tanah yang memiliki nilai bulk density tinggi akan memiliki nilai permeabilitas yang
lebih rendah. Permeabilitas menujukan kecepatan air dalam medium masa tanah. Tanah yang
memiliki permeabilitas cepat cenderung kemampuan untuk menyimpan air akan berkurang
jika pada tanah tersebut memiliki tekstur tanah berpasir
Butir pasir biasanya berdekatan satu sama lain sehingga menghasilkan Bulk Density
tinggi (Soepardi 1983). Pada lokasi penambangan pasir terjadi ketidakstabilan struktur tanah
akibat proses penambangan, terjadi pemadatan tanah akibat penggunaan alat-alat berat dalam
proses penambangan yang menyebabkan pori-pori tanah semakin kecil (ruang pori berkurang)
sehingga porositas kecil yang menyebabkan aerasi tanah tidak baik dan pada akhirnya akan
menyulitkan pertumbuhan akar tanaman. Tanah dengan ruang pori berkurang dan berat tanah
setiap satuan bertambah menyebabkan meningkatnya bobot isi tanah. Tanah dengan bobot yang
besar akan sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman, begitu pula sebaliknya tanah
dengan bobot isi rendah, akar tanaman lebih mudah berkembang.(Hardjowigeno 2002).
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara
dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore) dan pori halus (micro pore).
Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang
pori halus berisi air kapiler dan udara (Hardjowigeno 2002). Ruang pori tanah yaitu bagian dari
tanah yang ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan diantara
partikel pasir, debu, dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah (Soepardi 1983).
Ukuran pori dan kemantapan pori berpengaruh terhadap daya infiltrasi, semakin besar dan
mantap pori tersebut maka daya infiltrasi akan semakin besar. Tanah-tanah pasir mempunyai
pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit
menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah liat mempunyai pori total (jumlah pori-
pori makro dan mikro), lebih tinggi daripada tanah pasir. Tanah remah memberikan kapasitas
infiltrasi akan lebih besar daripada tanah liat. Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai
kapasitas lebih kecil dibandingkan tanah dalam keadaan kering. Tanah pasir memiliki pori
drainase yang baik sehingga infiltrasinya tinggi tetapi tidak dapat mengikat air tersebut (Tan
1994; Hardjowigeno 2002).
Selain itu menurut Hardjowigeno (2002), porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan
bahan organik, struktur, ukuran pori dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jika bahan organik
tinggi. Tanah-tanah dengan struktur remah atau granular mempunyai porositas yang lebih tinggi
daripada tanah-tanah yang struktur pejal. Sedangkan untuk jenis tanah pada lokasi penelitian
tanah pasir pada umumnya memiliki kandungan bahan organik yang rendah dan tidak memiliki
struktur tanah sehingga porositas cenderung buruk.
Hal tersebut di atas telah ditekankan pula oleh Foth (1994), bahwa tanah permukaan
yang pasir mempunyai porositas lebih kecil daripada tanah liat (kebun campuran dan sawah
memiliki sedikit kandungan liat). Berarti bahwa tanah pasir mempunyai volume yang lebih
sedikit yang ditempati oleh ruang pori. Air selalu bergerak lebih cepat melalui tanah pasir
daripada tanah liat. Keterangan untuk bukti-bukti yang kelihatannya bertentangan ini berada pada
ukuran pori-pori yang ditemukan pada masing-masing tanah.
Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang diukur dan dilakukan uji laboratorium adalah C-organik, N
Total, Ca, Mg dan KTK. Berikut adalah hasil analisis Laboratorium yang telah dilakukan
tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3. Kondisi sifat kimia tanah akibat tambang pasir pada kawasan lindung
Tambang pasir telah menyebabkan terjadi penurunan Ca tanah sebesar 0,40 me/ 100
g, yaitu dari 3,83 me/ 100 g pada tanah kebun campuran menjadi 3,42 me/100 g pada tanah
pasca tambang. Tambang pasir telah menyebabkan terjadi penurunan Mg tanah sebesar
1,02 me/ 100 g, yaitu dari 6,41 me/ 100 g pada tanah kebun campuran menjadi 5,39me/100 g
pada tanah pasca tambang. Tambang pasir telah menyebabkan terjadi penurunan C organik
sebesar 0,53 %, yaitu dari 1,40 % pada tanah kebun campuran menjadi 0,87 % pada tanah
pasca tambang. Tambang pasir menyebabkan terjadinya penurunan N tanah sebesar 0,02 %
yaitu dari 0,11 % pada tanah kebun campuran menjadi 0,09 % pada tanah pasca tambang.
Tambang pasir telah menyebabkan terjadinya penurunan KTK tanah sebesar 2,72 me/ 100
gram, yaitu dari 35,93 me/ 100 gram pada tanah kebun campuran menjadi 33,21 me/100
gram pada tanah pasca tambang.
Rendahnya KTK pada tanah bekas tambang diakibatkan hilangnya fraksi liat akibat
kegiatan pencucian bahan liat dan erosi tanah. Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifat
kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Tan 1994; Hardjowigeno 2002).
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau
tanah berpasir (Tan 1994; Hardjowigeno 2002). Hal ini bersesuaian dengan hasil penelitian
yang berkaitan dengan nilai KTK pada lokasi paska penambangan pasir yang memiliki
kandungan pasir tinggi memiliki KTK yang rendah.
Kadar Ca, Mg, C organik dan N tanah menunjukan nilai yang lebih rendah pada tanah
lahan bekas tamabng pasir dibandingkan pada lahan pertanian. Hal ini disebakan oleh
hilangnya tutupan vegetasi dan solum tanah. Tingginya nilai C-organik, N, Ca dan Mg pada
lahan pertanian bersumber dari penambahan jaringan daun, batang dan akar tanaman yang
mati. Proses penebangan hutan dan pemanenan tanaman menyebabkan setengah dari bahan
organik ekosistem hilang. Selain itu proses penurunan laju infiltrasi akan menyebabakan air
hujan yang jatuh menyebabkan terjadinya peningkatan aliran permukaan dan erosi, serta
meningkat hilangnya C organik, N, Ca, dan Mg akibat pencucian dan erosi (Hardjowigeno
2002; Wasis 2003; Hanafiah, 2005)
Sifat biologi tanah yang diukur dan dilakukan uji laboratotium adalah total
mikroorganisme, total fungi, bakteri pelarut P dan respirasi tanah. Berikut adalah hasil
analisis Laboratorium yang telah dilakukan sebagaimana tersaji pada Tabel 3.
Tabel 4. Kondisi sifat biologi tanah akibat tambang pasir pada kawasan lindung
No. Sifat biologi tanah Tanah kebun Tanah pasca Perubahan
campuran tambang
(Kontrol)
1. Total mikroorganisme 43,00 6,00 -37,00
6
(x 10 spk/g)
2. Total fungi 6,00 1,00 -5,00
4
(x 10 spk/g)
3. Bakteri Pelarut P 6,25 0 -6,25
3
(x 10 spk/g)
4. Respirasi 13,66 9,90 -3,76
(mgC-CO2/kg tanah/hari)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tambang pasir telah menyebabkan kerusakan sifat
biologi tanah. Kerusakan sifat biologi tanah diakibatkan hilangnya tutupan vegetasi, hilangnya
solum dan bahan organik tanah (Stvenson 1994; Hardjowigeno 2002). Kehidupan di dunia
dimulai dari mikroorganisme, baik yang heterotropik maupun yang ototropik. Akar tanaman
menyerap hara dan daun menyerap energi, memproduksi organ-organ yang dikonsumsi hewan/
manusia dan membentuk organ-organnya. Organ-organ yang mengalami kematian atau sisa
dikonsumsi dan dirombak oleh mikroorganisme kembali menjadi hara dan energy. Tanah dihuni
oleh bermacam-macam mikroorganisme tanah. Jumlah tiap grup mikroorganisme mencapai
jutaan per gram tanah. Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat
mikroorganisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik, dan
kedalaman profil tanah serta terkait dengan kesuburan tanah (Anas 1989; Subba Rao, 1994).
1. Kegiatan tambang pasir di Kawasan Lindung Gunung Azimut, Desa Waled Asam
Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat telah menyebabkan
hilangnya solum tanah (0 cm), lubang galian sedalam 20-30 m dan kematian vegetasi
(flora) sebesar 100 %.
2. Tambang pasir telah menyebabkan perubahan dan kerusakan tanah yaitu
menurunnya fraksi liat, meningkatkan fraksi pasir, penurunan C organik, Ca dan Mg,
pemadatan tanah dan menurun dan musnahnya mikroorganisme tanah.
3. Kegiatan tambang pasir telah menyebabkan hilangnya bahan organik dan biomassa
kebun campuran sehingga membahayakan pengelolaan lahan berkelanjutan
Saran
Pada kawasan kebun campuran dan hutan tanaman yang mengalami kerusakan tanah dan
lingkungan akibat tambang pasir perlu secepatnya dilakukan restorasi/rehabilitasi dengan
mengebalikan liat tanah dan pemberian kompos (bahan organik) dan diterapkan konservasi
tanah untuk memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Adamowicz V. and P. Boxall. 2001. Future Directions of Stated Choice Methods for
EnvironmentValuation. Vic Adamowicz and Peter Boxall. Choice Experiments: A
New Approach to Environmental Valuation, April 10, 2001. London, England
Anas I. 1989. Petunjuk Laboratorium: Biologi Tanah dalam Praktek. Bogor: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian
Bogor.
Hakim N, Yusuf N, Lubis A, Sutopo GN, Amin MD, Go BH, Bailley HH. 1986. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung
Hanafiah KA. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Herman, DZ. 1996. Hasil Studi Literatur Penyebaran Mineral Logam Di Daerah Aplikasi
KP.Jawa Timur (Blok A, B dan C), PT.Timah (Persero) – Proyek Eksplorasi Non-Timah.
Kusmana, C and Istomo. 1995. Forest Ekology. Faculty of Forestry IPB, Bogor. p 190
Leiwakabessy FM. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Laar A V and A. Akca. 1997. Forest Mensuration. Cuvillier Verlag Gotingen. P. 418
Lutz H.J., and R. F. Chandler. 1965. Forest Soil. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Peters, W.C.; 1987. Exploration and Mining Geology, Second Edition, Department of Mining
and Geological Engineering-The University of Arizona; John Wiley & Sons, New York,
685 pages.
Purwowidodo. 1998. Mengenal Tanah Hutan dan Penampang Tanah. Laboratororimu
Pengaruh Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Soerianegara I, and Indrawan A. 2005. Indonesian Forest Ecology. Department of Forest
Management, Faculty of Forestry IPB, Bogor.
Tan K.H. 1995. Enviromental Soil Science. Marcel Dekkker Inc. New York. P 255.
Sorensen, K.W. 1992. Human action to control global warming through designed ecosystems.
UNESCO/ROSTEA publication.
Stvenson FJ. 1994. Humus Chemistry : Genesin, Composition Reaction.John Wiley & Sons
Inc. New York.
Subba Rao NS. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta
Tan KH. 1994. Enviromental Soil Science. Marcel Dekker, Inc. New York.
Wasis B. 2003. Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan terhadap Kerusakan Tanah. Jurnal
Manajemen Hutan Tropika Volume IX Nomor 2 Halaman 79 – 86. Bogor
Yunus, L., 2005. Evaluasi kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy Hulu dan
akibatnya di hilir. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.