0% found this document useful (0 votes)
114 views14 pages

Anemia Remaja 4

This document summarizes a study on factors influencing anemia in adolescent girls in Panyipatan District, Tanah Laut Regency, Indonesia. The study found that nutritional status, consumption of iron supplements, physical activity, knowledge, and distribution of iron supplements were factors that increased the likelihood of anemia, while eating habits, infection status, menstrual patterns, and parental income did not affect anemia rates. The study used a cross-sectional design with 76 adolescent girl students and analyzed data using univariate and multivariate regression analysis. This study aims to identify risk factors for better prevention and management of anemia in adolescent girls.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
114 views14 pages

Anemia Remaja 4

This document summarizes a study on factors influencing anemia in adolescent girls in Panyipatan District, Tanah Laut Regency, Indonesia. The study found that nutritional status, consumption of iron supplements, physical activity, knowledge, and distribution of iron supplements were factors that increased the likelihood of anemia, while eating habits, infection status, menstrual patterns, and parental income did not affect anemia rates. The study used a cross-sectional design with 76 adolescent girl students and analyzed data using univariate and multivariate regression analysis. This study aims to identify risk factors for better prevention and management of anemia in adolescent girls.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 14

Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SEKOLAH MENENGAH
KECAMATAN PANYIPATAN KABUPATEN TANAH LAUT
Tahji, A.T.K.1, Firdausi I. 2, Koroy T.R. 3
STIE Indonesia Banjarmasin

Info Artikel Abstract


Sejarah artikel : The incidence of anemia in adolescent girls in South Kalimantan Province
Diterima : in 2019 was 27.03% with the percentage of anemia in Tanah Laut district
27 Juli 2022 of 40.00% and this is a health problem because it is above the prevalence
Disetujui: that should be <20%. Analytical observational research with a cross
29 September 2022 sectional approach targeting adolescent girls in the Middle School of
Dipublikasi: Panyipatan District, Tanah Laut Regency which was carried out from
4 Oktober 2022 August to December 2021 with a sample of 76 students, Univariate and
Multivariate data analysis using Regression analysis logistics. The results
Keywords: showed that the factors that influenced the incidence of anemia in
nutritional status, adolescent girls were nutritional status factors with the results obtained
consumption of p=0.041, consumption of blood-added tablets with p=0.034, physical
blood-added tablets, activity with p=0.027, knowledge with p=0.012 and distribution of blood-
physical activity, added tablets with p=0.040, while the factors that did not affect the
knowledge, and incidence of anemia in adolescent girls were eating habits with the results
distribution of blood- obtained p=0.570, infected status with p=0.398, menstrual pattern status
added tablets with p=0.597 and parents' income with p=0.668. This study concludes that
nutritional status, physical activity, knowledge, consumption and
distribution of blood-added tablets are factors that influence the incidence
of anemia in adolescent girls.

Abstrak
Kata Kunci: Kejadian anemia pada remaja putri di Provinsi Kalimantan Selatan
Anemia, remaja tahun 2019 yaitu 27,03% dengan persentase anemia di Kabupaten
putri, status gizi, Tanah Laut sebesar 40,00% dan ini menjadi masalah kesehatan karena
konsumsi tablet diatas prevalensi yang seharusnya < 20 %. Penelitian observasional
tambah darah, analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sasaran remaja putri di
aktivitas fisik, Sekolah Menengah Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut yang
pengetahuan, dan dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan Desember 2021 dengan
distribusi tablet sampel sebanyak 76 siswi, analisis data Univariat dan Multivariat dengan
tambah darah menggunakan analisis Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukan
bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian anemia pada remaja
putri adalah faktor status gizi dengan hasil diperoleh p = 0,041, konsumsi
tablet tambah darah dengan p = 0,034, aktivitas fisik dengan p = 0,027,
pengetahuan dengan p = 0,012 dan distribusi tablet tambah darah dengan p
= 0,040, sedangkan faktor yang tidak berpengaruh dengan kejadian anemia
remaja putri adalah kebiasaan makan dengan hasil diperoleh p = 0,570,
status terinfeksi dengan p = 0,398, status pola haid dengan p = 0,597 dan
pendapatan orang tua dengan p = 0,668. Penelitian ini menyebutkan bahwa
status gizi, konsumsi tablet tambah darah, aktivitas fisik, pengetahuan, dan
distribusi tablet tambah darah merupakan faktor yang mempengaruhi
kejadian anemia pada remaja putri.

Alamat Korespodensi:
Iqbal Firdausi

STIE Indonesia Banjarmasin iqbal@stie-kayutangi-bjm.ac.id


58
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

Pendahuluan merupakan salah satu faktor yang


Anemia yaitu suatu keadaan dimana mempengaruhi prevalensi anemia,
kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih Nuradhiani et al., (2017) menyatakan bahwa
rendah daripada nilai normal untuk setiap pemerintah melakukan program untuk
kelompok umur dan jenis kelamin, pada menurunkan prevalensi anemia pada remaja
wanita remaja Hb normal adalah 12-15 g/dl putri. Program tersebut adalah distribusi
dan pria remaja adalah 13-17 g/dl (Adriani, tablet tambah darah ke sekolah untuk siswi
2017), anemia banyak terjadi dikalangan remaja putri.
masyarakat terutama pada remaja putri dan Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten
ibu hamil. World Health Organization Tanah Laut diketahui bahwa distribusi tablet
(WHO) dalam Worldwide Prevalence of tambah darah pada remaja putri di wilayah
Anemia tahun 2015 menunjukkan bahwa Puskesmas Panyipatan Kabupaten Tanah
prevalensi anemia di dunia berkisar 40-88% Laut tahun 2020 tidak terlaksana karena
dan di Asia Tenggara 25-40% remaja putri pandemi Covid-19 sehingga remaja putri
mengalami kejadian anemia tingkat ringan tidak mendapatkan tablet tambah darah di
dan berat (Kemenkes, 2018). sekolah dan dikuatirkan remaja putri tidak
Berdasarkan data Dinas Kesehatan tercukupi kebutuhan zat besi yang dapat
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2018, menyebabkan anemia.
target remaja putri yang mendapat tablet Hasil penelitian Ningsih dan Lestari
tambah darah adalah sebesar 60%, tetapi (2020) di Bengkulu menunjukan bahwa
distribusi baru tercapai sebesar 43%. konsumsi tablet tambah darah menjadi faktor
Adapun kejadian anemia pada remaja putri yang mempengaruhi prevalensi anemia.
di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2019 Namun demikian, ternyata hasil penelitian
yaitu 27,03% dengan rincian tertinggi di oleh Santi (2018) di Payakumbuh
Kabupaten Hulu Sungai Utara (57,51%), menunjukan hasil bahwa tidak terdapat
Barito Kuala (41,88%), Balangan (40,31%), hubungan yang bermakna antara konsumsi
Tanah Laut (40,00%), Kota Baru (37,80%), tablet tambah darah dengan anemia pada
Tanah Bumbu (32,26%), Banjarmasin remaja, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
(25,7%), Hulu Sungai Tengah (24,27%), perbedaan hasil di lokasi penelitian yang
Banjar (22,51%), Banjarbaru (21,13%), berbeda.
Tapin (7,06%), Hulu Sungai Selatan Dari data tersebut menggambarkan
(4,43%) dan Tabalong (4,42%) (Dinkes bahwa masalah anemia khususnya pada
Kalsel, 2019). remaja putri masih cukup tinggi.
Berdasarkan penelitian Sherly di Penanggulangan anemia pada remaja adalah
Indragiri Hilir, remaja putri yang berstatus sangat penting untuk melahirkan generasi
gizi kurus akan memiliki risiko yang lebih penerus bangsa terutama akan menjadi
tinggi untuk mengalami anemia (Sherly seorang ibu.
Vermita Warlenda,et al., 2019), Menurut Penanggulangan dapat dilakukan dengan
Suryanti et al., (2017), tingkat pengetahuan baik apabila faktor risiko yang berhubungan
merupakan salah satu variabel penting dengan terjadinya anemia pada remaja putri
karena pengetahuan dapat mempengaruhi dapat diketahui secara dini, faktor-faktor
perilaku dan juga pola hidup dan kebiasaan yang berhubungan dengan terjadinya anemia
makan. Selanjutnya, hasil penelitian defisiensi besi ini adalah pendidikan orang
Sukartiningsih dan Amaliah (2018) di tua, pendapatan keluarga, pengetahuan dan
Kabupaten Sumba Timur juga menunjukkan sikap remaja putri tentang anemia, tingkat
ada hubungan antara pengetahuan dengan konsumsi gizi, pola menstruasi, dan kejadian
kejadian anemia pada remaja putri. infeksi dengan kejadian anemia pada remaja
Keberhasilan pelaksanaan program putri (Wati, 2010 dalam Martini 2015).
pemberian tablet tambah darah (TTD) juga Penelitian ini juga melibatkan siswi
59
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

tingkat SLTP karena program pencegahan siswa.


dan penanggulangan anemia remaja putri di Analisis univariat dilakukan dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut meringkas data dalam bentuk tabel distribusi
adalah setingkat SLTA dan SLTP kemudian frekuensi dan narasi dan untuk uji statistik
dikuatirkan juga siswi remaja putri tingkat analisis multivariat menggunakan analisis
SLTP ada yang tidak melanjutkan ke Regresi Logistik pada tingkat kemaknaan
tingkat SLTA karena tidak ada biaya atau α=5%, interval kepercayaan (confidence
kawin sehingga mereka sudah mendapatkan interval) 95%.
pengetahuan lebih dini tentang anemia ini. Pengambilan keputusan sebagai berikut :
Oleh karena itu, perlu dilakukan a) Jika p value < 0,05, Ho ditolak dan Ha
penelitian untuk mengkaji faktor-faktor yang diterima
berpengaruh dengan kejadian anemia pada b) Jika p value > 0,05, Ho diterima dan Ha
remaja putri di SMP 1, MTsN 5, SMA 1 dan ditolak
MA Sulamul Ullum di Kecamatan
Panyipatan Kabupaten Tanah Laut. Hasil Penelitian
A. Analisis Univariat
Metode 1. Distribusi siswi berdasarkan
Penelitian ini menggunakan rancangan kebiasaan makan
penelitian observasional analitik dengan
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut
pendekatan cross sectional dengan
Kebiasaan Makan
menganalisis pengaruh antara variabel Kebiasaan Makan F %
independen yaitu kebiasaan makan, status Cukup > 59 mg/hari 0 0
gizi, konsumsi tablet tambah darah, status Kurang bila 20 gr sd 59 mg/hari 28 36,8
Sangat Kurang< 20 gr/hari 48 63,2
kesehatan, aktivitas fisik, pendapatan orang Jumlah 76 100,0
tua, pengetahuan tentang anemia dan Sumber : Data Primer
distribusi tablet tambah darah dengan
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
variabel dependen yaitu kejadian anemia
besar siswi memiliki kebiasaan makan
pada remaja putri. kandungan protein sangat kurang sebesar
Lokasi Penelitian dilakukan di SMP 1, 63,2%, kebiasaan makan kandungan protein
MTsN 5, SMA 1 dan MA Sulamul Ullum 20 gram sd 59 gram/ hari sebesar 36,8 % dan
Kecamatan Panyipatan dan dilaksanakan tidak ada siswi yang kebiasaan makan
pada bulan Agustus 2021 sampai dengan kandungan protein di atas 59 gram/hari.
Desember 2021, populasi penelitian adalah
siswi remaja putri di SMP 1, MTsN 5, SMA 2. Distribusi siswi berdasarkan status gizi
1 dan MA Sulamul Ullum Kecamatan Gambar 1. Distribusi Responden menurut
Panyipatan total populasi sebanyak 347 Status Gizi
orang, sampel penelitian diambil dengan
menggunakan teknik systematic random
sampling dan memakai rumus Stanley
Lemeshow sehingga didapat jumlah sampel
yaitu 76 siswi.
Pengukuran data kadar Hb diperoleh
dengan cara pengambilan darah pada ujung
jari sampel menggunakan alat Easy Touch
Ghb untuk mengetahui kadar Hb-nya oleh Sumber : Data Primer

petugas Laboratorium Puskesmas


Gambar 1 menunjukkan bahwa sebagian
Panyipatan dan pengukuran antropometri besar berada pada kategori IMT normal
juga dilakukan untuk mengetahui status gizi
60
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

sebesar 67,1%, status gizi kurus sebesar 26,3 pola haid normal yaitu 53,9 % dan pola haid
% dan status gizi gemuk hanya sebesar 6,6 tidak normal sebesar 46,1 %.
%.
6. Distribusi Siswi berdasarkan Aktivitas
3. Distribusi Siswi berdasarkan fisik
konsumsi
Gambar 3. Distribusi Responden menurut
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Aktivitas fisik
Konsumsi TTD
Konsumsi TTD F %
Patuh (seminggu sekali) 49 64,5
Kurang patuh (kurang dari 3 kali
sebulan. 27 35,5
Tidak patuh (tidak
mengkonsumsi) 0 0
Jumlah 76 100,0
Sumber : Data Primer

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian Sumber : Data Primer


besar siswi mempunyai konsumsi TTD
patuh sebesar 64,5%, kurang patuh sebesar Gambar 3 menunjukkan bahwa mayoritas
35,5 % dan tidak ada siswi yang tidak patuh siswi berada pada kategori aktivitas fisik
mengkonsumsi TTD. ringan sebesar 76,3 %, aktifitas sedang
sebesar 23,7 % dan tidak ada siswi yang
4. Distribusi Siswi berdasarkan Status
Kesehatan melakukan aktifitas berat.

Gambar 2. Distribusi Responden 7. Distribusi Siswi berdasarkan


menurut Status Kesehatan pendapatan orang tua

Gambar 4. Distribusi Responden menurut


pendapatan orang tua

Sumber : Data Primer

Gambar 2 menunjukkan bahwa


mayoritas siswi berada pada kategori status
kesehatan tidak terinfeksi sebesar 81,6%,
Sumber : Data Primer
terinfeksi ringan hanya 18,4 % dan tidak
ada siswi yang terinfeksi berat. Dari gambar 4 menunjukkan bahwa
mayoritas pendapatan orang tua siswi berada
5. Distribusi Siswi berdasarkan Pola
pada kategori pendapatan rendah yaitu
haid
dibawah UMK (Rp.2,887,448,-) sebesar
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut 75,0% dan pendapatan orang tua di atas
Pola Haid UMK hanya sebesar 25,0 %.
Pola Haid F %
Normal <6 hari 41 53,9
8. Distribusi Siswi berdasarkan
Tidak Normal > 6 hari 35 46,1
Jumlah 76 100 Pengetahuan
Sumber : Data Primer

Dari tabel 4 terlihat bahwa siswi dengan


61
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Tabel 6. Hasil analisis multivariat


Pengetahuan Variables in the Equation
Pengetahuan F % B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Baik > 75 % 5 6,6 Kebiasaan .417 .734 .323 1 .570 1.517
Cukup 50 % - 75 % 25 32,9 Makan
Kurang < 50 % 46 60,5 Status Gizi 1.441 .706 4.172 1 .041 4.226
Jumlah 76 100,0 Konsumsi TTD 1.546 .731 4.470 1 .034 4.692
Sumber : Data Primer Status Kesehatan -.738 .873 .715 1 .398 .478
Pola Haid .349 .660 .279 1 .597 1.418
Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas Aktivitas Fisik - .760 4.897 1 .027 .186
1.681
siswi berada pada kategori pengetahuan Pendapatan -.332 .775 .183 1 .668 .718
kurang sebesar 60,5%, pengetahuan cukup Orang Tua
sebesar 32,9 % dan pengetahuan baik Pengetahuan 1.904 .759 6.288 1 .012 6.710
sebesar 6,6 %. Distribusi TTD 1.671 .816 4.198 1 .040 5.319
Constant - 2.083 1.116 1 .291 .111
2.200
9. Distribusi Siswi berdasarkan Sumber : Data Primer
distribusi TTD
Dari hasil regresi logistik di atas
Gambar 5. Distribusi Responden Menurut terlihat faktor-faktor yang berpengaruh
Distribusi TTD dengan kejadian anemia remaja putri
dikecamatan Panyipatan adalah variabel
status gizi dengan hasil diperoleh p = 0,041
(p < 0,05), variabel konsumsi tablet tambah
darah dengan p = 0,034 (p < 0,05), variabel
aktivitas fisik dengan p = 0,027 (p < 0,05),
variabel pengetahuan dengan p = 0,012 (p <
0,05) dan variabel distribusi tablet tambah
darah dengan p = 0,040 (p < 0,05).
Sedangkan untuk faktor-faktor yang
tidak berpengaruh dengan kejadian anemia
Sumber : Data Primer remaja putri dikecamatan Panyipatan adalah
variabel kebiasaan makan dengan hasil
Gambar 5 menunjukkan bahwa diperoleh p = 0,570 (p > 0,05), variabel
mayoritas siswi berada pada kategori status terinfeksi dengan p = 0,398 (p > 0,05),
distribusi TTD tidak baik sebesar 65,8 % variabel status pola haid dengan p = 0,597 (p
dan distribusi baik hanya sebesar 34,2 %. > 0,05) dan variabel pendapatan dengan p =
0,668 (p > 0,05).
10. Distribusi Siswi berdasarkan anemia
Pembahasan
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut 1. Pengaruh status gizi dengan kejadian
Anemia anemia remaja putri di kecamatan
Anemia F % % Panyipatan Kabupaten Tanah Laut
Anemia (Kadar Hb <12 g/dL) 24 31,5 31,5
Tidak Anemia ( Kadar Hb ≥12 g/dL ) 52 68,5 68,5
Dari hasil penelitian diketahui ada
Jumlah 76 100,0 100,0 pengaruh antara faktor status gizi dengan
Sumber : Data Primer kejadian anemia remaja putri
dikecamatan Panyipatan, status gizi
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian merupakan gambaran keadaan tubuh dari
besar siswi dengan kategori tidak anemia konsumsi makanannya, bila makanan
sebesar 68,5 % dan siswi yang anemia yang dikonsumsi mempunyai nilai gizi
sebesar 31,5 %. yang baik, maka status gizi juga baik,
sebaliknya bila makanan yang
dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka
B. Analisis Multivariat akan menyebabkan kekurangan gizi yang
Hasil analisis multivariat dengan salah satunya adalah zat besi yang dapat
regresi logistik sebagai berikut : menyebabkan anemia (Hapzah & Yulita,
62
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

2012 dalam Sherly, 2019).


Dari data distribusi responden 2. Pengaruh konsumsi tablet tambah darah
menurut status gizi menunjukkan bahwa dengan kejadian anemia remaja putri di
ada siswi remaja putri berada pada
kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah
kategori status gizi kurus, sedang dari
hasil uji statistik antara variabel status Laut
gizi dengan kejadian anemia ada Dari hasil penelitian diketahui ada
pengaruh antara status gizi dengan pengaruh antara faktor konsumsi tablet
kejadian anemia remaja putri, status gizi tambah darah dengan kejadian anemia
kurus yaitu sebesar 26,3 % dan mereka remaja putri dikecamatan Panyipatan,
dapat terkena anemia apabila mereka kadar Hb dipengaruhi dengan kurangnya
makan tidak seimbang seperti jarang kesadaran dalam konsumsi tablet tambah
mengkonsumsi sayur-sayuran dan darah atau pun kurangnya konsumsi
makanan yang mengandung protein, makanan yang mengandung zat besi.
mineral, dan vitamin. Hasil wawancara Sehingga bila remaja putri kurang
pada siswi SMP 1 Panyipatan dan MTsN mendapatkan asupan zat besi dari
5 Panyipatan, mereka kurang makanan serta tidak rutin minum tablet
memperhatikan konsumsi makanan tambah darah maka akan menyebabkan
mereka, mereka sering konsumsi anemia (Putra et al., 2020).
makanan yang kurang sehat seperti Konsumsi tablet tambah darah
gorengan, pentol, mie instan dan lain- mampu mencegah dan mengobati wanita
lain, serta tak jarang juga ada siswi yang dan remaja putri yang menderita anemia,
tidak mau mengkonsumsi sayuran. sehingga dapat meningkatkan
Padahal kecukupan gizi sangatlah kemampuan belajar, kemampuan kerja
penting, karena kekurangan gizi dapat dan kualitas sumber daya manusia
menyebabkan berkurangnya sel darah sebagai generasi penerus. Tablet Tambah
merah dalam tubuh dan menyebabkan Darah adalah tablet besi folat yang setiap
anemia. tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat
Hal ini juga sesuai dengan teori atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg
yang dikemukakan oleh Sunita, 2010 asam folat. Anjuran minum yaitu
dalam Sherly, 2019, bahwa status gizi minumlah 1 (satu) Tablet Tambah Darah
kurang berarti bahwa zat – zat gizi seminggu sekali dan dianjurkan minum 1
penting salah satunya adalah zat besi tablet setiap hari selama haid. (Kemenkes
tidak dapat dipenuhi dengan baik. RI, 2020).
Namun bukan tidak mungkin ada orang Dari data responden menunjukkan
dengan status gizi kurang berdasarkan bahwa ada siswi remaja putri yang
IMT, memiliki kadar HB yang normal kurang patuh mengkonsumsi tablet
atau tidak anemia. Hal ini dikarenakan tambah darah dan dari hasil uji statistik
penentuan status gizi menggunakan IMT ada pengaruh secara signifikan antara
bergantung pada BB dan TB, sementara konsumsi tablet tambah darah dengan
asupan nutrisi yang sesungguhnya bisa kejadian anemia.
saja mereka rutin mengkonsumsi tablet Penelitian ini sama dengan penelitian
tambah darah atau makan makanan yang dilakukan oleh Melina Permata Sari
tinggi zat besi sehingga tidak mengalami et.all tahun 2018 di SMKN 1 Manggis
anemia. Kabupaten Karang Asam Provinsi Bali
Penelitian ini sama dengan dengan signifikansi P= 0,000 (<0,005)
penelitian yang dilakukan oleh Reni yaitu ada hubungan yang bermakna
tahun 2017 di SMK Muhammadiyah 1 antara konsumsi tablet tambah darah
Moyuddan Sleman Yogyakarta yaitu ada dengan kejadian anemia pada remaja
hubungan yang bermakna antara status putri.
gizi dengan kejadian anemia pada remaja
putri. Responden yang diukur secara 3. Pengaruh aktivitas fisik dengan kejadian
antropometri dan pengecekan kadar anemia remaja putri di kecamatan
hemoglobin dengan menggunakan alat Panyipatan Kabupaten Tanah Laut
pengukur hb dengan merk easy touch. Dari data distribusi responden
63
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

menurut aktivitas fisik menunjukkan kejadian anemia pada remaja putri di


bahwa mayoritas siswi berada pada SMPN 1 Kokap Kabupaten Kulon
kategori mayoritas aktivitas fisik ringan Progo Tahun 2019 dengan nilai
dan tidak ada siswi yang melakukan (p=0,010).
aktifitas berat dan dari hasil uji statistik
diketahui ada pengaruh secara 4. Pengaruh pengetahuan tentang anemia
signifikan antara aktivitas fisik dengan dengan kejadian anemia remaja putri di
kejadian anemia. Kecamatan Panyipatan Kabupaten
Aktivitas fisik yang ringan Tanah Laut
menyebabkan metabolisme sel tubuh Berdasarkan data distribusi
menurun sehingga menyebabkan responden menunjukkan bahwa sebagian
besar siswi berada pada kategori
metabolisme besi dalam tubuh menurun
pengetahuan kurang dan berdasarkan
yang akan berdampak pada hasil uji statistik diketahui ada pengaruh
menurunnya transport oksigen ke secara signifikan antara tingkat
seluruh sel tubuh sehingga akan pengetahuan remaja putri dengan kejadian
menyebabkan kejadian anemia siswi anemia.
remaja putri (Wardlaw & Anne, 2009 Pengetahuan seseorang dapat
dalam Jiwaning 2019) mempengaruhi terjadinya anemia, karena
pengetahuan dapat mempengaruhi
Berdasarkan hasil penelitian ini,
perilakunya termasuk pola hidup dan
diketahui bahwa siswi kebanyakan kebiasaan makan. Kurangnya
hanya beraktivitas ringan. Hal ini pengetahuan tentang anemia, tandatanda,
dikarenakan sebagian besar siswi dampak, dan pencegahannya
memiliki kegiatan yang berkaitan mengakibatkan remaja mengonsumsi
dengan proses pembelajaran di sekolah makanan yang kandungan zat besinya
sedikit sehingga asupan zat besi yang
seperti membaca, bersepeda dan
dibutuhkan remaja tidak terpenuhi
berjalan kaki. (Martini, 2015).
Hal ini sejalan dengan penelitian Pengetahuan remaja tentang tablet
dari Elli Irmawati (2020) yang tambah darah sangat penting untuk
menyatakan ada hubungan aktivitas menentukan perilaku remaja dalam
fisik (p-value = 0,000) dengan kejadian konsumsi tablet tambah darah.
anemia pada remaja putri di SMKN 1 Pengetahuan pada remaja akan
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
Batumandi Tahun 2020, mereka
dalam memilih makanan disekolah
melakukan aktivitas ringan seperti maupun dirumah yang menentukan
membaca buku, bersepeda, menonton mudah tidaknya seseorang memahami
televisi dan bermain setelah pulang manfaat tablet tambah darah.
sekolah, budaya beraktivitas para siswi Pengetahuan tentang manfaat tablet
di sekolah ini memang tergolong tambah darah yang baik dapat
rendah. mempengaruhi konsumsi makanan yang
baik sehingga mencapai status gizi yang
Aktivitas fisik memiliki hubungan
baik.
sebab akibat dengan kejadian anemia, Menurut peneliti responden banyak
responden yang rutin melakukan yang tidak mengetahui penyebab
aktivitas fisik seperti olahraga penyakit anemia, dikarenakan
cenderung tidak mengalami anemia pengetahuan responden mengenai
dibandingkan responden yang memiliki penyakit anemia masih rendah dan belum
memahami penyebab penyakit anemia.
aktivitas ringan. Hasil penelitian ini
Pengetahuan seseorang dapat
juga sejalan dengan penelitian mempengaruhi terjadinya anemia, karena
Fadhylah (2019) menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang anemia
ada hubungan aktivitas fisik dengan dan pencegahannya mengakibatkan
64
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

remaja mengonsumsi makanan yang Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen


kandungan zat besinya sedikit sehingga Kesmas, mengeluarkan surat edaran
asupan zat besi yang dibutuhkan remaja nomor HK 03.03/V/0595/2016 tentang
tidak terpenuhi.
Pemberian Tablet Tambah Darah pada
Menurut Suryanti et al., (2017),
Remaja Putri dan Wanita Usia Subur
tingkat pengetahuan merupakan salah
untuk mencegah dan menangggulangi
satu variabel penting karena
anemia pada remaja putri dan wanita
pengetahuan dapat mempengaruhi
usia subur, Dinas Kesehatan Kabupaten
perilaku dan juga pola hidup dan
Tanah Laut telah melaksanakan program
kebiasaan makan. Selanjutnya, hasil
tersebut untuk mencegah dan
penelitian Sukartiningsih dan Amaliah
menanggulangi anemia pada remaja dan
(2018) di Kabupaten Sumba Timur
wanita usia subur melalui distribusi
juga menunjukkan ada hubungan antara
tablet tambah darah ke sekolah,
pengetahuan dengan kejadian anemia
pemberian dengan komposisi terdiri dari
pada remaja putri. Hal ini juga sejalan
60 mg zat besi elemental (dalam bentuk
dengan penelitian yang dilakukan oleh
sediaan Ferro Sulfat, Ferro Fumarat atau
Yusmaharani dan Ratih (2018)
Ferro Glukonat) dan 0.4 mg asam folat.
menunjukkan terdapat hubungan yang
Pelaksanaan pemberian tablet
signifikan antara pengetahuan dengan
tambah darah menurut Surat Edaran
anemia, dengan nilai P value 0,01 (<
Kemenkes adalah (1) Cara pemberian
0,05) dengan nilai OR 6,0 dengan
dengan dosis 1 (satu) tablet per minggu
artinya remaja yang memiliki
sepanjang tahun, (2) Pemberian tablet
pengetahuan kurang tentang anemia
tambah darah dilakukan untuk remaja
lebih berisiko 6 kali mengalami anemia
putri usia 12-18 tahun, (3) Pemberian
5. Pengaruh distribusi tablet tambah darah
tablet tambah darah pada ratri melalui
dengan kejadian anemia remaja putri di
UKS/M di institusi pendidikan (SMP
Kecamatan Panyipatan Kabupaten
dan SMA atau yang sederajat) dengan
Tanah Laut
menentukan hari minum tablet tambah
Berdasarkan data distribusi
darah bersama setiap minggunya sesuai
responden menunjukkan bahwa
kesepakatan di wilayah masing-masing.
mayoritas siswi berada pada kategori
(4) Pemberian tablet tambah darah pada
distribusi tablet tambah darah tidak
WUS di tempat kerja menggunakan
baik dan dari hasil uji statistik diketahui
tablet tambah darah yang disediakan
ada pengaruh secara signifikan antara
oleh institusi tempat kerja atau secara
Distribusi tablet tambah darah dengan
mandiri (Sab’ngatun, 2021)
kejadian anemia pada remaja putri.
Dari hasil penelitian menunjukan,
Distribusi tablet tambah darah
siswi yang mendapat tablet tambah
merupakan upaya mengatasi masalah
darah kurang dari 25 tablet sebanyak 50
anemia remaja putri, bila program ini
siswi dan ada 26 siswi yang mendapat
tidak terlaksana dengan baik maka
lebih 25 tablet tambah darah di
remaja putri tidak dapat mengkonsumsi
sekolahnya, maka terlihat bahwa
tablet tambah darah seminggu sekali
distribusi tablet tambah darah ke sekolah
selama satu tahun yang akhirnya akan
tidak baik, padahal sesuai program
menyebabkan mereka anemia karena
Kemenkes seharusnya mereka mendapat
kebutuhan zat besinya tidak terpenuhi
52 tablet tambah darah selama 1 tahun
(Yocki Yuanti et,al, 2018).
sehingga bila tablet tambah darah
Program distribusi zat besi
menjadi tidak tercukupi untuk
merupakan program dari Kementerian
dikonsumsi oleh remaja putri di
65
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

kecamatan Panyipatan yang akhirnya Lindah, 2018).


menyebabkan mereka mengalami Tidak adanya pengaruh antara
anemia. asupan protein dengan kejadian anemia
Hal ini juga sejalan dengan remaja putri pada penelitian ini
penelitian yang dilakukan oleh Yocki kemungkinan disebabkan karena kadar
Yuanti (2018) menunjukkan terdapat hemoglobin tidak hanya dipengaruhi
hubungan yang signifikan antara oleh asupan protein tetapi juga faktor
distribusi tablet tambah darah dengan lain seperti asupan zat besi atau
anemia, dengan nilai P value 0,001 (< konsumsi tablet tambah darah.
0,05). Konsumsi tablet tambah darah berperan
Sosialisasi untuk meningkatkan dalam pembentukan sel darah merah
kepatuhan konsumsi tablet tambah untuk mencegah anemia. (Fatimah, 2011
darah pada remaja putri dengan dalam Dewi Pertiwi, 2018).
penyuluhan di sekolah. Kepatuhan Sebagian besar siswi remaja
konsumsi tablet tambah darah di putri mengkonsumsi tablet tambah darah
sekolah dilakukan dengan minum tablet yang didapat disekolah sehingga
tambah darah di sekolah seminggu meskipun kebiasaan makannya tidak
sekali dan dilakukan pengawasan oleh cukup kandungan protein tetapi dapat
guru. Serta melakukan pencatatan mencegah terjadinya anemia, sebaliknya
setelah minum tablet tambah darah, jika konsumsi tablet tambah darah tidak
sehingga dapat tercapai tujuan program baik bahkan kebiasaan makan tidak
pencegahan dan penanggulangan cukup kandungan protein maka akan
anemia pada remaja putri untuk memperburuk kondisi anemia yang
menurunkan prevalensi anemia di dialami remaja. ( Kemenkes RI, 2020 )
Indonesia. Penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Dewi Pertiwi (2018) yang
6. Pengaruh kebiasaan makan dengan menunjukkan bahwa tidak ada
kejadian anemia remaja putri di hubungan antara asupan protein dengan
kecamatan Panyipatan Kabupaten kejadian anemia mahasiswi STIKES
Tanah Laut PKU Muhammadiyah Surakarta, hasil
Dari data distribusi responden uji menunjukkan nilai p=0,515 (>0,05),
menurut kebiasaan makan tidak adanya hubungan tersebut karena
menunjukkan bahwa sebagian besar kadar hemoglobin tidak hanya
siswi memiliki kebiasaan makan dipengaruhi oleh asupan protein tetapi
kandungan protein sangat kurang dan juga faktor lain seperti asupan zat besi.
dari hasil uji statistik diketahui tidak Asupan zat besi berperan dalam
ada pengaruh antara kebiasaan makan pembentukan sel darah merah.
asupan protein dengan kejadian Berdasarkan hasil asupan subyek
anemia. mengkonsumsi tablet tambah darah
Asupan protein sangat diperlukan didapatkan hasil sebagian besar subyek
remaja putri karena fungsi dari protein memiliki tingkat kecukupan protein
adalah membangun dan memperbaiki yang kurang.(Dewi Pertiwi, 2018)
serta memelihara sel dalam tubuh. Hasil penelitian ini tidak sama
Kurangnya asupan protein dengan hasil penelitian Eka Pratiwi
menyebabkan proses penyerapan zat (2016) yang menunjukkan bahwa ada
besi menjadi terhambat, hal tersebut hubungan yang bermakna antara asupan
dapat menyebabkan kekurangan zat protein dengan kejadian anemia remaja
besi atau anemia.(Maryati, 2015 dalam putri, bahwa remaja putri dengan asupan
66
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

protein rendah memiliki risiko 5,906 bahwa siswi berada pada kategori status
kali lebih besar untuk mengalami pola haid normal dan hal ini berarti
kejadian anemia. sebagian besar remaja putri di
kecamatan Panyipatan tergolong
7. Pengaruh status kesehatan dengan mengalami menstruasi yang normal dan
kejadian anemia remaja putri di bukan menstruasi yang berlebihan,
kecamatan Panyipatan Kabupaten selain itu berdasarkan asupan konsumsi
Tanah Laut tablet tambah darah pada remaja putri
Dari data distribusi responden diketahui rutin mengkonsumsi zat besi
menurut status terinfeksi menunjukkan dari sekolah sehingga kehilangan darah
bahwa mayoritas siswi berada pada akibat menstruasi akan akan tergantikan
kategori status kesehatan tidak dengan konsumsi zat besi yang rutin
terinfeksi dan dari hasil uji statistik tersebut.
diketahui tidak ada pengaruh antara Hasil penelitian ini sejalan dengan
status terinfeksi dengan kejadian hasil penelitian Sarah Salsabila Khairani
anemia remaja putri. (2019) yang menyatakan tidak ada
Kemudian dari data distribusi hubungan kejadian penyakit infeksi
responden menurut status pola haid (p=1,000) dan pola haid (p=0,079)
menunjukkan bahwa siswi berada pada dengan kejadian anemia remaja putri di
kategori status pola haid normal dan SMP Muhammadiyah Serpong, karena
dari hasil uji statistik diketahui tidak berdasarkan rata-rata asupan pangan zat
ada pengaruh antara status pola haid besi pada remaja putri lebih dari cukup
dengan kejadian anemia remaja putri. dari asupan pangan zat besi rata-rata di
Tidak ada pengaruh status populasi, sehingga skor kehilangan
kesehatan yaitu status infeksi dan pola darah menstruasi pada remaja putri
haid dengan kejadian anemia karena tergolong rendah
ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kejadian anemia 8. Pengaruh pendapatan orang tua dengan
defisiensi besi ini di antaranya adalah kejadian anemia pada remaja putri di
pendidikan orang tua, pendapatan Kecamatan Panyipatan Kabupaten
keluarga, pengetahuan dan sikap Tanah Laut
remaja putri tentang anemia, tingkat Dari data distribusi responden
konsumsi gizi, pola menstruasi, dan menunjukkan bahwa mayoritas
kejadian infeksi dengan kejadian pendapatan orang tua siswi berada pada
anemia pada remaja putri (Wati, 2010 kategori pendapatan rendah dan hasil uji
dalam Martini, 2015). statistik diketahui tidak ada pengaruh
Tidak adanya hubungan tersebut antara tingkat pendapatan orang tua
karena kadar hemoglobin tidak hanya dengan kejadian anemia.
dipengaruhi oleh status terinfeksi tetapi Dari hasil wawancara diketahui
juga faktor lain seperti asupan zat besi. siswi remaja putri biasa mengkonsumsi
Asupan zat besi berperan dalam tahu dan tempe dalam pola makan
pembentukan sel darah merah. mereka sehari-hari dimana tahu dan
Berdasarkan hasil asupan subyek tempe juga merupakan salah satu
mengkonsumsi tablet tambah darah sumber zat besi, dalam 100 gram tempe
didapatkan hasil sebagian besar subyek mengandung 4 mg zat besi sedangkan
memiliki tingkat kecukupan protein kebutuhan anak perempuan usia 14-18
yang kurang.(Dewi Pertiwi, 2018) tahun kebutuhan zat besi 15 mg per hari,
Dari data pola haid diketahui sehingga bila mereka makan tempe 400
67
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

gram tempe atau 8 potong tempe dalam kesehatan karena di atas angka prevalensi
tiga kali makan maka kebutuhan zat yaitu > 20 %
besi sudah bisa dipenuhi sehingga
walaupun pendapatan orang tua pada Ucapan Terima Kasih
remaja putri rendah tetapi dapat Kepada pihak-pihak yang terlibat
dalam kegiatan penelitian masyarakat
menghindarkan mereka dari anemia.
termasuk lembaga yang mendanai kegiatan
Hal ini sejalan dengan penelitian penelitian, sebagai wujud apresiasi terhadap
Dhenok dkk tahun 2018 menyatakan program penelitian kepada masyarakat.
bahwa pendapatan ayah tidak
mempengaruhi perilaku penyebab Daftar Pustaka
anemia. Namun hal tersebut tidak Adi Yugantara,et al, 2018. Makalah
menjamin karena hal ini dapat Pengkajian 5 M Metode. Sekolah Tinggi
mempengaruhi konsumsi pangan di Ilmu Kesehatan kepanjen.
dalam keluarga. Perubahan pendapatan Adriani. 2017. Faktor-Faktor Anemia Pada
keluarga secara langsung dapat Remaja Putri, Surakarta.
mempengaruhi konsumsi pangan Agusta, Anisa Dini, 2017. Faktor Yang
keluarga, makanan yang berkualitas Berhubungan Dengan Kejadian Anemia
dan berkuantitas baik akan lebih mudah Pada Remaja Putri Di SMA Islam
terbeli, sehingga kebutuhan akan gizi Terpadu Abu Bakar Yogyakarta.
terutama zat besi dapat terpenuhi. Alfishar Akib. 2017. Kebiasaan Makan
Namun penelitian ini tidak sejalan remaja Putri dengan Kejadian Anemia.
dengan penelitian Abdul Basith dkk Annisa Nuradhiani, Dodik Briawan, Cesilia
tahun 2017 yang menyatakan bahwa Meti Dwiriani, 2017. Dukungan Guru
remaja putri yang memiliki orang tua Meningkatkan Kepatuhan Konsumsi
dengan penghasilan yang tinggi dapat Tablet Tambah Darah Pada Remaja
memberikan berbagai makanan yang Putri Di Kota Bogor, Fakultas Ekologi
bergizi bagi anaknya, sementara orang Manusia (FEMA), Institut Pertanian
tua yang berlatar belakang ekonomi Bogor.
rendah, mereka lebih susah Dewi Pertiwi, et al.2018. Hubungan Asupan
mendapatkan makanan yan bergizi Protein dan Status Gizi dengan Kadar
karena orang tua lebih megutamakan Hemoglobin pada Remaja Putri
untuk bagaimana agar dapat Anemia, STIKES PKU Muhammadiyah
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Surakarta.
Dhina Noviazahra, et al.2017. Faktor-Faktor
Kesimpulan Yang Mempengaruhi Konsumsi Tablet
1. Ada pengaruh antara faktor status gizi, Tambah Darah Dalam Program Peduli
konsumsi tablet tambah darah, aktivitas Kasus Anemia Pada Siswi SMAN Di
fisik, pengetahuan dan distribusi tablet
Kabupaten Bantul. Poltekkes Kemenkes
tambah darah dengan kejadian anemia
remaja putri di kecamatan Panyipatan. Yogyakarta.
2. Tidak ada pengaruh antara faktor Dian Afriandi, 2015. Hubungan Pengetahuan
kebiasaan makan, status terinfeksi dan Gizi Dan Pola Makan Dengan Kejadian
pendapatan orang tua dengan kejadian Anemia Pada Mahasiswi Fk Uisu
anemia remaja putri di kecamatan Medan.
Panyipatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut,
3. Prevalensi anemia pada remaja putri
2018. Laporan Program Kegiatan
SMP 1, MTsN 5, SMA 1 dan MA
Sulamul Ullum di Kecamatan Kesehatan Remaja.
Panyipatan Kabupaten Tanah Laut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
sebesar 31,5 % dan menjadi masalah Selatan, 2019.Laporan Program
68
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

Kegiatan Kesehatan Remaja. Kabupaten Pekalongan. Sekolah Tinggi


Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut, Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
2019.Laporan Program Kegiatan Ungaran.
Kesehatan Remaja. Laela Indawati, 2017. Identifikasi Unsur 5 M
Dinda Shaleha, 2020. Studi Literatur Dalam Ketidaktepatan Pemberian Kode
Hubungan Status Gizi Dengan Penyakit dan Tindakan. Universitas Esa
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Unggul Jakarta.
Politeknik Kesehatan Medan. Lindah Elma Tania, 2018. Hubungan Asupan
Eka Pratiwi, 2016. Faktor-Faktor Yang Zat Besi, Protein Dan VitaminC Dengan
Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di
Mts Ciwandan Cilegon-Banten SMK Yamas Jakarta Timur. Sekolah
Program Studi Kesehatan Masyarakat Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan
Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Jakarta.
KedokteranUin Syarif Hidayatullah. Martini, 2015. Faktor - Faktor Yang
Elli Irmawati, et al.2020. Hubungan Berhubungan Dengan Kejadian Anemia
Aktivitas Fisik dan Pola Makan Pada Remaja Putri Di Man 1 Metro
Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Program Studi Kebidanan Metro
Putri di SMKN 1 Batumandi. Fakultas Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
Kesehatan Masyarakat Universitas Satriani, 2018. Analisis Determinan Anemia
Islam Kalimantan. Pada Remaja Putri (15-18 Tahun) Di
Hasna,Soleman, 2018. Gambaran Kejadian Kecamatan Tamalate Kabupaten
Anemia Pada Remaja Putri KEK Yang Jeneponto Sekolah Pasca Sarjana
Mendapatkan Tablet Tambah Darah Program Studi Ilmu Kebidanan
Pada Siswi Sman 3 Kota Ternate, Universitas Hasanuddin.
Wilayah Suburban Universitas Sherly Vermita Warlenda, M. Dedi Widodo,
Hasanuddin. Leon Candra, Fenti Rialita ,2019.
Jayanti Rida Lestari, 2018. Hubungan Determinan Kejadian Anemia Pada
Indeks Massa Tubuh,Pola Menstruasi, Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Reteh
Dan Pola Makan Dengan Kejadian Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri
Anemia Pada Remaja Putri Di Smp Hilir Tahun 2019 Program Studi
Muhammadiyah 7 Kota Medanfakultas Kesehatan Masyarakat, STIKES Hang
Kesehatan Masyarakat Universitas Tuah, Pekanbaru.
Sumatera Utara. Sukartiningsih, Maria Christina Endang, and
Jiwaning Basuki, 2019. Hubungan Mega Amaliah. 2018. “Factors
Kebiasaan Sarapan Dan Aktivitas Fisik Associated With Anemia Occurrence in
Dengan Kadar Hemoglobin Remaja Young Women in Kambaniru District
Putri Di Smk Muhammadiyah 2 Puskesmas Area East Sumba
Karanganyar Institut Teknologi Sains Regency”. Jurnal Kesehatan Primer.
Dan Kesehatan Pku Muhammadiyah Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor
Surakarta. HK.03.03./V/0595 tahun 2016 tentang
Kemenkes RI, 2018. Survei Demografi dan Pemberian TTD pada Remaja Putri dan
Kesehatan Indonesia. wanita usia subur (WUS).
Kemenkes RI, 2020. Pedoman Tablet Surat keputusan Gubernur Kalimantan
Tambah Darah Remaja Putri. Selatan Nomor 188.44/0775/KUM/2020
Khairunnisa, C. H., 2016. Beberapa faktor tentang Upah Minimum Kabupaten
yang berhubungan dengan kejadian (UMK) Kalimantan Selatan Tahun
anemia gizi besi pada remaja putri di 2021.
Desa Wonoyoso Kecamatan Buaran Widiarumiarso, Hardi, 2018. Gambaran
69
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

Kadar Hemoglobin (Hb) Ibu Hamil


Pada Kunjungan Sehat Ke-2 Di
Puskesmas Margoyoso Ii Kecamatan
Margoyoso Kabupaten Pati.
Yuli Suryanti, Indarmien Netty A, Suryani,
Indah Minfadlillah, 2017. Hubungan
pengetahuan dan pola makan dengan
kejadian anemia remaja putri di MTs
Swasta Al-Hidayah Kota Jambi.
Zikra Putri Santi.2017. Hubungan Aktivitas
Fisik, Pola Menstruasi dan Konsumsi
Tablet Tambah Darah Terhadap
kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di
SMAN 1 Payakumbuh. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Andalas.

70
Jurnal Wawasan Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Oktober 2022

71

You might also like