0% found this document useful (0 votes)
32 views12 pages

Ringkasan Skripsi Muhammad Fadlan 29.0418

This document summarizes a student's research on sustainable green open space development in Palembang City, South Sumatra to prevent flood disasters. The student analyzes the work plan of Palembang's Public Works and Spatial Planning Office related to increasing green open spaces in the city. Currently, Palembang lacks the required amount of green open space based on regulations. The research aims to understand the office's plans and analyze how sustainable development of green spaces can help reduce flood risks, as flooding is a frequent disaster in Palembang especially during rainy seasons due to factors like terrain, land use changes, and lack of green spaces. The student uses a qualitative descriptive method to study this issue.

Uploaded by

Sin
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
32 views12 pages

Ringkasan Skripsi Muhammad Fadlan 29.0418

This document summarizes a student's research on sustainable green open space development in Palembang City, South Sumatra to prevent flood disasters. The student analyzes the work plan of Palembang's Public Works and Spatial Planning Office related to increasing green open spaces in the city. Currently, Palembang lacks the required amount of green open space based on regulations. The research aims to understand the office's plans and analyze how sustainable development of green spaces can help reduce flood risks, as flooding is a frequent disaster in Palembang especially during rainy seasons due to factors like terrain, land use changes, and lack of green spaces. The student uses a qualitative descriptive method to study this issue.

Uploaded by

Sin
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 12

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM

PENCEGAHAN BENCANA BANJIR DI KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA


SELATAN

Muhammad Fadlan Septadinata


NPP.29.0418
Asdaf Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan
Program Studi Manajemen Keamanan dan Keselamatan Publik

Email: fadlan.irlansyah30@gmail.com

ABSTRACT (in english)

Problem Statement/Background (GAP): Urban areas often experience flood disasters, this is
caused by an unbalanced urban layout where this starts from a development paradigm that is not
sustainable development. The flood disaster hit big cities where the spatial layout did not pay
attention to the environment. Through the sustainable development of Green Open Space (RTH),
it is hoped that the government will continue to carry out development but be safe from the threat
of disasters, especially floods. Purpose: The purpose of this research is to find out and analyze the
work plan on green open space in the field of the Palembang City Public Works and Spatial
Planning Office related to the sustainable green open space development in the city of Palembang
in preventing flood disasters. Method: Using a research design that is qualitative research with a
descriptive inductive approach. And using data analysis techniques, namely data reduction (data
reduction), data presentation (data display), and drawing conclusions/verification. Results: Green
open space is a gift as well as a threat of disaster in urban environments. Conclusion: Flood
disaster is the most frequent disaster in the city of Palembang, especially when entering the rainy
season. This is caused by the topography of the city of Palembang which tends to be flat, many
areas have changed functions, the lack of green open space, and the lack of awareness of the people
of Palembang to protect the environment.
Keywords: Sustainable Development, Green Open Space, Flood Disaster

ABSTRAK (in Bahasa)

Permasalahan/Latar Belakang (GAP): Perkotaan sering kali mengalami bencana kebanjiran,


hal ini disebabkan oleh tata ruang kota yang tidak seimbang dimana hal ini berakar dari paradigma
pembangunan yang bukan pembangunan berkelanjutan. Bencana banjir menerpa kota-kota besar
dimana tata ruangnya sudah tidak memperhatikan lingkungan. Melalui pembangunan
berkelanjutan Ruang Terbuka Hijau (RTH), diharapkan pemerintah tetap melaksanakan
pembangunan tetapi aman dari ancaman bencana terkhusus bencana banjir. Tujuan: Tujuan
penelitian untuk Mengetahui dan menganalisis rencana kerja tentang RTH di lapangan Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang terkait pembangunan berkelanjutan RTH
di Kota Palembang dalam pencegahan bencana banjir. Metode: Menggunakan desain penelitian
yaitu penelitian kualitatif dengan metode deskriptif pendekatan induktif. Serta menggunakan
teknik analisis data yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan
conclusion drawing/verification. Hasil/Temuan: Ruang terbuka hijau menjadi sebuah anugerah
sekaligus menjadi ancaman bencana di lingkungan perkotaan. Kesimpulan: Bencana banjir
merupakan bencana yang paling sering terjadi di Kota Palembang terutama apabila memasuki
musim penghujan. Hal ini disebabkan oleh wilayah topografi Kota Palembang yang cenderung
datar, banyak wilayah resapan air telah beralihfungsi, kurangnya RTH, dan kurang kesadaran
masyarakat Kota Palembang untuk menjaga lingkungan.
Kata Kunci: Pembangunan Berkelanjutan, Ruang Terbuka Hijau, Bencana Banjir

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah Indonesia seperti sebuah koin yang memiliki dua sisi. Disatu sisi Indonesia mendapatkan
banyak keuntungan seperti pemanfaatan minyak bumi, perkebunan, pertanian, perikanan, dan
pertambangan yang memberikan pendapatan bagi negara dan memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat. Namun disisi lain Indonesia harus siap dengan ancaman yang dapat mengancam
keutuhan wilayah dan kehidupan masyarakat. BNPB pada tahun 2020 mencatat telah terjadi
sebanyak 2.929 kasus bencana di Indonesia dengan kasus bencana yang beragam dimana bencana
yang paling banyak terjadi adalah banjir sebanyak 1067 kasus.
Menurut data bencana yang dikeluarkan oleh BNPB pada tahun 2020, bencana yang paling banyak
terjadi adalah bencana banjir dimana bencana banjir merupakan bencana yang disebabkan oleh
ulah tangan manusia sendiri seperti membuang sampah sembarangan, tidak memperhatikan
lingkungan dan melakukan pembangunan yang tidak berprinsip kepada pembangunan
berkelanjutan. Akibat tersebut maka bencana banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi
di Indonesia, tidak terkecuali di kota tempat penulis melaksanakan penelitian yaitu Kota
Palembang.
Penyebab terjadinya bencana banjir di Kota Palembang tidak hanya disebabkan akibat
pembuangan sampah sembarangan saja, melainkan juga dikarenakan ketidakmampuan kondisi
alam Kota Palembang dalam menyerap debit air hujan diakibatkan kurangnya Ruang Terbuka
Hijau baik berupa taman kota, kolam retensi atau wilayah hijau lainnya dimana Ruang Terbuka
Hijau perkotaan seharusnya berfungsi sebagai penyerap air hujan dan mencegah bencana banjir
terjadi. Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan area memanjang/jalur dan/atau mengelompok
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
RTH di Kota Palembang harus mengalami peningkatan baik dari segi luas wilayah dan kualitas
wilayah melalui pembangunan berkelanjutan yang menjadi tugas dan tanggung jawab lapangan
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang, namun dengan tetap
memperhatikan aspek sosial dan ekonomi. Maka dalam mengatasi permasalahan pencegahan
bencana banjir ini akan lebih tepat apabila menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan
sebagai pedoman pembangunan RTH.

1.2. Kesenjangan Masalah yang Diambil (GAP Penelitian)


Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kota Palembang mengatakan bahwa ancaman kebencanaan
yang dihadapi Kota Palembang terus berulang setiap tahunnya, minimya RTH pada Kota
Palembang menjadi faktor utama, perlu peningkatan luas dan kualitas RTH di Kota Palembang
melalui pembangunan yang berprinsip kepada pembangunan berkelanjutan. Data luas lahan yang
ada sekarang dan luas lahan minimum yang harus dimiliki Kota Palembang dengan luas kota
400,61 km2 dan luas lahan RTH saat ini 40,6 km2 (10%) sehingga kekurangan lahan RTH sebesar
80,12 km2 (20%).
Kota Palembang kekurangan 20% RTH dari ketentuan Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang yang mewajibkan 30% dari luas wilayah suatu Kabupaten dan Kota adalah RTH,
sehingga Kota Palembang memerlukan pembangunan RTH baru dalam upaya pemenuhan RTH
agar Kota Palembang dapat keluar dari ancaman bencana banjir. Ancaman kekurangan lahan RTH
di Kota Palembang adalah ancaman yang berbahaya. Dampak kebencanaan yang ada akibat
kekurangan RTH tidak hanya satu, melainkan seperti efek domino. Dampak kebencanaan yang
sangat dirasakan Kota Palembang adalah banjir sehingga ini menjadi permasalahan bersama dalam
pembangunan dan peningkatan RTH di Kota Palembang untuk mengurangi titik-titik bencana
banjir tersebut.
RTH merupakan unsur wajib dan menjadi prioritas dalam pelaksanaan pembangunan pada suatu
wilayah kabupaten dan kota terlebih kota tersebut memiliki tingkat kerawanan bencana banjir yang
tinggi seperti Kota Palembang. banyak manfaat yang bisa didapatkan dari pembangunan RTH,
namun dalam pelaksanaannya jumlah ketersediaan RTH masih sangat minim di Kota Palembang.
Kurangnya RTH merupakan dampak dari pembangunan Kabupaten dan Kota yang tidak merujuk
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang penataan ruang. Sehingga ini menjadi
pekerjaan rumah Pemerintah Kota Palembang terutama lapangan Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Palembang yang memiliki tanggungjawab dalam pembangunan dan
pemetaan wilayah RTH di Kota Palembang.

1.3. Penelitian Terdahulu


Penelitian ini terinspirasi dari beberapa penelitian terdahulu, baik dalam konteks pembangunan
berkelanjutan maupun Ruang Terbuka Hijau (RTH). Antara lain, Sari yang berjudul Kajian
Ketersediaan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Di Kota Sukabumi Tahun
2015. Penelitian yang menjelaskan tentang pentingnya kajian ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
di Kota Sukabumi dikarenakan kota sukabumi telah mengalami pengurangan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) semenjak terjadinya urbanisasi besar-besaran dalam satu dekade terakhir di Kota
Sukabumi. ketersediaan ruang terbuka hijau Kawasan perkotaan Kota Sukabumi secara
keseluruhan belum memadai, yaitu sebesar 1.673.193,20 m2 atau 5,20% hal tersebut tidak
mencukupi standar minimal ketersediaan ruang terbuka hijau yang dicanangkan oleh pemerintah
dalam UU No 26 tahun 2007. Ruang terbuka hijau publik yang terdapat di kawasan perkotaan
Kota Sukabumi sebesar 5,07%. Hal tersebut menunjukan bahwa ketersediaan ruang terbuka hijau
publik di kawasan perkotaan Kota Sukabumi apabila dilihat dari segi kepemilikan masih belum
sesuai dengan kriteria luas ruang terbuka hijau.
Lolom Evalita Hutabarat yang berjudul Studi Penurunan Muka Tanah (LAND SUBSIDENCE)
Akibat Pengambilan Air Tanah Berlebih di DKI Jakarta Tahun 2015. Penelitian yang menjelaskan
terkait kasus penurunan tanah di DKI Jakarta yang mengalami penurunan secara drastis dan
mengancam ekosistem lingkungan. Kondisi ini diperparah dengan semakin naiknya permukaan air
laut di perairan utara DKI Jakarta. Sehingga diperkirakan tahun 2050 sebagian DKI Jakarta akan
tenggelam. Masalah dan fenomena yang terjadi di kota Jakarta dimana pengambilan air tanah
untuk kebutuhan rumah tangga ataupun industri terus meningkat, diperlukan regulasi yang tepat
untuk optimalisasi ekploitasi air tanah pada aquifer tanpa menyebabkan terjadinya penurunan
muka tanah yang berlebihan
Ahmad Jazuli yang Berjudul Dinamika Hukum Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Dalam
Rangka Pembangunan Berkelanjutan Tahun 2015. Penelitian ini menjelaskan terkait
pembangunan di Indonesia yang harus berlandaskan lingkungan yang asri dan lestari. Dimana
pembangunan ini digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025.

1.4. Pernyataan Kebaruan Ilmiah


Penulis melakukan penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, dimana pada penelitian
sebelumnya meneliti mengenai ketersedian ruang terbuka hijau, penurunan tanah, dan dinamika
lingkungan hidup dan SDA. Pada penelitian ini, peneliti ini akan mengaji dan menganalisi Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dari sisi pencegahan bencana banjir yang pernah terjadi di Kota Palembang.
Metode yang digunakan dengan desain penelitian kualitatif dengan metode deskriptif pendekatan
induktif. Serta menggunakan teknik analisis data yaitu reduksi data (data reduction), penyajian
data (data display), dan conclusion drawing/verification. Diperkuat oleh teori dimensi
Pembangunan Berkelanjutan oleh Rogers (2008) yaitu pembangunan ekonomi, kelestarian
lingkungan dan keadilan social.

1.5 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui dan menganalisis rencana kerja tentang RTH di
lapangan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang terkait pembangunan
berkelanjutan RTH di Kota Palembang dalam pencegahan bencana banjir.
II. METODE
Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian yaitu penelitian kualitatif dengan
metode deskriptif pendekatan induktif. Penelitian kualitatif pada penelitian ini mengenai studi
pembangunan, gerakan organisasi atau hubungan timbal balik. Metode penelitian deskriptif
menjelaskan pemahaman mengenai verbal dan numerik terkait kenyataan yang ada di lokasi
penelitian. Informan yang digunakan sebanyak 8 orang yang diperoleh dengan Snowball Sampling
dan purposive sampling.
Instrumen Penelitian yang dibutuhkan antara lain Catatan Lapangan (Field Note), Rekaman
Wawancara, Pedoman Wawancara, dan Pedoman Observasi.
Teknik pengumpulan data antara lain, data primer adalah sumber data penelitian yang didapatkan
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data ini dapat di peroleh dengan
wawancara, kuisoner. Dan data sekunder adalah data pendukung yang didapatkan dari
dokumentasi dilapangan nantinya. Adapun dokumentasi tersebut meliputi : surat-surat, Dokumen,
Foto.
Teknik Analisis Data menggunakan reduksi data (data reduction), penyajian .data (data display),
dan Penarikan Kesimpulan/verifikasi (Conclusion Drawing/Verification).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Pembangunan Berkelanjutan Ruang Terbuka Hijau Dalam Pencegahan Bencana Banjir
Di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan
Rogers mengatakan bahwa Pembangunan Berkelanjutan yang baik dan benar wajib memiliki 3
komponen utama dimana fokus pembahasannya berbeda dalam setiap komponen tersebut. Ketiga
komponen tersebut dikategorikan berdasarkan unsur-unsur pembangunan berkelanjutan sebagai
berikut:

3.1.1 Lingkungan
Dalam merumuskan sebuah konsep dalam pencegahan bencana banjir di Kota Palembang maka
membutuhkan sebuah arah pembangunan yang baik dan benar. Bencana banjir di Kota Palembang
merupakan bencana ekologis yang disebabkan ulah manusia khususnya dalam pengaturan tata
ruang perkotaan dimana tidak memperhatikan unsur ruang lingkungan di Kota Palembang dan
terjadinya alih fungsi lahan. Karena unsur lingkungan tersebut maka diperlukan sebuah regulasi
hukum dalam rangka upaya mengatur tata ruang kembali agar tersedianya ruang untuk lingkungan.
Regulasi hukum ini berperan sebagai pisau dalam upaya melakukan pembangunan yang
berlandaskan berkelanjutan terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH).

3.1.1.1 Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang merupakan pedoman dan rencana dasar
pelaksanaan suatu arah pekerjaan, target dan cara bertindak. Untuk dapat mencapai tujuan
keberhasilan pembangunan berkelanjutan RTH di Kota Palembang maka disusunlah sebuah
rencana strategis yang diharapkan dapat sebagai landasan dasar, acuan kerja dan target
pembangunan melalui Rencana Strategis Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
Palembang Tahun 2018-2023.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, penulis menarik kesimpulan bahwa bencana
banjir di Kota Palembang adalah hal yang sudah masuk kategori mengkhawatirkan. Karena RTH
Kota Palembang menurut data Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang
hanya memiliki RTH seluas 10% dari luas minimum 30% Kota Palembang. Sehingga
diperlukannya upaya manajemen bencana dalam upaya menghindari bencana banjir tersebut.
Upaya manajemen bencana tersebut salah satunya adalah dengan melaksanakan Pembangunan
Berkelanjutan RTH sebagai solusi termurah sekaligus penyebab utama mengapa banjir selalu ada
di Kota Palembang.
Adapun saran yang diberikan adalah dalam upaya pemenuhan RTH ini harus bekerja sama dengan
OPD yang lain dikarenakan RTH adalah sebuah tugas yang menyangkut wilayah. Sehingga apabila
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang melaksanakan pembangunan RTH namun disisi lain
terdapat perizinan yang tidak sesuai dengan standar lingkungan kota dan IMB, maka akan percuma
dilaksanakan pembangunan terhadap RTH karena akan terjadinya ketidakseimbangan wilayah
yang jauh lebih besar lagi.

3.1.1.2 Ruang Terbuka Hijau


Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan wilayah alam baik yang bersifat alami maupun buatan
yang dibuat oleh manusia. Mengacu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008,
RTH terbagi menjadi 2 yaitu RTH Privat dan RTH Publik.
Berdasarkan pada hasil wawancara analisis dari penulis mengenai RTH di Kota Palembang penulis
memberi kesimpulan bahwa pemerintah daerah menyadari arti penting dari upaya pembangunan
terhadap RTH. Bencana banjir di Kota Palembang yang terjadi sepanjang tahun semakin
mengalami peningkatan jumlah titik sebaran banjir dan hampir merata diseluruh kecamatan di
Kota Palembang.
Salah satu penyebab dari terjadinya hal tersebut disebabkan oleh lahan RTH Kota Palembang yang
belum mencukupi untuk melindungi seluruh bagian Kota Palembang dari ancaman bencana banjir.
RTH memiliki peran yang sangat besar dalam pencegahan bencana banjir terutama di wilayah
seperti Kota Palembang yang memiliki demografi wilayah yang datar dimana air cenderung lambat
untuk mengalir ke sungai musi. Keadaan ini diperparah ketika curah hujan yang sangat tinggi
terjadi di Kota Palembang.
Adapun saran yang dapat diberikan adalah Pemerintah Kota Palembang harus mengejar target
pembangunan RTH yang tertuang didalam Rencana Startegis Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Palembang terutama jenis taman kota dan kolam retensi karena kedua jenis
RTH ini memiliki dampak yang besar sebagai pencegahan bencana banjir di Kota Palembang.

1.1.1.3 Manajemen Bencana Catch Men Area


Manajemen Bencana merupakan suatu konsep dasar dalam upaya melindungi nyawa manusia dan
keberadaan harta benda dari ancaman bencana. Manajemen Bencana diklasifikasikan menjadi 3
tahapan yaitu manajemen pra bencana, manajemen tanggap bencana dan manajamen pasca
bencana.
Berdasarkan pada hasil wawancara analisis dari penulis mengenai manajemen bencana RTH di
Kota Palembang. Penulis memberi kesimpulan bahwa konsep pencegahan bencana banjir melalui
pemanfaatan RTH jenis taman kota dan kolam retensi sangat tepat dilakukan untuk daerah wilayah
kota metropolitan seperti Kota Palembang.
Kota Palembang dalam melaksanakan pencegahan bencana banjir dapat bergantung kepada taman
kota dan kolam retensi yang ada dikarenakan wilayah Kota Palembang topografinya datar
sehingga air cenderung lambat mengalir ke muara sungai sehingga ketika hujan datang maka harus
ditampung terlebih dahulu di kolam retensi dan diserap melalui pepohonan di taman kota yang
mana kemudian akan menjadi cadangan air tanah. Secara tidak langsung pembangunan
berkelanjutan akan RTH merupakan langkah pencegahan terjadinya bencana banjir di Kota
Palembang.
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah Pemerintah Daerah Kota Palembang dapat
mempercepat pembangunan RTH mengingat jumlah RTH Kota Palembang sekarang baru 9,1%.
Sehingga diperlukan percepatan pembangunan berkelanjutan RTH dimana pembangunan tersebut
akan menjadi upaya manajemen bencana pencegahan bencana banjir di Kota Palembang.

3.1.2 Keadlilan Sosial


Berbicara mengenai Pembangunan Berkelanjutan Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah hal yang
bersifat efisien dan efektif. Ketika melaksanakan pembangunan berkelanjutan RTH, maka secara
tidak langsung akan memperoleh banyak sekali keuntungan imbas dari pelaksanaan pembangunan
tersebut. Pembangunan berkelanjutan RTH berperan sebagai pencegahan bencana banjir di Kota
Palembang , selain itu juga akan memiliki dampak positif terhadap kehidupan masyarakat di
bidang sosial. Melalui memperbanyak pembangunan berkelanjutan terhadap RTH di Kota
Palembang, maka akan memberikan dampak positif di bidang sosial secara tidak langsung kepada
masyarakat Kota Palembang.

3.1.2.1 Ketercukupan Area Hijau


Kota Palembang adalah wilayah yang hanya memiliki luas wilayah hijau sebesar 9,1%. Selain ini
berdampak buruk terhadap lingkungan, area hijau yang sedikit di wilayah perkotaan juga dapat
memberikan efek jenuh danmembosankan bagi masyarakat Kota Palembang dimana aktifitas
sehari-hari masyarakat Kota Palembang adalah pekerja kantoran.
Berdasarkan hasil wawancara penulis bersama informan, maka penulis menarik kesimpulan bahwa
Pembangunan Berkelanjutan RTH di Kota Palembang memiliki efek positif bagi Kota Palembang.
Selain berperan besar sebagai pencegahan bencana banjir di Kota Palembang. Pembangunan RTH
juga memberikan hiburan alam bagi masyarakat Kota Palembang yang jenuh akan kehidupan
perkotaan dimana ini menunjukan sikap adil bagi seluruh masyarakat Kota Palembang. Karena
selama ini ruang hijau publik di kota-kota besar seperti Kota Palembang hanya dimiliki di
perumahan-perumahan elit saja. Dengan dilaksanakannya pembangunan RTH ini hadir sikap adil
bagi seluruh kalangan masyarakat Kota Palembang disamping fungsi utama RTH sebagai
pencegahan bencana banjir di Kota Palembang.
Selain itu juga Pembangunan Berkelanjutan RTH yang dilaksanakan di Kota Palembang akan
menimbulkan rasa peduli lingkungan bagi masyarakat Kota Palembang karena masyarakat
merasakan dan melihat langsung dampak positif dari RTH.
Adapun saran yang dapat diberikan adalah RTH ini dibangun dengan memperhatikan aspek-aspek
keperluan manusia. Tidak hanya dibangunn sebagai area taman yang dipenuhi pohon-pohon.
Namun RTH ini dapat dibangun dengan fasilitas seperti tempat duduk sehingga masyarakat bisa
menikmati RTH.

3.1.3 Ekonomi berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan RTH tidak dapat dilaksanakan oleh satu pihak pemerintah saja.
Pemerintah Kota Palembang mengalami kesulitan dalam upaya pemenuhan RTH sebesar 30%
dikarenakan Kota Palembang adalah kota dimana sebagian besar wilayahnya sudah beralih fungsi
menjadi wilayah perkantoran, perumahan dan lain-lain. Sehingga dalam upaya pemenuhan RTH
yang kurang tersebut, Pemerintah Daerah Kota Palembang harus mengganti untung lahan
masyarakat yang lahannya dialih fungsikan mnenjadi RTH. Sehingga hal ini akan memberatkan
keuangan pemerintah. Dalam usaha pemenuhan tersebut, pemerintah berharap ada kerja sama
antara pemerintah dan pihak swasta dalam upaya pemenuhan RTH yang kurang dalam konteks
ekonomi keberlanjutan.

3.1.3.1 RTH Private


Berbicara mengenai indikator Pembangunan Berkelanjutan RTH maka pada prinsipnya ini akan
melibatkan semua kalangan yang ada di wilayah tersebut. Pemenuhan kebutuhan RTH di Kota
Palembang sulit mencapai target apabila hanya mengandalkan pemerintah sebagai aktor utama
pelaksanaanya.
Berdasarkan hasil wawancara penulis, maka penulis menarik kesimpulan bahwa dalam
pelaksanaan pembangunan RTH ternyata tidak hanya dapat dilakukan pemerintah saja, melainkan
dapat juga melalui pihak swasta dalam konteks RTH Private. Hal ini memang belum ada regulasi
yang mengatur terkait ini, namun besar harapan ketika regulasi terkait ini telah rampung maka
akan banyak investor perkebunan yang mau membeli lahan di Kota Palembang atau mengelola
lahan milik Pemerintah Kota Palembang untuk diubah menjadi lahan perkebunan. Seperti yang
diketahui perkebunan juga memiliki kemampuan untuk menyerap air ke dalam tanah dan menjadi
air tanah sehingga RTH Private dapat juga berperan sebagai pencegahan bencana banjir di Kota
Palembang.
Adapun saran yang diberikan adalah Pemerintah Kota Palembang agar dapat mengatur regulasi
terkait RTH Private sehingga pihak swasta dapat menjadi andil bagian didalamnya. Disamping
sebagai pemenuhan RTH Kota Palembang juga akan menyasar kepentingan ekonomi
keberlanjutan dimana akan memberikan keuntungan bagi lingkungan Kota Palembang,
masyarakat Kota Palembang dan pihak swasta itu sendiri.

3.2 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat


3.2.1 Faktor Pendukung Pembangunan Berkelanjutan RTH di Kota Palembang
3.2.1.1 Dukungan Pemerintah Daerah
Pembangunan yang dilaksanakan dalam lingkup kota bukanlah sebuah pekerjaan mudah untuk
dilaksanakan. Tahapan proses yang harus dilalui sebelum pembangunan itu terjadi merupakan
proses yang sangat panjang. Tidak terjadi dalam sehari, satu minggu atau hanya satu bulan.
Pembangunan yang dilaksanakan akan melalui banyak tahapan seperti proses perencanaan,
penganggaran, pemetaan dan persetujuan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Bahwa dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan RTH di Kota Palembang sangat didukung
penuh oleh Pemerintah Daerah Kota Palembang. Hal ini merupakan wujud nyata dari pencegahan
bencana banjir serta upaya yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Kota Palembang melalui
pembangunan berkelanjutan RTH.
Adapun saran yang diberikan berupa Pemerintah Daerah Kota Palembang dapat melaksanakan
pembangunan tersebut agar lebih cepat tercapai target pembangunan minimum wilayah RTH.

3.2.2 Faktor Penghambat Pembangunan Berkelanjutan RTH di Kota Palembang


3.2.2.1 Ketersediaan Lahan
Pembangunan Berkelanjutan RTH di Kota Palembang baru mencapai angka terpenuhi sebesar
9,1%. Angka ini tidak hanya disebabkan oleh pembangunan yang lamban dikerjakan Pemerintah
Daerah. Pemerintah Daerah Kota Palembang mengalami kesulitan dikarenakan wilayah yang akan
dijadikan sebagai area RTH Taman Kota dan Kolam Retensi telah beralihfungsi dan sebagian besar
telah menjadi hak milik masyarakat yang dibuktikan dengan sertifikat tanah. Selain itu juga
permasalahan penghambat terjadi ketika tanah milik Pemerintah Daerah Kota Palembang yang
akan dialih fungsikan sebagai RTH telah dipenuhi oleh bangunan liar masyarakat. Sehingga hal
ini menyebabkan beban anggaran Pemerintah Daerah bertambah dikarenakan masyarakat yang
menuntut ganti rugi lahan yang mana lahan tersebut sebernya adalah miliki Pemerintah Daerah.
Bahwa faktor penghambat pembangunan RTH di Kota Palembang adalah ketersediaan lahan yang
kurang disebabkan tata ruang puluhan tahun kebelakang yang memberikan perizinan mendirikan
bangunan terhadap wilayah yang seharusnya adalah wilayah RTH dan daerah resapan air.
Adapun saran yang dapat diberikan adalah Pemerintah Kota Palembang dapat memberikan melalio
mekanisme regulasi terkait lahan Pemerintah Daerah yang kosong untuk dikelola pihak swasta
sebagai area perkebunan sehingga ini akan menjadi RTH Private dan menghasilkan output di
bidang ekonomi juga.

3.3 Upaya dalam menghadapi faktor penghambat pembangunan berkelanjutan RTH


3.3.1 Upaya Langsung
3.3.1.1 Penjagaan RTH Kolam Retensi
Pembangunan Berkelanjutan RTH adalah masalah serta sekaligus solusi atas permasalahan
bencana banjir di Kota Palembang. Lahan RTH di Kota Palembang hanya 9,1%. Upaya dilakukan
pemerintah Kota Palembang dalam upaya pemenuhan kebutuhan RTH minimum sebesar 30%.
Namun kendalanya adalah ketika dilaksanakannya pembangunan RTH terdapat kendala dan
rintangan. Salah satunya adalah ketersediaan lahan untuk pembangunan RTH yang minim. Upaya
pembebasan lahan terus dilaksanakan Pemerintah Daerah Kota Palembang untuk pembangunan
berkelanjutan RTH, namun upaya tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama karena terkait
perencanaan.
Berdasarkan hasil wawancara, maka penulis menarik kesimpulan bahwa upaya langsung yang
dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang melalui penjagaan RTH
Kolam Retensi merupakan upaya yang dapat dilakukan sembari menunggu pembangunan terhadap
RTH baru dilaksanakan.
Adapun saran yang dapat diberikan adalah penempatan petugas-petugas penjaga kolam retensi
yang juga standby di kolam retensi yang lainnya. Karena petugas penjaga kolam retensi hanya
terdapat di 3 kolam retensi dari 46 total kolam retensi di Kota Palembang. RTH kolam retensi
tersebut adalah Taman Kambang Iwak, kolam retensi taman polda dan kolam retensi lambidaro.

3.3.2 Upaya Tidak Langsung


3.3.2.1 Dukungan Lintas Instansi
Pencegahan bencana banjir adalah tanggung jawab bersama seluruh organisasi pemerintah.
Pencegahan bencana banjir di Kota Palembang melibatkan banyak instansi ketika pelaksanaanya.
Terutama apabila RTH kolam retensi sudah tidak sanggup lagi untuk menampung debit air hujan
tinggi yang terjadi dalam waktu yang cukup lama. Bencana banjir akan tetap terjadi karena
disebabkan kelebihan daya tampung RTH kolam retensi di Kota Palembang ditambah luas RTH
di Kota Palembang belum mencukupi sehingga beban kerja RTH akan bertambah ketika curah
hujan sangat tinggi dan dalam waktu yang lama.
Ketika bencana banjir datang maka Pemerintah Daerah Kota Palembang telah bekerja sama
dengan BPBD Provinsi Sumatera Selatan sebagai langkah upaya mencegah terjadinya korban jiwa
di wilayah sekitar banjir kolam retensi. Dikarenakan banjir disekitar wilayah RTH kolam retensi
tergolong berbahaya karena ketika RTH kolam retensi telah meluap artinya wilayah tersebut sudah
mengalami kebanjiran yang cukup dalam mengingat RTH kolam retensi sudah kelebihan volume.
Berdasarkan hal itu maka penulis mengambil kesimpulan bahwa Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Palembang memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembangunan
berkelanjutan terhadap RTH, namun tidak memiliki kemampuan untuk melakukan penyelamatan
ketika bencana banjir datang. Sehingga melalui upaya tidak langsugn dukungan lintas instansi
akam tercipta sebuah kegiatan untuk pencegahan bencana banjir yang saling melengkapi satu dan
lainnya.
Adapun saran yang dapat diberikan adalah ditambahkannya hotline kontak darurat BPBD Provinsi
Sumatera Selatan di website Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang atau
website BPBD Provinsi Sumatera Selatan sehingga dapat segera dihubungi oleh masyarakat ketika
bencana banjir terjadi.

3.4 Diskusi Temuan Utama Penelitian


Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan wilayah alam baik yang bersifat alami maupun buatan
yang dibuat oleh manusia. Mengacu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008,
RTH terbagi menjadi 2 yaitu RTH Privat dan RTH Publik. Dalam konsep Ruang Terbuka Hijau
perkotaan, Ruang Terbuka Hijau tidak hanya berbentuk taman kota. Jenis-Jenis Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu taman kota,
kolam retensi, taman lingkungan, taman rekreasi, pemakaman umum dan jalur pengaman median.
Ruang Terbuka Hijau memiliki peran yang sangat besar dalam upaya menjaga stablilitas
lingkungan di wilayah perkotaan. Melalui Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang disebutkan bahwa suatu wilayah perkotaan Kabupaten dan Kota harus
menyediakan luas lahan RTH sebesar 30%.
Adapun tujuan dari pembangunan berkelanjutan RTH sebagai upaya pencegahan bencana banjir
di Kota Palembang antara lain: 1) Memenuhi kewajiban pemenuhan lahan RTH sebesar 30% dari
luas wilayah Kota Palembang. Kewajiban pemenuhan lahan RTH di perkotaan harus mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Acuan ini sebagai
barometer bahwa pembangunan di wilayah Kabupaten dan Kota tidak diperbolehkan hanya
mengacu kepada kepentingan ekonomi saja, melainkan harus memperhatikan kebutuhan
lingkungan. 2) Sebagai area mitigasi bencana banjir. Tujuan dari pembangunan RTH tidak hanya
sebagai pemanis lingkungan perkotaan saja, melainkan pembangunan RTH didasarkan kepada
proses mitigasi bencana banjir. RTH memiliki kemampuan untuk menyerap debit air hujan melalui
fungsi pepohonan atau kolam retensi. 3) Sebagai pusat kampanye peduli lingkungan sekaligus
sebagai wilayah perekonomian masyarakat. RTH tidak hanya sebagai wilayah yang diperuntukan
untuk kepentingan alam saja. Melalui RTH pemerintah dapat melakukan banyak kegiatan sehingga
fungsi-fungsi RTH tersebut tidak hanya sebatas sebagai area lingkungan perkotaan dan
pencegahan bencana banjir, namun dapat juga sebagai wilayah perekonomian.

3.5 Diskusi Temuan Menarik Lainnya (opsional)


Penulis menemukan salah satu hambatan dalam melakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kota Palembang diharapkan memberikan pemahaman cinta lingkungan kepada masyarakat
Kota Palembang. Terdapat beberapa wilayah RTH taman kota dan RTH kolam retensi yang masih
banyak terdapat sampah rumah tangga. Hal ini menandakan masyarakat belum menjaga
lingkungan, akan percuma apabila terus dilaksanakan pembangunan RTH tetapi sampah dimana-
mana.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peniliti, maka dapat disimpulkan yaitu: 1) Bencana
banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi di Kota Palembang terutama apabila
memasuki musim penghujan. Hal ini disebabkan oleh wilayah topografi Kota Palembang yang
cenderung datar, banyak wilayah resapan air telah beralihfungsi, kurangnya RTH, dan kurang
kesadaran masyarakat Kota Palembang untuk menjaga lingkungan. 2) Pemerintah Daerah Kota
Palembang telah membuat regulasi terkait lingkungan sebagai salah satu upaya pencegahan
bencana banjir. Regulasi terkait yang dimaksud adalah upaya pembangunan berkelanjutan RTH di
Kota Palembang. Upaya tersebut dituangkan kedalam RPJMD Kota Palembang Tahun 2018-2023
yang dijabarkan melalui RENSTRA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
Palembang. 3) Pembangunan berkelanjutan RTH sedang dilaksanakan di Kota Palembang namun
belum menyentuh target minimal yang diwajibkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang yakni sebesar 30% dari luas wilayah Kabupaten dan Kota.
Adapun saran sebagai diharapkan dapat berguna bagi Pemerintah Daerah Kota Palembang sebagai
sebagai berikut : 1) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang harus
mengupayakan secara maksimal mengejar pembangunan RTH untuk mencapai 30% dari luas
minimum wilayah sebagai upaya pencegahan bencana banjir. 2) Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Palembang diharapkan memberikan pemahaman cinta lingkungan kepada
masyarakat Kota Palembang. Terdapat beberapa wilayah RTH taman kota dan RTH kolam retensi
yang masih banyak terdapat sampah rumah tangga. Hal ini menandakan masyarakat belum
menjaga lingkungan, akan percuma apabila terus dilaksanakan pembangunan RTH tetapi sampah
dimana-mana. 3) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang diharapkan
memanfaatkan lahan kosong milik Pemerintah Daerah Kota Palembang yang dapat
dialihfungsikan menjadi RTH. Dalam upaya percepatan mencapai target 30%, Pemerintah Daerah
Kota Palembang dapat mengajak pihak ke-3 yang berminat mengolah lahan kosong tersebut
menjadi wilayah perkebunan.
Keterbatasan Penelitian. Penelitian ini memiliki terbatasan utama yakni waktu yang tersedia dan
biaya yang digunakan untuk penelitian.
Arah Masa Depan Penelitian (future work). Penulis menyadari masih awalnya temuan
penelitian oleh karena itu penulis menyarakan untuk dapat melakukan penelitian lanjutan terkait
penelitian ini dilokasi berbeda namun membahas mengenai ruang terbuka hijau (RTH) dalam pra
bencana.

V. UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kepada orang tua penulis, para dosen pembimbing dan dosen penguji dan
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penulisan ini.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Esterberg, Kristin G. Qualitative Methods Ins Social Research. New York: McGraw Hill,
2002.
George R.Terry. Principle of Manajemen. Edited by G.A. Ticoalu. Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
Hasan, Erliana. Filsafat Ilmu Dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan. Bandung:
Ghalia Indonesia, 2011.
Khambali, I. Manajemen Penanggulangan Bencana. Yogakarta: Andi, 2021.
Komariah, Aan, and Djam’an Satori. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,
2017.
Miller, A., and M Loman. Measuring and Reporting Sustainability: The Role of the Public
Sector. Edited by Earth Institute. Columbia, 2006.
Moleong, L. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remja Rosda Karya, 2011.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Nurjanah. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta, 2012.
Purnomohadi. “Peran Ruang Terbuka Hijau Dalam Pengendalian Kualitas Udara Di DKI
Jakarta.” Institut Pertanian Bogor, 1995.
Rogers, PP, Kazi F Jalal, and John A Boyd. An Introduction to Sustainable Development.
Glendale: Glen Educational Foundation, 2008.
Salim, and Syahrum. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Cipta Pustaka, 2012.
Sangadji, Etta Mamang, and Sopiah. Metodologi Penelitian–Pendekatan Praktis Dalam
Penelitian. Yogakarta: Andi, 2010.
Sari. “Kajian Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Sukabumi.” Jurnal Bumi
Indonesia (2015).
Shirvani, Hamid. The Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold Company,
1985.
Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Refika Aditama, 2010.
Sudaryono. Metodologi Penelitian. Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2018.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta, 2015.
———. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2017.
———. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2018.
———. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: PT Alfabet, 2016.

Ahmad Jazuli. “Dinamika Hukum Lingkungan Hidup Dalam Rangka Pembangunan


Berkelanjutan.” Media Pembinaan Hukum Nasional (2015).
Arifin, Samsul. “Peran Teknologi Pengindaraan Jauh Dalam Kebencanaan Di Indonesia.”
Sosialita 9, no. 1 (2014).
Hutabarat, Lolom Evalita. “Studi Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) Akibat
Pengambilan Air Tanah Berlebihan Di DKI Jakarta.” Kumpulan Karya Ilmiah Dosen
Universitas Kristen Indonesia Delapan Windu (2017).

Ahmad Jazuli, “Dinamika Hukum Lingkungan Hidup dalam rangka pembangunan


berkelanjutan,” Media Pembinaan Hukum Nasional, 2015
George R.Terry, Principle of Manajemen, 1997
Hutabarat, Lolom Evalita, “Studi Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) Akibat
Pengambilan Air Tanah Berlebihan Di DKI Jakarta,” Kumpulan Karya Ilmiah Dosen
Universitas Kristen Indonesia Delapan Windu, 2017
Ibid, No Title, 218M
Indonesia, Pemerintah, “Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,” 2007
Indonesia, Pemerintah Republik, “UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,”
2007
Miller, 2006
Sari, “Kajian Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Sukabumi,” Jurnal Bumi Indonesia,
2015
Shirvani, Hamid, “The Urban Design Process,” 1983
Silalahi, 2010
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015)
“University British Columbia”
Walhi, “Pemkot Palembang tambah ruang terbuka hijau,” AntaraNews.Com, 2020
<https://sumsel.antaranews.com/berita/457556/walhi-minta-pemkot-palembang-tambah-
ruang-terbuka-hijau> [diakses 1 September 2021]
Wikipedia, “Cincin Api Pasifik - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas”
<https://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Api_Pasifik> [diakses 1 September 2021]
———, “Sejarah Kota Palembang,” hal. 1

You might also like