Hindu & Buddha Di Jawa Kuno - M. Arief W
Hindu & Buddha Di Jawa Kuno - M. Arief W
Hindu & Buddha Di Jawa Kuno - M. Arief W
DI JAWA KUNO
M. ARIEF WIBOWO
Referensi
Pustaka
Ardhana, I.B. Suparta. 2002. Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia. Surabaya: Paramita.
Donath, Dorothy C. 2005. Pengenalan Agama Buddha: Theravada – Mahayana – Vajrayana. Yayasan Penerbit Karaniya
Fox, James J. Dkk. (peny.). 2002. Seri Indonesian Heritage: Agama dan Upacara. Jakarta: Buku Antar Bangsa.
Groeneveldt, W.P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu
Mahathera, Narada. 2003. Ajaran Buddha Secara Ringkas: Pedoman Pokok Ajaran Buddha. Yayasan Penerbit Karaniya.
Mallory, J.P. dan D.Q. Adams. 2006. The Oxford Introduction to Proto-Indo-European and the Proto-Indo-European World. Oxford: Oxford University Press
Munandar, Agus Aris. 2010. Tatar Sunda Masa Silam. Jakarta: Wedatama Widya Sastra
Nurkancana, Wayan. 2011. Pokok-Pokok Ajaran Agama Hindu. Denpasar: Pustaka Manikgeni
Pires, Tome (editor Armando Cortesao). 2015. Suma Oriental. Jakarta: Penerbit Ombak
Rahardjo, Supratikno. 2011. Peradaban Jawa: dari Mataram Kuno Sampai Majapahit Akhir. Jakarta: Komunitas Bambu
Srinivasan, Amrutur V. 2011. Hinduism for Dummies. Indianapolis: Wiley Publishing Inc.
Vijjananda, Handaka. 2014. Buddha Gotama: Riwayat Buddha Untuk Keluarga. Jakarta: Ehipassiko Foundation.
1 *deiwos (“Tuhan”) Latin: deus, Sansekerta: deva, Slavic & Persia: daeva (“iblis”)
2 *dyeus pahter (sky father) Yunani: Zeus pater, Latin: Jupiter, Sansekerta: dyaus pita
3 *dhughater diwos (sky daughter) Yunani: thugater Dios, Sansekerta: duhita divah
→ dewi penguasa fajar
4 *perkwunos (dewa petir) Norse: fjorgyn , Lithuania: perkunas, Russia Kuno: perunu, Sansekerta: parjanya (?)
6 *rudlos (dewa penguasa alam liar) Russia Kuno: ruglu, Sansekerta: rudra
7 *dehnu (dewi sungai) Irlandia: danu, Welsh: don, Bahasa-Bahasa Eropa: Danube, Don, Dnieper
(nama-nama sungai), Sansekerta: danu
8 *neptonos (dewa api yang Latin: Neptunus, Sansekerta: Apam Napat
bersemayan di air)
9 *manu (leluhur manusia) Jerman Kuno: mannus, Sansekerta: manu
● Sekarang dominan di Vietnam & Asia Timur ● Sekarang dominan di Asia Tenggara ● Sekarang dominan di Tibet, Nepal
● Setiap Buddhis diharapkan menjadi ● Setiap Buddhis diharapkan menjadi ● Menjalankan Tantra (aliran esoterik),
Boddhisattva (orang yang sudah mencapai Arahat (orang yg mencapai pencerahan mirip Jalan Yoga di Hindu
pencerahan, tapi menunda nibbana untuk & terbebas dari reinkarnasi)
membantu orang lain)
● Terdapat tradisi berdoa kepada para sosok
boddhisattva terdahulu
Kerajaan Kalingga
• Tidak tercatat di prasasti, tercatat di kronik Cina
Kerajaan Singosari
Kerajaan Majapahit
(1293 M – 1486 M)
• Raja terkenal: Sri Tribhuwanatunggadewi, Hayam Wuruk
• Menguasai sebagian Nusantara di masa raja Hayam Wuruk
dan patih Gajah Mada
• Peninggalan: Candi-candi di Trowulan dan
Gn. Penanggungan
• Runtuh karena: Perang saudara (Paregreg), ditutup
serangan kesultanan Demak
● Prosesi pernikahan rakyat jelata. Sumber informasi: catatan Ma Huan, penjelajah Tiongkok, abad ke-15
● Keluarga calon pengantin pria datang ke rumah calon pengantin wanita. Upacara keagamaan dilakukan (tidak dijelaskan)
● Kerabat, teman, tetangga menghiasi perahu dengan berbagai rangkaian daun dan bunga.
Perayaan dilakukan di rumah pengantin pria selama beberapa hari hingga selesai.
● Sumber informasi: naskah kuno Kidung Sunda, catatan perjalanan Ma Huan (Tiongkok), dan Tome Pires (Portugis)
● Rakyat jelata: jenazah ditinggal di tanah kosong, di hutan, dibakar, atau dilarung ke sungai atau laut
● Bangsawan: (berdasarkan Kidung Sunda mengenai perlakuan terhadap para jenazah ksatria Jawa dan Sunda setelah
Perang Bubat)
- Jenazah dimandikan di atas dipan dengan kembang 7 rupa lalu dibungkus kain sutera bersulam emas
- Akan dibuatkan perancah dengan dihiasi gringsing ringgit, bunga-bunga, dan daun-daun muda
- Pihak keluarga datang membawa saji-sajian dan benda-benda upacara
- Genta dan alat-alat musik dibunyikan dan para pendeta datang untuk melakukan upacara
- Jenazah dibakar dan abunya dilarung ke laut
● Kidung Sunda & catatan Ma Huan: Untuk kaum bangsawan, setelah jenazah seseorang dibakar, istri dan selirnya akan
ikut membakar diri (upacara satya atau bela)
- Ketika seseorang sekarat, istri dan selirnya akan bersumpah kepadanya “saya akan ikut mati bersamamu”
- Pada hari kematian, didirikan bangunan kayu yang tinggi dan di bawahnya ditumpuk kayu bakar untuk bakar jenazah
- Istri dan selir akan mengenakan kain 5 warna dengan rerumputan dan bunga
- Setelah jenazah dibakar, istri dan selir akan menunggu nyala api mencapai puncaknya
- Istri dan selir akan naik ke bangunan kayu, menari, meratap, lalu terjun ke kobaran api hingga musnah terbakar
- Upacara sraddha Sri Paduka Bhatara ring Dhahanapura. Upacara dilakukan oleh Girindrawardhana Dyah Ranawijaya
(sumber: prasasti berangka tahun 1486 M)
● Pada hari terakhir bulan Shrawana dibuatkan singgasana sebagai tempat duduk arca bunga Rajapatni
● 1 hari sebelum acara diadakan upacara yang dipimpin pendeta agama Buddha yang menguasai 3 kitab Tantrayana,
dikelilingi para pendeta lainnya.
● Pada pagi hari acara (hari ke-1 bulan Bhadra), arca bunga (puspasarira) ditempatkan di singgasana, dan dilakukan
penghormatan padanya oleh pendeta, raja, permaisuri, keluarga raja, para pembesar kerajaan, dan penguasa daerah.
● Pada hari ke-6, para pembesar kerajaan dan penguasa daerah menghaturkan persembahan dalam bentuk rumah-rumahan
atau bentuk lainnya
● Pada hari ke-7, raja membagikan harta, makanan, dan mengadakan berbagai hiburan untuk rakyat.
Di keraton diadakan juga acara makan-makan bagi para tamu kerajaan dan persembahan tarian yang dilakukan
oleh raja sendiri di Balai Witana bagi para istri dan putrinya.
● Sehari setelah acara, para pendeta Buddha membacakan sloka bagi arwah Rajapatni. Arca bunga diturunkan dan
arca batu ditempatkan di candi Prajnaparamitapuri. Candi pendharmaan Rajapatni selalu ramai dikunjungi
para pembesar kerajaan dan pendeta setiap bulan Bhadra.
● Disebutkan bahwa dari 1350 s.d. 1389 M raja Hayam Wuruk melakukan 6 kali perjalanan ziarah ke candi-candi pendharmaan
di Pajang (1353 M), Lasem (1354 M), Lodaya (1357 M), Lumajang (1359 M), Tirib Sompur (1360 M), Panataran (1361 M), dan
Simping (1363 M)
● Daerah Sima ialah daerah yang dibebaskan dari kewajiban membayar pajak karena di sana didirikan bangunan keagamaan
dan penduduknya wajib merawat bangunan tersebut.
● Periode Jawa Tengah (821 – 928 M, 107 thn): 101 prasasti penetapan Sima
Periode Jawa Timur (929 – 1486 M, 557 thn): 80 prasasti penetapan Sima
- Prasasti Kwak I (879 M): Pengurus sima desa Kwak wajib persembahkan bunga-bungaan tiap bulan Caitra dan Asuji
- Prasasti Taji (901 M): Pengurus kabhikuan parahyangan haji di Raja wajib persembahkan raga kamwang tiap tahun
- Prasasti Cungrang (929 M): Hasil sawah desa digunakan untuk biayai keperluan pemujaan bhatara di prasada pada
tanggal tiga tiap bulan (katigapratimasa) dan persembahan caru tiap hari (ni caru pratidina)
- Prasasti Gulung-gulung (901 M): Pengurus sima suatu desa wajib persembahkan kambing dan barang-barang lainnya
ke Sang Hyang Kahyangan di Panawan tiap tahun dan pengurus sima di beberapa desa wajib beri persembahan
ke Sang Hyang Prasada di Hemad 2 kali setahun (angken bisuwa)
● Upacara di sima diadakan tiap hari (pratidina), tiap bulan (pratimasa), dua kali setahun (angken bisuwakala) yaitu
di bulan Caitra dan Asuji (angken bisuwa caitrasuji), dan sekali setahun di bulan Asuji, Bhadra, atau Kartika.
● Prasasti-prasasti Tarumanagara memuja dewa Wisnu dan Airawata (gajah dewa Indra). Sama sekali tidak ada
penyebutan dewa Siwa atau Brahma. Nama “Purnawarman” sendiri terkait dewa Surya.
vikkrantasyavanipateh ….jayavisalasya
srimatah purnnavarmmanah tarumendrasya hastinah ….
tarumanagarendrasya airwavatabhasya
visnoriva padadvayam vibhatidam padadvayam
● Hindu di Tarumanagara mungkin beraliran Waisnawa atau berupa agama Weda (pra-Hindu) yang memuja Indra, Agni, Baruna,
dan melakukan ritual soma (minum), havir (api), dan korban binatang (Prof. Dr. Agus Arismunandar).
● Prasasti Tugu menyebut keberadaan kaum Brahmana yang menerima hadiah 1000 ekor sapi setelah pembuatan
kali Candrabagha dan Gomati.
● Tahun 686 M terjadi serbuan Sriwijaya ke pulau Jawa dan kekuasaan di Tatar Sunda digulingkan (info prasasti Kota Kapur &
prasasti R. Juru Pangambat), bersamaan dengan munculnya candi-candi Buddha di Karawang (di dalamnya ialah candi Hindu).
● Bhiksu Cina I Tsing (671 M) menyebutkan bahwa sebelum dia sudah ada
bhiksu Cina bernama Hui Ning yang datang ke Ho Ling (Kalingga) antara
664 – 668 M dan menerjemahkan sutra Buddha bersama bhiksu Jawa
Jnanabhadra
- “Di kota Foshi (Sriwijaya) yang berbenteng, terdapat bhiksu Buddhis berjumlah ribuan. Hati mereka bertekad untuk belajar
dan menjalankan tindakan bajik. Mereka menganalisis dan mempelajari semua mata pelajaran persis seperti yang ada
di Kerajaan Tengah (Madhyadesa, India). Tata cara dan upacaranya sama sekali tak berbeda.”
- “Jika seorang biksu Tiongkok ingin pergi ke India untuk mendapatkan ajaran dan melafalkan kitab asli, lebih baik dia
tinggal di sini (Muaro Jambi) selama 1 atau 2 tahun dan mempraktikkan tata cara yang benar, kemudian baru berlanjut
ke India Tengah“
● Fakta lain terkait pusat Pendidikan Buddhisme di Sriwijaya:
- 2 guru besar Buddhisme di Sriwijaya: Sakyakirti (abad ke-7) dan Dharmakirti (abad ke-10)
- Murid internasional yang pernah belajar ke Muaro Jambi selain Yi Jing (Tiongkok):
Dipamkara Jinana (Benggala, belajar 12 tahun di Muaro Jambi ), Danapala (Pakistan), dan Atisha Dipankara Sri Jnana
(Benggala, belajar 12 tahun di Muaro Jambi, kelak jadi guru besar Buddhisme di Tibet)
- “Mereka ke Swarnadwipa (Sumatera) itu demi mencari ajaran yang paling tinggi. Minta diajar guru di Swarnadwipa,
karena guru Swarnadwipa itu pemegang silsilah ajaran” (Bhiksu Bhardra Ruci, Borobudur Writers Cultural Festival VII)
3 Siwa, Durga, dan Ganesha Naik Menjadi Dewa-Dewi Yang Banyak Dipuja
● Di periode Jawa Tengah, arca-arca Trimurti selalu muncul bersama-sama dengan Siwa sebagai dewa utama di kebanyakan candi.
● Di periode Jawa Timur, arca Siwa sering tampil sendiri sebagai dewa utama tanpa ditemani unsur Trimurti lainnya.
● Di periode Jawa Timur juga muncul banyak pemujaan dan arca Ganesha & Durga (perbandingan 22 : 5), Rsi Agastya, dan
dewi-dewi (Shakti) → indikasi masuknya lebih banyak aliran Hindu India masa itu ke Nusantara.
Tantra
Daksinacarin Vamacarin
(Konvensional/Moderat) (Ekstrem)
● Di Nusantara, Hindu dan Buddha cenderung bersintesis. Terjadi sejak era Mpu Sindok (Mataram Kuno di Jawa Timur)
- Pernikahan campur
Contoh: Rakai Pikatan (Hindu) dan Pramodhawardhani (Buddha) pada masa Mataram Kuno
● Sepanjang era Hindu-Buddha di Jawa Kuno, sosok adikodrati yang banyak dipuja ialah Siwa, Buddha, diikuti Wisnu, dll.
● Di akhir era Majapahit muncul sosok dewa gunung lokal. Disebut Hyang Acalapati dan Sri Parwanatha (naskah kuno
Nagarakretagama), Parwatarajadewa (n.k. Arjunawijaya), Girinatha (n.k. Sutasoma), dan Rajaparwata (n.k. Korawasrama).
● Juga muncul kembali sosok Tuhan lokal yang tak berwujud. Disebut Sang Hyang Taya di naskah kuno Tangtu Panggelaran dan
Korawasrama. Kedudukannya lebih tinggi dari Sanghyang Parameswara / Bhatara Guru. Siwa & Buddha ialah manifestasinya.
→ Keyakinan ini kemungkinan hanya dipeluk kalangan terbatas
● Prof. Agus Arismunandar: Munculnya kembali Tuhan lokal di akhir era Majapahit
mungkin akibat ramainya kedatangan pendeta agama Sunda Kuno ke Majapahit,
khususnya ke Rabut Palah (Panataran), seperti pendeta Bujangga Manik.
● Di Rabut Palah pernah tinggal juga Dang Hyang Nirartha (asal: Kediri). Naskah kuno Bali
Dwijendra Tattwa: Ketika D. H. Nirartha pindah ke Bali, ia merubah penataan pura
(seperti di candi Penataran), membersihkan area utama pura dari arca, dan mendirikan
pelinggih padmasana (singgasana kosong Sang Hyang Widhi). Pelinggih Padmasana
Trimurti Hyang
Hyang Hindu/Buddha
Trimurti
Tujuh Guriang Dewata Hindu lainnya, Hindu/Buddha
para Tathagata
Dewata Hindu lainnya,
Trimurti Hindu, dewata Hindu
para Tathagata
lainnya, Buddha, para Tathagata
● Para agamawan Jawa Kuno sudah yakin dan mantap dengan filsafat dan pemahaman agamanya sendiri.
- Naskah kuno Tantu Panggelaran: Mpu Barang dari Jawa berkunjung ke Jambhudwipa (India). Di sana ia melihat para pendeta
India menyembah Haricandana (Wisnu). Ketika Mpu Barang dipaksa ikut menyembah, ia menolak. Para pendeta India lalu
menyerang Mpu Barang tapi tidak ada yang bisa mengalahkannya.
- N.k. Korawasrama: Mpu Mahalyat dari Jawa berkunjung ke India. Ia dipaksa menyembah Candani (Wisnu). Tapi ketika
sang mpu menyembah, pecahlah arca tersebut.
Kata Asal Kata Arti Asli Arti yang Berubah Kata Arab Asli
Indonesia Sansekerta (masa Hindu-Buddha) (masa Islam)
Kalimasada kali maha usaddha obat mujarab dewi kali kalimat syahadat syahadat
(senjata yudistira)
Sembahyang - menyembah hyang shalat shalat
Pahala karma phala buah perbuatan nilai yang didapat khair, hasanah
bila berbuat baik (“kebaikan”)
Dosa dosa kebencian, pelanggaran nilai yang didapat sayyiah
bila berbuat buruk (“keburukan”)
Puasa upawasa menahan diri, puasa puasa shaum
Ny-/Sadran sraddha upacara peringatan kematian kegiatan mengunjungi ziarah
makam
Sangkakala sangkakala terompet untuk menghimpun terompet yang ditiup Israfil sebagai shur
massa/ memulai perang tanda kiamat
Membahas:
● Tata Masyarakat
Tata Pemerintahan
Semoga Bermanfaat ●
● Tata Agama
● Tata Bahasa Jawa Kuno
M Arief Wibowo
● Arsitektur
http://www.arief-online.com ● Tata Busana
● Tata Kesenian
dan banyak lainnya
Hubungi:
● Pulau Jawa → Vidyakanti (0815 7478 9582) | Tokopedia: Vidyakanti
● Pulau Bali → Jero Bauddha Suena (0811 388 1558)