Pengaruh Posisi Condong Kedepan Dan Terapi Pursed Lips Breathing Terhadap Derajat Sesak Napas Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Pengaruh Posisi Condong Kedepan Dan Terapi Pursed Lips Breathing Terhadap Derajat Sesak Napas Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Pengaruh Posisi Condong Kedepan Dan Terapi Pursed Lips Breathing Terhadap Derajat Sesak Napas Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Pengaruh posisi condong kedepan dan terapi pursed lips breathing terhadap
derajat sesak napas penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Abstract
Background: An in-depth personal interview in December 2019 with nurses of Dr. H. Abdul Moeloek Hospital of
Lampung Province where the hospital is one of the referred hospitals for COPD in Lampung Province found that the
COPD patient number increased every day. In average, there were 20 COPD patients registered every day with mostly
having complaint of heavy breathless and recurring out of breath seizures. In total, in 2018, there were 491 COPD
patients recorded at medical record indicating the increase compared with 237 patients in the previous year.
Purpose: Knowing the effect of forward leaning posture and pursed lips breathing in respiratory rate on COPD.
Methods: A quantitative study with quasi experimental one group pretest – posttest approach. The population of the
study involved 93 people. The purposive sampling of 17 respondent. The statistical analysis was through T-Dependent.
Result: The mean score of the breathing condition of the COPD patients before given FLP and PLB interventions was
86.71 with deviation standard 1.649, error standard 00.400 and min-max score 85 – 90. After the FLP and PLB
interventions, the mean score was 92.82 with 2.856 standard deviation, 0.693 error standard, and min-max scores 88 –
97. The T-dependent statistical test found P value 0.000 (α<0.05).
Conclusion: There was the effect of forward leaning posture and pursed lips breathing in respiratory rate on COPD.
This research can be used as a recommendation for setting operational standard in the management of COPD patients
in order to improve the caring quality of the nurses, particularly on handling FLP and PLB therapy.
Pendahuluan: Hasil wawancara personal dengan perawat di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, dimana
rumah sakit tersebut merupakan salah satu rumah sakit rujukan wilayah Lampung, pada Desember 2018 didapatkan
informasi bahwa jumlah penderita PPOK setiap harinya meningkat. Rata-rata dalam sehari terdapat 20 penderita
dengan PPOK yang dirawat dengan keluhan sesak nafas yang sangat berat dan sebagian besar dari mereka adalah
pasien yang datang dengan serangan sesak nafas berulang. Sedangkan berdasarkan data rekam medik sebanyak
491 pasien dengan PPOK pada tahun 2018, kejadian ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu
sebanyak 237 pasien mengalami PPOK pada tahun 2017.
Tujuan: Diketahui pengaruh posisi CKD dan PLB terhadap tingkat sesak nafas pada pasien PPOK.
Metode: Jenis penelitian Kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan Quasi Eksperimental dengan
pendekatan one group pretest – posttest design. Populasi sebanyak 93 dan sampel yang digunakan sebanyak 17
orang, pengambilan sampel pada penelitian adalah purposive sampling. Uji statistik menggunakan uji t-dependen.
Hasil : Rata-rata posisi kondisi pernafasan pasien PPOK sebelum diberikan terapi CKD Dan PLB dengan mean 86,71
standar deviasi 1,649 standar eror 00,400 dan nilai min-max 85-90, dan setelah diberi intervensi mean 92,82 standar
deviasi 2,856 standar eror 0,693 dan nilai min-max 88-97. Hasil uji statistik menggunakan t-dependen didapat nilai p-
value 0.000 (α<0.05).
Simpulan : Hasil penelitian ini terdapat pengaruh posisi CKD Dan PLB Terhadap Tingkat Sesak Nafas Pada Pasien
PPOK.
Saran: Dapat dijadikan standar operasional penatalaksanaan pasien dengan PPOK sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan cara memberikan posisi CKD dan PLB.
Kata Kunci: Pursed Lips Breathing; Condong Kedepan; Sesak Nafas; PPOK
389
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.4, Desember 2019: 389-394
Pengaruh posisi condong kedepan dan terapi pursed lips breathing terhadap derajat sesak napas
penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Usastiawaty Cik Ayu Saadiah Isnainy1 Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Malahayati.
Email: usastiawatycasi@gmail.com
Sekardhyta Ayuning Tias2* RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. *Email: sekara459@gmail.com
390
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.4, Desember 2019: 389-395
Pengaruh posisi condong kedepan dan terapi pursed lips breathing terhadap derajat sesak napas
penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Sesak napas menjadi masalah utama pada rongga mulut lebih positif. Tekanan posistif ini akan
PPOK dan sebagai alasan penderita mencari menjalar ke dalam saluran napas yang menyempit
pengobatan. Sesak napas bersifat persisten serta dan bermanfaat untuk mempertahankan saluran
progresif dan juga sebagai penyebab napas untuk tetap terbuka. Dengan terbukanya
ketidakmampuan penderita untuk melakukan saluran napas, maka udara dapat ke luar dengan
aktivitas. Gejala sesak napas harus dievaluasi mudah melalui saluran napas yang menyempit
secara rutin pada setiap penderita PPOK. Sesak serta dengan mudah erpengaruh pada kekuatan
napas biasanya dinilai dengan menghitung fungsi otot pernapasan untuk mengurangi sesak napas
paru dengan cara spirometri, namun untuk menilai (Alsaggaf, Seeni, Delaney, Williams, & Gutierrez,
sesak napas pada penderita PPOK dapat juga 2017).
digunakan kuesioner Modified Medical Research Selain PLB terapi lainnya yang dapat
Council scale (MMRC scale) (Anwar, Chan, & digunakan adalah memberikan posisi condong
Basyar, 2012). kedepan (CKD) untuk mengurangi sesak, Posisi
Sesak napas atau Dispnea dimana keadaan CKD akan meningkatkan otot diafragma dan otot
sulit bernapas dan merupakan gejala utama dari interkosta eksternal pada posisi kurang lebih 45
penyakit kardiopulmonal. Seseorang yang derajat. Otot diafragma merupakan otot utama
mengalami sesak napas sering mengeluh inspirasi dan otot interkosta eksternal juga
napasnya menjadi pendek atau merasa tercekik merupakan otot inspirasi. Otot diafragma yang
(Laksana, & Berawi, 2015). berada pada posisi 45 derajat menyebabkan gaya
Obstruksi saluran napas perifer secara grafitasi bumi bekerja cukup adekuat pada otot
progresif menyebabkan udara terperangkap utama inspirasi tersebut dibandingkan posisi duduk
selama ekspirasi dan mengakibatkan hiperinflasi. atau setengah duduk. Gaya grafitasi bumi yang
Hiperinflasi menurunkan kapasitas inspirasi (KI) bekerja pada otot diafragma memudahkan otot
dan peningkatan kapasitas residu fungsional (KRF) tersebut berkontraksi bergerak ke bawah
selama latihan dan kelainan ini dikenal sebagai memperbesar volume rongga toraks dengan
hiperinflasi dinamik (Seraswati, 2017). menambah panjang vertikalnya. Begitu juga
Penyakit paru obstruksi kronik sering dikaitkan dengan otot interkosta eksternal, gaya grafitasi
dengan gejala ekserbasi akut. Pasien PPOK bumi yang bekerja pada otot tersebut
dikatakan mengalami ekserbasi akut bila kondisi mempermudah iga terangkat keluar sehingga
pasien mengalami perburukan yang bersifat akut semakin memperbesar rongga toraks dalam
dari kondisi sebelumnya yang stabil dan dengan dimensi anteroposterior (Khasanah, & Maryoto,
variasi gejala harian normal sehingga penyebab 2016).
ekserbasi akut ini biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri atau virus), bronkospasme, polusi udara METODE PENELITIAN
atau obat golongan sedatif. Sekitar sepertiga Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan
penyebab ekserbasi akut dapat ditandai dengan menggunakan desain Quasi Eksperimental dengan
gejala yang khas, seperti sesak nafas yang pendekatan one group pretest – posttest design.
semakin bertambah, batuk produktif dengan Penelitian ini sudah lulus kelaikan etik dari Komisi
perubahan volume atau purulensi sputum, atau Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Universitas
dapat juga memberikan gejala yang tidak khas Malahayati dan dilaksanakan pada Juli 2019 di
seperti malaise, fatigue, dan gangguan susah tidur Ruang Melati RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
(Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati, Populasi sebanyak 93 responden yang mengalami
2009). PPOK dan sampel sebanyak 17 responden. Teknik
PLB sebagai latihan pernapasan yang sampling dengan purposive sampling. Cara
menekankan pada proses ekspirasi yang dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan data
secara tenang dan rileks dengan tujuan untuk primer yaitu pasien yang mengalami sesak nafas
mempermudah proses pengeluaran udara yang pada penderita PPOK menggunakan pulse
terjebak oleh saluran napas. Melalui teknik ini, oxymeter dan dimasukan kedalam lembar
maka udara yang ke luar akan dihambat oleh observasi. Setelah lembar observasi dikumpulkan,
kedua bibir, yang menyebabkan tekanan dalam dilakukan pengolahan data.
Usastiawaty Cik Ayu Saadiah Isnainy1 Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Malahayati.
Email: usastiawatycasi@gmail.com
Sekardhyta Ayuning Tias2* RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. *Email: sekara459@gmail.com
391
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.4, Desember 2019: 389-395
Pengaruh posisi condong kedepan dan terapi pursed lips breathing terhadap derajat sesak napas
penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Melakukan pengkajian dan observasi sesak exercise berupa nafas atau inspirasi melalui hidung
nafas pasien PPOK dengan cara mengukur SpO2 selama 2-3 detik diikuti ekspirasi secara perlahan
dengan menggunakan pulse oxymeter kemudian melalui mulut minimal waktu 2 kali inspirasi (4-6
dicatat ke dalam lembar observasi pada hari detik) dilakukan selama 30 menit dengan toleransi
pertama. Memposisikan pasien pada posisi duduk jeda istirahat selama 5 menit selama 3 kali(5
di kursi atau di tempat tidur dengan punggung intervensi, jeda waktu istirahat 5 menit, dilanjutkan
membungkuk ke depan membentuk sudut 135 5 menit ke 2 dan jeda waktu istirahat 5 menit,
derajat dan kepala serta lengan disangga atau kemudian 5 menit ke 3 dan waktu istirahat/selesai
diletakan di atas meja atau lengan ditopang kepala salama 5 menit) selanjutnya dilakukan pengukuran
atau lengan ditopang paha. Posisi tersebut SpO2 menggunakan pulse oxymeter. Melakukan
diberikan pada pasien yang mendapatkan oksigen pengkajian dan observasi sesak nafas pasien
dan obat bronkhodilator setelah 4 jam pemberian PPOK dengan cara mengukur SpO2 setelah diberi
obat tersebut dan tindakan posisi dilakukan selama terapi PLB dan CKD menggunakan pulse
10 menit. Sedangkan yang dimaksud dengan oxymeter.
tindakan PLB, adalah suatu tindakan breathing
HASIL
Tabel 1. Rata-Rata Kondisi Pernafasan Pasien PPOK Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi N=17
Rata-rata kondisi pernafasan pasien PPOK sebelum diberikan terapi CKD Dan PLB terhadap 17 responden,
dengan mean SpO2 pada responden sebesar 86,71 nilai SpO2 pada responden terendah sebesar 85 dan nilai
SpO2 pada responden tertinggi sebesar 90. Rata-rata kondisi pernafasan pasien PPOK sesudah diberikan terapi
CKD Dan PLB terhadap 17 responden, dengan mean SpO2 pada responden sebesar 92,82 nilai SpO2 pada
responden terendah sebesar 88 dan nilai SpO2 pada responden tertinggi sebesar 97.
Tabel 2. Pengaruh Posisi CKD Dan PLB Terhadap Tingkat Sesak Nafas N=17
Rata-rata kondisi pernafasan pasien PPOK meskipun tidak mengalami peningkatan yang
sebelum diberikan terapi CKD Dan PLB terhadap signifikan, terdapat 4 responden yang mengalami
17 responden, dengan mean SpO2 pada peningkatan SpO2 namun masih berada pada
responden sebesar 86,71 nilai SpO2 pada hipoksia ringan.
responden terendah sebesar 84 dan nilai SpO2
pada responden tertinggi sebesar 90. Dan sesudah PEMBAHASAN
diberikan terapi CKD Dan PLB dengan mean SpO2 Rata-Rata Kondisi Pernafasan Pasien PPOK
pada responden sebesar 92. Hasil uji statistik Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi
menggunakan tes-dependent didapat nilai p-value Penelitian ini sejalan dengan teori yang
0.000 artinya terdapat Pengaruh Posisi CKD Dan dikemukakan bahwa sesak nafas mengalami
PLB Terhadap Tingkat Sesak Nafas Pada Pasien kesulitan untuk bernafas sehingga menimbulkan
PPOK. Pada penelitian ini terdapat peningkatan sensasi yang tidak nyaman dan tidak
SpO2 pada responden yang mengalami PPOK, menyenangkan karena membutuhkan usaha
Usastiawaty Cik Ayu Saadiah Isnainy1 Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Malahayati.
Email: usastiawatycasi@gmail.com
Sekardhyta Ayuning Tias2* RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. *Email: sekara459@gmail.com
392
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.4, Desember 2019: 389-395
Pengaruh posisi condong kedepan dan terapi pursed lips breathing terhadap derajat sesak napas
penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
bernafas berlebihan (Kurniawati, 2012). Penyakit responden berada pada hipoksia ringan. Pendapat
Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dapat dicegah dan peneliti Pursed Lip Breathing (PLB) juga dapat
dapat diobati. Dengan karakteristik hambatan meningkatkan volume tidal dan mengurangi gejala
aliran udara menetap dan progresif yang disertai Air Trapping atau udara yang terjebak pada alveoli,
dengan peningkatan-peningkatan respon inflamasi mengurangi hiperinflasi, sehingga meningkatkan
kronis pada saluran napas dan paru terhadap ventilasi dan perfusi, serta menurunkan tingkat
partikel berbahaya (Tanto, Liwang, Hanifati, & kandungan PaCO2 dalam darah. Ukuran rongga
Pradipta, 2014). torak yang semakin kecil membuat tekanan intra
Pendapat peneliti penyebab sesak nafas alveolus semakin meningkat. Peningkatan tekanan
tersebut bukan hanya karena obstruksi pada intra alveolus yang melebihi tekanan atmosfir
bronkus atau bronkhospasme saja tapi lebih menyebabkan udara mengalir keluar dari paru.
disebabkan karena adanya hiperinflasi. Oleh Proses ventilasi yang meningkat pada pasien
karena itu pada penanganan PPOK tidak hanya PPOK yang diposisikan CKD akan meningkatkan
mengandalkan terapi farmakologi saja melainkan pengeluaran CO2 dan meningkatkan asupan
terapi non farmakologi juga merupakan hal penting oksigen ke dalam intra alveolus.
yang harus dilakukan untuk mengurangi sesak
nafas. Pada penelitian ini, saat dilakukan Pengaruh Posisi CKD Dan PLB Terhadap
pengukuran hari pertama nilai rata-rata sesak Tingkat Sesak Nafas
nafas berada pada skor 86,71, dan nilai min 85, Penelitian ini sejalan dengan teori bahwa
max 90, yang artinya responden berada pada Pursed lips breathing (PLB) dengan penekanan
ambang batas hipoksia ringan dan hipoksia pada saat ekspirasi bertujuan dalam memudahkan
sedang. Pendapat peneliti pada pasien yang pengeluaran udara air trapping atau udara yang
mengalami PPOK terjadi gangguan otot terjebak oleh saluran nafas. PLB dapat
pernapasan yang dipengaruhi kontraksi otot dan menghambat udara keluar dengan menggunakan
kekuatan otot pernapasan. Hilangnya daya elastis kedua bibir sehingga menyebabkan tekanan dalam
paru pada PPOK menyebabkan hiperinflasi dan rongga mulut menjadi lebih positif. Keberhasilan
obstruktif jalan napas kronik yang mengganggu PLB yaitu melakukan latihan dengan keadaan
proses ekspirasi sehingga volume udara yang santai (Bakti, & Dwi, 2015).
masuk dan keluar tidak seimbang serta terdapat Hasil penelitian dari 17 responden, pada
udara yang terjebak (air trapping). pengukuran pertama mengalami hipoksia ringan
Penelitian ini sejalan dengan teori bahwa PLB dan sedang, sedangkan pada pengukuran ke dua
sebagai latihan pernapasan yang menekankan keseluruhan responden mengalami peningkatan
pada proses ekspirasi yang dilakukan secara SpO2, sebanyak 6 responden mengalami
tenang dan rileks dengan tujuan untuk perubahan dari hipoksia menjadi normal, hal ini
mempermudah proses pengeluaran udara yang dapat disebabkan karena penyakit yang diderita
terjebak oleh saluran napas. Melalui teknik ini, dari responden tidak berada dalam hipoksia berat,
maka udara yang ke luar akan dihambat oleh sedangkan dari faktor usia tidak mempengaruhi
kedua bibir, yang menyebabkan tekanan dalam peningkatan SpO2 karena dalam penelitian ini usia
rongga mulut lebih positif. Tekanan positif ini akan responden keseluruhan lebih dari 45 tahun. Proses
menjalar ke dalam saluran napas yang menyempit ekspirasi secara normal merupakan proses
dan bermanfaat untuk mempertahankan saluran mengeluarkan nafas tanpa menggunakan energy.
napas untuk tetap terbuka. Dengan terbukanya PLB juga akan menyebabkan obstruksi jalan nafas
saluran napas, maka udara dapat ke luar dengan dihilangkan sehingga resistensi pernafasan
mudah melalui saluran napas yang menyempit menurun. Penurunan resistensi pernafasan akan
serta dengan mudah berpengaruh pada kekuatan memperlancar udara yang dihembuskan dan atau
otot pernapasan untuk mengurangi sesak napas dihirup. Sedangkan 7 responden mengalami
(Permadi, & Wahyudi, 2017). peningkatan SpO2 namun berada pada rentang
Pada penelitian ini, setelah diberikan posisi hipoksia ringan, dan 4 responden mengalami
PLB dan CKD nilai rata-rata sesak nafas berada peningkatan namun tidak signifikan, dan masih
pada skor 92,82 nilai min 88 max 97 yang artinya berada pada hipoksia sedang, hal ini disebabkan
Usastiawaty Cik Ayu Saadiah Isnainy1 Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Malahayati.
Email: usastiawatycasi@gmail.com
Sekardhyta Ayuning Tias2* RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. *Email: sekara459@gmail.com
393
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.4, Desember 2019: 389-395
Pengaruh posisi condong kedepan dan terapi pursed lips breathing terhadap derajat sesak napas
penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
karena faktor penyakit yang diderita oleh Anwar, D., Chan, Y., & Basyar, M. (2012).
responden, dan lama waktu menderita sakit. Hubungan derajat sesak napas penderita
Bernafas PLB selain ekspirasi dipaksa juga penyakit paru obstruktif kronik menurut
diperpanjang. Upaya memperpanjang ekspirasi kuesioner modified medical research council
akan mencegah udara dihembuskan secara scale dengan derajat penyakit paru obstruktif
spontan yang dapat berakibat paru kolap atau kronik. J Respir Indo. 2012; 32: 200, 7.
runtuh, dengan demikian dengan bernafas PLB
membantu mengeluarkan udara yang
Ariyani, D. R., Sarbini, D., & Yuliati, R. (2013).
terperangkap pada pasien PPOK sehingga CO2 di
paru dapat dikeluarkan. Hubungan antara status gizi dan pola makan
dengan fungsi paru pada pasien penyakit paru
SIMPULAN obstruktif 2. Kronik (PPOK) di balai besar
Rata-rata kondisi pernafasan pasien PPOK kesehatan paru masyarakat Surakarta.
sebelum diberikan terapi CKD Dan PLB terhadap
17 responden, dengan mean SpO2 pada Bakti, A. K., & Dwi, R. K. (2015). Pengaruh Pursed
responden sebesar 86,71 standar deviasi 1,649 Lip Breathing Exercise Terhadap Penurunan
standar eror 0,400. Rata-rata kondisi pernafasan Tingkat Sesak Napas Pada Penyakit Paru
pasien PPOK sesudah diberikan terapi CKD Dan Obstruksi Kronik (Ppok) Di Balai Besar
PLB terhadap 17 responden, dengan mean SpO2 Kesehatan Paru Masyarakat BBKPM
pada responden sebesar 92,82 standar deviasi Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas
2,856 standar eror 0,693. Hasil uji statistik
Muhammadiyah Surakarta).
menggunakan tes-dependent didapat nilai p-value
0.000 artinya terdapat Pengaruh Posisi CKD Dan
PLB Terhadap Tingkat Sesak Nafas dengan Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan
peningkatan rata-rata SpO2 90 menjadi 97 setelah medikal bedah: manajemen klinis untuk hasil
diberi intervensi. yang diharapkan. Elsevier (Singapore).
Usastiawaty Cik Ayu Saadiah Isnainy1 Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Malahayati.
Email: usastiawatycasi@gmail.com
Sekardhyta Ayuning Tias2* RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. *Email: sekara459@gmail.com
394
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.4, Desember 2019: 389-395
Pengaruh posisi condong kedepan dan terapi pursed lips breathing terhadap derajat sesak napas
penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Permadi, A. W., & Wahyudi, A. T. (2017). Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Pengaruh pursed lip breathing dan sustained Simadibrata, M., & Setiati, S. (2009). Buku Ajar
maximal inspiration terhadap peningkatkan Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta:
kekuatan otot pernapasan untuk mengurangi Interna Publishing, 310, 1973-1982.
keluhan sesak napas pada kasus kardio
respirasi. Interest: Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2). Takatelide, F. W., Kumaat, L. T., & Malara, R. T.
(2017). Pengaruh Terapi Oksigenasi Nasal
Purwanti, A. M. D., Hartoyo, M., & Wulandari, M. Prong Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen
(2016). Efektifitas tehnik relaksasi nafas dalam Pasien Cedera Kepala Di Instalasi Gawat
dan posisi tripod terhadap laju pernafasan Darurat Rsup Prof. Dr. RD Kandou
pasien PPOK di RS H. Soewondo Manado. Jurnal Keperawatan, 5(1).
Kendal. Karya Ilmiah.
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., & Pradipta, E. A.
(2014). Kapita selekta kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius, 329-30.
Usastiawaty Cik Ayu Saadiah Isnainy1 Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Malahayati.
Email: usastiawatycasi@gmail.com
Sekardhyta Ayuning Tias2* RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. *Email: sekara459@gmail.com
395