2355 9851 3 PB
2355 9851 3 PB
2355 9851 3 PB
45-64
Tulisan Diterima: 14-01-2022; Direvisi: 08-04-2022; Disetujui Diterbitkan: 13-04-2022
Karya ini dipublikasikan di bawah lisensi
Creative Commons Attribution 4.0 International License
ABSTRACT
Efforts to eliminate and prevent the practice of P2GP/FGM which are considered human rights violations
against women are carried out by banning P2GP/FGM in several countries, one of which is Egypt.
Meanwhile, there is no regulation or policy to stop P2GP/FGM in Indonesia. Seeing the decline in the
prevalence of FGM practices in Egypt, the authors are interested in analyzing the transplantation of
P2GP/FGM prohibition settings through a comparative study of Indonesian and Egyptian laws. This
research is normative legal research with a conceptual approach and comparative law. Comparative law
studies are conducted to get an overview of solutions to the same problems in other countries. The practice
of P2GP/FGM in both Indonesia and Egypt is based on ancient traditions and not for medical or religious
purposes. The striking difference between the two countries in eliminating FGM practices is the commitment
to regulate FGM in legal instruments in their countries. Therefore, in dealing with problems with the same
root cause, Indonesia can refer to the same solution, namely by formulating legal instruments regarding
P2GP/FGM as a criminal act by carrying out legal transplants adapted to the ideals of the Indonesian legal
state.
Keywords: human rights; regulation of P2GP/FGM; comparative law; legal transplant
ABSTRAK
Upaya penghapusan dan pencegahan praktik P2GP/FGM yang dianggap pelanggaran HAM terhadap
perempuan, dilakukan dengan pelarangan P2GP/FGM di beberapa negara, salah satunya Mesir. Sedangkan
di Indonesia sampai saat ini belum terdapat pengaturan maupun kebijakan untuk menghentikan P2GP/FGM.
Melihat penurunan prevalensi praktik FGM di Mesir, penulis tertarik menganalisis transplantasi pengaturan
larangan P2GP/FGM melalui studi perbandingan hukum Indonesia dengan Mesir. Penelitian ini merupakan
penelitian hukum normatif dengan pendekatan konseptual dan perbandingan Hukum. Studi perbandingan
hukum dilakukan untuk mendapatkan gambaran solusi atas permasalahan yang sama di negara lain. Praktik
P2GP/FGM baik di Indonesia maupun di Mesir merupakan praktik atas dasar tradisi kuno dan bukan untuk
kepentingan medis maupun agama. Perbedaan yang mencolok kedua negara dalam penghapusan praktik FGM
adalah komitmen pengaturan FGM dalam instrumen hukum di negaranya. Oleh karena itu, dalam menghadapi
permasalahan dengan akar masalah yang sama, Indonesia dapat merujuk solusi yang sama, yakni dengan
merumuskan instrumen hukum mengenai P2GP/FGM sebagai tindak pidana dengan melakukan transplantasi
hukum yang disesuaikan dengan cita negara hukum Indonesia.
Kata Kunci: hak asasi manusia; pengaturan P2GP/FGM; perbandingan hukum; transplantasi hukum
45
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 1, April 2022
46
Transplantasi Pengaturan Larangan Praktik Female Genital Mutilation
Yulita Dwi Pratiwi
Berdasarkan hasil studi tersebut, diketahui kategori yakni imediate (acute) complications,
bahwa P2GP/FGM yang masih dipraktikkan Late (chronic) genito-urinary problems, Obstetric
oleh berbagai suku di Samarinda adalah Tipe IV. complications, Sexual functioning complications
Meskipun tidak seekstrim tipe I, tipe II dan tipe III, and Psycho-social complications.9Studi lainnya
FGM Tipe IV tetaplah prosedur berbahaya lainnya dari Elliot Klein, et. al, dengan judul Female
pada genital perempuan untuk tujuan non-medis Genital Mutilation: Health Consequences and
yang dilakukan dengan menusuk, menggores dan Complications menyatakan jika proses dilakukan
merenggangkan genital perempuan. Studi lainnya dengan menggunakan peralatan yang tidak steril,
menunjukan bahwa tipe I yang disebut dengan tanpa antiseptik dan antibiotik, korban mungkin
Klitoridomi juga ditemukan di Indonesia. Dalam mengalami peningkatan risiko komplikasi. Infeksi
studi tersebut ditemukan praktik P2GP/FGM primer meliputi infeksi staphylococcus, infeksi
Tipe I di Kabupaten Bima dan sebagian kecil saluran kemih, rasa sakit yang berlebihan dan
masyarakat Polewali Mandar serta Ambon dimana tidak terkendali, dan pendarahan.
praktik yang dilakukan melibatkan pemotongan Sementara itu, FGM menurut Declaration
sedikit ujung klitoris.5 on the Elimination of Violence against Women
Data dari Riset Kesehatan Dasar pada Tahun Proclaimed by General Assembly resolution
2013, 51,2 % anak perempuan usia 0-11 tahun 48/104 of 20 December 1993 termasuk bentuk
telah mengalami P2GP/FGM.6 Pengaruh budaya kekerasan terhadap perempuan. Secara eksplisit
patriarki menempatkan P2GP/FGM berlangsung hal tersebut diatur dalam Pasal 2 huruf (a)
di pelbagai daerah di Indonesia. P2GP/FGM Declaration on the Elimination of Violence against
dianggap sebagai kewajiban yang harus dilakukan Women Proclaimed, yang menentukan bahwa:
secara turun-temurun dan dipercaya sebagai tradisi. “Violence against women shall be understood to
Di sisi lain, faktor agama juga melatarbelakangi encompass, but not be limited to, the following:
masih dilakukannya P2GP/FGM.7 P2GP/ (a) Physical, sexual and psychological violence
FGM dipercaya sebagai upaya mengendalikan occurring in the family, including battering,
seksualitas perempuan dimana organ genital akan sexual abuse of female children in the
dimodifikasi sehingga akan menurunkan libido.8 household, dowry-related violence, marital
rape, female genital mutilation and other
Berdasarkan hasil studi Kimani Samuel,
traditional practices harmful to women, non-
et.al, diungkapkan bahwa P2GP/FGM tidak
spousal violence and violence related. …”
memiliki manfaat Kesehatan. Dampak kesehatan
akibat P2GP/FGM diklasifikasikan dalam 5 (lima) Pada 20 Desember 2012, Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan
5 Sari Damar Ratri Johanna Debora Imelda, Djamilah, resolusi yang mengutuk FGM yakni resolusi A/
Reni Kartikawati, Anggoro Yudo Mahendro, RES/67/146 tentang Intensifying global efforts
Elimination of Female Genital Circumcision in
Indonesian Trasition Society: Revealing a Hope, 2016, for the elimination of female genital mutilations.10
Accesed December 15, 2021 https://knepublishing.com/ Resolusi tersebut mendesak semua negara
index.php/Kne-Social/article/view/2925/6258#figures.
6 Erna Mulati, “Sunat Perempuan/FGM Pemotongan
untuk mengutuk praktik FGM, menerapkan dan
Dan Pelukaan Genital Perempuan (P2GP) Dari
Sudut Pandang Kesehatan,” Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (2021). 9 Samuel Kimani, Jacinta Muteshi, and Carolyne Njue,
7 Putri Septyaning Rahayu Ariesta, “Praktik Sunat Health Impactsof FGM/C: ASynthesisofthe Evidence,”
Anak Perempuan (Studi Tentang Relasi Kuasa Evidence to End FGM/C Programme: Research to Help
Dan Reproduksi Kuasa Dalam Praktik Sunat Anak Girls and Women Thrive (New York, 2016): 4, http://
Perempuan Dalam Perspektif Gender)” (Universitas www.popcouncil.org/EvidencetoEndFGM-C%0D. The
Airlangga, 2018): 3. 10 General Assembly, “Resolution Adopted by the
8 Dewi H. Susilastuti, Eddy Kiswanto, Novi General Assembly on 20 December 2012 67/146.
Widyaningrum, Pemotongan/Perlukaan Genetalia Intensifying Global,” United Nations, last modified
Perempuan (P2GP) / Sunat Perempuan: Persimpangan 2012, Accesed December 15, 2021, https://www.un.org/
Antara Tradisi Dan Modernitas. ga/search/view_doc.asp?symbol=A/RES/67/146.
47
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 1, April 2022
menegakkan undang-undang yang melarang Timur dan Kabupaten Kudus Jawa Tengah, praktik
FGM, dan membuat program yang meningkatkan P2GP/FGM dilakukan dengan memotong sedikit
kesadaran tentang FGM. ujung klitoris. Di Aceh, hal serupa juga dilakukan
Indonesia sebagai negara dengan pandangan dengan mengiris kulit pada bagian ujung kulit
partikularistik-relatif terhadap HAM, berusaha klitoris.
menemukan titik dialogis di antara pandangan- Peraturan Menteri Kesehatan Republik
pandangan lainnya atas dasar Pancasila dan Indonesia No.1636/MENKES/PER/XI/2010
UUD 1945, tanpa mengesampingkan substansi tentang Sunat Perempuan dicabut dengan
dokumen-dokumen internasional tentang HAM.11 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun
Instrumen hukum yang pertama mengatur P2GP/ 2014 karena sunat perempuan bukan termasuk
FGM diatur dalam Surat Edaran Dirjen Bina praktik medis. Namun, sampai dengan tujuh
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik tahun diundangkannya Permenkes No. 6 Tahun
Indonesia Nomor HK 00.07.1.31047a tentang 2014, tidak ada pernyataan sikap dari pemerintah
Larangan Medikalisasi Sunat Perempuan bagi melalui instrumen hukumnya apakah praktik
Petugas Kesehatan. Ketentuan tersebutadalah dasar tersebut dilarang atau tidak. Desakan dari para
larangan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan aktivis HAM nasional maupun dari organisasi
sunat perempuan karena tidak bermanfaat bagi internasional, seperti WHO, Komisi HAM PBB
kesehatan. Bahkan, hal ini merugikan dan maupun Komite CEDAW terus didapatkan
menyakitkan bagi perempuan. Namun, larangan pemerintah Indonesia untuk menghapuskan
tersebut tidak berlangsung lama setelah terdapat praktik tersebut dan mengaturnya sebagai bentuk
berbagai pro kontra dari masyarakat. Penolakan kejahatan.
tersebut salah satunya ditandai dengan keluarnya Hingga dewasa ini, hanya terdapat pedoman
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 9A bagi tenaga kesehatan dalam pencegahan praktik
Tahun 2008 tentang Hukum Pelarangan Khitan P2GP/FGM yang dikeluarkan oleh Kementerian
terhadap Perempuan. Kesehatan Republik Indonesia dimana pedoman
Pada tahun 2010, diundangkan Peraturan tersebut hanya sebagai alat bantu bagi tenaga
Menteri Kesehatan Nomor 1636 tentang Sunat kesehatan dalam memberikan komunikasi,
Perempuan (selanjutnya disebut Permenkes 1636 informasi dan edukasi (KIE) mengenai pencegahan
tentang Sunat Perempuan). Pasal 2 Permenkes praktik P2GP/FGM kepada masyarakat13, tetapi
1636 tentang Sunat Perempuan mengatur bahwa tidak dapat memaksa masyarakat untuk tidak
sunat perempuan hanya dapat dilakukan oleh melakukan atau menghentikan P2GP/FGM.
tenaga kesehatan tertentu dan harus permintaan Pengakuan terhadap HAM antara rakyat
dan persetujuan yang disunat orang tua dan/atau dengan rakyat maupun rakyat dengan pemerintah,
walinya. P2GP/FGM tidak mempunyai standar dibutuhkan suatu aturan hukum untuk menjamin
maupun konsep yang jelas di Indonesia. Banyak hal itu dilindungi dan dipatuhi.14 Pengaturan
istilah daerah yang digunakan untuk menyebutkan tersebut bukan berarti pembatasan terhadap hak
istilah P2GP/FGM seperti Mandi Lemon asasi, tetapi justru melindungi hak asasi masing-
(Gorontalo), Suci/Murni (Lombok), Basunat masing pihak. Oleh karena itu, di dalam negara
(Banjar), Masunna (Sulbar), Capitan (Banten), hukum, demi terpenuhinya hak dan kebebasan,
Selam (Babel).12 Sebagaimana di Madura Jawa seluruh warga negara harus mengikuti berdasarkan
pada peraturan hukum yang sesuai dengan
11 Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik Dan Sistem
Peradilan Pidana (Semarang: Universitas Diponegoro,
2002): 2-4. (P2GP) (Jakarta, 2018): 27.
12 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman 13 Ibid, 13.
Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Pencegahan Praktik 14 Mukthie Fadjar, Tipe Negara Hukum (Malang:
Pemotongan Dan Perlukaan Genitalian Perempuan Bayumedia Publishing, 2004):57.
48
Transplantasi Pengaturan Larangan Praktik Female Genital Mutilation
Yulita Dwi Pratiwi
peraturan perundang-undangan yang berlaku Faktor utama yang digunakan oleh para ahli
(conformity of law).15 hukum dalam menentukan hukum mana yang
Pengaturan terhadap penghapusan atau ditransplantasikan adalah sebagai berikut:20
larangan P2GP/FGM sangat diperlukan mengingat (i) authority
praktik P2GP/FGM tidak bermanfaat bagi (ii) prestige and imposition,
perempuan, tetapi memiliki konsekuensi terhadap (iii) chance and necessity,
kesehatan jangka pendek dan jangka panjang. (iv) expected efficacy of the law, and
P2GP/FGM juga membahayakan dan melanggar (v) political, economic and reputational
incentives from the countries and third
hak asasi perempuan dalam hal kesehatan dan
parties.
kesetaraan gender.16 Dari sisi agama, berdasarkan
rekomendasi muktamar ulama dunia yang Beberapa faktor tersebut diharapkan
diprakarsai oleh Universitas Al-Azhar, Kairo mampu memberikan gambaran dalam menjawab
pada tanggal 22 Nopember 2006, menghasilkan permasalahan perlindungan HAM dengan
beberapa rekomendasi. Salah satunya yaitu melakukan law reform dalam merumuskan
menyatakan bahwa P2GP/FGM adalah tradisi pengaturan pelarangan P2GP/FGM di Indonesia.
kuno yang masih dipraktikkan di sebagian Jika saat ini di Indonesia belum terdapat aturan
masyarakat dunia, termasuk sebagian masyarakat yang melarang praktik P2GP/FGM, melalui
muslim di beberapa negara. P2GP/FGM ini tidak penelitian ini, diharapkan dapat memberi
ada dasarnya baik dalam Al-Quran maupun hadits gambaran pengaturan pelarangan praktik tersebut
nabi yang sahih (valid/autentik).17 di negara Mesir. Hal ini mengingat selama
ini pengaturan P2GP/FGM sebatas peraturan
Pengaturan larangan praktik P2GP/FGM
kebijakan yang melarang tenaga kesehatan untuk
bukanlah gagasan baru. Beberapa negara telah
melakukan P2GP/FGM, tetapi tidak mengatur
mengatur larangan terhadap praktik P2GP/
larangan terhadap praktik tersebut. P2GP/FGM
FGM, yang mengikat setiap warga negara untuk
dianggap bukan sebagai indikasi medis dan tidak
menghentikannya. Berdasarkan negara-negara
ada manfaatnya. Secara global, hal ini dianggap
yang telah mengesahkan dan memberlakukan
sebagai kekerasan terhadap perempuan, tetapi
undang-undang larangan P2GP/FGM, dapat dilihat
tidak ada otoritas yang tepat dalam melarang
perubahan yang terjadi.18 Studi perbandingan
praktik tersebut. Oleh karena itu, dalam artikel
hukum dimaksudkan untuk mentransplantasi
ini, penulis akan menganalisis Transplantasi
gagasan pembentukan suatu norma hukum
Pengaturan Larangan Pemotongan dan Pelukaan
yang komprehensif dan berdaya guna.19Untuk
Genital Perempuan / Female Genital Mutilation
selanjutnya, hal ini dapat dituangkan dalam
melalui Studi Perbandingan Hukum Indonesia
peraturan perundang-undangan di Indonesia.
dengan Mesir.
15 Ibid, 15.
16 Dede Kania, “Hak Asasi Perempuan Dalam Peraturan METODE PENELITIAN
Perundang-Undangan Di Indonesia,” Jurnal Konstitusi Metode penelitian yang digunakan ialah
12, no. 4 (2015): 726.
17 Husein Muhammad, “Khitan Perempuan Untuk Apa,”
penelitian hukum normatif (legal research).
in Webinar SWOP 2020: Pencegahan FGM/C (P2GP) Penulis menggunakan pendekatan konseptual
Di Indonesia, 2020, 12–14. dan perbandingan hukum (comparative
18 Anjali Sen, “Remarks of UNFPA Indonesia
Representative Anjali Sen at the 2020 State Of The approach) yaitu dengan pendekatan mikro
World Population (SWOP) Report Launch Webinar (micro comparability). Pendekatan mikro ini
With Kemenpppa (MOWECP),” in Webinar on
FGM/C, 2020, 1.
memfokuskan pada aspek substansi aturan hukum
19 Irma Johanna Mosquera Valderrama, “Comparative
Law, Legal Transplants and Legal Change,” Legal
Transplants And Comparative Law, no. Desember
(2004): 265. 20
49
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 1, April 2022
(body of rules).21 Perbandingan yang dimaksud penting untuk diproteksi mengenai HAM adalah
adalah perbandingan terhadap norma hukum, baik mengenai kesehatan, hak seksual dan reproduksi.25
yang menggambarkan perilaku maupun terkait Penekanan tersebut dilatar belakangi perlakuan
konsekuensi hukumnya. Norma larangan yang diskriminatif pada perempuan sampai saat ini
bersifat imperatif dengan sifat apriori harus ditaati masih dijumpai.26
atau memaksa22 dibutuhkan untuk menghentikan Praktik P2GP/FGM menghilangkan
atau setidaknya dapat menekan tindakan P2GP/ kesetaran dengan membuat batasan terhadap hak
FGM. seksualitas dan bebas dari kekerasan dalam bentuk
Penelitian ini menitikberatkan pada apapun sebagai karunia Tuhan. Kola Odeku, et. al
functional method dan law in context method.23 melihat FGM sebagai pelanggaran HAM dalam hal
Metode tersebut paling sesuai digunakan dalam hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi
proses legislasi aturan mengenai P2GP/FGM gender, hak untuk hidup dan integritas fisik, hak
yakni melihat fungsi dan realitas masyarakat atas kesehatan serta hak anak atas perlindungan
di mana hukum itu diterapkan. Di Indonesia, khusus.27
sejauh ini hanya dilakukan langkah preventif Praktik P2GP/FGM juga dianggap telah
dengan melakukan penyuluhan setelah keluarnya mengambil hak perempuan dan anak yang diatur
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2014 dalam instrumen, deklarasi maupun kovensi
tentang Pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan internasional yang mengatur terkait HAM.
Nomor 1636/Menkes/PER/XII/2010 tentang Mulai dari UDHR, ICCPR, ICESCR, CEDAW,
Sunat Perempua. Melalui metode functional Declaration on the Elimination of Violence against
dalam penelitian ini, diharapkan mendapatkan Women dan Convention on the Rights of the Child
gambaran penyelesaian masalah P2GP/FGM serta Beijing Declaration.28
yang juga ditemukan di Mesir. Selain itu, aspek 1. Universal Declaration of Human Rights
hubungan antara aturan hukum dan pengaruh (UDHR)
sosial yang melingkarinya (law in context) juga UDHR diakui secara Internasional bertujuan
menjadi pertimbangan apakah hukum tersebut untuk mendefinisikan kebebesan dasar
dapat berlaku dalam realitas sosial yang ada di dan HAM, sebagaimana yang tercantum
Indonesia maupun Mesir. dalam Piagam PBB. UDHR terdiri dari tiga
puluh pasal yang mengatur terkait hak serta
PEMBAHASAN
A. Pengaturan P2GP/FGM di Indonesia 2008): 269.
Asas yang mendasari hak asasi bagi 25 Adam Salsa Novarin and Shary Charlotte Henriette
Pattipeilhy, “Perspektif Feminisme Dalam Memahami
perempuan adalah hak perspektif gender dan Permasalahan Hak Asasi Manusia Kelompok Queer
anti diskriminasi.24 Salah satu isu yang cukup Di Kota Semarang, Indonesia,” Jurnal HAM 11, no. 3
(2020): 488.
26 Komnas Perempuan, Perempuan Dalam Himpitan
21 Ratna Lukito, Perbandingan Hukum Perdebatan Teori Pandemi: Lonjakan Kekerasan Siber, Perkawinan Anak,
Dan Metode (Yogyakarta: Gadjah Mada University Dan Keterbatasan Penanganan Di Tengah Covid-19,
Press, 2019): 27. Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan
22 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Tahun 2020, Catatan Tahunan Tentang Kekerasan
Pengantar (Yogyakarta: Liberty, 2008):32. Seksual Terhadap Perempuan, vol. 1, 2021, Accesed
23 Mark Van Hoecke, “Methodology of Comparative December 15, 2021, https://komnasperempuan.go.id/
Legal Research, Law and Method,” Boom juridisch uploadedFiles/1466.1614933645.pdf.
(n.d.). 27 Kola Odeku, Symphorosa Rembe, and Joel Anwo,
24 Eko Riyadi Rhona K. M. Smith, Njal Hostmaelingen, “Female Genital Mutilation: A Human Rights
Christian Rachcim, Satya Ariananto, Fajrul Falaakh, Perspective,” Journal of Psychology in Africa 19, no.
Enny Soeprapto, Ifdhal Kasim, Rudi M. Rizki, 1 (2009): 55–61.
Suparman Marzuki, Fadillah Agus, Agung Y, Andrey 28 Yulita Dwi Pratiwi, “Pengaturan Sunat Perempuan
Sudjatmoko, Antonio Pradjasto, Sri Wijayanti, Hukum Dalam Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia,”
Hak Asasi Manusia, I. (Yogyakarta: PUSHAM UII, Jurnal Novum 3, no. 2 (2016): 139–150.
50
Transplantasi Pengaturan Larangan Praktik Female Genital Mutilation
Yulita Dwi Pratiwi
kebebasan manusia. Salah satu hak tersebut dirinya, dan tidak dapat dirampas secara
ialah “hak atas kehidupan, kebebasan dan sewenang-wenang. Praktik FGM yang
keselamatan sebagai individu” sebagaimana dilakukan tanpa dasar ilmiah inilah yang
yang diatur dalam Pasal 3 UDHR. Pasal ini dianggap sebagai bentuk perampasan hak
merupakan dasar dari penolakan adanya hidup dan integritas fisik manusia.
praktik FGM yang erat kaitannya dengan 3. The International Covenant on Economic,
praktik yang mengontrol kebebasan seorang Social and Cultural Rights (ICESCR)
perempuan atas kehidupan seksualnya. Pasal 12 yang mengatur tentang “Rights
Selain itu, praktik yang dilakukan terhadap to Health” merupakan salah satu dasar
organ genital perempuan ini memiliki pelarangan praktik FGM oleh WHO. Praktik
resiko terhadap keselamatan perempuan yang jauh dari alasan medis tersebut sangat
karena dilakukan dengan adanya pelukaan/ berbahaya bagi tubuh perempuan. Baik
pemotongan pada bagian organ genital menggores, pelukaan, pemotongan atau
yang memiliki banyak syaraf sensitif, yang penghilangan klitoris tidak dibenarkan
apabila tidak dilakukan dengan benar dapat oleh dunia medis. FGM sering dilakukan
mengganggu keselamatan perempuan dalam kondisi yang tidak sehat dan dapat
bahkan menimbulkan kematian. Hal tersebut mengakibatkan kematian akibat infeksi dan
tidak sejalan dengan Pasal 5 UDHR, yang septicaemia sering terjadi.
menyatakan bahwa tidak seorang pun 4. Convention on the Elimination of all Forms
dikenakan penyiksaan, perlakuan atau of Discrimination against Women (CEDAW)
hukuman yang kejam, tidak manusiawi dan CEDAW menetapkan secara universal
merendahkan, prinsip-prinsip persamaan hak antara laki-
Pasal 7 UDHR mengatur terkait pelarangan laki dan perempuan. Konvensi menetapkan
adanya diskriminasi. Di mana telah dibahas persamaan hak untuk perempuan, terlepas
sebelumnya bahwa praktik FGM merupakan dari status perkawinan mereka, di semua
praktik yang ditujukan untuk mengontrol bidang baik politik, ekonomi, sosial, budaya
seksualitas perempuan, kehidupan sosial dan sipil. Prinsip utama dalam CEDAW
dan merupakan diskriminasi berbasis ini ialah menentang adanya perlakuan yang
gender. Oleh karena itu praktik ini dianggap diskriminatif terhadap perempuan dalam
mengambil hak dan kebebasan perempuan. bentuk apapun. Unsur diskriminasi terhadap
2. The International Covenant on Civil and perempuan tersebut yang ditemukan dalam
Political Rights (ICCPR) praktik FGM. FGM sarat dengan tindakan
ICCPR merupakan perjanjian internasional pembatasan terhadap hak perempuan
yang dirumuskan oleh PBB pada tahun 1966. atas dasar gender. Hal ini berkaitan FGM
Pada dasarnya ICCPR mengatur terkait berkembang dengan tujuan agar perempuan
penghormatan HAM yang memberikan dibatasi hormon seksualnya. Selain itu alasan
kewajiban pada negara yang meratifikasi dan penerapan praktik FGM merupakan bentuk
ditransformasikan di negaranya. Salah satu penghapusan pengakuan bahwa perempuan
ketentuan dalam ICCPR adalah hak untuk memiliki kedudukan yang sama dengan laki-
hidup dan integritas fisik bagi manusia. laki dan berhak atas segala penikmatan dan
Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 6 jaminan atas HAM.
ICCPR. Meskipun dalam pasal tersebut 5. Declaration On the Elimination of Violence
tidak menjelaskan secara tegas bahwa FGM Against Women
salah satu bentuk pelanggaran terhadap hak Deklarasi penghapusan kekerasan terhadap
hidup dan integritas tubuh manusia, namun perempuan diadopsi oleh Majelis Umum PBB
secara implisit dalam pasal ini memberikan pada tanggal 20 Desember 1993, dalam GA
kebebasan sepenuhnya kepada individu Res 48/104. Kekerasan terhadap perempuan
terhdap hak untuk hidup yang melekat pada yang dimaksud dalam deklarasi ini adalah
51
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 1, April 2022
setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kekerasan terhadap perempuan. Selain itu,
kelamin yang berakibat yang berakibat PBB juga sependapat bahwa praktik FGM
atau mungkin berakibat kesengsaraan atau merupakan bentuk diskriminasi terhadap
penderitaan perempuan secara fisik, seksual, perempuan, sebagaimana yang dinyatakan
atau psikologis, termasuk ancaman tindakan- dalam poin 93 Annex I Beijing Declaration.
tindakan semacam itu, pemaksaan atau Praktik P2GP/FGM di Indonesia dilakukan
perampasan kemerdekaan secara sewenang- atas alasan agama dan tradisi yang berlangsung
wenang, baik yang terjadi di depan umum
secara turun-temurun. P2GP/FGM dilakukan
atau dalam kehidupan pribadi. Lingkup
secara tradisional oleh orang yang dianggap
dari kekerasan terhadap perempuan dalam
deklarasi ini dapat ditemukan dalam Pasal 2. dapat melakukannya, tanpa ada prosedur yang
jelas.30 Alasan dilakukannya P2GP/FGM jauh
Deklarasi penghapusan kekerasan terhadap
dari manfaat medis.31 Pembenaran yang sering
perempuan menyatakan secara tegas bahwa
kali digunakan dalam pelaksanaan P2GP/FGM
FGM merupakan salah satu bentuk kekerasan
terhadap perempuan yang harus dihapuskan. sebagai berikut:
Sama halnya dengan CEDAW, deklarasi ini 1. Custom/tradisi, masyarakat yang
juga mengharuskan peran negara untuk dapat mempraktikkan menganggap P2GP/FGM
menghapuskan segala bentuk kekerasan mempertahankan kebiasaan mereka dan
terhadap perempuan. melestarikan identitas budaya dengan
6. Convention on the Rights of the Child (CRC) melanjutkan tradisi.32
Konvensi hak anak pada tahun 1989 2. Seksualitas Perempuan, masyarakat mencoba
merupakan bentuk perjanjian yang mengatur untuk mengontrol seksualitas perempuan
hal yang berhubungan dengan hak anak. dengan mengurangi kepuasaan seksual
Anak yang dimaksud dalam konvensi ini mereka yang terletak pada hormon libido
ialah setiap orang yang berusia dibawah 18 di bagian klitoris.33P2GP/FGM dipercaya
tahun. CRC menggarisbawahi pentingnya dapat mengurangi hasrat seksual wanita akan
perlindungan dan perawatan bagi anak-anak seks, sehingga dapat mengurangi terjadi
dan mengakui tanggungjawab negara peserta praktik seks diluar nikah. Kesetiaan seorang
(Pasal 3). CRC juga menetapkan standar wanita dalam hal ini, masih diragukan oleh
kepentingan terbaik anak yang dilanggar masyarakat.34
dengan adanya praktik FGM. Dalam Pasal 3. Agama, beberapa kelompok menggunakan
24 (3) CRC, mengamatkan negara-negara agama sebagai dasar dilakukannya P2GP/
peserta untuk menghapus “praktik-praktik FGM. P2GP/FGM dipraktikkan oleh orang-
tradisional yang merugikan kesehatan anak- orang Yahudi, Kristen dan Muslim.35 Namun,
anak”.29 baik dalam Al-Qur’an maupun hadits Nabi
7. Beijing Declaration tidak menegaskan hukumnya, sebagaimana
PBB pada tahun 1995 menyatakan bahwa untuk sunat laki-laki.36
FGM merupakan bentuk pelanggaran
terhadap hak perempuan. Pernyataan 30 Center for Reproductive Rights, Female Genital
tersebut disampaikan pada Beijing Mutilation A Matter of Human Rights (New York,
2006):7.
Declaration and Platform for Action. PBB 31 Organization, “Female Genital Mutilation.”
mengklasifikasikan FGM dalam salah satu 32 Nahid Toubia, Action and Information Network for
bentuk kekerasan terhadap perempuan the Bodily Integrity of Women (RAINBO) (United
Kingdom: Zed Books, 2000): 47.
sama halnya dalam Deklarasi penghapusan
33 Ibid, 47.
34 Sulistyowati Irianto, Perempuan & Hukum : Menuju
Hukum Yang Berperspektif Kesetaraan Dan Keadilan
29 Rajat Khosla et al., “Gender Equality and Human
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006): 45.
Rights Approaches to Female Genital Mutilation : A
35 Toubia, Action and Information Network for the Bodily
Review of International Human Rights Norms and
Integrity of Women (RAINBO).
Standards” (2017): 1–9.
36 Husein Muhammad, Perempuan, Islam Dan Negara:
52
Transplantasi Pengaturan Larangan Praktik Female Genital Mutilation
Yulita Dwi Pratiwi
4. Tekanan Sosial, sebuah komunitas di mana Dalam perspektif Agama Islam, P2GP/FGM
kebanyakan wanita mengalami P2GP/FGM, atau khitan perempuan menurut Ainur Rofiq,
keluarga dan teman-teman menciptakan sangat berbeda dengan khitan laki-laki, baik secara
lingkungan di mana P2GP/FGM menjadi medis, proses, fungsi, maupun kemanfaatannya.
persyaratan untuk penerimaan sosial.37 Khitan bagi laki-laki memudahkannya untuk
Peraturan perundang-undangan di Indonesia bersuci, menyehatkan dan lebih dapat menikmati
yang mengatur secara khusus mengenai P2GP/ hubungan seksual, sementara bagi perempuan,
FGM dapat dihitung melalui hitungan jari. Daya khitan dapat merusak organ seksualnya, menimbul
mengikat dari ketentuan tersebut pun hanya kan trauma psikologis seperti depresi, ketegangan,
keberlakukan ke dalam atau berupa rekomendasi. rasa rendah diri dan rasa tidak sempurna.40 Nash
Secara singkat pengaturan P2GP/FGM di al-Qur’an tidak ada yang secara jelas mengajarkan
Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut: tentang khitan perempuan. Sementara hadis-hadis
1. Surat Edaran Dirjen Bina Kesehatan yang digunakan sebagai dalil tidak ada yang
Masyarakat Depkes Republik Indonesia masuk kategori shahih, sehingga lemah untuk
Nomor HK 00.07.1.31047 a tentang Larangan dijadikan hujjah bagi praktik khitan perempuan.41
Medikalisasi Sunat Perempuan bagi Petugas Dalam ajaran Islam dikenal kaidah-kaidah
Kesehatan, tertanggal 20 April 2006; fiqhiyyah yang perlu menjadi perhatian untuk
2. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghindari kemadlaratan, seperti dar’ul mafasid
Nomor 9A Tahun 2008 tentang Hukum muqaddamun ala jalbil mashalih (menolak
Pelarangan Khitan Terhadap Perempuan; kerusakan/bahaya lebih diutamakan dari pada
3. Permenkes Nomor 1636 Tahun tentang Sunat mengambil kebaikan/manfaat, al-dararu yuzalu
Perempuan; (kemadlaratan itu dibuang/dihilangkan), atau la
4. Permenkes No. 6 Tahun 2014 tentang dlarara wa la dlirara (tidak boleh ada bahaya dan
Pencabutan Permenkes 1636 tetang sunat tidak boleh membahayakan). Berdasarkan kaidah
perempuan. ini, mengingat praktik melukai atau memotong
Medikalisasi sunat perempuan terjadi genital perempuan itu berbahaya, maka lebih baik
setelah diundangkannya Permenkes 1636 tentang untuk dihindarkan.42
Sunat Perempuan pada tanggal 28 Desember Berbagai desakan organisasi internasional
2010. Permenkes tersebut mengatur bagaimana baik dibidang HAM maupun kesehatan terhadap
pelaksanaan sunat perempuan untuk meminimalisir pemberlakuan Permenkes 1636 memunculkan
akibat yang ditimbulkan.38 Dasar pertimbangan tanda tanya besar terhadap konsitensi perlindungan
dalam Permenkes 1636 tentang Sunat Perempuan HAM di Indonesia.43 Sehingga pemerintah pun
semata-mata untuk melindungi perempuan, disudutkan untuk segera mencabut Permenkes
dikarenakan masih banyak permintaan untuk
melaksanakan atas tuntutan agama dan tradisi.39 keamanan-dan-perlindungan-sistem-reproduksi-
perempuan#. Lihat juga Tempo.co MUI Anggap Sunat
Pergulatan Identitas Dan Entitas (Yogyakarta: Qalam Perempuan Sesuai UUD 1945 - Nasional Tempo.co.
Nusantara, 2016): 202. 40 Ainur Rofiq, “Khitan Perempuan Dalam Prespektif
37 Toubia, Action and Information Network for the Bodily Agama Islam,” in Kertas Konsep Pencegahan Dan
Integrity of Women (RAINBO). Penghapusan Pemotongan/Pelukaan Genitalia
38 Lihat Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Perempuan (P2GP), I. (Jakarta: Komisi Nasional Anti
Nomor 1636/MENKES/PER/XI/2010 Tentang Sunat Kekerasan terhadap Perempuan, 2019): 59.
Perempuan (Indonesia, 2010). 41 Ibid, 59.
39 Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal 42 Ibid, 59.
Kesehatan Masyarakat, “Permenkes Nomor 1636 Tahun 43 Amnesty International, “Amnesty International
2010 Tentang Sunat Perempuan: Menjamin Keamanan Public Statement, Indonesia: Government Regulation
Dan Perlindungan Sistem R,” last modified 2011, on Female Circumcision Must Be Repealed,” last
accessed January 17, 2022, https://kesmas.kemkes. modified 2011, accessed January 17, 2022, https://
go.id/konten/133/0/071415-permenkes-nomor-1636- www.amnesty.org/en/wp-content/uploads/2021/07/
tahun-2010-tentang-sunat-perempuan-menjamin- asa210152011en.pdf.
53
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 1, April 2022
tersebut. Pencabutan Permenkes tersebut ditandai 360 ayat (1) dan (2) KUHP, Undang-Undang
dengan diundangkannya Permenkes 6 tahun 2014 Hak Asasi Manusia, UU Praktik Kedokteran dan
tentang Pencabutan Permenkes 1636 tetang sunat UU Tenaga Kesehatan.46 Aturan hukum tersebut
perempuan. Pertimbangan dari permenkes tersebut pun belum secara efektif dapat menekan jumlah
ialah bahwa setiap tindakan yang dilakukan dalam praktik P2GP/FGM di Indonesia.
bidang kedokteran harus berdasarkan indikasi
B. Pengaturan P2GP/FGM di Mesir
medis dan terbukti bermanfaat secara ilmiah, serta
sunat perempuan hingga saat ini bukan tindakan Pengaturan untuk mencegah perusakan organ
kedokteran dan belum terbukti bermanfaat bagi genital perempuan atau dikenal dengan FGM telah
Kesehatan.44 Pertimbangan dalam Peremenkes 6 diatur oleh beberapa Negara. Pengaturan tersebut
Tahun 2014 memiliki banyak kelemahan, di mana telah memberikan perlindungan tersendiri bagi
terdapat pertimbangan yang saling kontradiktif perempuan. Baik negara dengan sistem hukum
satu sama lain. Ujung dari Permenkes tersebut civil law maupun common law mengatur terkait
adalah masyarakat kembali menggunakan jasa perusakan terhadap organ genital perempuan. 47
dukun yang tidak memiliki keahlian serta tidak Dalam penelitian ini perbandingan difokuskan
ada jaminan terhadap kesehatan dan keselamatan di Mesir sebagaimana justifikasi yang telah
perempuan yang disunat.45 dijelaskan sebelumnya.
Praktik P2GP/FGM erat kaitannya dengan Mesir merupakan negara yang erat kaitannya
dampak kesehatan terhadap perempuan dan anak dengan praktik FGM. Dari prespektif sejarah,
perempuan. Pada Pasal 71 Ayat (2) huruf b UU praktik tersebut merupakan bentuk tradisi yang
Kesehatan, terkait kesehatan reproduksi berkaitan sudah dikenal masyarakat Arab jauh sebelum
dengan pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, Isam. Menurut Asriati Jamil, menyebutkan
dan kesehatan seksual. Dalam hal ini, pelayanan praktik ini berkembang di negara-negara Afrika,
kesehatan seksual didefinisikan dalam Peraturan di mana tradisi ini berasal dari Mesir kuno
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun sejak zaman Firaun.48 Bukti yang mendukung
2014 tetang Kesehatan Reproduksi (selanjutnya pernyataan tersebut ditemukan dalam relief di
disebut PP Kesehatan Reproduksi) sebagai “setiap Mesir yang berasal dari tahun 2800 SM.49 Sejarah
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang panjang FGM dan praktik tersebut tertanam kuat
ditujukan pada kesehatan seksualitas. Aturan dalam budaya dan tradisi Mesir, di mana secara
hukum yang secara proposional mengatur larangan historis FGM mendapat dukungan dari hampir
P2GP/FGM di Indonesia memang belum diatur, seluruh penduduk dan hampir semua anak
bahkan pemerintah cenderung tidak konsisten mengalami praktik tersebut. Meskipun demikian,
dalam menentukan sikap. Namun, setidaknya pemerintah Mesir menunjukan progesivitasnya
terdapat beberapa instrumen hukum yang dapat dalam perlindungan hak asasi manusia dengan
melindungi perempuan dari praktik P2GP/FGM mengapuskan praktik tersebut melalui langkah
yang mengarah pada bentuk kekerasan, seperti preventif dan represif.
penafsiran ekstensif terhadap Pasal 359 dan Pasal
54
Transplantasi Pengaturan Larangan Praktik Female Genital Mutilation
Yulita Dwi Pratiwi
Sebelum adanya pengaturan larangan FGM “With due consideration to the duties and
di Mesir, medikalisasi FGM juga berlangsung rights of the person who is responsible
di Mesir. Tujuannya ialah mengurangi dampak for the care of the child, and his right to
fisik, di mana para pelaku percaya bahwa discipline him through legitimate means, it
tenaga medis terlatih untuk melakukan prosedur is prohibited to intentionally expose the child
tersebut dengan lingkungan yang lebih higenis. to any illegitimate physical abuse or harmful
practice”.
Medikalisasi tersebut kemudian ditentang oleh
WHO dan dianggap untuk mengabadikan dan Perubahan Law No. 126 Tahun 2008
mempromosikan FGM dari pada mencegah atau menambahkan pasal dalam Penal Code No. 58
mengurangi FGM. 50 Tahun 1937, salah satunya terkait FGM, yakni
pada Article 242-bis, sebagai berikut:54
Pada tahun 1998 keputusan terakhir
dikeluarkan untuk menegakkan Keputusan “Taking into consideration the provisions of
Menteri Kesehatan tahun 1996, (Order No 261) Article 61 of the Penal Code, and without
prejudice to any stronger penalty prescribed
yang melarang FGM, baik dilakukan di rumah
by another law, shall be penalized by
sakit atau di lingkungan publik atau swasta.
imprisonment for not less than three (3)
Ini memungkinkan pengecualian dalam kasus months and not exceeding two (2) years,
kebutuhan medis dan hanya jika disetujui oleh or with a fine of not less than one thousand
spesialis senior. Dalam ketentuan tersebut (1000) Egyptian pounds, and not exceeding
menyatakan bahwa pelaksanaan praktik ini akan five thousand (5000) Egyptian pounds,
dianggap sebagai pelanggaran hukum. Pada any one who caused the injury which is
bulan Juni 2007, larangan total terhadap FGM punishable by Articles 241, 242 of the Penal
diumumkan setelah kematian gadis berusia Code, through performing female genital
12 tahun di Mesir Hulu. Dokter medis yang mutilation”.
melakukan FGM ditangkap.51 Kematian akibat KUHP Mesir mengkriminalisasi segala
FGM telah memperkuat tindakan pemerintah bentuk kekerasan terhadap perempuan, khususnya
untuk menangani para pelanggar. Di April 2008, FGM. Praktik tersebut dianggap sebagai praktik
seorang praktisi medis lain dicabut izinnya ketika berbahaya bagi anak perempuan dan terhadap
dia dilaporkan mencoba melakukan FGM terhadap tindakan tersebut ancam pidana penjara dan
beberapa gadis muda di wilayah Beni Soeuf.52 denda. Meskipun memiliki pandangan yang
Laporan yang dikutip WHO, pengaturan sama bahwa praktik P2GP/FGM berbahaya, di
perlindungan hukum terhadap praktik FGM Indonesia belum menunjukan langkah untuk
selanjutnya diatur dalam amandemen the Law on melakukan kriminaslisasi terhadap praktik P2GP/
Children (No. 12 of 1996) added two articles to FGM. Bahkan dalam Naskah Akademik55 maupun
the Penal Code (Law No. 58 of 1937) dan Law No. Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
126 of 2008 added Article 242-bis to the Penal Pidana56 tidak ditemukan rumusan terkait larangan
Code.53 Undang-Undang Anak Nomor 12 Tahun praktik P2GP/FGM.
1996 diubah dengan Undang-Undang Nomor 126
Tahun 2008, yang menambahkan Pasal 7-bis (a):
54 Article 242-Bis Penal Code Diubah Law No.126 of
2008 (Egypt, n.d.).
50 Oetari, “Peran World Health Organization (WHO) 55 Badan Pembinaan Hukum Nasional, Draft Naskah
Mengatasi Female Genital Mutilation (Fgm) Di Mesir Akademik Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-
Tahun 2008-2012.” Undang Hukum Pidana, n.d., https://www.dpr.go.id/
51 Ras, Legislation to Address The Issue of Female dokakd/dokumen/RJ1-20181127-110919-8068.pdf.
Genital Mutilation (FGM): 7-8. 56 Lihat "Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
52 Ibid, 8. Pidana," last modified 2019, https://www.hukumonline.
53 UN Women, “Global Database on Violence Against com/pusatdata/detail/17797/rancangan-undang-
Women,” UN Women. undang-2019.
55
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 1, April 2022
Komitmen dalam mempertegas penghapusan 2016, dilakukan amandemen lebih lanjut (dengan
praktik FGM di Mesir juga dilakukan dengan UU No. 126 Tahun 2016) terhadap KUHP. Ini
perubahan Konstitusi pada tahun 2014. Konstitusi menggantikan Pasal 242-bis dan menambahkan
baru tersebut menyatakan bahwa prinsip-prinsip Pasal 242-bis (A): 242-bis:
syariah Islam adalah sumber utama legislasi. Pasal “Article 242-bis
2 Egypt’s Constitution of 2014:57 With consideration to Article (61) of the
Article 2: Islam, Principles of Islamic Sharia. Penal Code, and without prejudice to any
“Islam is the religion of the state and Arabic harsher penalty stated by any other law, any
is its official language. The principles of person who committed acts of female genital
Islamic Sharia are The Principle source of mutilation, by removing any of the external
legislation”. female genital organs, whether in part or in
whole, or by inflecting any injuries to these
Untuk pertama kalinya konstitusi Mesir
organs without medical justification, shall be
mengharuskan negara melindungi perempuan
punished by imprisonment for a period not
dari segala bentuk kekerasan, dan memberikan
less than 5 years and not exceeding 7 years.
perawatan kepada ibu, anak, perempuan kepala
The penalty shall be Aggravated
rumah tangga, dan perempuan lanjut usia,
Imprisonment [minimum 3 years and
khususnya dalam konteks FGM diatur dalam
maximum 15 years], if such act has resulted
Article 60 Inviolability of the human body dan in a permanent disability or death.
Article 80 Rights of the child:
Article 242-bis (A):
“Article 60: Any person who requested a female genital
The human body is inviolable. Any assault, mutilation and the female has been mutilated
defilement or mutilation thereof is a crime accordingly and in the manner mentioned
punishable by law. Organ trafficking is in Article 242-bis of this law, shall be jailed
forbidden, and no medical or scientific for a minimum period of one year and a
experiment may be performed thereon maximum period of 3 years.”
without the documented free consent of
Perubahan tersebut, memperberat ancaman
the subject, according to the established
principles of the medical field as regulated pidana bagi pelaku FGM. Pasal 242 bis A juga
by law. mengatur bahwa seseorang yang meminta untuk
dilakukan sunat perempuan juga dianggap sebagai
Article 80:
tindak pidana (kriminalisasi), dengan ancaman
….. The state shall care for children and
pidana penjara paling singkat satu tahun dan
protect them from all forms of violence,
abuse, mistreatment and commercial and paling lama tiga tahun.
sexual exploitation…….” The United Nations Children’s Fund
Perubahan UU Anak dan KUHP Mesir pada (UNICEF) melaporkan bahwa pada tahun 2016
saat itu, dalam implementasinya masih mengalami Mesir menduduki peringkat ke-6 dari 29 negara
pasang surut. Antara tahun 2007 dan 2013, masih dalam hal prevalensi FGM. Hanya Somalia,
ditemui sejumlah gadis meninggal karena FGM, Guinea, Djibouti, Sierra Leone dan Mali yang
menyebabkan kekhawatiran publik bahwa hukum memiliki tingkat prevalensi lebih tinggi. Di Mesir,
tidak memadai, dan seruan untuk memperkuat dan tipe I dan II adalah bentuk FGM yang paling
menegakkan hukum dengan hukuman yang lebih umum, sedangkan tipe III dan IV cukup jarang.
berat.58 Oleh karena itu, pada bulan September Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa
74% wanita memiliki FGM Tipe I dan 26% Tipe
II. Namun, karena sebagian besar data prevalensi
57 Comparative Constitutions Project, “Egypt’ s
Constitution of 2014” (2015): 1–65. adalah untuk wanita dewasa, data tersebut
58 28 Too Many, “FGM in Egypt,” Country profile, no. mencerminkan praktik beberapa dekade yang lalu.
April (2017).
56
Transplantasi Pengaturan Larangan Praktik Female Genital Mutilation
Yulita Dwi Pratiwi
Namun demikian, ada indikasi bahwa dukungan FGM. Selain itu, dalam perubahan pengaturan
terhadap FGM semakin berkurang dan praktiknya tersebut ditentukan sanksi bagi pelaku dengan
semakin menurun.59 kategori dampak yang dialami perempuan. Cacat
Penurunan seperti itu terjadi dan berkembang tetap akibat perbuatan tersebut diancam dengan
dengan cepat. Misalnya, pada tahun 2013 UNICEF kerja paksa paling lama tujuh tahun. Jika perbuatan
memperkirakan prevalensi FGM di kalangan itu menyebabkan kematian, hukumannya adalah
wanita berusia 14 hingga 49 tahun di Mesir kerja paksa untuk jangka waktu tidak kurang dari
sebesar 91%, tetapi pada tahun 2016 perkiraan sepuluh tahun.63
tersebut telah turun menjadi 87%. Menurut EDHS Amandemen tersebut juga menetapkan
2014 92% wanita telah menikah antara usia 15 bahwa hukuman harus berupa kerja paksa juga jika
dan 49 tahun pernah mengalami FGM. Namun orang yang melakukan sunat adalah seorang dokter
pada wanita yang telah menikah umur 20-24 tahun atau perawat. Jika kejahatannya mengakibatkan
hanya 87%, sedangkan pada umur 35-49 tahun cacat tetap, hukumannya adalah kerja paksa untuk
95%. El-Gibaly, Ibrahim, Mensch dan Clark juga jangka waktu tidak kurang dari sepuluh tahun,
menunjukkan bahwa prevalensi FGM di antara tetapi jika perbuatan itu mengakibatkan kematian,
anak perempuan berusia 10-19 tahun sekitar 10 hukumannya adalah kerja paksa untuk jangka
poin persentase lebih rendah dari pada di antara waktu tidak kurang dari 15 tahun dan tidak lebih
ibu mereka.60 dari 20 tahun. Menurut amandemen, pengadilan
The Egyptian cabinet, pada tanggal 20 Januari akan memutuskan, selain hukuman yang
2021, menyetuji rancangan undang-undang yang disebutkan di atas, untuk memberhentikan pelaku
memperberat hukuman bagi pelaku FGM.61 dari pekerjaan mereka untuk jangka waktu tidak
Perubahan tersebut diperkenalkan pada Pasal lebih dari lima tahun jika kejahatan itu dilakukan
(242 bis) dan (242 bis A) KUHP yang dikeluarkan karena atau sehubungan dengan melakukan
oleh UU No. 58 Tahun 1937 untuk menetapkan pekerjaan mereka. Setiap fasilitas swasta di mana
hukuman jera bagi kejahatan sunat perempuan. sunat dilakukan harus ditutup untuk jangka waktu
Amandemen tersebut menetapkan bahwa:62 tidak lebih dari lima tahun. Keputusan penutupan
“Whoever performs female circumcision by fasilitas harus dipublikasikan di dua surat kabar
removing part of her genitals or modifying, harian yang beredar luas dan di situs web yang
deforming, or inflicting injuries to those ditentukan oleh pengadilan atas biaya terpidana.64
organs shall be punished with imprisonment Amandemen dalam Pasal (242 bis A) juga
for a period of no less than five years.” menetapkan bahwa:
Revisi undang-undang tersebut mempertegas “Whoever requests female circumcision,
tindakan apa saja yang masuk ke dalam kategori leading to her being circumcised at their
request, shall be punished with imprisonment,
59 Ronan Van Rossem and Dominique Meekers, “The as stipulated in Article 242 bis, and whoever
Decline of FGM in Egypt since 1987: ACohort Analysis promotes, encourages, or advocates for one
of the Egypt Demographic and Health Surveys,” BMC
Women’s Health 20, no. 1 (2020): 1–11. of the methods described in Article (171) for
60 Ibid, 2. committing the crime of female circumcision,
61 “Egypt: Draft Law Enhancing Criminal Penalties even if it does not have an effect, shall be
against Female Genital Mutilation Approved,” last
modified 2021, Accesed December 15, 2021, https://
imprisoned.”
www.loc.gov/item/global-legal-monitor/2021-02-24/ Perubahan pada Pasal 242 bis A dalam
egypt-draft-law-enhancing-criminal-penalties-against-
female-genital-mutilation-approved/. Undang-Undang tersebut, menegaskan bentuk
62 “Egypt: Egyptian Cabinet Approves Bill Harshening tindak pidana praktik FGM bagi seseorang yang
Penalty for Female Genital Mutilation,” last
modified 2021, Accesed December 15, 2021 https://
egyptindependent.com/egyptian-cabinet-approves- 63 Ibid.
bill-harshening-penalty-for-female-genital-mutilation/. 64 Ibid.
57
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 1, April 2022
58
Transplantasi Pengaturan Larangan Praktik Female Genital Mutilation
Yulita Dwi Pratiwi
Perbandingan pengaturan terkait perusakan dari pada mencegah atau mengurangi praktik.74
organ genital perempuan di Mesir secara tegas Dalam penelitian yang dilakukan Ronan Van
menentang adanya FGM dan seluruh bentuk Rossem dan Dominique Meekers, dengan judul
kekerasan terhadap perempuan. Pengaturan The decline of FGM in Egypt since 1987: a
dilakukan tidak hanya memberikan sanksi cohort analysis of the Egypt Demographic and
terhadap pelaku yang melakukan, tetapi sekaligus Health Surveys, melihat bagaimana aspek yang
memberikan perlindungan terhadap perempuan mempengaruhi praktik P2GP/FGM di Mesir, yaitu
itu sendiri. Selain itu, perbandingan tersebut tradisi dan budaya.
juga menempatkan peran masyarakat setempat Indonesia dan Mesir merupakan negara yang
dan organisasi masyarakat dilibatkan dalam sama-sama negara bersistem hukum Civil Law.
memberikan pendidikan dan pemahaman terkait Di mana sistem hukum tersebut memiliki ciri-
praktik FGM. ciri lebih mengutamakan rechtstaat, berkarakter
Pengaturan sunat perempuan di Indonesia administratif yang menganggap hukum adalah
sebelumnya tidak menunjukan adanya kepastian yang tertulis. Kebenaran hukum dan keadilan
hukum. Fakta tersebut tergambar dalam beberapa terletak pada ketentuan atau yang tertulis.75 Model
peraturan perundang-undangan yang menuai ini memengaruhi sistem hukum di dunia yang
protes dari sekelompok masyarakat. Dengan melahirkan aneka kodifikasi peraturan perundang-
kata lain, peraturan perundang-undangan yang undangan sebagai landasan dasar memutus konflik
dimaksud dipandang belum mengakomodasi hukum antara anggota masyarakat. 76
keberadaan kelompok yang lain. Oleh karena itu Pada sistem civil law lebih mengutamakan
dibutuhkan acuan dalam rangka pembaharuan kepastian hukum dan formalitas, yang
hukum pengaturan sunat perempuan. mempengaruhi lahirnya asas legalitas dalam
Realitas sosial yang erat kaitannya dengan sistem peradilan.77 Asas legalitas di sini
tradisi dan agama masih terjaga di Indonesia menekakan seseorang tidak dapat dihukum
menimbulkan ketakutan-ketakutan negara sepanjang tidak terdapat peraturan legal yang
secara tegas dalam menunjukan perannya untuk tersurat ke dalam peraturan perundang-undangan.
78
melindungi hak asasi manusia sekaligus menjaga Artinya peraturan harus tersedia terlebih dahulu
ketertiban, justru menimbulkan permasalahan di dari peristiwa hukumnya.
dalam masyarakat. Padahal ketika kita melihat Komitmen Mesir dalam penghapusan
Mesir sebagai negara beragama muslim terbanyak FGM melalui instrumen hukum dan non hukum,
kedua dan negara yang erat dengan tradisinya, tidak terlepas dari desakan berbagai konvensi
berani mengambil sikap dalam melarang tindakan dan perjanjian hak asasi manusia internasional
tersebut, baik dilakukan oleh tenaga medis yang terkait dengan FGM. Beberapa konvensi
maupun non medis. yang diratifikasi oleh Mesir menempatkan
Sama halnya dengan di Indonesia, di Mesir kewajiban hukum pada Pemerintah Mesir untuk
sebagian prosedur P2GP/FGM dilakukan oleh
bidan tradisional yang disebut Dayas. Namun 74 Cut Riani Oetari, “Peran World Health Organization
(WHO) Mengatasi Female Genital Mutilation (Fgm)
menurut survei demografi Kesehatan, jumlah Di Mesir Tahun 2008-2012,” Jom FISIP 3, no. 1
prosedur yang dilakukan praktisi medis seperti (2016): 8.
75 Agus Riwanto, Sejarah Hukum: Konsep, Teori Dan
dokter, perawat, bidan terlatih 77% di tahun 2008,
Metodenya Dalam Pengembangan Ilmu Hukum, 1st
dengan ini terjadi penurunan dalam penggunaan ed. (Karanganyar: Oase Pustaka, 2016): 74.
Dayas. Ini termasuk medikalisasi praktik P2GP/ 76 Ibid, 75.
77 Ibid, 75.
FGM yang ditentang WHO dan dianggap untuk 78 Noor Fatimah Mediawati, “Eksistensi Asas Legalitas
mengabadikan dan mempromosikan P2GP/FGM Dalam Penegakan Hak Asasi Manusia: Sebuah Kajian
Dilematis,” Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum 9, no. 1 (2013):
51–52.
59
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 1, April 2022
memastikan bahwa FGM, sebagai pelanggaran konvensi tersebut, yang mengatur ketentuan-
hak asasi manusia Internasional, diberantas ketentuan yang berkaitan dengan diskriminasi
dengan memberlakukan ketentuan tertentu. Salah terhadap perempuan. Perlunya pengaturan secara
satu konvensi yang diratifikasi oleh Mesir ialah tegas mengenai konsep antara sunat perempuan dan
Convention for the Elimination of All Forms FGM sebagai salah satu bentuk diskriminasi pada
of Discrimination Against Women (CEDAW) perempuan merupakan suatu hal yang perlu diatur
pada tahun 1980. Meskipun, konvensi tersebut pula. Tidak adanya aturan yang mengatur secara
diratifikasi dengan reservasi. jelas praktik tersebut sering kali menimbulkan
Sama halnya dengan Mesir, Indonesia kondisi yang tidak diharapkan. Dengan modus
merupakan salah satu negara yang meratifikasi Kerjasama Internasional dalam hal perlindungan
konvensi CEDAW dalam hukum nasionalnya. perempuan yang sudah diratifikasi oleh Indonesia
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 sejak 1984, sebernanya dapat menjadi salah satu
tentang Ratifikasi Konvensi CEDAW, mengatur alasan pembenar untuk melakukan transplantasi
bahwa negara peserta mengutuk diskriminasi hukum, khusunya terkait pengaturan larangan
terhadap wanita dalam segala bentuknya dan praktik P2GP/FGM. Tranplantasi hukum ini
bersepakat untuk menjalankan dengan segala cara diartikan Alan Watson, “the moving of a rule or
yang tepat dan tanpa ditunda-tunda, kebijakan a system of law from one country to another, or
menghapus diskriminasi terhadap wanita.79 from one people to another – have been common
since the earliest recorded history”. Secara
Komite CEDAW melalui Concluding
sederhana dapat juga diartikan “the transferring
Observation tahun 2007 dan 2012
or borrowing of law between legal systems”.81
merekomendasikan agar pemerintah Indonesia
mengembangkan rencana aksi untuk menghapus Transplantasi dilakukan bukan serta merta
praktik FGM. Pada Mei 2012, Komisi HAM menerapkan aturan hukum yang ada di negara
PBB dalam sesi Universal Periodical Review lain. Tetapi transplantasi yang melihat bagian apa
(selanjutnya disebut UPR) meminta Pemerintah saja yang tepat untuk diterapkan di Indonesia dan
Indonesia untuk mencabut Permenkes 1636 bagian mana yang dikecualikan. Penerapan tersebut
tentang Sunat Perempuan. Pada November 2012, tentunya kembali pada falsafah kenegaraan atau
Pemerintah Indonesia mendapatkan surat teguran staatsidee (cita negara) yang berfungsi sebagai
dan permohonan informasi terkait sunat perempuan filosofische grondslag dan common platforms atau
dari Special Rapporteur on the Right of everyone kalimatun sawa diantara sesama warga masyarakat
to the enjoyment of highest attaible standart of dalam konteks kehidupan bernegara.82 Cita negara
Physical and mental health. Hingga pada tahun hukum Indonesia ialah Pancasila. Sehingga
2013, List Of Issue (LoI) yang dikeluarkan oleh dengan cara perbandingan dan transplantasi
Human Rights Committee (HRC) atas laporan hukum pengaturan larangan P2GP/FGM dapat
pelaksanaan ICCPR, mempertanyakan perihal menciptakan solusi melalui harmonisasi dengan
sunat perempuan di Indonesia. Komite tersebut nilai-nilai Pancasila.
meminta negara Indonesia untuk memberikan Studi komparatif dari berbagai negara
tanggapan terkait tidak adanya undang-undang terkait P2GP/FGM bermanfaat sebagai rujukan
yang melarang praktik FGM.80 pembentukan peraturan perundang-undangan
Indonesia yang menjadi negara peserta dalam di Indonesia. Hal tersebut sebagaimana fungsi
60
Transplantasi Pengaturan Larangan Praktik Female Genital Mutilation
Yulita Dwi Pratiwi
dan tujuan dari hukum komparatif, bantuan perempuan, tetapi memiliki perbedaan dalam
bagi legislasi dan pembaharuan hukum. Praktik pengimplementasiannya
P2GP/FGM yang belum dilarang di Indonesia Perbedaan yang mencolok antara Indonesia
mengakibatkan tidak adanya jaminan secara dan Mesir dalam penghapusan praktik FGM
hukum terhadap praktik ini dan masih banyak adalah komitmen pengaturan FGM dalam
ditemukannya praktik P2GP/FGM yang tidak instrumen hukum di negaranya. Mesir merupakan
terkontrol. Perumusan aturan yang proposional salah satu negara yang konsisten mengatur secara
untuk melindungi hak anak dan perempuan. khusus FGM dalam hukum positifnya dimana
Hukum berasal dari masyarakat dan sejak 2008, praktik tersebut masuk dalam kategori
hidup serta berproses dalam masyarakat, maka tindak pidana yang diatur pada UU Perlindungan
pembaharuan hukum tidak mungkin dilepaskan Anak dan KUHP Mesir. Kedua aturan tersebut
secara mutlak dari masyarakat. Hukum yang kaku dilakukan perubahan beberapa kali dan terakhir
menyulitkan akseptabilitas masyarakat heterogen diubah pada Januari 2021. Sedangkan, di
seperti di Indonesia. Hukum yang tidak fleksibel Indonesia, belum ada instrumen hukum yang
pada gilirannya hanya menimbulkan kompleksitas mengatur secara proposional mengenai larangan
dan aneka konflik dalam kehidupan sosial.83 P2GP/FGM. Bahkan, pemerintah cenderung tidak
Oleh karena itu diperlukan konsepsi hukum yang konsisten dalam menentukan sikap. Pengaturan
akseptabel dan adaptabel sesuai dengan pola FGM sebagai tindak pidana di Mesir, menurut
kehidupan bermasyarakat dan dapat diterima UNICEF, mempengaruhi menurunya pravelensi
secara sukarela tanpa perlu dipaksakan. FGM di Mesir. Terdapat indikasi bahwa dukungan
terhadap FGM semakin berkurang dan praktiknya
KESIMPULAN semakin menurun.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, Oleh karena itu, dalam menghadapi
diketahui bahwa praktik P2GP/FGM, baik permasalahan dengan akar masalah yang sama,
di Indonesia maupun di Mesir, merupakan dapat dirujuk solusi yang sama yakni mengatur
praktik atas dasar tradisi kuno dan bukan untuk P2GP/FGM sebagai tindak pidana. Pembangunan
kepentingan medis maupun agama. Dalil yang hukum dapat dilakukan dengan metode
mendukung P2GP/FGM sangat lemah (tidak transplantasi hukum sehingga konsepsi hukum
sahih) sehingga banyak penolakan dari ulama tersebut dapat akseptabel dan adaptabel sesuai
kontemporer yang menganggap praktik tersebut dengan pola kehidupan bermasyarakat dan dapat
memliki lebih banyak mudharat. diterima secara sukarela dengan memerhatikan
Indonesia dan Mesir merupakan negara dan mengharmonisasikan dengan cita hukum
dengan sistem hukum civil law. Kedua negara negara Indoneia. Instrumen pengaturan tersebut
tersebut menjadikan peraturan perundang- dapat dilakukan dengan merevisi KUHP, UU
undangannya sebagai sumber hukum utama. Perindungan Anak dan UU Kesehatan atau
Mesir maupun Indonesia merupakan negara dengan mengaturnya dalam RUU Penghapusan
yang menjadi perhatian masyarakat dunia, terkait Kekerasan Seksual.
penegakan hak asasi manusia, khususnya dalam
penghapusan praktik P2GP/FGM. Kedua negara SARAN
tersebut merupakan negara yang meratifikasi Berdasarkan kesimpulan tersebut, perlu
CEDAW yang memilki komitmen dalam diadakan pengkajian lebih lanjut mengenai
penghapusan diskriminasi dan kekerasan terhadap praktik P2GP/FGM yang melanggar hak anak
maupun perempuan di Indonesia. Pemerintah
83 Abraham Amos, Sistem Ketatanegaraan Indonesia
maupun lembaga legislatif seyogyanya dapat
(Dari Orla, Orba Sampai Reformasi) (Jakarta: Raja menunjukan komitmen dalam penegakan hak
Grafindo, 2005): 297.
61
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 1, April 2022
asasi manusia, khususnya dalam pencegahan Ceunfin, Frans. Hak-Hak Asasi Manusia, Aneka
maupun penghapusan praktik P2GP/FGM. Hal Suara & Pandangan. Yogyakarta: Ledalero,
tersebut dapat dilakukan dengan menyusun 2006.
regulasi sebagai bentuk tanggung jawab negara Dewi H. Susilastuti, Eddy Kiswanto, Novi
dalam memberikan perlindungan dan kepastian Widyaningrum, Sri Purwatiningsih.
hukum terhadap warganya. Pemotongan/Perlukaan Genetalia
Perempuan (P2GP) / Sunat Perempuan:
UCAPAN TERIMA KASIH Persimpangan Antara Tradisi Dan
Terima kasih disampaikan kepada Tuhan Modernitas. Yogyakarta, 2017.
Yang Maha Esa dan para rekan diskusi penulis Fadjar, A. Mukthie. Tipe Negara Hukum. Malang:
serta pihak-pihak yang memberikan bantuan Bayumedia Publishing, 2004.
selama pelaksanaan penulisan artikel ini. Hoecke, Mark Van. “Methodology of Comparative
Legal Research, Law and Method.” Boom
DAFTAR PUSTAKA juridisch (n.d.).
28 Too Many. “FGM in Egypt.” Country profile, Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik.
no. April (2017). Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan Dalam
Ahmad Ulil Aedi, Sakti Lazuardi, Ditta Chandra Pencegahan Praktik Pemotongan Dan
Putri. “Arsitektur Penerapan Omnibus Law Perlukaan Genitalian Perempuan (P2GP).
Melalui Transplantasi Hukum Nasional Jakarta, 2018.
Pembentukan Undang-Undang.” Jurnal Indonesia, VoA. “Sunat Perempuan: Praktik
Ilmiah Kebijakan Hukum 14, no. 2 (2020): Purba Yang Dilestarikan Tanpa Alasan.” Last
1–18. modified 2020. Accessed January 14, 2022.
Amnesty International. “Amnesty International https://www.voaindonesia.com/a/sunat-
Public Statement, Indonesia: Government perempuan-praktik-purba-yang-dilestarikan-
Regulation on Female Circumcision Must tanpa-alasan/5276429.html.
Be Repealed.” Last modified 2011. Accessed Irianto, Sulistyowati. Perempuan & Hukum :
January 17, 2022. https://www.amnesty. Menuju Hukum Yang Berperspektif
org/ en/ wp-cont ent / upl oads / 2021/ 07/ Kesetaraan Dan Keadilan. Jakarta: Yayasan
asa210152011en.pdf. Obor Indonesia, 2006.
Amos, Abraham. Sistem Ketatanegaraan Johanna Debora Imelda, Djamilah, Reni
Indonesia (Dari Orla, Orba Sampai Kartikawati, Anggoro Yudo Mahendro, Sari
Reformasi). Jakarta: Raja Grafindo, 2005. Damar Ratri. Elimination of Female Genital
Anggoro, Syahriza Alkohir. “Transplantasi Circumcision in Indonesian Trasition
Hukum Di Negara-” 1, no. 1 (2021): 19–31. Society: Revealing a Hope, 2016. https://
Ariesta, Putri Septyaning Rahayu. “Praktik Sunat knepublishing.com/index.php/Kne-Social/
Anak Perempuan (Studi Tentang Relasi article/view/2925/6258#figures.
Kuasa Dan Reproduksi Kuasa Dalam Praktik Kania, Dede. “Hak Asasi Perempuan Dalam
Sunat Anak Perempuan Dalam Perspektif Peraturan Perundang-Undangan Di
Gender).” Universitas Airlangga, 2018. Indonesia.” Jurnal Konstitusi 12, no. 4
Assembly, The General. “Resolution Adopted (2015): 726.
by the General Assembly on 20 December Khosla, Rajat, Joya Banerjee, Doris Chou,
2012 67/146. Intensifying Global.” United Lale Say, and Susana T Fried. “Gender
Nations. Last modified 2012. https://www. Equality and Human Rights Approaches
un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=A/ to Female Genital Mutilation : A Review
RES/67/146. of International Human Rights Norms and
Standards” (2017): 1–9.
62
Transplantasi Pengaturan Larangan Praktik Female Genital Mutilation
Yulita Dwi Pratiwi
Kimani, Samuel, Jacinta Muteshi, and Carolyne Muladi. Hak Asasi Manusia, Politik Dan Sistem
Njue. Health Impacts of FGM/C: A Synthesis Peradilan Pidana. Semarang: Universitas
of the Evidence,” Evidence to End FGM/C Diponegoro, 2002.
Programme: Research to Help Girls and Mulati, Erna. “Sunat Perempuan/FGM
Women Thrive. New York, 2016. http://www. Pemotongan Dan Pelukaan Genital
popcouncil.org/EvidencetoEndFGM-C%0D. Perempuan (P2GP) Dari Sudut Pandang
Komnas Perempuan. Perempuan Dalam Kesehatan.” Kementerian Kesehatan
Himpitan Pandemi: Lonjakan Kekerasan Republik Indonesia (2021).
Siber, Perkawinan Anak, Dan Keterbatasan Neumayer, Eric. “Qualified Ratification:
Penanganan Di Tengah Covid-19, Catatan Explaining Reservations to International
Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan Human Rights Treaties.” The Journal of
Tahun 2020. Catatan Tahunan Tentang Legal Studies (2007): 397–420.
Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan.
Novarin, Adam Salsa, and Shary Charlotte
Vol. 1, 2021. https://komnasperempuan.
Henriette Pattipeilhy. “Perspektif Feminisme
go.id/uploadedFiles/1466.1614933645.pdf.
Dalam Memahami Permasalahan Hak
Lukito, Ratna. Perbandingan Hukum Perdebatan Asasi Manusia Kelompok Queer Di Kota
Teori Dan Metode. Yogyakarta: Gadjah Semarang, Indonesia.” Jurnal HAM 11, no.
Mada University Press, 2019. 3 (2020): 487.
Masyarakat, Kementerian Kesehatan Odeku, Kola, Symphorosa Rembe, and Joel Anwo.
RI Direktorat Jenderal Kesehatan. “Female Genital Mutilation: A Human
“Permenkes Nomor 1636 Tahun 2010 Rights Perspective.” Journal of Psychology
Tentang Sunat Perempuan: Menjamin in Africa 19, no. 1 (2009): 55–61.
Keamanan Dan Perlindungan Sistem R.”
Oetari, Cut Riani. “Peran World Health
Last modified 2011. Accessed January
Organization (WHO) Mengatasi Female
17, 2022. https://kesmas.kemkes.go.id/
Genital Mutilation (FGM) Di Mesir Tahun
konten/133/0/071415-permenkes-nomor- 2008-2012.” Jom FISIP 3, no. 1 (2016): 8.
1636-tahun-2010-tentang-sunat-perempuan-
menjamin-keamanan-dan-perlindungan- Organization, World Health. “Female Genital
sistem-reproduksi-perempuan#. Mutilation.” World Health Organization.
Mediawati, Noor Fatimah. “Eksistensi Asas Pembinaan, Badan, Hukum Nasional, and
Republik Indonesia. Draft Naskah Akademik
Legalitas Dalam Penegakan Hak Asasi
Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-
Manusia: Sebuah Kajian Dilematis.” Jurnal
Ilmiah Ilmu Hukum 9, no. 1 (2013): 51–52. Undang Hukum Pidana, n.d. https://www.
dpr.go.id/dokakd/dokumen/RJ1-20181127-
Mertokusumo, Sudikno. Mengenal Hukum Suatu
110919-8068.pdf.
Pengantar. Yogyakarta: Liberty, 2008.
Pratiwi, Yulita Dwi. “Pengaturan Sunat Perempuan
Muhammad, Husein. “Khitan Perempuan Untuk
Dalam Peraturan Perundang-Undangan Di
Apa.” In Webinar SWOP 2020: Pencegahan
Indonesia.” Jurnal Novum 3, no. 2 (2016):
FGM/C (P2GP) Di Indonesia, 12–14, 2020.
139–150.
———. Perempuan, Islam Dan Negara: Project, Comparative Constitutions. “Egypt’ s
Pergulatan Identitas Dan Entitas. Constitution of 2014” (2015): 1–65.
Yogyakarta: Qalam Nusantara, 2016.
Purwadi, Hari. “Konsekuensi Transplantasi
Muhdlor, A Zuhdi. “Terhadap Transplantasi
Hukum Terhadap Pancasila Sebagai Norma
Hukum Di Era Global the Study of Politic of
Dasar Dan Hukum Lokal.” Jurnal Yustitia 4,
Law Against the Adoption of Law in Global
no. 1 (2015): 75.
Era.” Hukum dan Peradilan 5 (2016): 195–
208. Ras, Berhane. Legislation to Address The Issue of
Female Genital Mutilation (FGM). United
Nations, 2009.
63
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 1, April 2022
Rawls, John. Political Liberalism. New York: Suraiya, Ratna. “Sunat Perempuan Dalam
Columbia University Press, 1993. Perspektif Sejarah, Medis Dan Hukum
Rhona K. M. Smith, Njal Hostmaelingen, Christian Islam (Respon Terhadap Pencabutan Aturan
Rachcim, Satya Ariananto, Fajrul Falaakh, Larangan Sunat Perempuan Di Indonesia).”
Enny Soeprapto, Ifdhal Kasim, Rudi M. Jurnal Studi Keislaman 5, no. 1 (2019): 65.
Rizki, Suparman Marzuki, Fadillah Agus, Toubia, Nahid. Action and Information Network
Agung Y, Andrey Sudjatmoko, Antonio for the Bodily Integrity of Women (RAINBO).
Pradjasto, Sri Wijayanti, Eko Riyadi. United Kingdom: Zed Books, 2000.
Hukum Hak Asasi Manusia. I. Yogyakarta: Valderrama, Irma Johanna Mosquera.
PUSHAM UII, 2008. “Comparative Law, Legal Transplants and
Ridlwan, Zulkarnain. “Negara Hukum Indonesia Legal Change.” Legal Transplants And
Kebalikan Nachtwachterstaat.” FIAT Comparative Law, no. Desember (2004):
JUSTISIA:Jurnal Ilmu Hukum 5, no. 2 265.
(2014): 141–152. Women, UN. “Global Database on Violence
Rights, Center for Reproductive. Female Genital Against Women.” UN Women.
Mutilation A Matter of Human Rights. New Article 242-Bis Penal Code Diubah Law No.126
York, 2006. of 2008. Egypt, n.d.
Riwanto, Agus. Sejarah Hukum: Konsep, Teori “Egypt: Draft Law Enhancing Criminal Penalties
Dan Metodenya Dalam Pengembangan Ilmu againstFemaleGenitalMutilationApproved.”
Hukum. 1st ed. Karanganyar: Oase Pustaka, Last modified 2021. https://www.loc.gov/
2016. item/global-legal-monitor/2021-02-24/
Rofiq, Ainur. “Khitan Perempuan Dalam egypt -draft-law-enhancing-criminal-
Prespektif Agama Islam.” In Kertas Konsep penalties-against-female-genital-mutilation-
Pencegahan Dan Penghapusan Pemotongan/ approved/.
Pelukaan Genitalia Perempuan (P2GP), 59. “Egypt: Draft Law Enhancing Criminal
I. Jakarta: Komisi Nasional Anti Kekerasan Penalties against Female Genital Mutilation
terhadap Perempuan, 2019. Approved.”
Van Rossem, Ronan, and Dominique Meekers. “Egypt: Egyptian Cabinet Approves Bill
“The Decline of FGM in Egypt since 1987: A Harshening Penalty for Female Genital
Cohort Analysis of the Egypt Demographic Mutilation.” Last modified 2021. https://
and Health Surveys.” BMC Women’s Health egyptindependent.com/egyptian-cabinet-
20, no. 1 (2020): 1–11. approves-bill-harshening-penalty-for-
Sen, Anjali. “Remarks of UNFPA Indonesia female-genital-mutilation/.
Representative Anjali Sen at the 2020 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
State Of The World Population (SWOP) Nomor 1636/MENKES/PER/XI/2010
Report Launch Webinar With Kemenpppa Tentang Sunat Perempuan. Indonesia, 2010.
(MOWECP).” In Webinar on FGM/C, 1, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
2020. Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Pencabutan
Sitompul, Ahmad Fauzi dan Asril. Transplantasi Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Hukum Dan Permasalahan Dalam Indonesia Nomor 1636/MENKES/PER/
Penerapamn Di Indonesia. Medan: CV. XII/2010 Tentang Sunat Perempuan.
Pustaka Prima, 2020. Indonesia, 2014.
———. Transplantasi Hukum Dan Permasalahan “Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
Dalam Penerapan Di Indonesia. Medan: CV. Pidana.” Last modified 2019. https://www.
Pustaka Prima, 2020. hukumonline.com/pusatdata/detail/17797/
rancangan-undang-undang-2019.
64