3234-Article Text-7814-2-10-20220622

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.

2 (2019)

PERAN AUDITOR INTERNAL

SEBAGAI WATCHDOG, CONSULTANT, ATAU

CATALYST? STUDI KASUS DI UNIVERSITAS SURABAYA

Erwin Christianto, Bonnie Soeherman

Akuntansi/Fakultas Bisnis dan Ekonomika

erwinchristianto00@gmail.com

Abstract

Now a day, the development of information technology has led to increased business
competition. Internal auditors become strategic figures for an organization. There are
three roles of internal auditors regarding the paradigm shift about role of internal
auditors that is watchdogs, consultants, and catalysts. Therefore, the organizers'
perceptions/views on internal auditors are considered very important as they may affect
support for the scope of activities and impacts provided by the internal auditor on the
organization. To find out the perceptions of the leadership of the University of Surabaya,
the researchers conducted interviews and questionnaires to five resource persons
consisting of rector, director of quality assurance and internal audit, dean of business
and economics faculty, head of management department of business and economics
faculty, and coordinator of quality guarantee of study program faculty of business and
economics of the University of Surabaya. The researcher tries to examine the auditee's
perception on the function and role of internal auditor and find the cause of the
perception. The results of this thesis final project shows that the current internal auditor
still acts as a watchdog, limited on identifying all accounts in the financial statements
and checking the accounts thoroughly. On the other hand, the auditee has a perception
and hopes that the internal auditor should act as a catalyst who conducts internal audit
with empathy, cares the auditee’s feeling and becomes a facilitator for better auditee
development.
Key words: perception, internal audit, paradigm.

677
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

PENDAHULUAN

Audit adalah proses sistematis secara obyektif untuk memperoleh dan


mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai kejadian ekonomi
untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan kriteria yang
telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang
berkepentingan (Guy Dan, 2002). Sedangkan audit internal merupakan aktivitas
independen, keyakinan obyektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah
nilai dan meningkatkan operasi organisasi (Messier, 2005). Tanpa adanya fungsi
audit internal, pimpinan termasuk di dalamnya dewan direksi dan komisaris, akan
kesulitan untuk memperoleh informasi internal dengan bebas mengenai kinerja
organisasi (Sawyer, 2003; Ratliff, 1995:52). Namun dalam menjalankan
fungsinya, auditor internal dihadapkan pada banyak permasalahan yang dapat
mempengaruhi kinerja auditor tersebut, salah satunya adalah persepsi terhadap
auditor internal. Persepsi dapat berdampak pada kerja sama dan dukungan
pemimpin organisasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi pemimpin
organisasi adalah generasi pemimpin organisasi yang bersangkutan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap auditee adalah berupa perasaan,
sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian
(fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan
juga minat, motivasi, latar belakang, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan
kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal
baru dan familiar, atau ketidak asingan suatu objek (Thoha, 2003). Maka dari itu,
peneliti ingin melakukan analisis persepsi pemimpin organisasi terhadap fungsi
auditor internal terkait terjadinya perubahan paradigma untuk melihat persepsi
pemimpin organisasi terhadap auditor internal melalui studi kasus yang dilakukan
di Universitas Surabaya. Studi kasus ini dilakukan kepada pemimpin Universitas
Surabaya di tiga tingkatan secara vertikal yang dimulai dari rektor Universitas
Surabaya hingga pimpinan di fakultas bisnis dan ekonomika

TELAAH TEORITIS

678
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

Definisi lama audit internal yang dikemukakan oleh praktisisi audit


internal dibawah 2000 yang pada umumnya tidak berlaku lagi, seperti yang
dikemukakan sebagai berikut.

“Audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam


suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi
yang dilaksanakan.”(Tugiman, 1997)

Definisi audit internal menurut BPKP dalam Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan


Internal adalah:

”Audit internal adalah pemeriksaan yang sistematis terhadap kegiatan,


program organisasi dan seluruh atau sebagian dari aktivitas dengan
tujuan menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana
digunakan secara ekonomis dan efisien dan apakah tujuan program,
kegiatan, aktivitas yang telah direncanakan dapat dicapai dengan tidak
bertentangan dengan peraturan, ketentuan dan perundang-undangan
yang berlaku.”(Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 1983)

The Institute of Internal Auditor memberikan definisi baru bahwa internal


audit adalah suatu aktivitas independen dalam menetapkan tujuan dan merancang
aktivitas konsultasi (consulting activity) yang bernilai tambah (value added) dan
meningkatkan operasi perusahaan (IIA, 2011). Dengan demikian internal
auditing membantu organisasi dalam mencapai tujuan dengan cara pendekatan
yang terarah dan sistematis untuk menilai serta mengevaluasi keefektifan
manajemen resiko (risk management) melalui pengendalian (control) dan proses
tata kelola yang baik (governance processes). Dari definisi diatas dapat
diindikasikan bahwa telah terjadi perubahan paradigma dari hanya digunakan oleh
manajemen untuk mencari kesalahan yang terjadi di organisasi, hingga sekarang
audit internal juga harus mampu menjadi konsultan perusahaan (strategic partner)
yaitu lembaga yang dapat memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi
oleh auditee.

679
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004, fungsi audit


internal adalah sebagai berikut.

“Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit


internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan
fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi.”

Menurut Hiro Tugiman, fungsi audit internal adalah:

“Fungsi audit internal adalah suatu pengawasan yang memiliki lingkup


tidak terbatas tidak pembatas sumber, informasi, kewenangan untuk
memeriksa hal apapun pada saat kapan pun, kebebasan untuk
menyatakan sesuatu, menguji, mengevaluasi kegiatan organisasi yang
dilaksanakan, dan dukungan sepenuhnya dari pimpinan organisasi.”
(Tugiman, 2006)

Sedangkan fungsi audit menurut Ardeno Kurniawan adalah:

“Fungsi audit internal adalah memberikan berbagai macam jasa kepada


organisasi termasuk audit kinerja dan audit operasional yang akan
dapat membantu manajemen senior dan dewan komisaris dalam
memantau kinerja yang dihasilkan oleh manajemen dan para personil
diorganisasi sehingga auditor internal dapat memberikan penilaian yang
independen mengenai seberapa baik kinerja organisasi.” (Kurniawan,
2012)

Fungsi audit internal secara umum adalah untuk memberikan penilaian terhadap
keefektifan suatu pengendalian dalam organisasi. Fungsi audit internal bukan
hanya terpaku kepada pencarian ketepatan dan kebenaran atas catatan akuntansi
saja, melainkan juga harus melakukan penelitian dari berbagai operasional yang
terjadi di perusahaan.
Peran auditor internal sebagai watchdog telah berlangsung lama sekitar
1940-an, sedangkan peran sebagai konsultan baru muncul sekitar 1970-an.
Adapun peran internal auditor sebagai katalist baru berkembang sekitar 2000-an.

680
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

Perbedaan pokok ketiga peran auditor internal tersebut sebagai berikut (Effendi,
2007).
Tabel 2.1 Tabel perbedaan paradigma lama dan baru
WATCHDOG CONSULTANT CATALIST
Proses Audit Audit Quality
kepatuhan operasional assurance
Fokus Fraud Sumber daya Nilai
Dampak Jangka pendek Jangka Jangka panjang
menengah
Sumber: Majalah AUDITOR, Rubrik “Kolom 1”, Edisi No. 05

Sebagai watchdog, peran utama dari auditor internal adalah mencermati/


memantau kegiatan operasional serta memberikan peringatan jika terjadi
penyelewengan atau praktik yang tidak berjalan dengan baik. Peran sebagai
watchdog meliputi kegiatan observasi, perhitungan, dan pengecekan ulang untuk
memastikan bahwa seluruh kegiatan operasional dari suatu organisasi telah
sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku, serta mentaati kebijakan dan
Standard Operating Prosedures (SOP) dari manajemen. Proses audit yang sering
dilakukan adalah compliance audit, yaitu focus pada berbagai penyimpangan
terhadap SOP dan kebijakan manajemen, yang meliputi error, omissions, delays,
dan fraud. Sebagai watchdog berarti selalu membandingkan kegiatan operasioanal
organisasi dengan the best practices sehingga selalu terdapat ruang untuk
melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Dari segi pendekatan pengendalian,
dalam perannya selaku watchdog, auditor internal menekankan pada pengendalian
detektif (detective control), yaitu mengidentifikasi masalah yang sudah terjadi,
lalu mencoba memberikan saran untuk mengatasinya. Selain itu, dalam perspektif
ini, auditor internal berfokus pada kelemahan dan penyimpangan yang ada dengan
mengacu pada kebijakan dan policy. Ketidak sesuaian dengan policy pada
umumnya dipersepsikan sebagai “masalah”. Peran tradisional dari auditor internal
ini masih tetap harus dilaksanakan dan ditambah dengan peran baru yaitu sebagai
consultant dan catalyst.

681
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

Sebagai konsultan (consultant), peran dari auditor internal adalah


memberikan saran untuk perbaikan dan ikut berpartisipasi secara aktif membantu
manajemen melakukan berbagai tindakan perbaikan, sehingga lebih berperan
sebagai mitra bagi pihak manajemen dan auditee. Scope dari pekerjaan auditor
internal adalah memastikan bahwa seluruh kegiatan telah berjalan secara efektif,
efisien, dan menggunakan sumber daya yang dimiliki secara ekonomis. Fokus
utama dari auditor internal adalah melakukan konservasi terhadap sumber daya
organisasi sehingga dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mencapai
tujuan organisasi dan membantu pihak manajemen dalam mengelola
organisasinya. Sebagai konsultan, auditor internal harus secara aktif bertindak
sebagai fasilitator pihak auditee dalam rangka mendiskusikan the best possible
choice untuk pemecahan masalah yang dihadapi auditee, dengan tetap
mendasarkan pada prinsip efisien, efektif, dan ekonomis dalam penggunaan
sumber daya perusahaan.
Peran auditor internal sebagai katalis berkaitan dengan quality assurance,
sehingga auditor internal diharapkan dapat membimbing manajemen dalam
mengenali resiko yang mengancam pencapaian tujuan organisasi. Quality
assurance bertujuan untuk meyakinkan bahwa proses bisnis yang dijalankan telah
menghasilkan produk/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan customer. Dalam
peran katalis, auditor internal bertindak sebagai fasilitator dan agent of
change. Impact dari peran katalis bersifat jangka panjang, karena fokus katalis
adalah nilai jangka panjang dari organisasi, terutama berkaitan dengan tujuan
organisasi yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dan
pemegang saham. Penerapan risk management dan risk based audit adalah salah
satu contoh peran auditor internal sebagai katalis (Simbolon, 2010). Model
pendekatan audit seperti ini dimulai dengan proses penilaian risiko, perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan yang terfokuskan area tertentu yang dianggap penting
dan berisiko akan terjadinya penyimpangan atau kecurangan yang dilakukan
pihak tertentu di perusahaan.

Secara umum pengertian persepsi dirumuskan oleh Robbins, 2001, yaitu:

682
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

“Suatu proses dengan mana seseorang mengorganisasikan dan


menginterpretasikan kesan yang diterima melalui indranya agar
mendapat pengertian tentang lingkungannya.”

Sedangkan pendapat yang lain menurut Luthans, 1981:

“Proses persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan


seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Walaupun persepsi sangat
tergantung pada penginderaan data, proses kognitif barangkali bisa
menyaring, menyederhanakan atau mengubah secara sempurna data
tersebut.”

Senada dengan pendapat diatas yaitu pendapat Krech dan Crutchfield,


2001, mengartikan persepsi merupakan suatu proses kognitif yang komplek dan
menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat
berbeda dari kenyataannya. Menurut Thoha, 2001, persepsi pada hakekatnya
adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami
informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan dan penciuman. Pendapat lebih sederhana diungkapkan
oleh Gibson, J.L, et al; 1986, bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah
proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan
yang dimaksud dengan persepsi adalah proses kognitif yang dialami seseorang
dalam menerima data/segala sesuatu (objek, benda, kejadian, manusia) yang
berasal dari lingkungannya melalui panca indra, selanjutnya diseleksi,
diorganisasikan dan diinterpretasikan untuk memperoleh gambaran pengertian
tertentu, yang dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya. Oleh karena itu tiap-
tiap individu memberi arti kepada stimulus, maka individu yang berbeda-beda
akan melihat barang yang sama dengan cara yang berbeda-beda.

Toha (2003:154) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi


persepsi seseorang adalah sebagai berikut.

683
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,


keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik,
gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
b. Faktor eksternal: latar belakang, informasi yang diperoleh, pengetahuan
dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan
gerak, hal-hal baru dan familiar, atau ketidak asingan suatu objek.

David Krech (1962), faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang


adalah:

1. Frame of Reference, yaitu ke rangka pengetahuan yang dimiliki yang


dipengaruhi oleh pendidikan, bacaan, penilitian, dll.
2. Frame of experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah
dialaminya yang tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan paradigma fenomenologis, yang mempelajari
manusia sebagai sebuah fenomena. Fenomenologis percaya bahwa kehidupan
seseorang adalah berharga dan menarik, karena kesadaran seseorang tentang
kehidupan tersebut. Ungkapan menjadi sesuatu di dunia adalah sebuah konsep
tentang ketajaman ikatan fisik seseorang pada dunia mereka, seperti berfikir,
melihat, mendengar, rasa, dan interaksi antara perasaan yang terus menerus pada
tubuh mereka dengan dunia (Polit, et al., 2001). Peneliti dalam pandangan
fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang
biasa dalam situasi tertentu. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah
wawancara, pengisian kuisioner, dan analisis dokumen yang akan dijelaskan
sebagai berikut.

1. Wawancara
Sumber data diperoleh melalui wawancara yang dilakukan kepada
rektor Universitas Surabaya, direktur DPMAI Universitas Surabaya,
dekan fakultas bisnis dan ekonomika, kepala jurusan manajemen,

684
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

fakultas bisnis dan ekonomika Universitas Surabaya, serta koordinator


penjaminan mutu program studi S2 fakultas bisnis dan ekonomika
Universitas Surabaya. Wawancara dilakukan kepada lima subjek untuk
melihat persepsi pemimpin dari tiga tingkatan organisasi yang berbeda,
yakni manajemen tingkat bawah, menengah, dan atas. Wawancara
kepada rektor Universitas Surabaya dan direktur DPMAI Universitas
Surabaya dilakukan untuk mengetahui persepsi dari kacamata auditor
internal terhadap fungsi dan peran auditor internal di Universitas
Surabaya. Sedangkan wawancara kepada dekan, kepala jurusan
manajemen, serta koordinator penjaminan mutu program studi S2
fakultas bisnis dan ekonomika Universitas Surabaya dilakukan untuk
melihat persepsi mengenai fungsi dan peran audit internal di Universitas
Surabaya dari kacamata auditee. Peneliti memilih untuk menggunakan
metode semi-structured dengan jangka waktu 30-60 menit dalam
melakukan wawancara agar dapat bersifat fleksibel dalam melakukan
proses memperoleh data.
Tabel 3.1 Tabel wawancara

Jumlah Jumlah
Sumber data Kriteria Tema
partisipan waktu

Peran, fungsi, dan


Top level
Rektor UBAYA 1 1 jam pandangan terhadap AI
management
UBAYA
Peran & fungsi AI
Direktur DPMAI Top level
1 1 jam UBAYA, kendala ketika
UBAYA management
melakukan audit
Peran, fungsi,
Middle level pengalaman, dan
Dekan FBE UBAYA 1 50 menit
management pandangan atas AI
UBAYA
Peran, fungsi,
Kepala jurusan
Bottom level pengalaman, dan
Manajemen FBE 1 30 menit
management pandangan atas AI
UBAYA
UBAYA

685
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

Peran, fungsi,
Koordinator
Bottom level pengalaman, dan
Penjaminan Mutu 1 55 menit
management pandangan atas AI
Prodi S2 FBE UBAYA
UBAYA

2. Pengisian kuisioner
Untuk mendapatkan data yang lebih andal, peneliti menggunakan
kuisioner sebagai sarana untuk mendukung hasil wawancara yang telah
dilakukan. Empat subjek penelitian akan dimohon untuk mengisi lembar
penilaian yang berisikan penilaian terhadap fungsi auditor internal guna
melihat persepsi pemimpin organisasi tersebut terkait terjadinya
perubahan paradigma fungsi auditor internal dengan estimasi waktu
pengisian berkisar antara 5 hingga 10 menit.
Lembar penilaian ini dilakukan dengan menggunakan metode skala
likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur
persepsi, sikap, atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah
peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang
telah ditetapkan oleh peneliti. Subjek akan diminta untuk mengisikan
identitas diri yang terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, dan lama bekerja. Kemudian subjek akan diminta untuk
memberikan pendapatnya terhadap 14 pernyataan terkait fungsi auditor
internal yang telah disediakan dengan skala sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Tabel 3.2 Tabel pengisian kuisioner

Jumlah Jumlah
Sumber data Kriteria Tema
partisipan waktu

Peran, fungsi, dan


Top level
Rektor UBAYA 1 10 menit pandangan terhadap AI
management
UBAYA
Peran & fungsi AI
Direktur DPMAI Top level
1 5 menit UBAYA, kendala ketika
UBAYA management
melakukan audit

686
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

Peran, fungsi,
Middle level pengalaman, dan
Dekan FBE UBAYA 1 10 menit
management pandangan atas AI
UBAYA
Peran, fungsi,
Kepala jurusan
Bottom level pengalaman, dan
Manajemen FBE 1 5 menit
management pandangan atas AI
UBAYA
UBAYA
Peran, fungsi,
Koordinator
Bottom level pengalaman, dan
Penjaminan Mutu 1 10 menit
management pandangan atas AI
Prodi S2 FBE UBAYA
UBAYA

3. Analisis dokumen
Setelah itu peneliti melakukan analisis hasil wawancara dari tiga
tingkatan pemimpin organisasi Universitas Surabaya untuk melihat
pola pikir serta perspektif dari generasi subjek yang bersangkutan.
Hasil wawancara yang telah didapat kemudian dibandingkan dengan
hasil kuisioner dan literatur teori yang ada untuk dapat ditarik
kesimpulan mengenai peran auditor internal Universitas Surabaya
berperan sebagai anjing penjaga, mitra/konsultan, katalisator, atau
bahkan terdapat peran baru di luar yang sudah dipaparkan.

Tabel 3.3 Tabel analisis dokumen


Jenis dokumen Jumlah waktu
Hasil wawancara 2 jam
Hasil kuisioner 3 jam
Literatur, jurnal, dan artikel terkait 2 jam

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan persepsi auditee terhadap peran auditor internal memiliki beberapa


kesulitan yaitu dikarenakan sumber daya manusia yang bervariasi serta luasnya
ruang lingkup audit di Universitas Surabaya. Hal ini menyebabkan auditor

687
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

internal memiliki perbedaan standar pengalaman maupun pengetahuan dasar, sifat


dan karakteristik yang beragam, serta tidak semua auditee dapat mengenal dan
memiiliki pengalaman dengan seluruh auditor internal. Karena keterbatasan
tersebut, melalui wawancara dan kuisioner, hasil dari auditee dianggap dapat
mencerminkan auditor internal Universitas Surabaya secara umum.
Persepsi dapat timbul karena beberapa faktor internal seperti kebutuhan dan
harapan serta faktor eksternal seperti pengalaman dan pengetahuan. Berdasarkan
penjabaran mengenai fungsi dan peran auditor internal Universitas Surabaya
sebelumnya, auditee dinilai memiliki persepsi bahwa saat ini auditor internal
Universitas Surabaya berperan sebagai watchdog. Persepsi ini berangkat dari
harapan auditee terhadap auditor internal Universitas Surabaya. Auditee berharap
bahwa sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pelatihan, diubahnya sistem
penugasan agar dapat menghasilkan audit yang lebih berkualitas karena standar
auditor yang rendah akan menyebabkan tidak terjadinya proses diskusi untuk
perbaikan organisasi, serta menambah frekuensi dilakukannya sosialisasi
mengenai fungsi dan peran auditor internal Universitas Surabaya agar dapat
auditee memahami fungsi dan peran dari adanya auditor internal di Universitas
Surabaya.
Keberagaraman standar auditor internal dan sistem penugasan audit
menyebabkan auditee memiliki pengalaman bekerja dengan auditor internal yang
berbeda-beda setiap periodenya. Padahal, auditee melakukan proses audit internal
yang sama setiap tahun. Hal ini kemudian menyebabkan auditee menjadi lebih
familiar dan ketika mendapat auditor internal dengan pengalaman dan
pengetahuan dasar yang relatif rendah, auditee akan cenderung membandingkan
dengan auditor internal yang memiliki dengan pengalaman dan pengetahuan dasar
yang relatif lebih tinggi. Walaupun mungkin sudah ada auditor internal yang
berkenan memberikan masukan dan bersikap proaktif, namun masih ada auditor
yang belum dapat melakukan hal tersebut.
Sebaliknya, auditee memiliki ekspektasi bahwa auditor internal
seharusnya menjadi seorang katalisator. Auditee menyebutkan bahwa fungsi dan
peran dari auditor internal adalah untuk menjadi quality assurance, untuk tujuan

688
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

visitasi, penyeimbang visi dan misi, serta agar auditee memiliki rencana ke
depannya. Auditee juga berekspektasi bahwa seharusnya auditor internal ikut
dilibatkan dalam hal yang bersitas strategis seperti perencanaan, tidak hanya
melakukan hal teknis. Persepsi ini muncul karena adanya kebutuhan auditee akan
semua hal tersebut. Namun auditor internal Universitas Surabaya pun menyatakan
tidak setuju jika auditor internal dilibatkan dalam perencanaan (lihat pernyataan
nomor 6 pada lampiran). Pendapat yang diberikan oleh auditee tersebut juga
berkaitan dan didasari oleh pengetahuan auditee terhadap fungsi dan peran auditor
internal sehingga akhirnya dapat terbentuk persepsi sesuai yang telah dijabarkan.
Pihak auditor internal Universitas Surabaya yang terdiri dari rektor dan
direktur penjaminan mutu dan audit internal tidak setuju dengan pendapat “auditor
internal mengarahkan pelaksanaan kualitas rektorat agar sesuai dengan yang
direncanakan” (lihat pernyataan nomor tiga pada lampiran). Auditor internal
beranggapan bahwa hal tersebut bukanlah tugas dari divisi ini. Tugas auditor
internal adalah membantu rektor dalam melakukan monitoring dan evaluasi
internal, alat kontrol bagi keuangan, mencegah penyimpangan, dan melihat
kondisi unit serta evaluasi program. Untuk rektorat, itu adalah ranah dari dewan
senat dan yayasan.

“Itu bukan tugasnya. Tugas auditor internal adalah membantu


rektor dalam mengawasi dan melakukan evaluasi pada unit yang
ada di Universitas Surabaya. Yang mengawasi rektorat adalah
dewan senat dan yayasan.”

Sedangkan pihak auditee berpendapat setuju dengan pendapat tersebut.


Auditee berpendapat bahwa seharusnya rektorat pun tetap diaudit walaupun tidak
secara menyeluruh karena rektor dan wakil rektor memiliki hak confidential.
Auditee mengakui bahwa sistem audit di Universitas Surabaya memang saat ini
menjadi yang terbaik di Jawa Timur, namun tetap perlu melakukan pembelajaran
dan benchmarking karena beberapa universitas swasta seperti Universitas Bina
Nusantara (BINUS) dan Universitas Ciputra melakukan audit internal kepada
rektorat.

689
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

KESIMPULAN DAN SARAN

Terdapat kesamaan persepsi pada ketiga auditee di dua tingkatan manajemen,


yaitu low level management dan middle level management yang menganggap
bahwa seharusnya auditor internal memiliki fungsi dan peran sebagai katalisator.
Hal ini terbukti dengan pemikiran auditee bahwa selain melakukan uji antara yang
direncanakan dan aktual, auditor internal juga seharusnya melakukan penilaian
resiko dan quality assurance.
Auditee merasa bahwa auditor internal di Universitas Surabaya masih
berperan sebagai watchdog dan masih belum dilibatkan hal yang bersifat strategis.
Top level management dari Universitas Surabaya pun memiliki persepsi bahwa
auditor internal memiliki fungsi dan peran sebagai watchdog yang membantu
rektor untuk megidentifikasi dan mengawasi unit yang ada. Pihak auditor internal
masih belum dapat dikatakan sebagai konsultan maupun katalis karena adanya
variasi standar antar auditor internal yang menyebabkan sifat proaktif auditor
internal dalam memberikan masukan dan berdiskusi menjadi tidak rata. Selain itu,
pendapat tidak setuju atas mengantisipasi perubahan, baik lingkungan usaha
maupun perubahan lainnya juga menyebabkan persepsi pimpinan Universitas
Surabaya tingkat atas masih belum dapat dikatakan menganggap auditor internal
sebagai konsultan maupun katalisator.
Peneliti menemukan beberapa keterbatasan saat melakukan penelitian ini.
Yang pertama adalah keterbatasan pada ruang lingkup penelitian. Tugas akhir
skripsi ini hanya membahas persepsi auditee terkait paradigma atas fungsi dan
peran auditor internal di tingkat fakultas bisnis dan ekonomika. Sistem perekrutan
dan penugasan audit yang diteliti pun dibatasi pada tingkat Universitas Surabaya
saja. Peneliti memfokuskan pembahasan pada tugas akhir ini pada audit internal
Universitas Surabaya. Untuk
penelitian berikutnya disarankan agar dapat membandingkan perbedaan antara
perusahaan dan sistem audit di organisasi pendidikan. Disarankan juga untuk
menggunakan narasumber dari berbagai fakultas yang berbeda sehingga
memperoleh persepsi auditee yang lebih luas. Peneliti selanjutnya dapat meneliti

690
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

lebih dalam mengenai pengaruh dari kinerja auditor internal Universitas Surabaya
terhadap hasil audit eksternal yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntansi). edisi ketiga. fakultas ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. 1983. Pedoman Pelaksanaan Internal
Audit.http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/8/97/2183.bpkp
Effendi, Muharief. 2002. Paradigma Baru Internal Auditor. Majalah AUDITOR, Rubrik
“Kolom 1”, Edisi No. 05 tahun 2002, ISSN : 1412-5501)
Gibson, JL, et al. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses. Bina Rupa Aksara.
Jilid I Edisi ke- 8.
Hery. 2010. Potret Profesi Auditor Internal. Alfabeta: Bandung, Indonesia.
IIA. 2011. International Professional Practices Framework. The Institute of Internal
Auditor Inc., USA.
Ilyas, Suprianto dan R Maulana Prima Aryawan. 2010. Pergeseran Paradigma Tentang
Fungsi Audit Internal Serta Kaitannya dengan Aspek Teknologi Informasi Dalam
Organisasi Perguruan Tinggi. skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama.
Inspektorat Jenderal Kementrian Keuangan. 2011. Bukan Watchdog, Konsultan, Juga
Bukan Katalis! Tapi Pengawas Intern. http://www.itjen.kemenkeu.go.id/baca/78.
K22. 2016. RI Baru Miliki 4.500 Auditor Tersertifikasi.
http://www.nusabali.com/berita/4376/ri-baru-miliki-4500-auditor-tersertifikasi.
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. 2004. Standar Profesional Audit Internal,
Jilid 1, Yayasan Pendidikan Internal Audit, Jakarta.
Krech, David, Richard S. Crutchfield, and Egerton S. Ballachey. 1962. The Individual in
Society: A Textbook of Social Psychology. McGraw-Hill Book Company: New
York.
Krech dan Crutchfield. 2001. Proses dan Faktor yang Mempengaruhi Persepsi.
Kurniawan, Ardeno. 2012. Audit Internal Nilai Tambah Bagi Organisasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta.
Luthans, Fred, 1981. Organizational Behavior. Ghalia Indonesia: Jakarta.
Mulyadi, 2011. Auditing. buku satu. edisi enam. Salemba Empat: Jakarta.
Primayanty, Any Fitri. 2016. Analisis Persepsi Karyawan Terhadap Peran Auditor
Internal, skripsi, jurusan akuntansi, fakultas ekonomi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jilid 1.
Edisi 8. Prenhallindo: Jakarta.
Samid, Suripto. 2002. Peran Audit Internal sebagai Alat Manajemen untuk mengurangi
Risiko. makalah seminar FKSPI BUMN/BUMD. Bandung.
Sawyer, Lawrence B. 2009. Internal Auditing. buku satu, edisi lima, Salemba Empat:
Jakarta
Simbolon, Harry Andrian. 2010. Paradigman Baru Internal Auditor. kabupaten Batubara,
Sumatera Utara.
Sofwan, Irwan. 1997. Peran Internal Auditor dalam Perkembangan Organisasi
menjelang abad 21. Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Jakarta.

691
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.2 (2019)

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. 2007.


www.bpk.go.id/assets/files/storage/2013/12/file_storage_1386233856.pdf.
Thoha, Miftah. 2001. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Raja
Grafindo Persada: Jakarta.
Thoha, Miftah, 2003. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Tugiman, Hiro, 1997. Pandangan Baru Internal Auditing. Kanisius. Yogyakarta
Tugiman, Hiro, 2006. Standar Professional Audit Internal. Kanisius, Yogyakarta.
Tunggal, Amin, Widjaja. 2005. Internal Auditing. Edisi Lima. BPFE. Yogyakarta.

692

You might also like