Penggunaan Ragam Deiksis Pada Naskah Drama Yang Berjudul: "Legenda Keong Mas"
Penggunaan Ragam Deiksis Pada Naskah Drama Yang Berjudul: "Legenda Keong Mas"
Penggunaan Ragam Deiksis Pada Naskah Drama Yang Berjudul: "Legenda Keong Mas"
Abstract
Speech does not escape human life because an utterance has a specific purpose and
purpose about the message to be conveyed. This will be studied in a pragmatic study. In
pragmatic studies, there is a deixis that is often used in writing literary works. Deixis is one of
the studies in pragmatics which has a function to maintain speech when communicating so
that communication can run well. However, in writing the deixis, errors are still found. Deixis
errors can occur in literary works. This article was prepared with the aim of describing the
use of deixis in literary works. The approach used to analyze the drama script of Legenda
Keong Mas is a pragmatic approach because this approach focuses on the reader's
response and contains facts about the study in the pragmatics described. The data collection
method used is literature study with reading and note-taking techniques. In addition, in the
preparation of this article the data were analyzed using a qualitative descriptive method
because the qualitative data obtained will be explained by describing the research findings.
The results of the analysis of drama scripts found several uses of deixis, namely the use of
personal deixis which amounted to 34 uses, time deixis which amounted to 18 uses, place
deixis which amounted to 6 uses, social deixis which amounted to 8 uses, and discourse
deixis which amounted to 9 uses. From the findings of the use of deixis, it can be concluded
that the writing of drama scripts cannot be separated from the use of deixis. In writing the
script for the Legend of Keong Mas, all categories or types of deixis are used in writing this
drama script.
Keywords: Drama Legend of Keong Mas, Drama Script, Variety of Deixis
Abstrak
Penuturan tidak luput dari kehidupan pada manusia karena sebuah ujaran memiliki tujuan
dan maksud tertentu tentang pesan yang hendak disampaikan. Hal tersebut akan dipelajari
pada kajian prakmatik. Dalam kajian pragmatik, terdapat deiksis yang sering digunakan pada
penulisan karya sastra. Deiksis merupakan salah satu kajian dalam pragmatik yang memiliki
fungsi untuk menjaga ucapan saat berkomunikasi agar komunikasi dapat berjalan dengan
baik. Namun, dalam penulisan deiksis masih ditemukan kesalahan. Kesalahan deiksis dapat
terjadi pada karya sastra. Artikel ini disusun dengan tujuan untuk mendeskripsikan
penggunaan deiksis dalam karya sastra. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis
naskah drama Legenda Keong Mas adalah pendekatan pragmatik karena pendekatan ini
menitikberatkan pada respon pembaca dan berisikan fakta mengenai kajian dalam pragmatik
yang dideskripsikan. Metode pengambilan data yang digunakan adalah studi literatur dengan
TABASA: Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya
VOL 3. NO.1 JANUARI—JUNI 2022
58
Penggunaan Ragam Deiksis…
teknik membaca dan mencatat. Selain itu, dalam penyusunan artikel ini data dianalisis
menggunakan metode deskriptif kualitatif karena data kualitatif yang diperoleh akan
dijelaskan dengan cara mendeskripsikan hasil temuan penelitian. Hasil analisis naskah
drama ditemukan beberapa penggunaan deiksis, yaitu penggunaan deiksis persona yang
berjumlah 34 penggunaan, deiksis waktu yang berjumlah 18 penggunaan, deiksis tempat
yang berjumlah 6 penggunaan, deiksis sosial yang berjumlah 8 penggunaan, dan deiksis
wacana yang berjumlah 9 penggunaan. Dari hasil temuan penggunaan deiksis dapat
disimpulkan bahwa dalam penulisan naskah drama tak lepas dari penggunaan deiksis. Pada
penulisan naskah drama Legenda Keong Mas seluruh kategori atau jenis deiksis
dipergunakan dalam penulisan naskah drama ini.
Kata Kunci: Drama Legenda Keong Mas, Naskah Drama, Ragam Deiksis
PENDAHULUAN
Penuturan tidak luput dari kehidupan pada manusia karena sebuah ujaran
memiliki tujuan dan maksud tertentu tentang pesan yang hendak disampaikan. Hal
ini sesuai dengan fungsi bahasa, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi dengan
tanda-tanda tertentu sehingga mudah dipahami (Santhi & Anwar, 2021: 3). Dalam
hal ini, maksud dan tujuan dalam tindak tutur dikaji dalam linguistik, khususnya pada
bidang pragmatik. Leech (1993: 7) dalam bukunya menuliskan bahwa salah satu
tujuan pragmatik adalah mengaitkan makna pada sebuah ujaran dan sebuah
tindakan. Secara umum pragmatik merupakan makna dalam kondisi yang
sebenarnya (Tarigan, 2009: 31). Makna yang dimaksud adalah makna yang sesuai
dengan konteks ujaran (Ningsih & Muristyani, 2021: 135). Salah satu bidang kajian
dalam pragmatik adalah deiksis. Alwi, et.al (2003) menyatakan bahwa deiksis
merupakan salah satu gejala yang semantis dan biasa ditemukan pada sebuah
kontruksi atau kata, biasanya acuan tersebut ditafsirkan dengan menggunakan
perhitungan situasi dalam subuah percakapan (Riza & Santoso, 2017: 274).
Deiksis adalah hal yang mendasari dalam bertindak tutur. Sadiyah (2009: 464-
465) mengungkapkan bahwa deiksis merupakan sebuah kosakata atau sekumpulan
kosakata yang terdapat acuan atau referensi yang selalu berganti sesuai dengan
pembicara dan dipengaruhi dengan situasi atau konteks yang sedang berlangsung
ketika ujaran tersebut berlangsung. Kata deiksis sendiri artinya ‘penunjuk’ yang
diperoleh dari bahasa Yunani. Deiksis memiliki fungsi, yaitu sebagai penunjuk dalam
sebuah konteks tertentu. Dengan kata lain, bahasa pasti memiliki sebuah deiksis
yang berguna untuk merujuk sesuatu, baik itu orang, barang, atau keadaan sosial
yang terjadi di masyarakat (Syifa & Haerudin, 2021: 76). Fahrunisa & Utomo (2020:
104) mengungkapkan bahwa deiksis memiliki fungsi sebagai menjaga ujaran ketika
berkomunikasi agar komunikasi tersebut dapat berjalan semestinya . Dalam sebuah
karya sastra terdapat berbagai jenis deiksis yang digunakan, yaitu deiksis orang
(persona), sosial (social), tempat (place), wacana (discourse), dan waktu (time)
(Abidin, Sariban, & Selirowangi, 2019: 75). Kelima jenis deiksis tersebut ditemukan
pada karya sastra, khususnya pada naskah drama Legenda Keong Mas. Hal ini lah
yang mendasari dari penulisan artikel ini karena dalam penggunaan deiksis ini
sangat menarik untuk diteliti dan dipahami agar maksud atau makna dalam naskah
drama dapat dipahami oleh pemain drama.
TABASA: Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya
VOL 3. NO.1 JANUARI—JUNI 2022
59
Penggunaan Ragam Deiksis…
60
Penggunaan Ragam Deiksis…
pembelajaran dan pemerolehan bahasa. Selain itu, Utomo, Haryadi, Fahmy, &
Indramayu (2019: 235) menjelaskan bahwa kesalahan dalam berbahasa adalah
sebuah bentuk pelanggaran yang bukan hanya pada pelanggaran fisik saja,
melainkan tanda kesempermunaan pengetahuan dan penguasaan terhadap kode
berbahasa. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis memberikan solusi yang
efektif untuk diimplementasikan untuk menjawab permasalahan yang ada, yaitu
dengan memberikan penekanan mengenai pemahaman bahasa saat pembelajaran
bahasa (Aditia & Utomo, 2021: 9). Dengan begitu, pemahaman mengenai bahasa
akan meningkat, khususnya pada kajian deiksis.
Artikel ini disusun bertujuan untuk memberikan informasi mengenai ragam
deiksis yang terdapat dalam karya sastra. Selain itu, memberikan contoh dari setiap
ragam deiksis yang ditemukan dalam naskah drama Legenda Keong Mas. Deiksis
mempelajari makna dan tujuan bahasa sehingga makna dan tujuan ini harus jelas .
Dengan adanya contoh, dapat menambah pemahaman mengenai makna dan tujuan
sebuah ujaran bahasa.
KAJIAN LITERATUR
Dalam penulisan artikel ini terdapat tiga variabel yang dapat dijadikan sebagai
landasan teori pada penelitian ini, yaitu deiksis, naskah drama, dan Legenda Keong
Mas.
A. Deiksis
Deiksis merupakan salah satu kajian yang terdapat pada pragmatik. Menurut
Riza & Santoso (2017: 274) Deiksis adalah sebuah konsep yang rujukannya
berpindah atau berganti sesuai dengan keadaan penutur ujaran atau lokasi
terjadinya peristiwa tindak tutur. Biasanya deiksis digunakan sebagai pengganti kata
atau kata rujukan, misalnya kata ganti orang, waktu, demonstrasi, dan ragam ciri
gramatikal dan leksikal lainnya yang saling berhubungan dengan ruang dan waktu
daalam sebuah peristiwa tindak tutur. Sebuah kosakata atau kata dapat disebut
deiksis apabila rujukannya berpindah atau berganti pada pembicara dan lokasi dari
terjadinya peristiwa tindak tutur.
Deiksis memiliki ragam jenisnya. Yule (2006) menyatakan bahwa dalam kajian
deiksis terdapat tiga jenis, yaitu deiksis persona, ruang, dan waktu . Sedangkan,
menurut Nababan (1987) ragam deiksis terbagi menjadi lima jenis, yaitu deiksis
persona, ruang, waktu, wacana, dan sosial (Lestari, 2016: 28). Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis atau kategori pokok dan dua jenis atau
kategori tambahan.
B. Naskah Drama
Naskah drama adalah sebuah teks yang berisikan dialog menggunakan
gambaran karakter-karakter tokoh di dalamnya, berfungsi menjadi naskah sastra
(untuk dibaca) atau naskah untuk dipentaskan. Istilah drama sendiri berasal dari
bahasa Yunani yang berarti tindakan. Diperkuat oleh Sabat (2021) yang menyatakan
bahwa naskah drama merupakan naskah yang berisi dialog antartokoh yang
menggambarkan sebuah peristiwa atau kejadian. Dalam penulisan naskah drama
TABASA: Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya
VOL 3. NO.1 JANUARI—JUNI 2022
61
Penggunaan Ragam Deiksis…
terdapat unsur intrinsik yang harus diperhatikan. Unsur intrinsik dalam penulisan
naskah drama adalah tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat .
Naskah drama mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan jenis
sastra lain. Berikut adalah beberapa karakteristik naskah drama.
1. Dialog mendominasi dalam penulisan naskah drama.
2. Dilengkapi dengan narasi untuk dijadikan sebagai petunjuk dalam pementasan .
3. Dilengkapi dengan sampiran/sampingan/penunjuk (nebentext) yang menjelaskan
keadaan cerita dan ditulis miring, kapital, tanda kurung atau penanda lainnya.
4. Dilengkapi dengan petunjuk yang menggambarkan tempat, waktu, suasana,
keadaan panggung, dsb.
5. Dalam menceritakan sebuah cerita, diceritakan melalui dialog secara tidak
langsung.
6. Memiliki banyak babak cerita yang berisikan adegan cerita.
7. Alur selalu berubah di setiap babak dan diceritakan melalui dialog antartokoh.
62
Penggunaan Ragam Deiksis…
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penulisan
Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang digunakan oleh penulis
dalam kegiatan penelitian ini. Ikhwan (2021: 2) menjelaskan bahwa pendekatan
pragmatik adalah pendekatan yang menitikberatkan pada penghayatan pembaca
pada sebuah karya sastra. Dalam artikel ini berisikan fakta mengenai kajian dalam
pragmatik yang dideskripsikan. Fakta tersebut adalah mengenai kajian deiksis pada
naskah drama Legenda Keong Mas. Pendekatan pragmatik dapat memberikan
gambaran yang jelas kepada pembaca mengenai deiksis. Dalam hal penulisan
artikel ini dilengkapi dengan contoh penggunaan deiksis dalam naskah drama yang
bertujuan utuk memperjelas implementasi dari penggunaan deiksis dalam karya
sastra.
B. Sumber Data
Penulisan artikel ini merujuk pada kajian pustaka. Data primer dihasilkan dari
analisis naskah drama yang dimuat pada blog pribadi Annisa Tjia
(http://annzoldyck.blogspot.com/2015/04/naskah-drama-keong-mas.html). Selain itu,
dilengkapi data sekunder yang bersumber dari buku, artikel ilmiah, dan teori-teori
yang relevan dengan topik artikel ini. Dengan begitu, data yang diperoleh diharapkan
dapat memperkuat pembahasan topik dalam artikel ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dengan menggunakan teknik studi pustaka yang dilakukan dengan memilih
sumber referensi yang relevan, maka data yang akan digunakan dalam penelitian ini
akan terkumpul dengan baik. Selain itu, perlunya pengamatan secara langsung pada
objek kajian dengan teknik membaca dan mencatat yang bertujuan untuk
mendapatkan data pasti dari objek yang sedang diteliti. Teknik membaca dan
mencatat dilakukan dengan membaca terlebih dahulu naskah drama yang akan
dianalisis. Setelah itu, kutipan yang terdapat penggunaan deiksis dicatat dengan
memberikan simbol yang berdeda. Nantinya, data yang diperoleh akan dijelaskan
secara rinci dalam artikel ini.
D. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis data metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif yang merupakan gabungan dari dua metode . Deskriptif yang
dimaksud adalah menggambarkan tuturan secara rinci sesuai dengan objek
penelitian (Pratama & Utomo, 2020: 93). Sedangkan, kualitatif yang dimaksud adalah
sebuah tindakan yang nantinya akan menghasilkan sebuah data secara deskriptif
yang dihasilkan dari hasil identifikasi objek (Setiani & Utomo, 2021: 103). Langkah
yang dilakukan dalam menganalisis data dengan mendeskripsikan penggunaan
deiksis pada sebuah ujaran atau percakapan dengan memberikan kutipan beserta
penjelasan yang rinci. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
TABASA: Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya
VOL 3. NO.1 JANUARI—JUNI 2022
63
Penggunaan Ragam Deiksis…
40
30
20
10
0
Deiksis Deiksis Deiksis Deiksis Sosial Deiksis
Persona Waktu Tempat Wacana
64
Penggunaan Ragam Deiksis…
65
Penggunaan Ragam Deiksis…
sebuah pengungkapan jarak waktu yang merujuk dari waktu ketika ujaran dihasilkan.
Dewi & Rahman (2021: 31) menjelaskan juga mengenai deiksis waktu merupakan
kata yang berkaitan dengan waktu atau kapan tuturan tersebut terjadi. Dalam naskah
drama Keong Mas terdapat dialog atau kalimat yang menggunakan deiksis waktu.
Misalnya:
Dahulu kala, di istana Kerajaan Daha ...
Pada kalimat tersebut terdapat kata yang mengandung unsur waktu, yaitu
“dahulu kala”. Penggunaan kata “dahulu kala” menandakan bahwa cerita tersebut
terjadi pada masa lalu atau masa lampau. Oleh karena itu, kalimat tersebut
menggunakan deiksis waktu.
3. Deiksis Tempat
Deiksis tempat merupakan deiksis yang merujuk pada tempat atau lokasi
suatu kejadian atau peristiwa itu terjadi. Darista (2015: 350) menjelaskan bahwa
deiksis tempat adalah sebuah kata rujukan yang diberikan guna untuk menunjukkan
tempat berdasarkan peristiwa tutur tersebut terjadi. Santo (2015: 200) menegaskan
bahwa deiksis tempat pada pragmatik dipengaruhi oleh jarak psikologis . Pernyataan
tersebut diperjelas oleh Yule (2006) yang menjelaskan bahwa kedekatan atau jauh
dengan sebuah objek secara fisik kemungkinan besar akan dilakukan oleh seorang
penutur untuk melakukan kedekatan secara psikologis. Namun, penutur akan
memberi tanda pada sesuatu yang dekat dengannya secara fisik . Terdapat tiga
klasifikasi pada deiksis tempat, yaitu lokasi dekat dengan pembicara, lokasi jauh dari
pembicara tapi lokasi dekat dengan pendengar, dan lokasi jauh dari pembicara dan
pendengar. Semua kategori ini digunakan dalam penulisan naskah drama Legenda
Keong Mas. Biasanya penggunaan deiksis tempat ditandai dengan penggunaan kata
di sini, sini, situ, itu, di situ, dll. Penggunaan deiksis tempat yang digunakan dalam
penulisan naskah drama tersebut, antara lain sebagai berikut.
a) Lokasi dekat dengan pembicara
Terdapat penggunaan deiksis tempat yang dekat dengan pembicara, antara
lain sebagai berikut.
Misalnya.
Kirana : “… bisa ada di sini?”.
Pada kalimat tersebut terdapat kata “di sini”. Adanya kata tersebut memiliki
makna bahwa percakapan tersebut terjadi di tempat di mana dekat dengan
pembicara. Oleh karena itu, dialog tersebut termasuk ke dalam deiksis tempat.
b) Lokasi jauh dari pembicara, tapi lokasi dekat dengan pendengar
Terdapat penggunaan deiksis tempat yang jauh dari pembicara, tetapi dekat
dengan pendengar, antara lain sebagai berikut.
Misalnya.
Keong Emas itu lalu dibawanya…
Pada kalimat tersebut terdapat kata “itu”. Adanya kata tersebut memiliki
makna bahwa peristiwa tersebut terjadi di sebuah tempat di mana tempat tersebut
jauh dari pembicara, tetapi dekat dengan pendengar. Oleh karena itu, kalimat
tersebut termasuk ke dalam deiksis tempat.
66
Penggunaan Ragam Deiksis…
67
Penggunaan Ragam Deiksis…
PENUTUP
Berdasarkan temuan yang diperoleh dari analisis yang sudah dijelaskan di
atas dapat disimpulkan bahwa penulisan karya sastra, khususnya pada penulisan
naskan drama Legenda Keong Mas tidak luput dari penggunaan deiksis. Pada
deiksis persona terdapat tiga puluh empat penggunaan, dieksis waktu delapan belas
penggunaan, deiksis tempat enam penggunaan, deiksis sosial delapan penggunaan,
dan deiksis wacana sembilan penggunaan. Selain menampilkan informasi terkait
penggunaan deiksis pada naskah drama Legenda Keong Mas, artikel ini dilengkapi
dengan penjelas agar pada pembaca mengetahui maksud dari penulis dan
penerapan dari penggunaan deiksis pada penulisan karya sastra.
Disarankan bagi pembaca untuk mencari sumber referensi lain agar
pemahaman mengenai deiksis semakin baik lagi . Oleh karena itu, dengan ditulisnya
artikel ini dapat memberikan wawasan terhadap pembaca dan memberikan
kebermanfaatan bagi berbagai pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (-). Keong Mas. URL: http://p2kp.stiki.ac.id/id3/2-3060-2956/Keong-
Mas_132731_p2kp-stiki.html (diakses, 01 Oktober 2021).
Abidin Jauharul, Sariban, N. B. S. (2019). Deiksis dalam Novel Merindu Baginda
Nabi karya Habiburrahman El Shirazy. PENTAS : Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia, 5(1), 74–80. http://e-
jurnal.unisda.ac.id/index.php/pentas/article/view/1517
Aditia, R., & Utomo, A. P. (2021). Analisis Klausa Yang Menduduki Fungsi Predikat
Pada Berita “Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Iv Diperediksi Minus, Daya Beli
Masyarakat Kian Buruk.” WIDYA ACCARYA, 7–17.
68
Penggunaan Ragam Deiksis…
Afifah, L., & Widodo, P. (2015). Kesalahan Deiksis Dalam Karangan Mahasiswa
Pada Niveau A2 Di Jurusan Sastra Jerman Um. LingTera, 27–37.
Ansiska, M., Lasmono, D., & Wartiningsih, A. (2013). Penggunaan Deiksis Persona
dan Tempat dalam Novel Supernova 1 Karya Dee. 1–15.
Darista. (2015). “Deiksis” dalam Kumpulan Cerpen Al-Kabuus Tinjauan
Sosiopragmatik. Al-Turāṡ, 343–364.
Dewi, R. P., & Rahman, Y. (2021). Deiksis Waktu Dan Ruang Dalam Transkripte Der
Hoertexte Buku Ajar Netzwerk B1. Paramasastra, 8(1), 30.
https://doi.org/10.26740/parama.v8n1.p75-94
Effendi, D. I., Safhida, M., & Hariadi, J. (2018). Analisis Deiksis Waktu Pada Tuturan
Dosen yang Berlatar Belakang Budaya Berbeda. JURNAL SIMBOLIKA:
Research and Learning in Communication Study, 4(1), 52.
https://doi.org/10.31289/simbollika.v4i1.1465
Fahrunisa, N., Purwo, A., & Utomo, Y. (2020). Deiksis Persona Dalam Film Dua
Garis Biru Karya Gina S . Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang dan fungsinya , khususnya yang terdapat dalam film Dua Garis
Biru . Dengan adanya memberikan kontribusi ilmu pengetahuan terutama
dalam bidang pr. 21(1), 103–113.
Fitrianti, E., & Fitrianti, E. (2018). UNES Journal of Education Scienties AND
LITERATURE DEPARTMENT , FACULTY OF TEACHER TRAINING AND.
2(1), 71–81.
Yule, G. (2006). Pragmatik (ke-2, Vol. 240). Pustaka Pelajar.
Ikhwan, W. K. (2021). Pendekatan Pragmatik Dalam Novel Negari Para Bedebah
Karya Tere Liye. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Metalingua,
6(1), 1–6. https://doi.org/10.21107/metalingua.v6i1.10546
Kadek, K. A. N. (2013). Penggunaan Deiksis Bahasa Bali Dialek Bangli di Desa
Laantula Jaya Kecamatan Wita Ponda Kabupaten Morowali.
Leech, G. (1993). Prinsip-prinsip pragmatik. UI-Press.
Lestari, R. (2016). Deiksis Persona, Tempat, Dan Waktu Pada Novel
Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia. Semarang: Jurusan Bahasa
Dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri
Semarang.
Listyarini, S. F. A. N. (2020). Analisis Deiksis dalam Percakapan pada Channel
Youtube Podcast Deddy Corbuzier Bersama Menteri Kesehatan Tayangan
Maret 2020. JPBSI: Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 9(1), 58–65.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi
Mayangsari, V. (2019). Penggunaan Deiksis Persona dalam Novel Arah Langkah
Karya Fiersa Besari. 2019.
Muhyidin, A. (2019). Deiksis Dalam Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin Karya Tere Liye Dan Skenario Pembelajarannya Di Sma (Deixis in Tere
Liye’S Novel “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” and Its
69
Penggunaan Ragam Deiksis…
70
Penggunaan Ragam Deiksis…
71