Ipe - Neuro - Kelompok 8a

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

LAPORAN INTERPROFESIONALITAS EDUCATION (IPE)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN, FARMASI, DAN KEPERAWATAN

GAGAL GINJAL KRONIK

Disusun oleh :
Nico Gonzales ( J500180064 )
Nabila Safhira Titan Kencana ( J500180065 )
Arum Setya Pertiwi ( J500180066 )
Unggul Prestiaji ( J500180067 )
Lutfiana Chrisma Tiaradita ( J500180068 )
Adelia Kusuma Wardani (K100170088)
Rizky Rahmadhiani (K100170089)
Ihsania Ika Amaliah (K100170090)
Hanis Nanda Sastia (K100170091)
Anggi Rofifah Sania V (K100170093)
M Farrel Shyva Pradana Y (K100170094)
(K10
Miftah Nur Affandi (J210180161)
Dilla Nurfatika Sari (J210180162)
Muhammad Ahsan Al Fatih (J210180163)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


2020

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 1


HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN, FARMASI DAN
KEPERAWATAN

GAGAL GINJAL KRONIK

Nico Gonzales ( J500180064 )


Nabila Safhira Titan Kencana ( J500180065 )
Arum Setya Pertiwi ( J500180066 )
Unggul Prestiaji ( J500180067 )
Lutfiana Chrisma Tiaradita ( J500180068 )
Adelia Kusuma Wardani (K100170088)
Rizky Rahmadhiani (K100170089)
Ihsania Ika Amaliah (K100170090)
Hanis Nanda Sastia (K100170091)
Anggi Rofifah Sania V (K100170093)
M Farrel Shyva Pradana Y (K100170094)
Miftah Nur Affandi (J210180161)
Dilla Nurfatika Sari (J210180162)
Muhammad Ahsan Al Fatih (J210180163)

Menyetujui Pembimbing:

Program studi Program studi Program studi


Kedokteran Farmasi Keperawatan

dr. Sa’idatul Fithriyah, M.Sc Isya Isma Nabilla, S.Farm., Apt Rina Ambarwati S.Kep.Ns.M.Kep

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 2


A. PENDAHULUAN
1. Kasus
SCENARIO 1 / CASE 1
Mr.AD, 56 years old, developed dyspnea, shortness of breath, pedal edema, headache and oliguria since
6 months. He had lost appetite for months, felt nausea all the time, hardly sleep at night and anxious abaut his
life. He could not done his daily activity in proper, always need assitance. He had previously diagnosed with
diabetes for ten years. And started to have high blood pressure since three years ago. He looked pale, week, BP
: 170/90, Heart rate 110x/minutes, RR 28x/minutes, afebris, conjunctiva anemis, increased JVP, cardiomegali,
rales, ascites, and pitting edema. His laboratory test showed : Hb 8 g/dl, creatinin 8.14 mg/dl, ureum 124 mg/dL
and proteinuria (++) were found. Patient was referred to UMS hospital where he was advised for hemodialysis
along with antihypertensive therapy.
However, in spite of spontanous dialysis, Serum creatinine level could not be achieved normal range.
Then patient was advised to go through dialysis twice a week regularly. On oral therapy, he found relief in
symptoms. He got candesartan 8 mg, Amlodipine 10 mg, Asam Folat 400 mcg, Furosemid 40 mg, CaCo3 500
mg tablet. He was returning home after a week hospitalisation. His previous diabetic medication which were
glimepirid 2 mg and acarbose 50 mg had been stoped since his blood sugar within normal limit.
The doctor along with dyalisis team (nurse, dietisien, pharmacy) gave long and brief explanation to
patient and his family abaut his disease and how to manage his life in the future.
Based on the patient’s clinical findings, answer the following questions. 1. What medical problem(s) do you
find? and explain the reasons why do you choose those medical problem(s)! (for medical students) 2. Write
inter-professional collaboration medical care or treatment for the patient based on your specific professional
responsibility (medical doctor, nurse, and pharmacist)!
SKENARIO / KASUS 1:
Mr.AD, 56 tahun, mengalami dispnea, sesak napas, edema pedal, sakit kepala, dan oliguria sejak 6
bulan. Dia telah kehilangan nafsu makan selama berbulan-bulan, merasa mual sepanjang waktu, hampir tidak
tidur di malam hari dan cemas tentang hidupnya. Dia tidak bisa melakukan aktivitas hariannya dengan benar,
selalu membutuhkan pendampingan. Dia sebelumnya didiagnosis menderita diabetes selama sepuluh tahun.
Dan mulai mengalami tekanan darah tinggi sejak tiga tahun lalu. Dia tampak pucat, minggu, TD: 170/90,
Denyut jantung 110x / menit, RR 28x / menit, afebris, konjungtiva anemis, peningkatan JVP, cardiomegali,
rales, ascites, dan edema lubang. Tes laboratoriumnya menunjukkan: Hb 8 g / dl, kreatinin 8,14 mg / dl, ureum
124 mg / dL dan proteinuria (++) ditemukan. Pasien dirujuk ke rumah sakit UMS di mana ia disarankan untuk
hemodialisis bersama dengan terapi antihipertensi.
Namun, terlepas dari dialisis spontan, kadar kreatinin serum tidak dapat mencapai kisaran normal.
Kemudian pasien disarankan untuk menjalani dialisis dua kali seminggu secara teratur. Pada terapi oral, ia
menemukan kelegaan dalam gejala. Ia mendapat candesartan 8 mg, Amlodipine 10 mg, Asam Folat 400 mcg,

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 3


Furosemid 40 mg, tablet CaCo3 500 mg. Dia kembali ke rumah setelah seminggu dirawat di rumah sakit. Obat
diabetes sebelumnya yaitu glimepirid 2 mg dan acarbose 50 mg sudah dihentikan sejak gula darahnya dalam
batas normal.
Dokter bersama dengan tim dyalisis (perawat, dietisien, farmasi) memberikan penjelasan yang panjang
dan singkat kepada pasien dan keluarganya tentang penyakitnya dan bagaimana mengatur hidupnya di masa
depan. Berdasarkan temuan klinis pasien, jawab pertanyaan berikut.
1. Apa masalah medis yang Anda temukan? dan jelaskan alasan mengapa Anda memilih masalah medis
itu! (untuk mahasiswa kedokteran)
2. Tulis perawatan medis kolaborasi atau perawatan antar-profesional untuk pasien berdasarkan
tanggung jawab profesional spesifik Anda (dokter, perawat, dan apoteker)!
2. Daftar Masalah
Kedokteran:
1. Memahami masalah medis pada pasien Penyakit Ginjal Kronis
2. Menjelaskan kriteria diagnostik tentang Penyakit Ginjal Kronis dan sebagian besar penyakit yang
mendasarinya (Diabetes, Hipertensi)
3. Menjelaskan tentang terapi utama pasien dengan PenyakitGinjal Kronik
4. Pemahaman pasien manajemen integratif dengan Penyakit Ginjal Kronik
5. Pemahaman Tentang Pendidikan Perawatan Keluarga dan Pendekatan Pasien dengan Penyakit Ginjal
Kronis
Keperawatan
1. Mampu memahami konsep penyakit GGK mulai dari definisi, etiologi, patofisiologi dan masalah
keperawatan yang muncul.
2. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk GGK.
3. Mampu memahami proses keperawatan pada pasien GGK (pemgkajian sampai evaluasi).
4. Mampu membuat dokumentasi asuhan keperawatan terkait dengan kasus GGK
5. Mahasiswa mampu bekerjasama interdisipliner (dengan bagian farmasi dan kedokteran).
Farmasi
1. Mampu mengkaji problem medis yang muncul pada pasien GGK.
2. Mampu memahami dan menjelaskan terapi farmakologi dan mekanisme kerja obat pada kasus GGK .
3. Mampu melakukan evaluasi terapi yang rasional dan DRP (drug related problem) seta pemberian
rekomendasi terapi pada kasus GGK
4. Mampu melakukan monitoring terapi (efektivitas dan efek samping)
5. Mahasiswa mampu bekerjasama interdisipliner (dengan bagian farmasi dan keperawatan)
B. ISI
1. Etiologi

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 4


Penyebab penyakit ginjal kronik sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lain.
Penyebab Utama Gagal Ginjal Kronik antara lain
1. Diabetes Melitus 7. Nefritis Interstitialis
2. Glomerulonefritis 8. Kista dan penyakit bawaan lain
3. Hipertensi / Penyakit Vaskuler Ginjal 9. Penyakit Sistemik , contohnya : Lupus,
4. Batu Ginjal / Obstruksi Saluran Kemih Vaskulitis
5. Genetik 10. Neoplasma
6. Infeksi Saluran Kemih 11. Tidak diketahui

2. Patofisiologi
Patofisio penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya,tapi dalam
perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. pengurangan masa ginjal mengakibatkan
hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh
molekul vasoaktif seperti sitokin dan growht factor. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti
oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. proses adaptasi ini berlangsung singkat,akhirnya
diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. proses ini akhirnya diikuti dengan
penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya
peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron itrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap
terjadinya hiperfilrasi, sklerosis dan progresifitas tesebut. Aktivasi jangka panjang aksis renin-angitensin-
aldosteron, sebagai diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor beta. Beberapa hal yang
juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi,
hiperglikemia, dislipedia. Terdapat variabilitas interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis
glomerulus maupun tubulo interstisial. Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya
cadang ginjal,pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah meningkat. kemudian secara perlahan
tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea
dan kreatinin serum. Pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan(asimtomatis),tapi sudah
terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. LFG 30% sudah terjadi keluhan nokturia,badan
lemah,mual, nafsu makan kurang dan BB turun sampai pada LFG dibawah 30% pasien memperlihatkan gejala
dan tanda uremia yg nyata seperti anemia,hipertensi,mual ,muntah, gangguan metabolisme fosfor dan kalium.
Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas,maupun infeksi salura
cerna juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia, elektrolit antara lain natrium
dan kalium. Pada LFG di bawa 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah
memerlukan terapi pengganti ginjal antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien
dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 5


3. Pembahasan
a. Kedokteran
Kasus
1.) Anamnesis
a.) Biodata pasien
Nama : Bapak AD
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
b.) Keluhan
Dispnea, sesak napas, edema pedal, sakit kepala, oliguria sejak 6 bulan, anoreksia, nausea,
susah tidur di malam hari, cemas.
c.) Riwayat penyakit dahulu
Diabetes selama 10 tahun, dan hipertensi sejak 3 tahun yang lalu.
2.) Pemeriksaan Fisik
a.) Inspeksi : Pucat, lemah, konjungtiva anemis.
b.) Palpasi : Peningkatan JVP, pitting edema.
c.) Perkusi : Kardiomegali, ascites.

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 6


d.) Auskultasi : Rales.
e.) Vital Sign : BP : 170/90 x/menit, HR : 100x/menit, RR : 28x/menit, afebris.
3.) Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium : Hb 8g/dl, Kreatinin 14mg/dl, Ureum 124 mg/dl, proteinuria (++).
4.) Tatalaksana Awal
Hemodialisis dengan terapi antihipertensi, tetapi walaupun dengan dialisis spontan, kadar
kreatinin serum tak bisa mencapai normal. Pasien dijalankan dalam dialisis 2x seminggu secara
teratur. Terapi oral yang diberikan : Candesartan 8mg, Amlodipine 10mg, Asam Folat 400mcg,
Furosemid 40mg, CaCo3 500mg tablet (keringanan dalam gejala). Pengobatan diabetes
(glimepirid & acarbose) dihentikan saat kadar gula darah normal.
Diagnosis : Chronic Kidney Disease
• Definisi
Penyakit gagal ginjal kronik adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai dengan abnormalitas
struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan. ditandai dengan satu atau lebih tanda
kerusakan ginjal yaitu abnormalitas sedimen urin, elektrolit, histologi,struktur ginjal, ataupun adanya riwayat
transplantasi ginjal juga disertai penurunan laju filtrasi glomerulus. Gagal ginjal sendiri adalah suatu keadaan
klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irevesibel suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal.
• Faktor Risiko
Umur,Kelompok umur 61-86 tahun berisiko 4,51 (95%CI 1,95 – 10,40) kali dibandingkan kelompok umur
18-30 tahun,
Riwayat PGK pada keluarga sedarah meningkatkan risiko PGK sebesar 2,58 kali,
Perilaku minum dihubungkan dengan fungsi ginjal. Minum air yang cukup akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu ginjal yang dapat menambah risiko terjadi PGK.
Dalam kondisi tubuh yang tidak sehat atau sakit akut, konsumsi obat antihipertensi golongan angiotensin-
converting enzyme (ACE) inhibitor atau golongan angiotensin II receptor blocker (ARB) atau diuretik
maupun NSAID juga dapat memperburuk fungsi ginjal,
Diabetes mellitus, hipertensi, batu ginjal, penyakit glomerulus atau tubulo-intersisial ginjal, dan toksisitas
obat disebut sebagai faktor inisiasi.
• Epidemiologi
Prevalensi gagal ginjal kronik (sekarang disebut PGK) di Indonesia pada pasien usia lima belas tahun
keatas di Indonesia yang didata berdasarkan jumlah kasus yang didiagnosis dokter adalah sebesar 0,2%.
Prevalensi gagal ginjal kronik meningkat seiring bertambahnya usia, didapatkan meningkat tajam pada
kelompok umur 25-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), umur 55-74 tahun (0,5%), dan tertinggi
pada kelompok umur ≥ 75 tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%).

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 7


• Manifetasi Klinis
a) Kardiovaskuler ; hipertensi, CHF, f) Keletihan dan latergik
edema pulmonal, Perikarditis, g) Sakit kepala dan lebih mudah mengantuk
b) dermatologi ; kulit putih; kulit kering h) Gangguan metabolic endokrin; dislipidemia,
dan bersisik; pruritus; pigmentasi kulit; gangguan metabolisme glukosa , gangguan hormone
ekimosis seks
c) Gastrointestinal; anoreksia, mual, i) Gangguan keseimbangan cairan; edema perifer,
muntah, cegukkan, menurunan aliran efusi pleura, hipertensi , peningkatan JPV, asites
saliva, haus, gastritis, ulkus peptikum, j) Gangguan elektrolit dan asam basa : (1.) tanda dan
malnutrisi gejala hiperkalemi seperti lelah dan lemah, mual dan
d) Neuromuscular; perubahan tingkat muntah, gangguan bernapas, nyeri dada, kesemutan
kesadaran, ketidak mampuan dan matirasa, jantung berdebar, kelumpuhan, gagal
berkonsentrasi, kedutan otot dan jantung. (2.) asidosis metabolic.(3.)
jantung, kelemahan otot, vasikulasi, hiperphospatemia
gangguan memori, encefalopati
uremikum
e) Hematologic; pendarahan , anemia
(mikrositik hipokrom maupun
normositik normokrom), gangguan
hemostasi.
• Pemeriksaan Fisik
1.) Mata: Konjungtiva anemis 1.) Ekstremitas: Adanya edema pada kaki.
2.) Gigi dan mulut: Mukosa bibir pucat 2.) Vital sign
3.) Leher: Peningkatan JVP saat palpasi - Auskultasi: ada rales
4.) Paru-paru: Adanya rales saat auskultasi - Denyut nadi: 110x/menit (meningkat)
5.) Jantung: Adanya pembesaran pada - Tekanan darah: 170/90 mmHg (meningkat)
jantung, peningkatan frekuensi pada - Frekuensi pernafasan: 28x/menit
jantung. (meningkat)
6.) Abdomen: Adanya ascites - Suhu tubuh: afebris (normal)
• Pemeriksaan Penunjang

1.) Pemeriksaan Darah


- Pemeriksaan kreatinin: Kreatinin serum: 8,14 mg/dl (meningkat)
- Pemeriksaan ureum: Ureum: 14 mg/dl (meningkat)
- Kadar Hb: 8 g/dl (menurun)
2.) Pemeriksaan urin

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 8


- Terdapat protein dalam urin: proteinuria (++)
3.) Pemeriksaan Radiologis
- Foto polos abdomen, bias tampak batu radio opak
- Ultrasonografi ginjal, memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis,
adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi
- Pielografi antegrad/retrograde, Teknik atau prosedur pemeriksaan sinar-X sistem urinaria
dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan melalui kateter yang telah dipasang
dokter urologi dengan cara nefrostomi percutan.
• Kedokteran Keluarga (Edukasi dan pencegahan)
Edukasi dalam upaya mencegah penyakit Dapat dilakukan juga pada kolaborasi populasi sehat
ginjal yakni dengan cara menjaga dengan perilaku “CERDIK” yaitu :
kesehatan ginjal. Adapun menjaga C : Cek kesehatan secara berkala
kesehatan ginjal dengan cara : E : Enyahkan asap rokok
a. Tetap aktif dan bugar, R : Rajin aktifitas fisik
b. Konsumsi makanan bernutrisi dan D : Diet sehat dengan kalori seimbang
control gula darah I : Istirahat yang cukup dan
c. Pemeriksaan teanan darah secara K : Kelola stress
rutin
d. Pemeriksaan berat badan secara rutin

b. Farmasi
Mekanisme Obat Sebelum dan Obat Sekarang
Obat Sebelum
1. Glimepiride: Merangsang pelepasan insulin dari sel beta pankreas; mengurangi keluaran glukosa dari
hati; sensitivitas insulin meningkat di situs target perifer (DIH 17th edition, 2009).
2. Akarbose: Inhibitor kompetitif pankreas Î ± -amylase dan batas sikat usus Î ± -glucosidases,
menghasilkan hidrolisa tertunda karbohidrat kompleks dan disakarida serta penyerapan glukosa;
pengurangan dosis tergantung pada insulin serum postprandial dan puncak glukosa; menghambat
metabolisme sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (DIH 17th edition, 2009).
Obat sekarang
1. Candesartan: Candesartan adalah antagonis selektif, reversibel, kompetitif dari reseptor angiotensin II
tipe 1 (AT1) (Top 300 Pharmacy Drug)
2. Amlodipine: Amlodipine adalah obat penghambat saluran-kalsium dihidropiridin yang bekerja lama
dengan sifat vasodilatasi arteri dan koroner yang kuat (Top 300 Pharmacy Drug).

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 9


3. Asam folat: Asam folat diperlukan/ konversi deoksiuridilat menjadi timidilat, merupakan rate limiting
step dalam sintesis DNA, yang secara klinis menunjukkan anemia makrositik ketika sel darah merah
tidak dapat mengekstrusi nukleusnya (Top 300 Pharmacy Drug).
4. Furosemid: loop diuretik yang secara aktif disekresikan melalui sistem transportasi asam organik
nonspesia ke dalam lumen ekstremitas tebal Henle's loop, di mana ia mengurangi reabsorpsi natrium
dengan bersaing atau situs klorida pada kotransporter Na+ - K+ -2Cl (Top 300 Pharmacy Drug)
5. CaCO3: Mengobati hiperfosfatemia pada pasien dengan insufisiensi ginjal lanjut dengan
menggabungkan dengan diet fosfat untuk membentuk garam kalsium sebagai antasida, menetralkan
keasaman lambung sehingga meningkatkan pH bula lambung dan duodenum; menghambat aktivitas
proteolitik peptik jika pH meningkat> 4 dan meningkatkan tonus sfingter esofagus yang lebih rendah
(DIH 17th edition, 2009).
Problem Medik dan Drug Related Problems
1. Hipertensi
- Subjektif: sakit kepala, takikardi, peningkatan JVP - Obyektif: TD 170/90 mmHg
a. Candesartan 8 mg
• Tepat Indikasi: Candesartan digunakan untuk mengobati hipertensi esensial; pengobatan gagal
jantung (NYHA kelas II-IV) (DIH 17th edition, 2009), sehingga tepat indikasi.
• Tepat Obat: Menurut algoritm JNC 8, pasien dengan CKD dan diabetes atau pasien dengan
CKD dengan/tanpa proteinuria, first line terapi dengan ACEI/ARB tunggal/kombinasi, sehingga
tepat obat.
• Tepat Pasien: ARB menyebabkan insufisiensi ginjal, hiperkalemia, dan hipotensi ortostatik
(Dipiro 10th ) dan menurut DIH 17th, Candesartan meningkatkan serum kreatinin, sehingga tidak
tepat pasien.
• Tepat Dosis: Dosis Candesartan untuk pengobatan hipertensi 4-32 mg 1x sehari (DIH 17th).
Rekomendasi: Candesartan 8 mg 1x sehari dilanjutkan karena first line therapy.
Monitoring: Supine blood pressure, elektrolit, SrCr, BUN, urinalisis, hipotensi simptomatik, dan takikardia.
BP target kurang dari 130/80 mm Hg untuk pasien dengan diabetes atau CKD (Dipiro 10th).
ESO: Sembelit, pusing, dispepsia, memerah,takikardia,dan angioedema (Top 300 Pharmacy drug).
b. Amlodipine 10 mg
• Tepat Indikasi: Amlodipine diindikasikan untuk pasien hipertensi (DIH 17th Edition, 2009).
Jadi, obat tepat indikasi.
• Tepat Obat: Menurut Dipiro 10th halaman 1962, pasien yang mengalami CKD disertai
proteinuria dan kontraindikasi terhadap ACEI/ARB diberi CCB non dihidropiridin seperti
verapamil atau diltiazem sebagai drug of choice. Jadi, terapi amlodipine tidak tepat obat.

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 10


• Tepat Pasien: Kontraindikasi hipersensitivitas, dapat menyebabkan udem (DIH 17th Ed, 2009).
Mr. AD mengalami udem tidak tepat pasien.
• Tepat Dosis: Dosis amlodipine untuk menghindari gangguan hepatik, renal, atau jantung pada
pasien usia lanjut adalah 2,5 mg 1x sehari (DIH 17th edition, 2009). Jadi, terapi amlodipine tidak
tepat dosis.
Rekomendasi: Verapamil 80 mg 3x sehari.
Monitoring: HR, BP, edema perifer
ESO: Edema perifer, pusing, fatigue, flusing, pruritus, disfungsi seksual, nausea, dispnea, edema
pulmonal (DIH 17th edition, 2009).
c. Furosemide 40 mg
• Tepat Indikasi: Indikasinya untuk manajemen edema yang terkait dengan gagal jantung
kongestif dan penyakit hati/ginjal; tunggal/kombinasi dengan antihipertensi dalam pengobatan
hipertensi. Mr. AD mengalami hipertensi dan udema sehingga tepat indikasi.
• Tepat Obat: Loop diuretik sering dibutuhkan, terutama untuk pasien dengan yang lebih lanjut
gagal jantung dan / atau CKD. (Dipiro ed 10 hal 527). Furosemide golongan loop diuretik jadi
tepat obat.
• Tepat Pasien: Kontraindikasinya hipersensitif terhadap furosemid/sulfonilurea; anuria; pasien
dengan koma hepatik atau dalam keadaan deplesi elektrolit (DIH ed 17, hal 3259), jadi tepat
pasien.
• Tepat Dosis: Dosis dosis awal edema 40 mg pada pagi hari, penunjang 20-40 mg sehari dapat
ditingkatkan sampai 80 mg sehari pada edema yang resistensi (IONI, 2008 hal 137), jadi tepat
dosis.
Rekomendasi: Furosemide 40 mg 1x sehari dilanjutkan.
Monitoring: Pemantauan berat setiap hari; tekanan darah, ortostasis, elektrolit serum, fungsi ginjal; dalam
dosis tinggi (DIH ed 17 hal 3260).
ESO: Hipotensi akut, aortitis kronik, gout, hiperglikemia (DIH 17th edition, 2009).
2. Hiperfosfatemia
Subyektif: - Obyektif: -
a. CaCO3 500 mg tablet
• Tepat Indikasi: Merupakan antasid; pengobatan dan pencegahan defisiensi kalsium atau
hiperfosfatemia; mengikat fosfat (DIH 17th Edition, 2009). Jadi, terapi tepat indikasi.
• Tepat Obat: Obat golongan CCB (amlodipine) pada pasien menyebabkan penurunan produksi
kalsium (DIH 17th edition, 2009). Tetapi pasien belum tentu defisiensi kalsium karena tidak ada
data laboratorium. Jadi, terapi tidak tepat obat.

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 11


• Tepat Pasien: Kontraindikasi kalsium karbonat antara lain hiperkalsemia, batu ginjal,
hipofosfatemia; pasien dengan dugaan toksisitas digoxin (DIH 17th Edition, 2009). Kalsium
karbonat menyebabkan kontraindikasi pada pasien karena memiliki gagal ginjal. Jadi, terapi tidak
tepat pasien.
• Tepat Dosis: Dosis maksimal kalsium karbonat sebagai antasida adalah 7000 mg per hari, tidak
ada ketentuan dosis lazim (DIH 17th edition, 2009). Dosis yang diberikan oleh dokter adalah 500
mg, jadi tepat dosis.
Rekomendasi: CaCO3 dihentikan
3. Anemia
- Subyektif: Konjungtiva anemis, pucat,dan lemas. - Obyektif: Hb 8 g/dL
a. Asam Folat 400 mcg
• Tepat indikasi: Untuk pengobatan anemia megaloblastik dan makrositik karena defisiensi folat
(DIH 17th). Pasien tidak mengalami anemia megaloblastik sehingga tidak tepat indikasi.
• Tepat obat: Anemia pada pasien CKD diberi eritropoiesis (epoetin alfa, darbepoetin alfa,
metoksi polietilen glikol-epoetin beta) dan suplementasi zat besi (Dipiro 10th, 2009). Asam folat
tidak sesuai dengan drug of choice sehingga tidak tepat obat.
• Tepat pasien: Kontraindikasi terhadap asam folat (DIH 10th) dan pasien tidak mengalami
defisiensi asam folat sehingga tidak tepat pasien.
• Tepat dosis: Dosis asam folat Oral, I.M., I.V., SubQ: 0.4 mg/hari. Jadi, terapi tepat dosis.
• Rekomendasi: Epoetin Alfa 50-100 units/kg 3x seminggu IV dan tambahan Ferrous Sulphate 8
mg/hari (DIH 17th edition, 2009).
Monitoring: Tes laboratorium serum iron, total iron binding capacity, jumlah retikulosit, dan hemoglobin.
ESO: Sakit kepala, mual , muntah, dan diare (DIH 17th edition, 2009).
4. Diabetes Mellitus
Tidak ada data subjektif dan objektif pasien DM seperti 3P dan data lab GDP, GDPP, dan HbA1c.
a. Glimepiride 2 mg
• Tepat Indikasi: Indikasinya menurunkan glukosa darah (DIH 17th edition 2009). Pasien
mengalami DMT2 sejak 3 tahun lalu dan diberi glimepiride. Jadi, terapi tepat indikasi.
• Tepat Obat: Terapi farmakologi untuk pasien DM antara lain golongan sulfonilurea, glinid,
metformin, TZD, penghambat alfa glukosidase, penghambat DPP-IV, penghambat SGLT-2
(PERKENI, 2015). Glimepiride sesuai dengan drug of choice karena golongan sulfonylurea, jadi
tepat obat.
• Tepat Pasien: Kontraindikasinya hipersensitif terhadap glimepiride, sulfonamid; ketoasidosis
diabetic (DIH 17th edition 2009). Sulfonilurea beresiko tinggi terhadap pasien insufisiensi ginjal
dan ES utama hipoglikemi (Perkeni,2015), sehingga tidak tepat pasien.

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 12


• Tepat Dosis: 1-2 mg 1x sehari, diberikan dengan sarapan (DIH 17th edition 2009). Jadi, tepat
dosis.
Rekomendasi: Glimepiride dihentikan
b. Akarbose 50 mg
• Tepat Indikasi: Indikasinya menurunkan GD pasien DMT2 (DIH 17th). Jadi, terapi tepat
indikasi.
• Tepat Obat: Akarbosa termasuk golongan penghambat alfa glukosidase, sehingga terapi tepat
obat.
• Tepat Pasien: Obat golongan penghambat alfa glukosidase tidak untuk pasien dengan GFR<30
ml/min/1,73m2 (dihitung dengan MDRD), dapat menyebabkan penumpukan gas dalam usus
sehingga timbul flatus (PERKENI, 2015). Jadi, terapi tidak tepat pasien.
• Tepat Dosis: Dosis pemeliharaan untuk pasien DM adalah 50-100 mg 3x sehari, jadi tepat dosis.
Rekomendasi: Akarbose dihentikan.
5. Chronic Kidney Disease
- Subyektif: pitting edema, ascites - Obyektif: SrCr = 8,14 mg/dL, Ureum = 124 mg/dL, Proteinuria 2+
a. Hemodialisis 2x seminggu
Analisis: GFR pasien 7,30 ml/menit, maka termasuk CKD stage 5, jadi terapinya
dialysis/transplantasi ginjal (Koda Kimble 10th ed., 2013 : 814). Tujuannya menunda progress CKD
menjadi lebih parah dan meminimalkan perkembangan dari komplikasinya (Dipiro 9th edition, 2015:
798).

Rekomendasi: Hemodialisis 2x seminggu dilanjutkan.


Monitoring: Fosfat, kalsium, dan intact PTH, albumin 1-3 bulan sekali (Dipiro 10th edition, 2017).

c. Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS
I. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. AD
Umur : 56 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
II. Status Kesehatan saat ini
1. Alasan dirawat : Pasien tampak pucat, sesak napas, sakit kepala, kehilangan nafsu makan,
dan mual. Pasien membutuhkan pendampingan dalam beraktivitas, tidak bisa beristirahat di
malam hari, cemas dan telah di diagnosa oleh dokter memiliki riwayat hipertensi sejak tiga
tahun terakhir.

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 13


2. Keluhan Utama : Pasien terlihat pucat, konjungtiva anemis, peningkatan
JVP, rales mengalami mual dan muntah, pitting edema ekstremitas, asites
3. Diagnosa Medik : Gagal ginjal kronik, hipertensi
III. Riwayat Kesehatan Lalu
1. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes.
2. Pengguna obat-obatan : Candesartan 8 mg, Amlodipine 10 mg, Furosemide 40 mg, Asam
Folat 400 mcg dan tablet CaCo3 500 mg, Glimepirid 2 mg dan Acarbose 50 mg
3. Pengkajian Basic Promoting Physiology Of Health
1. Oksigenasi : Sesak nafas
2. Aktivitas dan Latihan : Kemampuan pasif
3. Pola Nutrisi : Pasien tidak terpasang selang NGT, mampu menelan, BB menurun
4. Pola Eliminasi Bowel dan Bladder : bau urine menyengat, riwayat Oliguria
5. Pola Tidur dan Istirahat : Gangguan pola tidur, frekuensi tidur perhari menurun
6. Kenyamanan Dan Nyeri : Membutuhkan bantuan dan pendampingan
7. Sensori, Persepsi dan Kognitif : Riwayat penyakit : Riwayat penyakit hipertensi dan diabetes
4. Pengkajian Fisik
a. Mata : Konjungtiva anemis
b. Pernafasan : Suara auskultasi paru rales
c. Sirkulasi : Peningkatan JVP, Gangguan detak jantung
5. Pemeriksaan Penunjang

• Hemoglobin :8 g/dL (Rendah)


Ureum :14 mg/dL (Tinggi)
Creatinin : 8,14 mg/dL (Tinggi)
6. Pengkajian Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
IV. Dukungan keluarga terhadap klien : Pasien mendapat dukungan penuh
V. Dokumentasi Keperawatan
A. DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
Pasien mengeluh sesak napas, bengkak pada kaki, Pasien tampak pucat dan lemah, terdapat
jarang BAK sejak 6 bulan, kehilangan nafsu edema pedal, TD: 170/90, N 110x/menit,
makan, mual, hampir tidak tidur di malam hari dan RR 28x/menit, Konjungtiva anemis,
cemas. Dia tidak bisa melakukan aktivitas Peningkatan JVP, Cardiomegali, rales,
hariannya sehingga membutuhkan pendampingan. ascites, Hb 8 g / dl, kreatinin 8,14 mg / dl,
Hipertensi sejak 3 tahun yang lalu. ureum 124 mg / dL, dan proteinuria (++)

B. ANALISA DATA
No Data Problem Etiologi

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 14


1 DS : Pasien mengeluh sesak nafas Gangguan pertukaran gas Penurunan perifer yang
DO : RR 28 x/menit mengakibatkan asidosis
laktat
2 DS : Jarang BAK sejak 6 bulan Kelebihan volume cairan Penurunan haluaran
DO : Terdapat edema pedal, ascites urine
3 DS : mual, hilang nafsu makan Ketidakseimbangan Mual muntah
DO : Pasien tampak lemah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
4 DS : Hipertensi sejak 3 tahun lalu Ketidakefektifan perfusi Hipertensi
DO : Tekanan darah 170/90 mmHg jaringan perifer
5 DS : Aktivitas butuh pendampingan Intoleransi aktivitas Anemia
DO : Pucat, lemah, konjuntiva
anemis, hasil lab Hb 8 g/dL
6 DS : Hampir tidak tidur di malam Ansietas Insomnia
DO : Pasien tampak tidak tenang

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan perifer
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipertensi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia.
6. Ansietas berhubungan dengan insomnia.
D. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan Setelah dilakukan • Observasi suara • Penurunan bunyi nafas
pertukaran tindakan keperawatan nafas, rata-rata, indikasi atelaksis, ronki
gas selama 3x24 jam, kedalaman, irama, indikasi akumulasi sekret
berhubungan gangguan pertukaran dan usaha respirasi atau ketidak-mampuan
dengan gas pada pasien dapat • Lakukan fisioterapi membersihkan jalan nafas
penurunan diatasi dengan kriteria dada dan posisikan sehingga otot aksesori di-
perifer yang hasil : pasien semi fowler gunakan dan kerja
mengakibat- • Memelihara • Edukasi pasien pernapasan meningkat.
kan asidosis kebersihan paru-paru untuk melakukan • Meminimalkan obstruksi
laktat dari tanda-tanda batuk efektif saluran nafas dan
distress pernafasan • Kolaborasi dengan meningkatkan ekspansi dada
• Mendemonstrasikan dokter mengenai • Ventilasi maksimal
batuk efektif dan perlu/tidaknya membuka area atelaksis dan
suara nafas yang pemasangan alat peningkatan gerakan sekret
bersih, tidak ada bantu nafas maupun agar mudah keluar,
sianosis dan dyspnea jalan nafas buatan
• Vital sign normal
2 Kelebihan Setelah dilakukan • Monitor vital sign • Pengkajian merupakan data
volume tindakan keperawatan • Monitor indikasi dasar untuk memantau
cairan selama 3x24 jam, retensi / kelebihan perubahan dan
berhubungan kelebihan volume cairan mengevaluasi intervensi.
dengan cairan pada pasien • Kaji lokasi dan luas • Untuk peningkatan

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 15


penurunan dapat diatasi dengan edema kerjasama pasien dan
haluaran kriteria hasil : • Edukasi pasien keluarga dalam pembatasan
urine • Terbebas dari edema tentang indicator cairan.
• Mememlihara kelebihan cairan • Pembatasan cairan akan
teanda-tanda vital • Batasi masukan menentukan berat badan
pasien dalam batas cairan ideal, dan haluaran urin
normal • Kolaborasi dengan
• Menjelaskan tentang dokter dalam
kelebihan cairan pemberian diuretic
3 Ketidak- Setelah dilakukan • Kaji adanya alergi • Menyediakan data untuk
seimbangan tindakan keperawatan makanan memantau perubahan dan
nutrisi selama 3x24 jam, • Jelaskan pentingnya mengevaluasi intervensi.
kurang dari ketidakseimbangan makan bagi proses • Dengan pengetahuan yang
kebutuhan nutrisi kurang dari penyembuhan baik tentang nutrisi akan
tubuh kebutuhan tubuh pada • Kolaborasi dengan memotivasi untuk
pasien dapat diatasi ahli gizi dalam meningkatkan pemenuhan
dengan kriteria hasil : menentukan jumlah nutrisi
• Berat badan ideal nutrisi yang • Diet sesuai dengan
• Mampu diperlukan pasien kebutuhan nutrisi pasien
mengidentifikasi • Berikan makanan
kebutuhan nutrisi terpilih yang sudah
• Tidak ada tanda- ditentukan ahli gizi
tanda malnutrisi
4 Ketidakefekti Setelah dilakukan • Observasi tanda- • Memberikan informasi
fan perfusi tindakan keperawatan tanda vital, kaji mengenai keadekuatan
jaringan selama 3x24 jam, pengisian kapiler, perfusi jaringan dan
perifer ketidakefektifan warna kulit, dan membantu menentukan
berhubungan perfusi jaringan perifer membrane mukosa kebutuhan intervensi
dengan berhubungan dengan • Pantau adanya • Memantau adanya
hipertensi hipertensi pada pasien daerah tertentu yang perubahan pada tingkat
dapat diatasi dengan hanya peka kesadaran atau respon
kriteria hasil : terhadap panas / pasien terhadap rangsang
• Tekanan darah dingin / tajam / • Untuk mencegah viskositas
normal tumpul darah
• Menunjukkan • Edukasi pasien
perhatian, mempertahankan
konsentrasi, dan hidrasi
orientasi • Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
antihipertensi
5 Intoleransi Setelah dilakukan • Observasi tanda • Manifestasi kardio-
aktivitas tindakan keperawatan tanda vital pasien pulmonal dari upaya jantung
berhubungan selama 3x24 jam, • Bantu pasien dan paru membawa oksigen
dengan intoleransi aktivitas mengkaji ke jaringan
anemia pada pasien dapat kemampuan dalam • Membantu memenuhi ADL
diatasi dengan kriteria melakukan aktivitas pasien secara optimal sesuai
hasil : • Beri motivasi kemampuan pasien
• Berpartisipasi dalam positif untuk • Memberikan motivasi bagi
aktivitas fisik tanpa melakukan aktivitas pasien
disertai peningkatan • Kolaborasi dengan
tekanan darah, nadi, tenaga rehabilitasi

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 16


dan RR medic dalam
• Mampu merencanakan
melaksanakan program terapi yang
aktivitas secara tepat
mandiri • Kolaborasi dengan
dokter dan apoteker
dalam pemberian
vitamin tambahan
6 Ansietas Setelah dilakukan • Identifikasi tingkat • Pemahaman bahwa perasaan
berhubungan tindakan keperawatan kecemasan pasien normal dapat membantu
dengan selama 3x24 jam, • Dorong pasien klien meningkatkan control
insomnia ansietas pada pasien untuk emosi
dapat diatasi dengan mengungkapkan • Dukungan dari beberapa
kriteria hasil : perasaannya orang akan sangat
• Pasien mampu • Edukasi keluarga membantu pasien
mengidentifikasi dan pasien untuk • Peran serta keluarga sangat
mengungkapkan menemani pasien membantu dalam
gejala cemas dalam proses menentukan koping
• Postur tubuh, keperawatan
ekspresi wajah, • Kolaborasi dengan
bahasa tubuh, dan dokter apabila
tingkat aktivitas diperlukan obat
pasien menunjukkan anti-depresan yang
berkurangnya sesuai dengan
kecemasan keadaan pasien

LEMBAR KOMUNIKASI
DOKTER – FARMASIS – PERAWAT
Nama pasien : Tn. AD
Umur : 56 Tahun
BB/TB : -
Diagnosa : Gagal Ginjal Kronik
Terapi : Candesartan 8 mg 1x sehari, Verapamil 80 mg 3x sehari, Furosemide 40 mg 1x
sehari, Glimepiride 2 mg 1x sehari, Akarbosa 50 mg 3x sehari, Epoetin Alfa 50 units/kg 3x
seminggu i.v, dan Ferrous Sulfate 8 mg/ hari.
FARMASIS - PERAWAT DOKTER
(berisi rekomendasi terapi beserta (berisi tanggapan terkait
alasan singkat)* rekomendasi)*

FARMASIS Hipertensi
Hipertensi :Candesartan 8 mg 1x sehari - Candesartan 8mg 1x sehari
(ARB sebagai first line pengobatan hipertensi dilanjutkan dengan
pasien CKD), Amlodipin dihentikan (tidak rekomendasi farmasi secara

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 17


cocok untuk pasien CKD dan diganti dengan oral
verapamil 80 mg 3x sehari), furosemide 40 - Verapamil 80mg 3x sehari
mg 1x sehari tetap dilanjutkan (mengatasi - Furosemid 40mg 1x sehari
udem). Obat DM dihentikan (pasien dengan Anemia
GFR < 15 ml/menit dikontraindikasikan - Epoetin alfa IV 50-100 unit/kg
terhadap obat DM). CaCo3 dihentikan 3 3x seminggu
(kontraindikasi dengan pasien). Suplemen - Asam folat 8mg/hari dapat
anemia, epoetin alfa dosis 50-100 units/kg diganti dengan rekomendasi
3x seminggu IV (aman untuk pasien CKD) & farmasi
tambahan suplemen (ferrous sulfate) dosis 8 Gagal Ginjal Kronik
mg/hari. Pengobatan CKD dilakukan - Hemodialisis 2x seminggu
hemodialisis 2x seminggu karena pasien
sudah mengalami CKD stage 5.
PERAWAT Rekomendasi obat-obatan dari farmasi dan
Terapi keperawatan yang direkomendasikan asuhan keperawatan dapat diterima oleh
yaitu : dokter
1. Fisioterapi dada dan batuk efektif yang
bertujuan untuk mengeluarkan sekret yang
ada pada saluran pernafasan pasien
mengingat pasien mengalami keluhan
sesak nafas. Sesak nafas pada pasien bias
saja disebabkan oleh penumpukan sekret
pada saluran pernafasan pasien.
2. Memposisikan pasien dalam posisi semi
fowler, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
3. Menerapkan komunikasi terapeutik,
memberikan motivasi positif kepada
pasien mengingat pasien mengalami
masalah intoleransi aktivitas, serta
menggunakan pendekatan yang
menenangkan dalam menangani masalah
ansietas pada pasien.

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 18


C. PENUTUP
1. Kesimpulan
• Diagnosis Dokter : Gagal Ginjal Kronik
• Dokter Memberikan Terapi pada Pasien :
1. Candesartan 8mg 5. CaCo3 500mg tablet
2. Amlodipine 10mg 6. Pengobatan diabetes (glimepirid &
3. Asam Folat 400mcg acarbose)
4. Furosemid 40mg
• Pengobatan Rekomendasi Farmasis
• Hipertensi • Haemodialisis 2x seminggu
• Candesartan 8 mg 1x sehari • Anemia
dilanjutkan • Epoetin alfa dosis awal 50-100
• Verapamil 80 mg 3x sehari units/kg 3x seminggu i.v
• Furosemide 40 mg 1x sehari • Suplemen besi (Ferrous sulphate)
• Gagal Ginjal Kronik 8 mg/hari
2. Saran

Rumah Sakit
Kepada pihak rumah sakit diharapkan untuk lebih meningkatkan komunikasi yang
baik,memberikan rasa nyaman bagi pasien dan keluarga, serta menerima dan melayani
dengan tulus dan ikhlas. Selain itu juga perlu adanya pelayanan konseling di rumah sakit bagi
pasien gagal ginjal kroik.
Pasien
Diharapkan pasien supaya tetap mempertahankan makna hidupnya, dengan berfikir positif,
dan rutin dalam menjalani hemodialisa (cuci darah).
TenagaAhli
Diharapkan kepada tenaga ahli supaya memberikan penyuluhan dengan jelas mengenai
bahayanya penyakit gagal ginjal kronik ini serta pengobatan yang tepat.

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 19


DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., Lacy, C., Amstrong, L., Goldman, M. and Lance, L.L., 2009, Drug Information
Handbook 17th Edition, American Pharmacist Association.
Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E., Guglielmo, B.J., Jacobson, P.A.,Kradjan, W.A., 2013,
Koda-Kimble & Young’s Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs, 10th ed.,
Lippincott Williams & Wilkins, Pennsylvania, United States of America.
BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, Jakarta.
Dipiro. Et al, 2017, Pharmacoterapy a Phatophysiologic Approach 10 Edition, Mc Graw Hill, New
th

York.
Kolesar J. and Vermeulen L., 2016, Top 300 Pharmacy Drug Cards, Mc Graw Hill Education, New
York.
PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, PERKENI,
Jakarta.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II edisi IV. Jakarta: Interna Publishing;
Chalik, Raimundus.2016.Modul “Anatomi Fisiologi Manusia”. Kemenkes.go.id . diakses pukul
09.00 WIB tanggal 27 April 2020
Purwanto, Hadi.2016.Modul “Keperawaratan Medikal Bedah II. Kemenkes.go.id.diakses pukul
08.00 WIB tanggal 24 April 2020
Verdiansyah.2016.Program Pendidikan Dokter Spesialis Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin,
Bandung.CDK-237/vol.43 no, tahun 2016 “Pemeriksaan
FungsiGinjal”.https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.cdkjo
urnal.com/index.php/CDK/article/download/25/23&ved=2ahUKEwjXgqSqpYXpAhXDQ30
KHSQ-Cg0QFjAIegQIBhAB&usg=AOvVaw2ZRsukYsxuo2DVukdWJLPb. diakses pukul
17.00 WIB tanggal 26 April 2020
Huda, Amin, Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC.Yogyakarta : MediAction

STUDENT’S GUIDE – Interprofesional education(IPE) NEPHROUROLOGY | 20

You might also like