Hindu & Buddha Di Jawa Kuno - M. Arief W

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 32

HINDU & BUDDHA

DI JAWA KUNO
M. ARIEF WIBOWO
Referensi
Pustaka
Ardhana, I.B. Suparta. 2002. Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia. Surabaya: Paramita.
Donath, Dorothy C. 2005. Pengenalan Agama Buddha: Theravada – Mahayana – Vajrayana. Yayasan Penerbit Karaniya
Fox, James J. Dkk. (peny.). 2002. Seri Indonesian Heritage: Agama dan Upacara. Jakarta: Buku Antar Bangsa.
Groeneveldt, W.P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu
Mahathera, Narada. 2003. Ajaran Buddha Secara Ringkas: Pedoman Pokok Ajaran Buddha. Yayasan Penerbit Karaniya.
Mallory, J.P. dan D.Q. Adams. 2006. The Oxford Introduction to Proto-Indo-European and the Proto-Indo-European World. Oxford: Oxford University Press
Munandar, Agus Aris. 2010. Tatar Sunda Masa Silam. Jakarta: Wedatama Widya Sastra
Nurkancana, Wayan. 2011. Pokok-Pokok Ajaran Agama Hindu. Denpasar: Pustaka Manikgeni
Pires, Tome (editor Armando Cortesao). 2015. Suma Oriental. Jakarta: Penerbit Ombak
Rahardjo, Supratikno. 2011. Peradaban Jawa: dari Mataram Kuno Sampai Majapahit Akhir. Jakarta: Komunitas Bambu
Srinivasan, Amrutur V. 2011. Hinduism for Dummies. Indianapolis: Wiley Publishing Inc.
Vijjananda, Handaka. 2014. Buddha Gotama: Riwayat Buddha Untuk Keluarga. Jakarta: Ehipassiko Foundation.

Website tentang Hindu dan Buddha


Brittanica Encyclopaedia. Vedic Religion. https://www.britannica.com/topic/Vedic-religion
Hardy, Julia. Buddhism: Beginning. http://www.patheos.com/Library/Buddhism/Origins/Beginnings.html
Hardy, Julia. Buddhism: Rites and Ceremonies. http://www.patheos.com/Library/Buddhism/Ritual-Worship-Devotion-Symbolism/
Rites-and-Ceremonies.html
Hardy, Julia. Buddhism: Schisms and Sects.http://www.patheos.com/Library/Buddhism/Historical-Development/Schisms-Sects.html
Kinnard, Jacob N. Hinduism: Beginning. http://www.patheos.com/Library/Hinduism/Origins/Beginnings.html
Kinnard, Jacob N. Hinduism: Rites and Ceremonies. http://www.patheos.com/Library/Hinduism/Ritual-Worship-Devotion-Symbolism/
Rites-and-Ceremonies.html
Kinnard, Jacob N. Hinduism: Schisms and Sects. http://www.patheos.com/Library/Hinduism/Historical-Development/Schisms-Sects.html
Shashangka, Damar. Ajaran Siwa Bhairawa. http://damar-shashangka.blogspot.com/2010/08/ajaran-shiwa-bhairawa.html?m=1
SEJARAH SINGKAT
HINDU & BUDDHA
DI INDIA
Agama Hindu → dimulai 5.000 tahun yang lalu Sejarah Hindu
saat bangsa Indo-Eropa masuk ke India
● Zaman Weda (+/- 2500 SM)
● Zaman Brahmana (+/- 1000 SM)
Exonym → Sindh (bhs. India) → Hind (bhs. Persia & Arab)
● Zaman Upanisad (+/- 800 SM)
→ India (Latin) → India & Hindu (bhs. Inggris)
● Zaman Tantrayana (+/- 600 SM)
Endonym → Sanatana dharma (“kebenaran abadi”)

SEJARAH SINGKAT HINDU & BUDDHA DI INDIA


Kesamaan Kosakata Bahasa-bahasa Indo-Eropa

SEJARAH SINGKAT HINDU & BUDDHA DI INDIA


Kesamaan Kosakata & Konsep Mitologi Antar Kebudayaan Indo-Eropa
No. Proto Indo-Eropa Kebudayaan-kebudayaan Indo-Eropa

1 *deiwos (“Tuhan”) Latin: deus, Sansekerta: deva, Slavic & Persia: daeva (“iblis”)

2 *dyeus pahter (sky father) Yunani: Zeus pater, Latin: Jupiter, Sansekerta: dyaus pita

3 *dhughater diwos (sky daughter) Yunani: thugater Dios, Sansekerta: duhita divah
→ dewi penguasa fajar
4 *perkwunos (dewa petir) Norse: fjorgyn , Lithuania: perkunas, Russia Kuno: perunu, Sansekerta: parjanya (?)

5 *heros (dewa kesejahteraan) Gallia: ariomanus, Persia: airyaman, Sansekerta: aryaman

6 *rudlos (dewa penguasa alam liar) Russia Kuno: ruglu, Sansekerta: rudra

7 *dehnu (dewi sungai) Irlandia: danu, Welsh: don, Bahasa-Bahasa Eropa: Danube, Don, Dnieper
(nama-nama sungai), Sansekerta: danu
8 *neptonos (dewa api yang Latin: Neptunus, Sansekerta: Apam Napat
bersemayan di air)
9 *manu (leluhur manusia) Jerman Kuno: mannus, Sansekerta: manu

10 *bhlaghmen (pendeta) Latin: flamen, Sansekerta: brahmana

11 *pentakwer (pendeta) Latin: pontifex, Sansekerta: pathikrta

12 *kouhei (pendeta) Yunani: koes, Sansekerta: kawi

13 *dhroughos (“hantu”) Jerman Kuno: draugr, Sansekerta: drogha (“yang menipu”)

14 *kerberos (yang berbintik) Yunani: kerberos (anjing neraka milik Hades),


Sansekerta: sarvara (anjing neraka milik dewa Yama)

SEJARAH SINGKAT HINDU & BUDDHA DI INDIA


Aliran Utama dalam Hindu

Smarta Siwaisme Waisnawa Shakta


● Non-sektarian ● Memuja Siwa ● Memuja Wisnu ● Memuja dewi-dewi,
● Memuja dewa-dewa utama sebagai dewa utama sebagai dewa utama terutama Durga
● Memuja pula Ganesa, Sakti, ● Terbagi menjadi sekte: ● Terbagi menjadi sekte: ● Durga diciptakan Brahma,
Surya, dan Skanda Ati Marga (Pashupata, Madhwa, Sriwaisnawa, Siwa, dan Wisnu
Kapalika), Mantra Marga Wallabha, Swaminarayan, untuk lawan Mahisasura.
(Siwa Siddhanta, Wira Siwa) Hare Krisna Karenanya memiliki
kekuatan gabungan
3 dewa tersebut

SEJARAH SINGKAT HINDU & BUDDHA DI INDIA


Siddharta Buddha Gautama
● Lahir +/- 563 SM di Taman Lumbini, Nepal
● Menyampaikan ajaran pertama di Sarnath
● Wafat 483 SM, usia 80 tahun, di Kusinagara
● Pada 83 SM, raja Vattagamani Abhaya
(Srilangka) membukukan ajaran Buddha ->
Tripitaka

SEJARAH SINGKAT HINDU & BUDDHA DI INDIA


Aliran-aliran Utama Buddhisme

Mahayana Theravada Vajrayana


(“Kendaraan Besar”) (“Ajaran Dahulu”) (“Kendaraan Berlian”)

● Sekarang dominan di Vietnam & Asia Timur ● Sekarang dominan di Asia Tenggara ● Sekarang dominan di Tibet, Nepal
● Setiap Buddhis diharapkan menjadi ● Setiap Buddhis diharapkan menjadi ● Menjalankan Tantra (aliran esoterik),
Boddhisattva (orang yang sudah mencapai Arahat (orang yg mencapai pencerahan mirip Jalan Yoga di Hindu
pencerahan, tapi menunda nibbana untuk & terbebas dari reinkarnasi)
membantu orang lain)
● Terdapat tradisi berdoa kepada para sosok
boddhisattva terdahulu

SEJARAH SINGKAT HINDU & BUDDHA DI INDIA


TRADISI & RITUAL
KEAGAMAAN
DI JAWA KUNO
Kronologi Kerajaan-kerajaan Jawa Kuno

Kerajaan Kalingga
• Tidak tercatat di prasasti, tercatat di kronik Cina

PUSAT KERAJAAN DI JAWA TENGAH


• Pemimpin terkenal: Ratu Sima

Kerajaan Medang / Mataram Kuno


(732 M – 1016 M)
• Pemimpin terkenal: Sanjaya, R. Panangkaran, R. Pikatan
• Pernah menguasai Asia Tenggara saat beraliansi
dgn Sriwijaya lewat pernikahan raja Samaratungga
(Medang) dan Dewi Tara (Sriwijaya),
• Peninggalan: Candi-candi di Dieng, Yogyakarta
• Pindah ke Jawa Timur saat raja Mpu Sindok
• Runtuh karena: Serangan pemberontak Aji Wurawari
di masa raja Dharmawangsa Teguh

PUSAT KERAJAAN DI JAWA TIMUR


Kerajaan Kahuripan
(1021 M – 1042 M)
• Raja terkenal: Airlangga (menantu D. Teguh)
• Peninggalan: Petirtaan Belahan, Jalatunda
• Runtuh karena: Kerajaan dipecah untuk 2 putra
Airlangga: Mapanji Garasakan (kerajaan Jenggala)
& Sri Samarawijaya (kerajaan Panjalu/Kediri)

KRONOLOGI KERAJAAN-KERAJAAN JAWA KUNO


Kerajaan Jenggala & Panjalu/Kediri
(1052 M – 1205 M)
• Dipersatukan di masa Sri Jayabhaya, raja Panjalu (1135 M)
• Raja terkenal: Sri Jayabhaya
• Peninggalan: Candi Penataran, situs-situs kuno
di sekitar Kediri
• Runtuh karena: Pemberontakan Ken Arok

Kerajaan Singosari

PUSAT KERAJAAN DI JAWA TIMUR


(1222 M – 1293 M)
• Raja terkenal: Ken Arok, Kertanegara
• Memperluas kekuasaan ke Sumatera (ekspedisi Pamalayu)
dan Bali (ekspedisi Pabali)
• Pada masa raja Kertanegara, terjadi serbuan Mongol
• Peninggalan: Candi-candi di Malang
• Runtuh karena: Pemberontakan Jayakatwang
pada Kertanegara

Kerajaan Majapahit
(1293 M – 1486 M)
• Raja terkenal: Sri Tribhuwanatunggadewi, Hayam Wuruk
• Menguasai sebagian Nusantara di masa raja Hayam Wuruk
dan patih Gajah Mada
• Peninggalan: Candi-candi di Trowulan dan
Gn. Penanggungan
• Runtuh karena: Perang saudara (Paregreg), ditutup
serangan kesultanan Demak

KRONOLOGI KERAJAAN-KERAJAAN JAWA KUNO


1 Pernikahan

● Prosesi pernikahan rakyat jelata. Sumber informasi: catatan Ma Huan, penjelajah Tiongkok, abad ke-15

● Keluarga calon pengantin pria datang ke rumah calon pengantin wanita. Upacara keagamaan dilakukan (tidak dijelaskan)

● Tiga hari kemudian keluarga mengantarkan


pengantin wanita ke rumah pengantin pria.
Pengantin wanita menggunakan kain sutera putih,
berbagai perhiasan, rambutnya terurai,
punggungnya terbuka, dan tanpa alas kaki.

● Keluarga pengantin laki-laki menyambut dengan


tabuhan tambur, gong, alat musik dari batok
kelapa dan batang bambu. Di sekeliling iring-
iringan berdiri orang-orang yang mengenakan
keris.

Ilustrasi Pernikahan Rakyat Majapahit oleh I Wayan Sanjaya

● Kerabat, teman, tetangga menghiasi perahu dengan berbagai rangkaian daun dan bunga.
Perayaan dilakukan di rumah pengantin pria selama beberapa hari hingga selesai.

TRADISI & RITUAL KEAGAMAAN DI JAWA KUNO


2 Kematian

● Sumber informasi: naskah kuno Kidung Sunda, catatan perjalanan Ma Huan (Tiongkok), dan Tome Pires (Portugis)

● Rakyat jelata: jenazah ditinggal di tanah kosong, di hutan, dibakar, atau dilarung ke sungai atau laut

● Bangsawan: (berdasarkan Kidung Sunda mengenai perlakuan terhadap para jenazah ksatria Jawa dan Sunda setelah
Perang Bubat)
- Jenazah dimandikan di atas dipan dengan kembang 7 rupa lalu dibungkus kain sutera bersulam emas
- Akan dibuatkan perancah dengan dihiasi gringsing ringgit, bunga-bunga, dan daun-daun muda
- Pihak keluarga datang membawa saji-sajian dan benda-benda upacara
- Genta dan alat-alat musik dibunyikan dan para pendeta datang untuk melakukan upacara
- Jenazah dibakar dan abunya dilarung ke laut

● Kidung Sunda & catatan Ma Huan: Untuk kaum bangsawan, setelah jenazah seseorang dibakar, istri dan selirnya akan
ikut membakar diri (upacara satya atau bela)
- Ketika seseorang sekarat, istri dan selirnya akan bersumpah kepadanya “saya akan ikut mati bersamamu”
- Pada hari kematian, didirikan bangunan kayu yang tinggi dan di bawahnya ditumpuk kayu bakar untuk bakar jenazah
- Istri dan selir akan mengenakan kain 5 warna dengan rerumputan dan bunga
- Setelah jenazah dibakar, istri dan selir akan menunggu nyala api mencapai puncaknya
- Istri dan selir akan naik ke bangunan kayu, menari, meratap, lalu terjun ke kobaran api hingga musnah terbakar

TRADISI & RITUAL KEAGAMAAN DI JAWA KUNO


3 Peringatan Kematian (Sraddha)

● Hanya disebutkan 2x di naskah Jawa Kuno:


- Upacara sraddha Rajapatni (nenek Hayam Wuruk yang beragama Buddha), diadakan selama 7 hari pada 12 tahun
setelah wafatnya, dan ditutup dengan peresmian candi Prajnamitapuri sebagai tempat pendharmaan Rajapatni
(sumber: Nagarakrtagama & Pararaton)

- Upacara sraddha Sri Paduka Bhatara ring Dhahanapura. Upacara dilakukan oleh Girindrawardhana Dyah Ranawijaya
(sumber: prasasti berangka tahun 1486 M)

Untuk upacara sraddha Rajapatni, prosesinya sebagai berikut:


● Rapat persiapan acara, termasuk memberitahu para pembesar kerajaan untuk menyumbang untuk acara ini

● Pada hari terakhir bulan Shrawana dibuatkan singgasana sebagai tempat duduk arca bunga Rajapatni

● 1 hari sebelum acara diadakan upacara yang dipimpin pendeta agama Buddha yang menguasai 3 kitab Tantrayana,
dikelilingi para pendeta lainnya.

● Pada pagi hari acara (hari ke-1 bulan Bhadra), arca bunga (puspasarira) ditempatkan di singgasana, dan dilakukan
penghormatan padanya oleh pendeta, raja, permaisuri, keluarga raja, para pembesar kerajaan, dan penguasa daerah.

TRADISI & RITUAL KEAGAMAAN DI JAWA KUNO


● Pada hari ke-2 s/d ke-5 tidak disebutkan rincian upacaranya, tapi ada acara makan-makan

● Pada hari ke-6, para pembesar kerajaan dan penguasa daerah menghaturkan persembahan dalam bentuk rumah-rumahan
atau bentuk lainnya

● Pada hari ke-7, raja membagikan harta, makanan, dan mengadakan berbagai hiburan untuk rakyat.
Di keraton diadakan juga acara makan-makan bagi para tamu kerajaan dan persembahan tarian yang dilakukan
oleh raja sendiri di Balai Witana bagi para istri dan putrinya.

● Sehari setelah acara, para pendeta Buddha membacakan sloka bagi arwah Rajapatni. Arca bunga diturunkan dan
arca batu ditempatkan di candi Prajnaparamitapuri. Candi pendharmaan Rajapatni selalu ramai dikunjungi
para pembesar kerajaan dan pendeta setiap bulan Bhadra.

TRADISI & RITUAL KEAGAMAAN DI JAWA KUNO


4 Ziarah Raja ke Candi Pendharmaan

● Sumber informasi: naskah kuno Nagarakretagama

● Disebutkan bahwa dari 1350 s.d. 1389 M raja Hayam Wuruk melakukan 6 kali perjalanan ziarah ke candi-candi pendharmaan
di Pajang (1353 M), Lasem (1354 M), Lodaya (1357 M), Lumajang (1359 M), Tirib Sompur (1360 M), Panataran (1361 M), dan
Simping (1363 M)

● Di tiap candi dilakukan upacara yang besarnya


tergantung pada jasa raja yang didharmakan:
- Di Kagenengan (pendharmaan Ranggah
Rajasa, pendiri Singosari) dan Singosari
(pendharmaan Kertanegara, raja terakhir
Singosari) upacara berlangsung besar-
besaran: terdapat persembangan bunga,
barang-barang berharga, dan makan
bersama

- Di Kidal (pendharmaan Anusapati) dan


Jajagu (pendharmaan Wisnuwardhana)
Ilustrasi Iring-iringan Kerajaan oleh I Wayan Sanjaya upacara berlangsung sederhana.

TRADISI & RITUAL KEAGAMAAN DI JAWA KUNO


5 Penetapan Daerah Sima

● Daerah Sima ialah daerah yang dibebaskan dari kewajiban membayar pajak karena di sana didirikan bangunan keagamaan
dan penduduknya wajib merawat bangunan tersebut.

● Periode Jawa Tengah (821 – 928 M, 107 thn): 101 prasasti penetapan Sima
Periode Jawa Timur (929 – 1486 M, 557 thn): 80 prasasti penetapan Sima

● Prosesi upacara penetapan Sima berdasarkan prasasti-prasasti:


- Pemberian pasek-pasek dari warga desa ke para pejabat daerah yang hadir
- Peletakkan sajen upacara oleh sang makudur
- Makan-makan Bersama
- Makawitha dan makamwang (belum diketahui artinya)
- Duduk bersama mengelilingi Sang Hyang Kudur dan Sang Hyang Sima Watu Kalumpang di bangsal witana
- Pengucapan mantra, sumpah, pembakaran dupa, pemotongan kepala ayam di atas watu kalumpang, pemecahan telur,
dan penaburan abu oleh sang makudur
- Pemujaan ke Sang Hyang Kudur dan Sang Hyang Sima Watu Kalumpang
- Pembungkusan sisa makanan dengan daun untuk dibawa pulang oleh warga desa
- Hiburan bagi warga desa: mangigel (menari), mabanyol (lawak), matapukan (pertunjukan topeng), dan wayang
- Pengucapan kutukan bagi yang melanggar ketentuan daerah Sima

TRADISI & RITUAL KEAGAMAAN DI JAWA KUNO


6 Upacara-upacara di Daerah Sima

● Upacara-upacara di sima berdasarkan prasasti-prasasti:


- Prasasti Sugihmanek (915 M): Pengurus Sima di Tampuran wajib persembahkan caru bagi bhatara setiap hari,
kabhikuan wajib persembahkan emas 2 ku untuk pembelian dupa bagi pemujaan bhatara di Raja tiap bulan Caitra dan Asuji

- Prasasti Kwak I (879 M): Pengurus sima desa Kwak wajib persembahkan bunga-bungaan tiap bulan Caitra dan Asuji

- Prasasti Taji (901 M): Pengurus kabhikuan parahyangan haji di Raja wajib persembahkan raga kamwang tiap tahun

- Prasasti Cungrang (929 M): Hasil sawah desa digunakan untuk biayai keperluan pemujaan bhatara di prasada pada
tanggal tiga tiap bulan (katigapratimasa) dan persembahan caru tiap hari (ni caru pratidina)

- Prasasti Gulung-gulung (901 M): Pengurus sima suatu desa wajib persembahkan kambing dan barang-barang lainnya
ke Sang Hyang Kahyangan di Panawan tiap tahun dan pengurus sima di beberapa desa wajib beri persembahan
ke Sang Hyang Prasada di Hemad 2 kali setahun (angken bisuwa)

● Upacara di sima diadakan tiap hari (pratidina), tiap bulan (pratimasa), dua kali setahun (angken bisuwakala) yaitu
di bulan Caitra dan Asuji (angken bisuwa caitrasuji), dan sekali setahun di bulan Asuji, Bhadra, atau Kartika.

TRADISI & RITUAL KEAGAMAAN DI JAWA KUNO


PERKEMBANGAN
HINDU & BUDDHA
DI JAWA KUNO
1 Hindu Pertama Tiba di Tarumanagara (Jawa Barat) dan Kutai (Kalimantan Timur)

● 7 prasasti Tarumanagara berasal dari abad ke-5

● Prasasti-prasasti Tarumanagara memuja dewa Wisnu dan Airawata (gajah dewa Indra). Sama sekali tidak ada
penyebutan dewa Siwa atau Brahma. Nama “Purnawarman” sendiri terkait dewa Surya.

Prasasti Ciaruteun Prasasti Kebon Kopi I

vikkrantasyavanipateh ….jayavisalasya
srimatah purnnavarmmanah tarumendrasya hastinah ….
tarumanagarendrasya airwavatabhasya
visnoriva padadvayam vibhatidam padadvayam

“Inilah sepasang telapak kaki “Di sini tampak tergambar


yang seperti kaki dewa Wisnu sepasang telapak kaki …
ialah telapak yang mulia yang seperti Airawata,
sang Purnnawarmman gajah penguasa Taruma
raja di negeri Taruma yang agung dalam …
raja yang gagah berani di dunia” dan kejayaan”

● Hindu di Tarumanagara mungkin beraliran Waisnawa atau berupa agama Weda (pra-Hindu) yang memuja Indra, Agni, Baruna,
dan melakukan ritual soma (minum), havir (api), dan korban binatang (Prof. Dr. Agus Arismunandar).

● Prasasti Tugu menyebut keberadaan kaum Brahmana yang menerima hadiah 1000 ekor sapi setelah pembuatan
kali Candrabagha dan Gomati.

PERKEMBANGAN HINDU & BUDDHA DI JAWA KUNO


● Analisis para ahli bahasa: prasasti-prasasti Tarumanagara ditulis dengan huruf Pallawa (huruf India) dan dalam
bahasa Sansekerta (bhs. India Kuno) dengan mengikuti aturan sajak Anustubh dan Sraghdara tanpa cacat
→ kaum Brahmana Tarumanagara mungkin berasal dari India.

● Tahun 686 M terjadi serbuan Sriwijaya ke pulau Jawa dan kekuasaan di Tatar Sunda digulingkan (info prasasti Kota Kapur &
prasasti R. Juru Pangambat), bersamaan dengan munculnya candi-candi Buddha di Karawang (di dalamnya ialah candi Hindu).

PERKEMBANGAN HINDU & BUDDHA DI JAWA KUNO


2 Nusantara Pernah Menjadi Salah Satu Pusat Pendidikan Buddhisme Dunia

● Bhiksu Cina I Tsing (671 M) menyebutkan bahwa sebelum dia sudah ada
bhiksu Cina bernama Hui Ning yang datang ke Ho Ling (Kalingga) antara
664 – 668 M dan menerjemahkan sutra Buddha bersama bhiksu Jawa
Jnanabhadra

● Buddhisme sudah masuk ke Bali abad ke-8, ditandai dengan keberadaan


candi Kalibukbuk (Buddha) di Buleleng.

● Kerajaan Buddhis Sriwijaya pernah menjadi kerajaan adidaya di abad


ke-7 s.d. 11 dan komplek Muaro Jambi (luas 3.981 Ha) pernah menjadi
salah satu pusat pendidikan Buddhisme dunia. I Tsing menyebutkan: Candi Kalibukbuk

- “Di kota Foshi (Sriwijaya) yang berbenteng, terdapat bhiksu Buddhis berjumlah ribuan. Hati mereka bertekad untuk belajar
dan menjalankan tindakan bajik. Mereka menganalisis dan mempelajari semua mata pelajaran persis seperti yang ada
di Kerajaan Tengah (Madhyadesa, India). Tata cara dan upacaranya sama sekali tak berbeda.”

- “Jika seorang biksu Tiongkok ingin pergi ke India untuk mendapatkan ajaran dan melafalkan kitab asli, lebih baik dia
tinggal di sini (Muaro Jambi) selama 1 atau 2 tahun dan mempraktikkan tata cara yang benar, kemudian baru berlanjut
ke India Tengah“
● Fakta lain terkait pusat Pendidikan Buddhisme di Sriwijaya:
- 2 guru besar Buddhisme di Sriwijaya: Sakyakirti (abad ke-7) dan Dharmakirti (abad ke-10)

- Murid internasional yang pernah belajar ke Muaro Jambi selain Yi Jing (Tiongkok):
Dipamkara Jinana (Benggala, belajar 12 tahun di Muaro Jambi ), Danapala (Pakistan), dan Atisha Dipankara Sri Jnana
(Benggala, belajar 12 tahun di Muaro Jambi, kelak jadi guru besar Buddhisme di Tibet)

- “Mereka ke Swarnadwipa (Sumatera) itu demi mencari ajaran yang paling tinggi. Minta diajar guru di Swarnadwipa,
karena guru Swarnadwipa itu pemegang silsilah ajaran” (Bhiksu Bhardra Ruci, Borobudur Writers Cultural Festival VII)
3 Siwa, Durga, dan Ganesha Naik Menjadi Dewa-Dewi Yang Banyak Dipuja

● Di periode Jawa Tengah, arca-arca Trimurti selalu muncul bersama-sama dengan Siwa sebagai dewa utama di kebanyakan candi.

● Di periode Jawa Timur, arca Siwa sering tampil sendiri sebagai dewa utama tanpa ditemani unsur Trimurti lainnya.

● Di periode Jawa Timur juga muncul banyak pemujaan dan arca Ganesha & Durga (perbandingan 22 : 5), Rsi Agastya, dan
dewi-dewi (Shakti) → indikasi masuknya lebih banyak aliran Hindu India masa itu ke Nusantara.

Arca Durga Arca Rsi Agastya Arca Ganesha

PERKEMBANGAN HINDU & BUDDHA DI JAWA KUNO


4 Praktek Keagamaan Semakin Bersifat Tantris

Tantra

Daksinacarin Vamacarin
(Konvensional/Moderat) (Ekstrem)

Heruka Kalacakra Bhima


(Sumatera) (Jawa) (Bali)
Cth: Adityawarman Cth: Kertanegara
(Pagaruyung) (Singosari)

Ma Lima Tantra (Pancamakara) Reinterpretasi Ma Lima


Era Hindu-Buddha Di Era Islam
Penganut Tantra Vamacarin Penganut Islam dilarang
perlu melakukan: melakukan:
1 Mamsa (makan daging Main (berjudi)
berlebihan, termasuk mayat)

2 Matsya (makan ikan berlebihan Maling (mencuri)


3 Madya (mabuk-mabukan) Madat (menggunakan candu)

4 Maithuna (bersenggama berlebihan) Minum (bermabuk-mabukan)

5 Mudra (sikap tangan Madon (main wanita/zina)


Arca Bhairawa Sumatera Arca Bhairawa Jawa ketika meditasi)

PERKEMBANGAN HINDU & BUDDHA DI JAWA KUNO


5 Sintesis Hindu & Buddha Menjadi Siwa-Buddha

● Di luar Nusantara, Hindu dan Buddha cenderung saling bersaing


- Buddhisme di India lenyap pada abad 12 M
- Di Kamboja, setiap raja Hindu digantikan raja Buddha, patung-patung Hindu di candi-candi utama dihancurkan,
dan sebaliknya.

● Di Nusantara, Hindu dan Buddha cenderung bersintesis. Terjadi sejak era Mpu Sindok (Mataram Kuno di Jawa Timur)

● Fenomena sintesis yang terjadi:


- Siwa dan Buddha dipuja bersama-sama di karya-karya sastra
- Namostu sarwwabuddhaya (prasasti Sobhamerta, 939 M)
- Om namo buddhaya, namassiwaya, namarsaya, namo brahmanaya (prasasti Gandhakuti, 1042 M)

- Pernikahan campur
Contoh: Rakai Pikatan (Hindu) dan Pramodhawardhani (Buddha) pada masa Mataram Kuno

- Setelah wafat, raja diarcakan sebagai Siwa dan Buddha


Contoh: raja Ranggah Rajasa, Wisnuwarddhana, Kertanegara, dan Kertarajasa Jayawarddhana

PERKEMBANGAN HINDU & BUDDHA DI JAWA KUNO


- Relief-relief Hindu muncul di candi Buddha dan sebaliknya
Contoh: Di candi Jago (Buddha), relief-relief Hindu (cerita Arjunawiwaha, Parthayajna, dan Kresnayana)
malah lebih banyak dari relief-relief Buddha.

- Hindu & Buddha disebut di karya-karya sastra sebagai


2 pilihan jalan untuk menuju tujuan yang sama.
Contoh:
- Mpu Tantular menulis di kakawin Arjunawijaya,
Buddha dan Siwa adalah tujuan yang sama

- Mpu Tantular menulis di kakawin Sutasoma,


pupuh 139, bait 5:

Rwaneka dhatu winuwus Buddha wiswa


Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen
Mangka ng jinatwa kalawan siwatattwa tunggal Pendeta Siwa & Buddha di Bali Saat Ini
Bhinneka tunggal ika
Tan hana dharma mangrwa.

“Konon Buddha dan Siwa adalah dua zat yang berbeda


Mereka memang berbeda, tapi bagaimana bisa dikenali
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu
Tak ada kerancuan dalam kebenaran”

PERKEMBANGAN HINDU & BUDDHA DI JAWA KUNO


6 Naiknya Sosok Tuhan Lokal

● Sepanjang era Hindu-Buddha di Jawa Kuno, sosok adikodrati yang banyak dipuja ialah Siwa, Buddha, diikuti Wisnu, dll.

● Di akhir era Majapahit muncul sosok dewa gunung lokal. Disebut Hyang Acalapati dan Sri Parwanatha (naskah kuno
Nagarakretagama), Parwatarajadewa (n.k. Arjunawijaya), Girinatha (n.k. Sutasoma), dan Rajaparwata (n.k. Korawasrama).

● Juga muncul kembali sosok Tuhan lokal yang tak berwujud. Disebut Sang Hyang Taya di naskah kuno Tangtu Panggelaran dan
Korawasrama. Kedudukannya lebih tinggi dari Sanghyang Parameswara / Bhatara Guru. Siwa & Buddha ialah manifestasinya.
→ Keyakinan ini kemungkinan hanya dipeluk kalangan terbatas

● Prof. Agus Arismunandar: Munculnya kembali Tuhan lokal di akhir era Majapahit
mungkin akibat ramainya kedatangan pendeta agama Sunda Kuno ke Majapahit,
khususnya ke Rabut Palah (Panataran), seperti pendeta Bujangga Manik.

● Di agama Sunda Kuno → Dewa dewi Hindu-Buddha selalu berkedudukan di bawah


Hyang (disebut Sang Hyang Tunggal, S.H. Taya, S.H. Jatiniskala, S.H. Jatinistemen, dll),
sosok Tuhan lokal yang tunggal, maha kuasa, dan tak berwujud. Naskah kuno Sunda
Siksa Kandang Karesian: ratu bakti di dewata, dewata bakti di hyang.

● Di Rabut Palah pernah tinggal juga Dang Hyang Nirartha (asal: Kediri). Naskah kuno Bali
Dwijendra Tattwa: Ketika D. H. Nirartha pindah ke Bali, ia merubah penataan pura
(seperti di candi Penataran), membersihkan area utama pura dari arca, dan mendirikan
pelinggih padmasana (singgasana kosong Sang Hyang Widhi). Pelinggih Padmasana

PERKEMBANGAN HINDU & BUDDHA DI JAWA KUNO


Sunda Kuno Jawa Kuno Bali Kuno &
(masyarakat) Jawa Kuno (terbatas)

Trimurti Hyang
Hyang Hindu/Buddha
Trimurti
Tujuh Guriang Dewata Hindu lainnya, Hindu/Buddha
para Tathagata
Dewata Hindu lainnya,
Trimurti Hindu, dewata Hindu
para Tathagata
lainnya, Buddha, para Tathagata

● Para agamawan Jawa Kuno sudah yakin dan mantap dengan filsafat dan pemahaman agamanya sendiri.

- Naskah kuno Tantu Panggelaran: Mpu Barang dari Jawa berkunjung ke Jambhudwipa (India). Di sana ia melihat para pendeta
India menyembah Haricandana (Wisnu). Ketika Mpu Barang dipaksa ikut menyembah, ia menolak. Para pendeta India lalu
menyerang Mpu Barang tapi tidak ada yang bisa mengalahkannya.

- N.k. Korawasrama: Mpu Mahalyat dari Jawa berkunjung ke India. Ia dipaksa menyembah Candani (Wisnu). Tapi ketika
sang mpu menyembah, pecahlah arca tersebut.

PERKEMBANGAN HINDU & BUDDHA DI JAWA KUNO


7 Pengaruh Hindu-Buddha Pada Kosakata Umat Islam Indonesia

Kata Asal Kata Arti Asli Arti yang Berubah Kata Arab Asli
Indonesia Sansekerta (masa Hindu-Buddha) (masa Islam)

Kalimasada kali maha usaddha obat mujarab dewi kali kalimat syahadat syahadat
(senjata yudistira)
Sembahyang - menyembah hyang shalat shalat
Pahala karma phala buah perbuatan nilai yang didapat khair, hasanah
bila berbuat baik (“kebaikan”)
Dosa dosa kebencian, pelanggaran nilai yang didapat sayyiah
bila berbuat buruk (“keburukan”)
Puasa upawasa menahan diri, puasa puasa shaum
Ny-/Sadran sraddha upacara peringatan kematian kegiatan mengunjungi ziarah
makam
Sangkakala sangkakala terompet untuk menghimpun terompet yang ditiup Israfil sebagai shur
massa/ memulai perang tanda kiamat

Surga swarga loka tempat singgah sementara tempat tinggal jannah


sebelum reinkarnasi bagi yang akhir bagi mereka (“taman”)
berkarma pahala baik yang berbuat baik
Neraka naraka tempat singgah sementara tempat tinggal naar
sebelum reinkarnasi bagi yang akhir bagi mereka (“api”)
berkarma pahala buruk yang berbuat buruk
Bidadari vidhya dari yang berpengetahuan, pasangan bagi pria penghuni surga huurul ‘ain, huurun iin
makhluk penghuni yang istrinya (“wanita putih bersih,
swarga loka tidak masuk surga wanita bermata jelita”)
Genderuwo gandharva makhluk penghuni khayangan makhluk halus yang berpenampilan syaitan
yang pintar menyanyi, buruk dan suka berbuat jahat pada
pasangan apsari manusia

PERKEMBANGAN HINDU & BUDDHA DI JAWA KUNO


Pemaparan lebih lengkap tentang Jawa Kuno bisa dibaca di buku:
Peradaban Jawa Kuno: Sebuah Gambaran Utuh

Membahas:
● Tata Masyarakat
Tata Pemerintahan
Semoga Bermanfaat ●

● Tata Agama
● Tata Bahasa Jawa Kuno
M Arief Wibowo
● Arsitektur
http://www.arief-online.com ● Tata Busana
● Tata Kesenian
dan banyak lainnya

Hubungi:
● Pulau Jawa → Vidyakanti (0815 7478 9582) | Tokopedia: Vidyakanti
● Pulau Bali → Jero Bauddha Suena (0811 388 1558)

You might also like