Kralani - Manipulasi Ekspresi Gen
Kralani - Manipulasi Ekspresi Gen
Kralani - Manipulasi Ekspresi Gen
REVIEW ARTIKEL Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.2, Agustus 2005, 51 - 61
RNA THERAPEUTIC,
PENDEKATAN BARU DALAM TERAPI GEN
Amarila Malik
Departemen Farmasi FMIPA-UI, Universitas Indonesia, Depok.
ABSTRACT
Some diseases, such as cancer, hereditary and genetic diseases, as well as viral
infectious diseases, have been treated unsatisfied by the conventional therapy so far,
and even more, by the gene therapy. Together with the pharmaceutical industries,
researchers put their best effort to hunt some molecules that can be more favorable for
such kind of therapy. After a pivotal study reported in May, 2001, it is certain that
Ribonucleic acid (RNA) could effectively silence gene expression in mammalian cell
line, so it was then proposed in 2004 the term RNA therapeutics. Antisense RNA
therapy which came into the stage earlier seemed to be the one that can answer all the
problems in knocking out the unwanted messenger in gene expression. RNA interfer-
ence (RNAi) concept, which came later in around 2000, began to look like a possible
contender. It was reported in some studies that RNAi seems to have some more advan-
tages over both stronger gene-silencing effects and greater ease of use. However, the
main obstacle of all kind of gene therapy is, undoubtedly, on the delivery of this
molecule to enter the target cell, and mostly, to where it is needed most inside the
body. Some studies on genetic material delivery system have been reported, and their
progress has been discussed.
Keywords: RNA therapeutics, antisense RNA, siRNA, terapi gen, gene silenc-
ing.
dengan RNA dimulai pada target bulkan instruksi genetik yang dapat
lokasi awal untuk transkripsi atau menerjemahkannya ke dalam protein
translasi, dengan harapan bahwa yang berhubungan dengan penyakit,
lokasi tersebut relatif terbuka dan ini dilakukan oleh ribosom yang
(Agrawal, et al., 2003). mempunyai aktivitas instrinsik untuk
menguraikan dan memfasilitasi
4. Masalah selanjutnya adalah pembacaan pesan genetik tersebut.
bagaimana dapat terjadi interaksi Untuk menghindari hal ini, harus
antara terapi dan target, sehinga dibuat antisense yang ikatannya
dapat menghasilkan hibrida yang kuat. Dupleks DNA / RNA lebih
stabil. Antara basa guanin (G) lemah daripada dupleks RNA /
dengan sitosin (C) terdapat tiga DNA, maka sedang pula dikembang-
ikatan hidrogen, sehingga merupa- kan usaha untuk membuat DNA yang
kan ikatan yang lebih stabil diban- mirip RNA (Agrawal, et al., 2003).
dingkan dengan dua ikatan hidrogen
antara adenin (A) dengan timin (T). 6. Dari sisi efikasi, RNAi telah
Panjang minimum untuk rancangan diketahui menunjukkan spesifisitas
suatu untai RNA ditentukan oleh yang cukup tinggi. Akan tetapi,
besarnya genom. Di dalam genom sebagaimana molekul-molekul kecil
manusia, bagi molekul RNA yang yang lain, kemungkinan terjadinya
terdiri dari basa berjumlah kurang masalah dalam aplikasi klinik
dari 12-15, tampaknya akan menga- tetaplah ada. Efek samping yang
lami proses penggandaan, dan mung- mungkin saja terjadi berupa terham-
kin akan merusak gen atau messen- batnya ekspresi gen-gen lain yang
ger yang tidak sesuai. Oleh karena bukan target, baik akibat degradasi
itu, agar terapi stabil dan dikenali, mRNA, penghambatan translasi,
maka panjang basa nukleotidanya ataupun melalui induksi penekanan
adalah antara 13-20 basa. gen secara global dengan jalan
mengaktifkan respons interferon,
5. Setelah terbentuk hibrida, tugas terlebih jika siRNA diekspresikan
selanjutnya adalah merusak target. oleh vektor virus.
Antisense yang dirancang untuk
mRNA akan berhasil jika didukung
oleh enzim RNase H, yaitu enzim Penutup
yang bekerja memotong messenger. Konsep terapi antisense RNA
Jika antisense adalah untai tunggal dan RNAi atau RNA therapeutic ini
DNA, maka akan langsung berpar- yang bekerja membungkam ekspresi
tisipasi dalam destruksi messenger gen pada tahap pasca translasi (post-
selanjutnya. Destruksi messenger ini transcriptional gene-silencing) tampak
memang diinginkan. Akan tetapi sebagai suatu terapi yang sangat
hibrid ini lambat laun akan menim- ideal untuk mengatasi berbagai
12. Lee, R.C., et al. 1993. The C. 20. Roberts, J.P. 2004. Gene therapy’s
elegans heterochronic gene lin-4 Fall and Rise (Again). The Scien-
encodes small RNAs with tist 18(18): 22-24.
antisense complementary to lin- 21. Tang, G. 2005. siRNA and
14. Cell 116: 589-592. miRNA: an insight into RISCs,
13. Lieberman, J., et al. 2003. Inter- TRENDS in Molecular Medicine
fering with Disease: Opportuni- 30(2).
ties and roadblocks to harness- 22. Thenawijaya, M. 1994. Leh-
ing RNA interferences. TRENDS ninger, Dasar-dasar Biokimia.
in Molecular Medicine 9(9). Jilid 3. Penerbit Erlangga. Hal:
14. Lucentini, J. 2004. Silencing Can- 123-233.
cer. The Scientist 18(17): 14-15 23. Wang, M.B. et al., 2004. On the
15. Pallarito, K. 2004. Fueling the role of RNA silencing in the
Fires of RNA Interference. The pathogenicity and evolution of
Scientist, 18(17): 18-19. viroids and viral satellite. Proc
16. Penman, D. 2002. Subtle Gene Natl Acad Sci 101: 3275-3280.
Therapy Tackles Blood Disor- 24. Xia, H. et al. 2004. RNAi sup-
der. NewScientist.com 16:26 11 presses polyglutamine-induced
October 2002. neurodegeration in a model of
17. Pfeffer, S. et al. 2004. Identifica- spinocerebellar ataxia. Nature
tion of Virus-encoded micro Methods 10: 816-820.
RNAs. Science 304: 734-736. 25. Yague, E, et al. 2004. Complete
18. Pray, L.A. 2004. Viroids, Viruses, reversal of multidrug resistance
and RNA Silencing. The Scientist by stable expression of small in-
18(16):23. terfering RNAs targeting
19. Provost, P., et al. 2002. Ribonu- MDR1E. Gene Therapy 11:1170-
clease Activity and RNA binding 1174.
of recombinant human Dicer.
The EMBO Journal 21(21): 5864-
5874.
Disusun Oleh:
NIM : 194111049
KUPANG
2022
PERTANYAAN DAN JAWABAN