Jurnal Pancasila

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 24

e-SSN : - Halaman : 1-24

ISSN : - Volume 1 Nomor 1 Tahun 2022

PANCASILA SEBAGAI DASAR PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SD


NEGERI INPES 064969

Abdinur Batubara1, Dede Ramadhani2 , Febrikha Hajanah Triasti3 , Salsabila Ayu Pjt4, Syahbillah
Ahmad5

Pendidikan Tata Boga, Jurusan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
2022

Email : dederamadhani588@gmail.com

ABSTRAK

This study aims to find out and understand describing Pancasila-based character education
to make the younger generation better and love the country. This study uses a qualitative
approach method. The tools used are the results of observation and data analysis. From the
analysis it can be concluded that Pancasila-based character education is very important
because in developing appropriate characters and showing attitudes related to the values
contained in Pancasila, namely religious character values, social care, independence, national
spirit, tolerance, and discipline. Pancasila-based character education in the educational
process is carried out by developing character education through teaching and learning
activities.
The results of this paper conclude that the desired character is owned and implemented
byIndonesian citizens including: (1) Religious, (2) Honest, (3) Tolerance, (4) Discipline, (5)
Hard work, (6) Creative, ( 7) Independent, (8) Democratic, (9) Curiosity, (10) National Spirit,
(11) Love of the Motherland, (12) Respect for Achievement, (13) Friendly/Communicative,
(14) Love Peace, (15 ) Enjoy Reading, (16) Care for the Environment, (17) Social Care, &
(18) Responsibility. In addition, characters related to local wisdom include: Javanese culture
which always respects karma, respects parents and loves others and loves those who are
younger. There are noble cultural philosophies, including: sopogawenganggo, gemisetiti,
ngati-ngati, "AjiningDhiriGumantung Ana IngLathi", meaning that our self-esteem depends
on what we say, always respecting others. it means to be successful without having to make
other people suffer, Just value it, it means not to be arrogant, and you need to be humble.
Cultivating characters can be done by: 1) habituation; 2) exemplary; 3) make slogans or yells
about good things; 4) Don't educate character with words alone; and 5) Be ears and eyes for
what they are absorbing.

Keywords: Character education, Elementary School Students, Globalization Era

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 1


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami mendeskripsikan pendidikan
karakter berbasisi pancasila untuk menjadikan generasi yang mudah menjadi lebih baik dan
cinta tanah air. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Alat yang
digunakan adalah hasil observasi dan analisis data. Dari analisis dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter berbasis pancasila sangat lah penting karena dalam pengembangan
karakter yang sesuai dan ditunjukkan sikap yang berkaitan dengn nilai nilai yang terkandung
dalam pancasila, yaitu nilai karakter yang religius, peduli sosial, kemandirian, semangat
berbangsa, toleransi, dan disiplin. Pendidikan karakter berbasis pancasila dalam proses
pendidikan dilakukan dengan pengembangan pendidikan karakter melalui kegitan belajar
mengajar.
Hasil tulisan ini menyimpulkan bahwa karakter dimiliki dan dilaksanakan oleh warga
Negara Indonesia yang diinginkan meliputi : : (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4)
Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10)
Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13)
Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan,
(17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab. Selain itu karakter yang berkaitan dengan
kearifan lokal meliputi : Budaya Jawa yang selalu menghormati tata karma, menghormati
orang tua dan mencintai sesama serta menyayangi kepada yang lebih muda. Ada falsafah
budaya yang luhur antara lain : sopo gawe nganggo, gemi setiti, ngati-ngati, “Ajining Dhiri
Gumantung Ana Ing Lathi”, artinya harga dari diri kita tergantung dari ucapan kita, selalu
menghormati orang lain, artinya berhasil tanpa harus membuat orang lain menderita, Nilai aja
dumeh, artinya jangan sampai sombong, dan perlu bersikap rendah hati.
Penanaman karakter dapat dilakukan dengan cara : 1) pembiasaan; 2) keteladanan; 3)
membuat slogan atau yel-yel tentang hal-hal yang baik; 4) Jangan mendidik karakter hanya
dengan kata-kata saja; dan 5) Jadilah telinga dan mata untuk apa yang sedang mereka serap.

Kata Kunci: Pendidikan karakter, Siswa Sekolah Dasar, Era Globalisasi

PENDAHULUAN
Pada dasarnya karakter akan nampak pada sikap dan perilaku seseorang. Karakter yang baik sangat
penting dimiliki oleh semua siswa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Namun pada
kenyataannya masih banyak siswa yang mempunyai karakter yang belum ideal. Tentu ini akan
menjadi permasalahan yang serius jika tidak segera dicarikan jalan keluar.
Sebagai bangsa indonesia tentu saja kita harus mempunyai karakter yang sesuai dengan nilai nilai
pancasila,. Pancasila merupakan dasar negara indonesia yang mempunyai nilai nilai yang relevan
untuk dijadikan pedoman dalam membentuk karater siswa.
Di dalam Pancasila ini terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung
di dalam limagaris besar dalam kehidupan berbangsa negara.Perjuangan dalam memperebutkan
kemerdekaan tak jua lepas dari nilai Pancasila. Sejakzaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasilatersebut.Indonesia hidup di dalam berbagai macam
keberagaman, baik itu suku, bangsa, budayadan agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam
suatu keutuhan. Menjadi kesatuan danbersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan
Pancasila dan semboyannya,Bhinneka Tunggal Ika. Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat
Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalamkehidupan bermasyarakat. Dan menjadikan Pancasila
sebagai landasan yang menyatukan seluruh rakyat indonesia.

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 2


Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman, wacana persatuan sebenarnya akan terus
mengikuti setiap langkah perjalanan Republik ini. Maka sangat rasional bila diperlukan
pemikiran besar sebagai jiwa pemersatu bangsa. Oleh Bung Karno dikatakan bahwa Pancasila
adalah philosofische grondslag yang menjadi landasan statis bagi kokohnya negara Indonesia dan
juga berfungsi sebagai acuan dinamis bagi gerak pembangunan dalam menggapai cita-cita
bangsa demi kesejahteraan bersama
Berbicara tentang pancasila, tentu berkaitan dengan nilai-nilai pancasila, butir-butirpancasila serta
pengamalan-pengamalannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, nilai-nilai pancasila memiliki
makna yang mendalam baik dari segi sejarah pembentukan danpengamalan. Pancasila menjadi dasar
negara yang juga Landasan untuk menuju cita-cita bangsadan untuk memotivasi bangsa dalam
mencapai cita-cita tersebut.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila sebagai ideologi Negara untuk mempersatukan bangsa sangatlah
penting. Masyarakat berbicara bahwa pancasila itu ideologi Negara kita. Namun, mereka hanya
sekedar mengetahui arti tanpa melaksanakan nilai-nilai pancasila.Kurikulum KKNI yang telah
diterapkan oleh Universitas Negeri Medan menuntut mahasiswanya untuk menyelesaikan 6
tugas pada satu semester, salah satunya yaitu “Mini Research”.
Maka dari itu Kami tertarik untuk mengobservasi sekolah SD SD Inpres No. 064969 ini, sehingga
Kami observasi dengan mengambil judul laporan “ Karakteristik Pancasila dalam lingkungan sekolah
SD Inpres No. 064969 ( Tinjauan Kurikulum ) ’’Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman,
wacana persatuan sebenarnya akan terus mengikuti setiap langkah perjalanan Republik ini.
Maka sangat rasional bila diperlukan pemikiran besar sebagai jiwa pemersatu bangsa. Oleh
Bung Karno dikatakan bahwa Pancasila adalah philosofische grondslag yang menjadi landasan statis
bagi kokohnya negara Indonesia dan juga berfungsi sebagai acuan dinamis bagi gerak
pembangunan dalam menggapai cita-cita bangsa demi kesejahteraan bersama

DESKRIPSI KASUS/ISU
Contoh deskripsi kasus disekolah sd impres 064969 adalah adanya kesenjangan antara status sosial
di kelas 6a dengan kelas 6b. diantara dua kelas itu terlihat bahwa dikelas 6a banyak para siswa
siswinya memiliki handphone, serta aktif dalam belajar dan berisik dalam kelas saat mengadakan
pembelajaran. Sedangkan di kelas 6b siswa siswinya tidak banyak hanya 1 sampai 2 orang yang
memiliki handphone, serta saat melakukan pembelajaran tidak berisik, dan menurut apa yang dibilang
guru mereka.
Kemudian di kelas 6a siswa siswinya adalah kalangan menengah ke atas sedangkan di kelas 6b
siswa siswinya dikalangan menengah kebawah. Lalu di kelas 6a mereka mampu memproses/mengerti
suatu pembelajaran secara lancar. Sedangkan dikelas 6b siswa siswinya masih belum mampu
memproses/mengerti suatu pembelajaran dengan lancar.

SOLUSI
Solusi untuk kasus tersebut adalah sebaiknya dua kelas tersebut tidak membedakan kesenjangan
antara kelas 6a dengan kelas 6b. Dan seharusnya diantara kedua kelas itu setengah dari kelas 6a
masuk kekelas 6b dan begitu sebaliknya setengah kelas 6b masuk kekelas 6a,sehingga tidak ada lagi
kesenjangan kedua kelas tersebut.

TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
2. Mencari dan mengetahui informasi nilai-nilai pancasila yang diterapkan dalam sekolah tersebut
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi nilai-nilai pancasila yang di amati oleh
setiap informasi dari mengenai sekolah tersebut

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 3


4. Untuk mengetahui seberapa besar kesadaran Para Siswa yang belajar tentang nilai-nilai pancasila
yang di tanamkan pada diri mereka.
5. Untuk mengetahui besar pengaruh pancasila terhadap hasil mini research yang telah dilakukan.
6. Membantu membangun relasi yang luas serta pengalaman pada siswa siwi di sekolah tersebut.

MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
 Secara teoritis observasi ini diharapkan dapat memperkaya konsep dan teori tentang nilai-
nilai pancasila.
 Dapat menambah ilmu pengetahuan secara praktis sebagi hasil dari pengamatan langsung
serta dapat memahami penerapan nilai pancasila yang diperoleh selama observasi di
lingkungan sekolah.
 Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan secara umum.

2. Manfaat praktis
 Secara praktis observasi ini diharapkan dapat dijadikan bahan refleksi dan evaluasi bagi
kehidupan pendidikan karakter maupun pendidikan ilmu dan dapat digunakan sebagai
panduan dalam mengelola dan mengembangkan serta meningkatkan nilai pancasila pada
Para Siswa dan memberikan semangat kepada siswa agar aktif dalam berbagai kegiatan
pembelajaran.
 Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan bagi pembaca untuk memahami lebih lanjut
makna dari pancasila.
 Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan dalam penanganan masalah, penanaman
nilai-nilai pancasila dalam lingkungan sekolah.

LUARAN
Diharapkan SD Inpres No.064969 Melalui Program Observasi ini mampu menjadi seseorang yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan dengan cara memperbaiki
mutu/kualitas diri, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, hingga penguasaan
teknologi, memberikan hasil karakter yang produktif, dll sehingga mutu/kualitas generasi muda tidak
hanya mengandalkan ilmu teori tetapi juga ilmu sikap atau karakter dalam kehidupan untuk
kedepannya.

KAJIAN PUSTAKA
JURNAL 1 :
Profil Pelajar Pancasila berdasarkan Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020- 2024 mengenai Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 yang berbunyi: “Pelajar
Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama:
beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong-
royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif”.
Seperti yang diberikan dalam Kaderanews.com (2020), Kemendikbud menetapkan 6 indikator dari
profil pelajar Pancasila. Adapun keenam indikator tersebut seperti tertuang dalam Restra Kemdikbud
(2020) dan dijelaskan kembali oleh Mendikbud (Kompas, 2020), diantaranya:

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 4


a. Beriman bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
Peserta didik yang beriman, bertakwa kepada TME, dan memiliki akhlak yang luhur merupakan
peserta didik yang mempunyai akhlak dalam berhubungan dengan Tuhan YME. Dia mengetahui
ajaran agama serta keyakinannya dan menggunakan pengetahuannya tersebut dalam kehidupan
sehar-hari. Pelajar Pancasila memahami maksud moralitas, keadilan sosial, spiritualitas, memiliki
kecontaan terhadap agama, manusia dan alam. Ada lima unsur utama dari beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, dan akhlak yang baik: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi, (c) akhlak
kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak negara.
b. Berkebhinekaan global
Peserta didik menjaga budaya bangsa, budaya lokal dan jati dirinya, serta menjaga sikap terbuka
dalam menjalin hubungan dnegan budaya lain sebagai upaya menciptakan perasaan menghormati
serta tidak menutup peluang bagi mereka untuk membentuk budaya luhur yang positif yang tidak
bertolak belakang dnegan budaya luhur bangsa. Kebhinekaan global merupakan suatu rasa
menghargai terhadap keberagaman dan bertoleransi terhadap perbedaan.
Hal ini berarti dapat menerima perbedaan, tanpa merasa dihakimi, tanpa merasa menghakimi,
atau merasa diri dan kelompoknya lebih baik dari kelompok lain. Bukan hanya di skala Indonesia,
sebagai negara mereka tapi juga di skala dunia. Unsur serta kunci kebhinekaan global termasuk
pemahaman dan penghormatan terhadap budaya, kemampuan untuk berkomunikasi lintas budaya
dalam interaksi dengan orang lain, dan refleksi serta tanggung jawab untuk pengalaman
keberagaman.
c. Bergotong royong
Peserta didik yang mempunyai kemampuan untuk bekerjasama, yaitu kompetensi dalam
melaksanakan kegiatan dengan tulus dan ikhlas sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat
terlaksana dengan lancar, mudah dan ringan. Pelajar Pancasila tahu bagaimana bekerjasama.
Bagaimana berkolaborasi dan bekerjasama dengan temannya. Sebab tak ada pekerjaan, dan
kegiatan yang tak memerlukan kerjasama, tak memerlukan kolaborasi apalagi di masa indutrsi
4.0. Sekarang ini, sangat penting untuk bekerjasama di masa Industri 4.0. Unsurunsur dari gotong
royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
d. Mandiri
Peserta didik di Indonesia adalah siswa yang mandiri, yaitu siswa yang mempunyai tanggung
jawab atas proses dan hasil belajarnya. Unsur utama dari mandiri meliputi pemahaman diri dan
kondisi yang sedang dialami serta pengaturan diri.
e. Bernalar kritis
Peserta didik dengan penalaran kritis dapat secara objektif mengolah informasi secara kualitatif
dan kuantitatif, menjalin hubungan dnegan berbagai informasi, menganalisis informasi,
mengevaluasi dan menarik kesimpulan. Unsur-unsur dari bernalar kritis adalah memperoleh dan
memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksikan
pemikiran dan proses berpikir, dan membuat keputusan.
f. Kreatif
Peserta didik yang kreatif dapat memodifikasi dan membuat hal-hal yang orisinal, bermakna,
berguna, dan berpengaruh.

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 5


Pelajar Pancasila mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan maslaah serta mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan sesuatu secara pro aktif dan mandiri guna mendapatkan metode-
metode inovatif lain yang berbeda setiap harinya. Unsur utama dari kreatif termasuk menciptakan
ide orisinal dan membuat karya dan tindakan yang orisinal.

JURNAL 2 :
Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India. Ajaran Budha
bersumber pada kitab suci Tri Pitaka, yang terdiri atas tiga macam buku yaitu : Suttha Pitaka,
Abhidama Pitaka, dan Vinaya Pitaka. Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai
Nirwana dengan melalui Samadhi, dan setiap golongan berbeda kewajiban moralnya. Ajaran
Pancasyiila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles, yang
harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa atau awam.
Pancasila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya adalah sebagai
berikut :
a. Panatipada veramani sikhapadam samadiyani
Artinya : Jangan mencabut nyawa makhluk hidup atau “larangan membunuh”;
b. Dinna dana veramani shikapadam samadiyani
Artinya : Dilarang mencuri;
c. Kameshu micchacara veramani shikapadam samadiyani
Artinya : Janganlah berhubungan kelamin yang maksudnya dilarang berzina;
d. Musawada veramani shikapadam samadiyani
Artinya : Janganlah berkata palsu, atau dilarang berkata dusta; dan
e. Sura meraya masjja pamada tikana veramani
Artinya : Janganlah meminum minuman yang menghilangkan pikiran, yang maksudnya dilarang
minum minuman keras.

JURNAL 3 :
Pendidikan karakter bukan tentang apa yang ditulis guru dalam RPP, tetapi tentang apa yang
dilakukan dan diteladani oleh guru kepada siswa. Untuk itu harus diketahui melalui bagaimana kita
sebagai pendidik menawarkan pendidikan karakter kepada siswa agar dapat mencapai fungsi dan
tujuan Kaya Karsa. Gagasan lama yang masih relevan atau relevan lagi dengan kondisi saat ini adalah
gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa pengajaran (onderwijs) itu tidak lain dan tidak bukan
adalah salah satu bagian dari pendidikan di mana selain memberikan ilmu atau pengetahuan juga
memberi kecakapan (keterampilan) kepada anak-anak yang keduaduanya dapat berfaedah baik lahir
maupun batin. Pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada diri seseorang agar dapat
hidup sebagai individu dan masyarakat yang berguna di masa yang akan datang. Pendidikan adalah
upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran dan tubuh
anak yang tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak.
Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara disebut diengan konsep pendidikan sistem among yang
meliputi ing ngarsa sung tuladha (jika di depan memberi teladanmengandung nilai keteladanan,
pembimbingan dan pemanduan), ing madya mangun karsa (jika ditengahtengah atau sedang bersama-

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 6


sama menyumbangkan gagasan, dan bermakna peserta didik didorong untuk mengembangkan karsa
atau gagasannya-mengandung nilai kreativitas dan pengembangan gagasan serta dinamisasi
pendidikan) dan tut wuri handayani (jika dibelakang menjaga agar tujuan pendidikan tercapai dan
peserta didik diberi motivasi serta diberi dukungan psikologis untuk mencapai tujuan pendidikan
mengandung nilai memantau, melindungi, merawat, menjaga, memberikan penilaian dan saran-saran
perbaikan, sambil memberikan kebebasan untuk bernalar dan mengembangkan karakter peserta didik)
sebenarnya sarat akan nilai-nilai karakter.

JURNAL 4 :
Pendidikan untuk membangun karakter bukan barang baru untuk Indonesia. Pesan yang sangat jelas
mengenai pentingnya membentuk (membangun) karakter sudah disampaikan oleh W.R. Supratman
dalam lagu Indonesia Raya, ‟…Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya’. W.R
Supratman menempatkan pembangunan”jiwa”,sebelum pembangunan badan”,bukan sebaliknya.
Pembangunan karakter adalah pembangunan „jiwa” bangsa. Pendidikan karakter juga sebagai
perwujudan amanat yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945.Selain itu pendidikan karakter juga
sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa,”
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan Program Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 yang dituangkan dalam RAN
(Rencana Aksi Nasional)
Pendidikan Karakter (2010), ditegaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

JURNAL 5 :
Pendidikan karakter merupakan usaha untuk membangun masyarakat di Indonesia khususnya
pemuda, karena pemuda adalah pemimpin bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Apabila ingin
masa depan Indonesia cerah, maka bangun pengetahuan, keterampilan, dan karakter pemuda di era
sekarang. Nasionalisme adalah karkater yang wajib dimiliki oleh setiap masyarakat Indonesia, karena
karakter tersebut dapat menyatukan bangsa Indonesia sehingga mampu merdeka pada tahun 1945.
Pendidikan karakter yang diimplementasikan di sekolah yang menerapkan pendidikan Islam
menggunakan strategi agar peserta didik mampu memiliki karakter nasionalisme. Awalnya peserta
didik dikenalkan dengan karakter yang berdasarkan ajaran nabi Muhammad SAW dan kepribadian
bangsa Indonesia khususnya karakter nasionalisme dan juga dikenalkan tentang karakter buruk,
selanjutnya peserta didik dituntut untuk mencintai karakter-karakter yang baik tersebut khususnya
karakter nasionalisme.
Tahap selanjutnya peserta didik dituntut untuk mengaplikasikan karakter-karakter tersebut
khususnya karakter nasionalisme dengan selalu hidup rukun sesama teman, mengikuti upacara
bendera dan lain sebagainya. Tahap terakhir peserta didik dituntut untuk membiasakan tingkah laku
cinta terhadap tanah air di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 7


BUKU 1 : PENGERTIAN DAN ARTI PENTING IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA
Ideologi merupakan sebuah konsep yang selalu menarik untuk dikaji karena akan menyentuh
persoalan-persoalan yang fundamental danaktual. Fundamental karena hampirsemua bangsa dan
seluruh hidup dan kehidupannya tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh ideologi. Aktual karena
pembicaraan, diskusi dan kajian terhadap ideologi tidak pernah usang dan ketinggalan jaman. Oleh
karena itu, setiap individu seyogyanya mengerti dan memahami arti, fungsi, dan karakteristik
ideologi. Pemahaman dan pengertian ini tidak hanya terbatas pada ideologi yang diyakini
kebenarannya, tetapi juga yang diyakini orang lain.
Meskipun demikian ideologi boleh dikatakan sebagai konsep yang paling kontroversial dalam
perkembangan pemikiran politik di negara dan kalangan masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat
bahkan dari kalangan akademis lebih suka jika menghindari pembicaran politik dan perdebatan
ideologi. Seiringdengangerakanreformasidanglobalisai, kesadaran akan pentingnya dan strategisnya
ideologi harus ditumbuhkembangkan di kalangan generasi muda pada umumnya, para mahasiswa
pada khususnya. Secara filosofis maupun konseptual, ideologi memiliki peran dan fungsi yang
strategis dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Hams disadari bahwa tanpa
ideologi yang mantap dan berakar pada nilai-nilai budaya sendiri, suatu bangsa akan mengalami
hambatan dalam mencapai cita-citanya.
Pentingnya ideologi dapat dilihat dari kehidupan politik praktis, di mana setiap partai politik yang
ada memiliki platform yang jelas. Platform inilah yang merupakan refleksi atau implemetasi dari
ideologi. Secara etimologis, ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani ideos yang berarti bentuk atau idein
yang berarti melihat, sedangkan logos berarti ilmu. Dengan demikian ideologi berarti ilmu pengertian-
pengertian dasx ide-ide (the science of ideas) atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Ide
dapat di artikan cita-cita yang bersifat tetap dan yang hams dicapai.
Dengan demikian cita-cita ini pada hakikatnya merupakan dasar, pandangan atau faham yang
diyakini kebenarannya. Secara terminologis, ideologi adalah keseluruhan prinsip atau norma yang
berlaku dalam suatu masyarakat yang meliputi berbagai aspek, seperti sosial-politik, ekonomi,
budaya, dan hankam. Di sini ideologi berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan kehidupan
kenegaraan.

BUKU II : KONSEP PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA


Masih ingatkah Anda, apa yang dimaksud dengan ideologi? Mungkin Anda pernah membaca atau
mendengar pengertian ideologi. Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita; dan logos yang berarti ilmu. Ideologi secara etimologis, artinya ilmu
tentang ideide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi didefinisikan sebagai kumpulan konsep bersistem
yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Ideologi
juga diartikan sebagai cara berpikir seseorang atau suatu golongan. Ideologi dapat diartikan paham,
teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:
517). Dalam pengertian tersebut, Anda dapat menangkap beberapa komponen penting dalam sebuah
ideologi, yaitu sistem, arah, tujuan, cara berpikir, program, sosial, dan politik.

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 8


BUKU III : PANCASILA DASAR NEGARA
Pancasila merupakan dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, dasar
negara merupakan tempat bergantung atau dengan kata lain pancasila adalah sumber dari konstitusi
negara. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia menjadi sumber norma bagi UUD 1945 sebagai
konstitusi negara. Pengertian sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat pembukaan UUD
1945 dan sebagaimana tertuang dalam memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang menandaskan
pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas
nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara republik Indonesia . memorandum DPR-GR itu disahkan
pula oleh MPRS dengan ketetapan No.XX/ MPRS/ 1966.
Ketetapan MPRS No.V/ MPR/ 1973 dan ketetapan MPR No.IX/ MPR/ 1978 yang menegaskan
kedudukan pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum
Indonesia. Inilah sifat dasar pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara
(philosophische grondslaag) republik Indonesia.
Pancasila yang terkandung dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan
sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai
penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.
Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: Kehendak untuk bersatu (le desir d’etre
ensemble )dan memahami pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa pancasila merupakan
sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua
golongan dan lapisan masyarakat. Maka pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi
keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan.
Penetepan pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapus perbedaan (indifferentism) , tetapi
merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam slogan
“Bhinneka Tunggal Ika”.

BUKU IV :
Disimpulkan bahwa, dasar (fundamental) adalah sesuatu yang diterima sebagai suatu kebenaran dan
keyakinan, yang selanjutnya disusun rumusan-rumusan aturan pokok dan aturan lainnya. Adapun asas
(prinsip) merupakan sesuatu yang bersifat aturan-aturan pokok yang berasal dari suatu dasar tertentu
untuk menuju suatu tujuan. Sedangkan landasan adalah suatu kata yang dapat dipakai sebagai
pengganti kata dasar atau alas.
Dalam penggalan kata pengantar Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat tanggal 1 Juli 1947 dalam
buku Tudjuh Bahan Pokok Indoktrinasi terbitan Dewan Pertimbangan Agung, bahwa lahirnya
Pancasila ini adalah buah stenografisch verslag dari pidato Bung Karno yang diucapkan dengan tidak
tertulis dahulu (voor de vuist) dalam sidang yang pertama pada tanggal 1 Juni 1945 ketika sidang
membicarakan “Dasar (Beginsel) Negara kita”, sebagai penjelmaan daripada angan-angannya. Sudah
barang tentu kalimat-kalimat dalam pidato yang tidak tertulis kurang sempurna susunannya.
Tetapi yang penting ialah ISINYA! (Soekarno, 1947). maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada: Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
Rakyat Indonesia (Naskah Persiapan UUD 1945 jilid I halaman 709 dalam Darmodiharjo dkk, 1983)

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 9


BUKU V : DASAR ONTOLOGI PANCASILA
Dasar ontologi Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu
monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung
pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.
Hal itu dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya
adalah manusia.
Selanjutnya Pancasila sebagai dasar fi lsafat negara Republik Indonesia memiliki susunan lima sila
yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan, serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak,
yaitu berupa sifat kodrat monodualis, sebagai makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk
sosial. Disamping itu, kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri, sekaligus sebagai
makhluk Tuhan. Konsekuensinya, segala aspek dalam penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai-nilai
Pancasila yang merupakan suatu kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dasar yang mutlak berupa
sifat kodrat manusia yang monodualis tersebut. Kemudian, seluruh nilai-nilai Pancasila tersebut
menjadi dasar rangka dan jiwa bagi bangsa Indonesia. Hal itu berarti bahwa dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai-nilai Pancasila. Seperti bentuk
negara, sifat negara, tujuan negara, tugas/kewajiban negara dan warga negara, sistem hukum, moral
negara, serta segala aspek penyelenggaraan negara lainnya.

REFERENSI :
BUKU
1. https://law.uii.ac.id
2. https://luk.staff.ugm.ac.id
3. https://expert.uir.ac.id
4. https://vilep-poltekes.kemkes.go.id
5. https://digilib.uinsby.ac.id

JURNAL :
1. https://publikasi.undana.ac.id
2. https://jurnal-dikpora.jogjaprov.go.id
3. https://jptam.org
4. https://ejournal.unsri.ac.id
5. https://core.ac.uk

METODE PENELITIAN

IDENTITAS PELAKSANAAN MINI RISET


Nama Sekolah : SD INPRESS No.064969
Alamat Sekolah : Jl. Seser No.33, Sidorejo Hilir, Kec. Medan Tembung, Kota Medan,
Sumatera Utara 2022

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 10


00
0
Waktu Pelaksanaan :
 PERTEMUAN PERTAMA : Sabtu, 22 Oktober 2022 pukul 08.00-selesai
 PERTEMUAN KEDUA : Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 08.00-selesai
 PERTEMUAN KETIGA : Sabtu, 05 November 2022 pukul 08.00-selesai

ALASAN PEMILIHAN LOKASI


Alasan kelompok kami memilih lokasi tersebut adalah sesuai dengan tujuan mini riset yang kami
lakukan serta dekat dengan area kampus (UNIMED) dan sekolah tersebut dengan lapang hati
mengizinkan & menyambut kami untuk mengadakan Mini Riset.

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERSIAPKAN


Alat dan bahan yang dimaksud dalam hal ini adalah segala peralatan maupun bahan habis pakai
yang digunakan oleh praktikan dalam mengumpulkan dan menganalisis data-data yang diperoleh dari
objek penelitian selama proses praktek lapangan. Adapun alat dan bahannya yakni sebagai berikut:
 Kertas Double Folio Bergaris
Kertas double folio bergaris merupakan bahan habis pakai yang digunakan sebagai tempat
untuk menuliskan informasi-informasi yang diperoleh dari para responden untuk kemudian
dianalisis. Selain itu, kertas double folio bergaris ini juga digunakan praktikan dalam menuliskan
laporan sementara selama proses praktek lapangan.
 Pulpen/Pensil
Pulpen/pensil merupakan bahan habis pakai yang digunakan untuk menulis informasi-informasi
maupun data-data yang diperoleh dari objek penelitian.
 Kamera
Kamera merupakan alat yang digunakan sebagai sarana untuk mengambil gambar-gambar (yang
berupa foto-foto) pada saat paktek lapangan berlangsung, sebagai bahan dokumentasi untuk item
yang diperlukan dalam penyusunan laporan pratek lapang.
 Alat rekam
Sebagai media yang digunakaan untuk mengumpulkan setiap hasil wawancara terhadap para
responden.

DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penghayatan nilai-nilai Pancasila (nilai dasar,
instrumental, dan praksis) sebagai ideologi negara dalam lingkungan sekolah. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif yang merupakan desain penelitian yang bersifat alamiah,dalam arti
peneliti tidak berusaha memanipulasi seting penelitian,melainkan melakukan studi terhadap suatu
fenomena. Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif adalah penelitian kualitatif umumnya
dipakai apabila peneliti tertarik untuk mengeksplorasi dan memahami satu fenomena sentral seperti
proses atau peristiwa.

METODE PENGUMPULAN DATA


Metode Pengumpulan Data yang digunakan dalam pengumpulan data mini riset ini adalah dengan
menyebar angket yang berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kesadaran terhadap nilai
Pancasila yang terdiri dari 43 penyataan.

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 11


HASIL MINI RISET

PERTEMUAN 1:

PERTEMUAN PERTAMA : Sabtu, 22 Oktober 2022 pukul 08.00-selesai


(Kami mengajarkan Nilai-Nilai Pancasila di Kelas 6 B)

PERTEMUAN II:

PERTEMUAN KEDUA : Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 08.00-selesai


( Kami mengajarkan Nilai-Nilai Pancasila Pada Siswa Kelas 6A )

PERTEMUAN III:

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 12


PERTEMUAN KETIGA : Sabtu, 05 November 2022 pukul 08.00-selesai
( Kami mengajarkan Nilai-Nilai Pancasila dan Memberikan Soal Mengenai Materi yang telah
kami ajarkan kepada mereka semua )

DOKUMENTASI PARA SISWA MENGERJAKAN ANGKET

DOKUMENTASI BERSAMA BEBERAPA PIHAK SEKOLAH TEMPAT KAMI


OBSERVASI

DOKUMENTASI PADA SAAT MENGAJAR

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 13


ANGKET KARAKTER SISWA
NAMA :
NOMOR ABSEN :
KELAS :

PETUNJUK PENGISISAN ANGKET :


1. Isilah identitas anda dengan benar
2. Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan
3. Jawablah semua pertanyaan dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom yang
tersedia
4. Jawablah semua pertanyaan dengan keadaan yang sebenarnya, karena hasil penelitian ini
tidak akan mempengaruhi nilai pelajaran saudara
5. Semua jawaban yang saudara berikan adalah benar jika sesuai dengan keadaan
sebenarnya
KETERANGAN :
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah

NO PERTANYAAN SL SR KD TP
1 Sebagai umat beragama, saya melakukan
ibadah sesuai dengan agama yang saya peluk
2 Saya mengikuti upacara bendera
3 Apabila di tempat tinggal saya ada kegiatan
kerja bakti maka saya berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut
4 Dalam kehidupan sehari – hari saya
menghargai teman yang berbeda agama
5 Apabila saya berjanji kepada orang lain maka
saya akan menepatinya
6 Saya bangga menjadi bangsa Indonesia
7 Saya ikut aktif dalam kegiatan – kegiatan
kemanusiaan
8 Saya berdoa setiap mengawali dan mengakhiri
kegiatan
9 Saya berkata dan bertindak secara benar
sesuai fakta atau tidak berbohong
10 Saya tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain
11 Saya tidak bersikap semena – mena terhadap
orang lain
14
12 Apabila ada teman yang kesulitan dalam
belajar maka saya membantunya
13 Dalam setiap ulangan saya tidak mencontek
14 Apabila saya bersalah kepada orang lain maka
saya meminta maaf dan tidak mengulangi lagi
perbuatan tersebut
15 Jika ada teman yang sakit maka saya
mendoakannya agar segera sembuh

GAMBAR BEBERAPA RESPONDEN ANGKET PARA SISWA :

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 15


INSTRUMEN OBSERVASI
Pedoman Wawancara Untuk Guru
NAMA SEKOLAH :
ALAMAT SEKOLAH :
NAMA GURU :
KELAS YANG DIAMPU :
HARI / TANGGAL WAWANCARA :

NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Metode apa saja yang Bapak/Ibu berikan dalam
menyampaikan materi belajar agar semua peserta
didik dapat memahami/mengikuti pelajaran dengan
baik

2. Apakah metode tersebut efektif? Seberapa besar


dampak yang dihasilkan untuk membantu siswa
belajar dengan baik?

3. Bagaimana respon siswa saat Bapak/Ibu mengajar di


kelas?

4. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengkondisikan kelas


saat belajar?

5. Apakah Bapak/Ibu selalu mempersiapkan Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum mengajar?

6. Apakah Bapak/Ibu selalu menyediakan soal evaluasi


untuk siswa tiap akhir kegiatan pembelajaran?

7. Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan media dalam


proses pembelajaran?

16
8. Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan alat peraga
dalam proses pembelajaran?

9. Bagaimana Bapak/Ibu menyelenggarakan kegiatan


pembelajaran untuk membuat siswa aktif?

10. Apakah Bapak/Ibu selalu mempertimbangkan


validitas dan relevansi materi ketika Bapak/Ibu
memilih materi pembelajaran untuk siswa?

11. Bagaimana kiat Bapak/Ibu untuk mengembangkan


materi pembelajaran yang disajikan di kelas?

12. Apakah acuan yang Bapak/Ibu gunakan untuk


menentukan materi pembelajaran yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran?

13. Bagaimana Bapak/Ibu menyusun materi


pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran di kelas?

14. Apakah kriteria materi pembelajaran yang Bapak/Ibu


pilih dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran di kelas Bapak/Ibu?

15. Apa sajakah sumber pembelajaran yang Bapak/Ibu


gunakan dalam mengajar?

Jurnal Pendidikan Vol 1 No. 1 17


GAMBAR WAWANCARA GURU:

Berdasarkan hasil dari angket yang telah diperiksa diatas dapat dilihat bahwa tingkat
kesadaran Para Siswa mengenai nilai-nilai pancasila yang di tanamkan pada diri mereka,
serta sikap kesadaran terhadap nilai-nilai pancasila pada diri mereka tergolong cukup baik,
dimana setelah kami memeriksa angket yang telah diisi oleh mereka kami mendapatkan hasil
respon yang sangat baik, kebanyakan dari mereka memberikan pernyataan yang bernilai
positif pada angket yang kami berikan, hal ini menunjukkan bahwa rasa kesadaran terhadap
nilai-nilai pancasila sudah cukup baik di implementasikan pada kehidupan sehari-hari. Tetapi,
walaupun dikatakan cukup baik, ada beberapa orang yang masih belum sepenuhnya sadar
akan nilai-nilai pancasila yang harus diamalkannya dalam kehidupannya tentu hal ini tidak
sesuai dengan pengamalan nilai-nilai pancasila yang harus kita terapkan.

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 18


Kesadaran Melaksanakan Nilai-Nilai Pancasila dan Konstitusi Kesadaran diri adalah
keadaan dimana kita bisa memahami diri Kita sendiri dengan setepat-tepatnya. Kita disebut
memiliki kesadaran diri jika kita memahami emosi dan mood yang sedang dirasakan, kritis
terhadap informasi mengenai diri sendiri, dan sadar tentang diri kita yang nyata. Pendek kata,
kesadaran diri adalah jika kita sadar mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri yang ada
dalam diri kita. Jadi dapat disimpulkan bahwa orang sedang berada dalam kesadaran diri
memiliki kemampuan memonitor diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam
memahami orang lain dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya.

PENUTUP

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat kami simpulkan antara lain yaitu : Berbagai bentuk
kesadaran dalam mengamalkan Nilai-Nilai Pancasila diuraikan di atas dapat terwujud jika
didukung oleh berbagai faktor yang mendorong terciptanya warga negara yang memiliki
kesadaran berkonstitusi
SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu : Sebaiknya sebagai Para Siswa hendaknya
kita lebih mempelajari lagi tentang nilai-nilai pancasila untuk menumbuhkan sikap kesadaran
kita terhadap nilai-nilai dalam Pancasila, yang mana ini akan sangat berguna bagi kehidupan
kita sekarang maupun nanti.

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 19


LAMPIRAN

( Dokumentasi, Rekapitulasi Lembar Wawancara dan Angket, Luaran Artikel Ilmiah, Surat
Izin Observasi )

PERTEMUAN 1:

PERTEMUAN II:

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 20


PERTEMUAN III:

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 21


GAMBAR WAWANCARA GURU:

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 22


GAMBAR ANGKET:

SURAT IZIN OBSERVASI :

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 23


DAFTAR PUSTAKA

Hamidi, Jazim, dan Mustofa Lutfi, Civic Education, Antara Realitas Politik dan Implementa
si Hukumnya, Jakarta: Gramedia, 2010
Ismaun. Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara Indonesia.
Jacob (1999). Nilai-nilai Pancasila sebagai Orientasi Pengembangan IPTEK. Yogyakarta:
Interskip dosen-dosen Pancasila se Indonesia
Kaelan (1986). Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Riyanto, A, Teori Konstitusi, Bandung: Yapemdo, 2000.

Jurnal Pendidikan Vol 1 No.1 24

You might also like