Jurnal Pancasila
Jurnal Pancasila
Jurnal Pancasila
Abdinur Batubara1, Dede Ramadhani2 , Febrikha Hajanah Triasti3 , Salsabila Ayu Pjt4, Syahbillah
Ahmad5
Pendidikan Tata Boga, Jurusan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
2022
Email : dederamadhani588@gmail.com
ABSTRAK
This study aims to find out and understand describing Pancasila-based character education
to make the younger generation better and love the country. This study uses a qualitative
approach method. The tools used are the results of observation and data analysis. From the
analysis it can be concluded that Pancasila-based character education is very important
because in developing appropriate characters and showing attitudes related to the values
contained in Pancasila, namely religious character values, social care, independence, national
spirit, tolerance, and discipline. Pancasila-based character education in the educational
process is carried out by developing character education through teaching and learning
activities.
The results of this paper conclude that the desired character is owned and implemented
byIndonesian citizens including: (1) Religious, (2) Honest, (3) Tolerance, (4) Discipline, (5)
Hard work, (6) Creative, ( 7) Independent, (8) Democratic, (9) Curiosity, (10) National Spirit,
(11) Love of the Motherland, (12) Respect for Achievement, (13) Friendly/Communicative,
(14) Love Peace, (15 ) Enjoy Reading, (16) Care for the Environment, (17) Social Care, &
(18) Responsibility. In addition, characters related to local wisdom include: Javanese culture
which always respects karma, respects parents and loves others and loves those who are
younger. There are noble cultural philosophies, including: sopogawenganggo, gemisetiti,
ngati-ngati, "AjiningDhiriGumantung Ana IngLathi", meaning that our self-esteem depends
on what we say, always respecting others. it means to be successful without having to make
other people suffer, Just value it, it means not to be arrogant, and you need to be humble.
Cultivating characters can be done by: 1) habituation; 2) exemplary; 3) make slogans or yells
about good things; 4) Don't educate character with words alone; and 5) Be ears and eyes for
what they are absorbing.
PENDAHULUAN
Pada dasarnya karakter akan nampak pada sikap dan perilaku seseorang. Karakter yang baik sangat
penting dimiliki oleh semua siswa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Namun pada
kenyataannya masih banyak siswa yang mempunyai karakter yang belum ideal. Tentu ini akan
menjadi permasalahan yang serius jika tidak segera dicarikan jalan keluar.
Sebagai bangsa indonesia tentu saja kita harus mempunyai karakter yang sesuai dengan nilai nilai
pancasila,. Pancasila merupakan dasar negara indonesia yang mempunyai nilai nilai yang relevan
untuk dijadikan pedoman dalam membentuk karater siswa.
Di dalam Pancasila ini terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung
di dalam limagaris besar dalam kehidupan berbangsa negara.Perjuangan dalam memperebutkan
kemerdekaan tak jua lepas dari nilai Pancasila. Sejakzaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasilatersebut.Indonesia hidup di dalam berbagai macam
keberagaman, baik itu suku, bangsa, budayadan agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam
suatu keutuhan. Menjadi kesatuan danbersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan
Pancasila dan semboyannya,Bhinneka Tunggal Ika. Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat
Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalamkehidupan bermasyarakat. Dan menjadikan Pancasila
sebagai landasan yang menyatukan seluruh rakyat indonesia.
DESKRIPSI KASUS/ISU
Contoh deskripsi kasus disekolah sd impres 064969 adalah adanya kesenjangan antara status sosial
di kelas 6a dengan kelas 6b. diantara dua kelas itu terlihat bahwa dikelas 6a banyak para siswa
siswinya memiliki handphone, serta aktif dalam belajar dan berisik dalam kelas saat mengadakan
pembelajaran. Sedangkan di kelas 6b siswa siswinya tidak banyak hanya 1 sampai 2 orang yang
memiliki handphone, serta saat melakukan pembelajaran tidak berisik, dan menurut apa yang dibilang
guru mereka.
Kemudian di kelas 6a siswa siswinya adalah kalangan menengah ke atas sedangkan di kelas 6b
siswa siswinya dikalangan menengah kebawah. Lalu di kelas 6a mereka mampu memproses/mengerti
suatu pembelajaran secara lancar. Sedangkan dikelas 6b siswa siswinya masih belum mampu
memproses/mengerti suatu pembelajaran dengan lancar.
SOLUSI
Solusi untuk kasus tersebut adalah sebaiknya dua kelas tersebut tidak membedakan kesenjangan
antara kelas 6a dengan kelas 6b. Dan seharusnya diantara kedua kelas itu setengah dari kelas 6a
masuk kekelas 6b dan begitu sebaliknya setengah kelas 6b masuk kekelas 6a,sehingga tidak ada lagi
kesenjangan kedua kelas tersebut.
TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
2. Mencari dan mengetahui informasi nilai-nilai pancasila yang diterapkan dalam sekolah tersebut
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi nilai-nilai pancasila yang di amati oleh
setiap informasi dari mengenai sekolah tersebut
MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis observasi ini diharapkan dapat memperkaya konsep dan teori tentang nilai-
nilai pancasila.
Dapat menambah ilmu pengetahuan secara praktis sebagi hasil dari pengamatan langsung
serta dapat memahami penerapan nilai pancasila yang diperoleh selama observasi di
lingkungan sekolah.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan secara umum.
2. Manfaat praktis
Secara praktis observasi ini diharapkan dapat dijadikan bahan refleksi dan evaluasi bagi
kehidupan pendidikan karakter maupun pendidikan ilmu dan dapat digunakan sebagai
panduan dalam mengelola dan mengembangkan serta meningkatkan nilai pancasila pada
Para Siswa dan memberikan semangat kepada siswa agar aktif dalam berbagai kegiatan
pembelajaran.
Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan bagi pembaca untuk memahami lebih lanjut
makna dari pancasila.
Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan dalam penanganan masalah, penanaman
nilai-nilai pancasila dalam lingkungan sekolah.
LUARAN
Diharapkan SD Inpres No.064969 Melalui Program Observasi ini mampu menjadi seseorang yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan dengan cara memperbaiki
mutu/kualitas diri, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, hingga penguasaan
teknologi, memberikan hasil karakter yang produktif, dll sehingga mutu/kualitas generasi muda tidak
hanya mengandalkan ilmu teori tetapi juga ilmu sikap atau karakter dalam kehidupan untuk
kedepannya.
KAJIAN PUSTAKA
JURNAL 1 :
Profil Pelajar Pancasila berdasarkan Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020- 2024 mengenai Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 yang berbunyi: “Pelajar
Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama:
beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong-
royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif”.
Seperti yang diberikan dalam Kaderanews.com (2020), Kemendikbud menetapkan 6 indikator dari
profil pelajar Pancasila. Adapun keenam indikator tersebut seperti tertuang dalam Restra Kemdikbud
(2020) dan dijelaskan kembali oleh Mendikbud (Kompas, 2020), diantaranya:
JURNAL 2 :
Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India. Ajaran Budha
bersumber pada kitab suci Tri Pitaka, yang terdiri atas tiga macam buku yaitu : Suttha Pitaka,
Abhidama Pitaka, dan Vinaya Pitaka. Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai
Nirwana dengan melalui Samadhi, dan setiap golongan berbeda kewajiban moralnya. Ajaran
Pancasyiila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles, yang
harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa atau awam.
Pancasila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya adalah sebagai
berikut :
a. Panatipada veramani sikhapadam samadiyani
Artinya : Jangan mencabut nyawa makhluk hidup atau “larangan membunuh”;
b. Dinna dana veramani shikapadam samadiyani
Artinya : Dilarang mencuri;
c. Kameshu micchacara veramani shikapadam samadiyani
Artinya : Janganlah berhubungan kelamin yang maksudnya dilarang berzina;
d. Musawada veramani shikapadam samadiyani
Artinya : Janganlah berkata palsu, atau dilarang berkata dusta; dan
e. Sura meraya masjja pamada tikana veramani
Artinya : Janganlah meminum minuman yang menghilangkan pikiran, yang maksudnya dilarang
minum minuman keras.
JURNAL 3 :
Pendidikan karakter bukan tentang apa yang ditulis guru dalam RPP, tetapi tentang apa yang
dilakukan dan diteladani oleh guru kepada siswa. Untuk itu harus diketahui melalui bagaimana kita
sebagai pendidik menawarkan pendidikan karakter kepada siswa agar dapat mencapai fungsi dan
tujuan Kaya Karsa. Gagasan lama yang masih relevan atau relevan lagi dengan kondisi saat ini adalah
gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa pengajaran (onderwijs) itu tidak lain dan tidak bukan
adalah salah satu bagian dari pendidikan di mana selain memberikan ilmu atau pengetahuan juga
memberi kecakapan (keterampilan) kepada anak-anak yang keduaduanya dapat berfaedah baik lahir
maupun batin. Pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada diri seseorang agar dapat
hidup sebagai individu dan masyarakat yang berguna di masa yang akan datang. Pendidikan adalah
upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran dan tubuh
anak yang tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak.
Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara disebut diengan konsep pendidikan sistem among yang
meliputi ing ngarsa sung tuladha (jika di depan memberi teladanmengandung nilai keteladanan,
pembimbingan dan pemanduan), ing madya mangun karsa (jika ditengahtengah atau sedang bersama-
JURNAL 4 :
Pendidikan untuk membangun karakter bukan barang baru untuk Indonesia. Pesan yang sangat jelas
mengenai pentingnya membentuk (membangun) karakter sudah disampaikan oleh W.R. Supratman
dalam lagu Indonesia Raya, ‟…Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya’. W.R
Supratman menempatkan pembangunan”jiwa”,sebelum pembangunan badan”,bukan sebaliknya.
Pembangunan karakter adalah pembangunan „jiwa” bangsa. Pendidikan karakter juga sebagai
perwujudan amanat yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945.Selain itu pendidikan karakter juga
sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa,”
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan Program Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 yang dituangkan dalam RAN
(Rencana Aksi Nasional)
Pendidikan Karakter (2010), ditegaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
JURNAL 5 :
Pendidikan karakter merupakan usaha untuk membangun masyarakat di Indonesia khususnya
pemuda, karena pemuda adalah pemimpin bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Apabila ingin
masa depan Indonesia cerah, maka bangun pengetahuan, keterampilan, dan karakter pemuda di era
sekarang. Nasionalisme adalah karkater yang wajib dimiliki oleh setiap masyarakat Indonesia, karena
karakter tersebut dapat menyatukan bangsa Indonesia sehingga mampu merdeka pada tahun 1945.
Pendidikan karakter yang diimplementasikan di sekolah yang menerapkan pendidikan Islam
menggunakan strategi agar peserta didik mampu memiliki karakter nasionalisme. Awalnya peserta
didik dikenalkan dengan karakter yang berdasarkan ajaran nabi Muhammad SAW dan kepribadian
bangsa Indonesia khususnya karakter nasionalisme dan juga dikenalkan tentang karakter buruk,
selanjutnya peserta didik dituntut untuk mencintai karakter-karakter yang baik tersebut khususnya
karakter nasionalisme.
Tahap selanjutnya peserta didik dituntut untuk mengaplikasikan karakter-karakter tersebut
khususnya karakter nasionalisme dengan selalu hidup rukun sesama teman, mengikuti upacara
bendera dan lain sebagainya. Tahap terakhir peserta didik dituntut untuk membiasakan tingkah laku
cinta terhadap tanah air di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat.
BUKU IV :
Disimpulkan bahwa, dasar (fundamental) adalah sesuatu yang diterima sebagai suatu kebenaran dan
keyakinan, yang selanjutnya disusun rumusan-rumusan aturan pokok dan aturan lainnya. Adapun asas
(prinsip) merupakan sesuatu yang bersifat aturan-aturan pokok yang berasal dari suatu dasar tertentu
untuk menuju suatu tujuan. Sedangkan landasan adalah suatu kata yang dapat dipakai sebagai
pengganti kata dasar atau alas.
Dalam penggalan kata pengantar Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat tanggal 1 Juli 1947 dalam
buku Tudjuh Bahan Pokok Indoktrinasi terbitan Dewan Pertimbangan Agung, bahwa lahirnya
Pancasila ini adalah buah stenografisch verslag dari pidato Bung Karno yang diucapkan dengan tidak
tertulis dahulu (voor de vuist) dalam sidang yang pertama pada tanggal 1 Juni 1945 ketika sidang
membicarakan “Dasar (Beginsel) Negara kita”, sebagai penjelmaan daripada angan-angannya. Sudah
barang tentu kalimat-kalimat dalam pidato yang tidak tertulis kurang sempurna susunannya.
Tetapi yang penting ialah ISINYA! (Soekarno, 1947). maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada: Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
Rakyat Indonesia (Naskah Persiapan UUD 1945 jilid I halaman 709 dalam Darmodiharjo dkk, 1983)
REFERENSI :
BUKU
1. https://law.uii.ac.id
2. https://luk.staff.ugm.ac.id
3. https://expert.uir.ac.id
4. https://vilep-poltekes.kemkes.go.id
5. https://digilib.uinsby.ac.id
JURNAL :
1. https://publikasi.undana.ac.id
2. https://jurnal-dikpora.jogjaprov.go.id
3. https://jptam.org
4. https://ejournal.unsri.ac.id
5. https://core.ac.uk
METODE PENELITIAN
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penghayatan nilai-nilai Pancasila (nilai dasar,
instrumental, dan praksis) sebagai ideologi negara dalam lingkungan sekolah. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif yang merupakan desain penelitian yang bersifat alamiah,dalam arti
peneliti tidak berusaha memanipulasi seting penelitian,melainkan melakukan studi terhadap suatu
fenomena. Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif adalah penelitian kualitatif umumnya
dipakai apabila peneliti tertarik untuk mengeksplorasi dan memahami satu fenomena sentral seperti
proses atau peristiwa.
PERTEMUAN 1:
PERTEMUAN II:
PERTEMUAN III:
NO PERTANYAAN SL SR KD TP
1 Sebagai umat beragama, saya melakukan
ibadah sesuai dengan agama yang saya peluk
2 Saya mengikuti upacara bendera
3 Apabila di tempat tinggal saya ada kegiatan
kerja bakti maka saya berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut
4 Dalam kehidupan sehari – hari saya
menghargai teman yang berbeda agama
5 Apabila saya berjanji kepada orang lain maka
saya akan menepatinya
6 Saya bangga menjadi bangsa Indonesia
7 Saya ikut aktif dalam kegiatan – kegiatan
kemanusiaan
8 Saya berdoa setiap mengawali dan mengakhiri
kegiatan
9 Saya berkata dan bertindak secara benar
sesuai fakta atau tidak berbohong
10 Saya tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain
11 Saya tidak bersikap semena – mena terhadap
orang lain
14
12 Apabila ada teman yang kesulitan dalam
belajar maka saya membantunya
13 Dalam setiap ulangan saya tidak mencontek
14 Apabila saya bersalah kepada orang lain maka
saya meminta maaf dan tidak mengulangi lagi
perbuatan tersebut
15 Jika ada teman yang sakit maka saya
mendoakannya agar segera sembuh
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Metode apa saja yang Bapak/Ibu berikan dalam
menyampaikan materi belajar agar semua peserta
didik dapat memahami/mengikuti pelajaran dengan
baik
16
8. Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan alat peraga
dalam proses pembelajaran?
Berdasarkan hasil dari angket yang telah diperiksa diatas dapat dilihat bahwa tingkat
kesadaran Para Siswa mengenai nilai-nilai pancasila yang di tanamkan pada diri mereka,
serta sikap kesadaran terhadap nilai-nilai pancasila pada diri mereka tergolong cukup baik,
dimana setelah kami memeriksa angket yang telah diisi oleh mereka kami mendapatkan hasil
respon yang sangat baik, kebanyakan dari mereka memberikan pernyataan yang bernilai
positif pada angket yang kami berikan, hal ini menunjukkan bahwa rasa kesadaran terhadap
nilai-nilai pancasila sudah cukup baik di implementasikan pada kehidupan sehari-hari. Tetapi,
walaupun dikatakan cukup baik, ada beberapa orang yang masih belum sepenuhnya sadar
akan nilai-nilai pancasila yang harus diamalkannya dalam kehidupannya tentu hal ini tidak
sesuai dengan pengamalan nilai-nilai pancasila yang harus kita terapkan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat kami simpulkan antara lain yaitu : Berbagai bentuk
kesadaran dalam mengamalkan Nilai-Nilai Pancasila diuraikan di atas dapat terwujud jika
didukung oleh berbagai faktor yang mendorong terciptanya warga negara yang memiliki
kesadaran berkonstitusi
SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu : Sebaiknya sebagai Para Siswa hendaknya
kita lebih mempelajari lagi tentang nilai-nilai pancasila untuk menumbuhkan sikap kesadaran
kita terhadap nilai-nilai dalam Pancasila, yang mana ini akan sangat berguna bagi kehidupan
kita sekarang maupun nanti.
( Dokumentasi, Rekapitulasi Lembar Wawancara dan Angket, Luaran Artikel Ilmiah, Surat
Izin Observasi )
PERTEMUAN 1:
PERTEMUAN II:
Hamidi, Jazim, dan Mustofa Lutfi, Civic Education, Antara Realitas Politik dan Implementa
si Hukumnya, Jakarta: Gramedia, 2010
Ismaun. Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara Indonesia.
Jacob (1999). Nilai-nilai Pancasila sebagai Orientasi Pengembangan IPTEK. Yogyakarta:
Interskip dosen-dosen Pancasila se Indonesia
Kaelan (1986). Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Riyanto, A, Teori Konstitusi, Bandung: Yapemdo, 2000.