Trauma Muskoloskeletal Wahyu y
Trauma Muskoloskeletal Wahyu y
Trauma Muskoloskeletal Wahyu y
Oleh :
Wahyu Yuniati, S.Kep, Ns, M.Kep
GOALS :
5
● Patients with blunt trauma also Significant blood loss is possible
incur injuries to the in major injuries patient
musculoskeletal system sustainded significant forces
INTRODUCTION
Crucial steps :
- Identifying
- Initiating resuscitation
Elements of clinical observation
• Level Of Conciousness
• Skin Perfusion
• Pulse
Assess a central pulse (femoral, carotid) bilaterally for quality, rate, regularity
Recognized fractur femurs and any open long bone fractures with major soft-tissues
involvement “
Assesment
Loss of palpable pulse
Changes in pulse quality
Systolic blood pressure value
Interruption in arterial blood supply :
• A cold
• Pale
• Pulseless extremity
11
KLASIFIKASI & MANAJEMEN TRAUMA
MUSKULOSKELETAL
12
1. Soft Tissue Injury
13
SPRAIN
Terjadi kerusakan pada jaringan ikat sendi (ligamen)
STRAIN
• Terjadinya kerusakan pada otot atau tendon
Penanganan Soft Injury
• Sprain/Strain
A. Close wound (secara umum) • Gejala : nyeri, edema, tendernes,
○ R (rest) sensasi terbakar dengan/tanpa
○ I (ice) ekimosis
○ C (compresion) • Terapi ringan : kontrol nyeri,
○ E (elevation) strapping(perban suportif) &
○ R (rujuk) imobilisasi
• Terapi berat :
✓ R (rest)
✓ I (ice)
✓ C (compresion)
✓ E (elevation)
✓ R (rujuk)
16
B. Open Wound
Cedera dimana kulit terbuka hingga jaringan di bawah nampak
Laserasi Luka pada kulit dan jaringan Ringan → sama seperti abrasio
dibawahnya denga tepi bergerigi Berat → irigasi lluka, bersihkan dari benda asing,
pada luka kontrol perdarahan (bebat-tekan) & cairan IV bila
perlu
Amputasi Hilangnya sebagian atau seluruh Prinsip ABCDE → airway, breathing, sirkulasi
anggota badan atau pelengkap (cairan IV/transfusi, vasopresor), tanda
lain dari tubuh karena kecacatan dan kontrol pasien ttp hangat. Kontrol
iatrogenik/trauma nyeri dan pantau TTV
Perdarahan tekan langsung dgn torniquet
menutup aliran arteri.
Posisi syok → kepala redah, kaki terangkat
17
Pedoman Penatalaksanaan Secara Umum
18
PENGKAJIAN UMUM
Inspeksi :
warna kulit; perubahan posisi ekstremitas; adanya edema,
swelling & ekimosis (memar); ROM; kesimetrisan ; dan deformitas
Palpasi :
temperatur; nyeri; tenderness (empuk saat ditekan);
krepitasi (rasa gemertak saat tulang digerakkan, gesekan
antar fragmen)
19
Tata Laksana :
● Primary survey dan resusitasi
○ Airway + kontrol servical → kaji kepatenan
○ Breathing → kaji RR, pergerakan dinding dada, kedalaman pernapasan, otot batu &
saturasi oksigen
Syok hipovolemik ditandai takikardi
○ Sirkulasi + kontrol perdarahan → kaji RR, TD, CRT, GCS.
Ada perdarahan balut tekan
Ada luka amputasi – tekan langsung & pasang torniquet tinggikan daerah tsb
○ Disability → tingkat kesadaran, status hemodinamik & GCS
○ Eksposure + kontrol lingkungan → cek deformitas, swelling, perubahan warna kulit,
memar, nyeri, tenderness, krepitasi, pergerakan
Kontrol lingkungan → mekanisme trauma pasien, adanya benda berbahaya,
pertahankan hangat
20
Nursing Management
● The nurse's primary role is to assess the patient and be alert to the signs and symptoms of
potential complications by performing a careful examination.
● The nurse should be suspicious and aware that other injuries could have occured.
● It is important to keep the patient's pain under control.
● The nurse needs to watch for the complications of a normal postoperative patient and other
complications
2. FRAKTUR DAN DISLOKASI
24
MANIFESTASI KLINIK FRAKTUR
1. Nyeri
2. Bengkak
3. Echimosis
4. Deformitas
5. Krepitasi
6. Pergerakan abnormal
25
KLASIFIKASI FRAKTUR ➢ F. Terbuka (open fraktur) : ada hub
fragmen tulang dengan dunia luar
permukaan kulit
➢ F. Tertutup (close fraktur) : tidak
terdapat hub fragmen tulang dgn
dunia luar
➢ F. Kompresi : fraktur yang terjadi
sehingga tulang terdorong ke arah
permukaan lain
➢ F. Stres : fraktur karena tekanan yg
terus menerus
➢ F. Avulsi : fraktur karena tarikan
pada otot
➢ F. Greenstick : tulang tidak patah
sepenuhnya, jaringan tulang
menjadi lunak (seriing pada anak)
➢ F. Transversal : fraktur seperti garis
lurus (melintang)
➢ F. Kominutif : fragmen tulang
pecah menjadi beberapa potongan
➢ F. Impaksi : fraktur saat 2 tulang26
bertumpuk
Tahap penyembuhan Fraktur
1. Hematoma Fraktur ( 48 jam ssd trauma)
2. Penyerapan hematoma, & diisi oleh sel-sel
tulang baru (hari ke 2-1 minggu)
3. Pembentukan kalus ( tulang muda) (ssd 3
minggu)
4. Fase penyatuan ( 6-12 minggu)
5. Remodelling → (12-24 bulan)
Healing in Bone:
Healing in Bone:
PENATALAKSANAAN
Fraktur Terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi
kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan
( golden period ) 6-8 jam
Tindakan pre op :
a. Proteksi diri,
b. Cek Respon/kesadaran
c. ABCD
d. Hentikan perdarahan ( bebat tekan / heacting
situasi)
e. Imobilsasi ( pasang bidai )
f. Observasi TTV (bila px syok pasang infus )
g. Berikan Analgesik+Antibiotik+ Antitetanus
30
KOMPLIKASI FRAKTUR TERBUKA Osteomyelitis
31
PENATALAKSANAAN FRAKTUR SECARA UMUM :
32
KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri
b. Kompartement Syndrom
c. Fat Emboli syndrom
d. infeksi
e. Avaskuler Nekrosis
f. Shock
2. Komplikasi dalam waktu lama
a. Delayed Union
b. Nonunion
c. Malunion
Sindroma kompartemen
38
GEJALA
• Gerak terbatas/hilang
• Nyeri saat digerakkan
• Mati rasa di sekita area
• Parasthesia (kesemutan) pada anggota gerak
39
PENANGANAN
➢ Terapi awal :
RICE (rest, ice, compression, elevasi)
➢ Terapi lanjutan :
1. Manipulasi atau reposisi (obat penenang/
anestesi untuk membuat pasien nyaman dan otot
di menjadi rileks). Ex : morfin (bila perlu)
2. Imobilisasi (bebat/splint atau gips selama
beberapa minggu)
3. Obat-obatan (pereda nyeri atau pelemas otot).
4. Terapi Rehabilitasi/latihan (untuk meningkatkan
kekuatan sendi dan mengembalikan jangkauan
geraknya).
5. Pembedahan jika ada saraf/pembuluh darah
yang rusak / tidak bisa kembali secara natural
40
Pengkajian
ABCs (Airway, breathing, and circulations)
Pemeriksaan fisik
Look: Luka/ Memar, Pucat/ Sianosis, Edema, Deformitas
Feel: Nyeri, Krepitasi, Tenderness (nyeri tekan)
Move: Tidak dapat digerakkan, Gerakan abnormal
Penatalaksanaan
Pertahankan Jalan Nafas (A)
Terapi Oksigen (B)
Hentikan Perdarahan, Tutup Luka (C)
Resusitasi Cairan
Manajemen Nyeri
RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation)
Imobilisasi Cedera -- Pembidaian
Mencegah Komplikasi Akut
(Kompartemen Syndrom, Deep vein
Thrombosis)
Diagnosa Keperawatan
Nyeri
Gangguan mobilitas fisik
Defisit perawatan diri
Intoleransi aktivitas
Gangguan integritas kulit
Gangguan neurovaskular perifer
Risiko jatuh
Risiko cidera
Perubahan eliminasi
Masalah Kolaborasi
● Perdarahan ● Infeksi paru
● Syok hipovolemia ● Infeksi Saluran Kemih
● Autonomic dysreflexia (ISK)
● Dekubitus ● Atropi otot
● Deep Vein Trombosis ● Kontraktur sendi
(DVT) ● Dislokasi sendi
● Kompartemen sindrom ● Risiko tidak efektifnya
● Emboli lemak pemeliharan protese
● Dislokasi prostese ● Respon pasca trauma
Traction Principle of 2
Splinting
IMOBILISASI FRAKTUR
TRAUMA SPINAL DAN LEHER
51
DEFINISI
Menurut Fan et al., (2018), Trauma spinal adalah kondisi yang dapat
menyebabkan disfungsi permanen dan menyebabkan komplikasi
seperti infeksi saluran kemih (ISK), gangguan fungsi neurologis, nyeri,
ulkus, hipotensi ortostatik (OH), dan fleksibilitas.
52
CEDERA SERVICAL
• Fraktur servikal yang paling fatal terjadi pada level servikal atas, yaitu pada
craniocervical junction C1 atau C2
• 20 - 75% dari fraktur vertebra servikal tersebut merupakan fraktur yang
tidak stabil
• 30-70% dihubungkan dengan cedera saraf sampai ke medula spinalis
• Klasifi kasi fraktur dapat mengambil beberapa bentuk tergantung dari besar
kecilnya kerusakan anatomis atau berdasarkan stabil atau tidak stabil.
• Major Frakture bila fraktur mengenai pedikel, lamina atau korpus vertebra
• Minor Fracture bila fraktur terjadi pada prosessus transversus, prosessus
spinosus2
53
54
55
56
57
58
59
PRIMARY SURVEY
60
61
62
NEXUS CRITERIA
63
64
lesi pada medula spinalis memberi gejala:
Gangguan motorik
● Kelumpuhan - setinggi lesi pada medulla spinalis sifatnya adalah LMN (Lower Motor Neuron)
sedangkan dibawah lesi dari segmen yang rusak kelumpuhan sifatnya UMN (upper Motor
Neuron), karena terganggunya traktus kortikospinalis. (traktus pyramidalis)
● kerusakan setinggi medula spinalis servical menyebabkan kelumpuhan tetraparese
● kerusakan medula spinalis thorakal s/d lumbal memberikan gejala paraparese
● kerusakan medula spinalis sacral menyebabkan gangguan miksi & defekasi tanpa para parese
● Suatu kerusakan yang akut pada medulla spinalis, biasanya timbul apa yang disebut spinal
shock yaitu berhentinya semua fungsi dibawah lesi. Shock ini dapat berlangsung sampai 6
minggu dan dalam fase shock ini timbul gejala gejala kelumpuhan berupa LMN, keadaan ini
berangsur-angsur membaik bila tidak ada lesi organis
lesi pada medula spinalis memberi
gejala :
Gangguan sensibilitas :
– Gangguan sensibilitas sifatnya adalah segmental, dapat terjadi hypestesia hingga anesthesia
mulai setinggi segmen medulla spinalis kebawah.
– Bila terjadi lesi total pada medulla spinalis (lesi tranversa) maka kedua jenis sensibilitas
(eksteroseptik & proprioseptik) ikut terganggu.