Artikel Jurnal Asman Sadino (F1F1 12 092)

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

Buletin Famasia, Volume 1, Nomor 1

e-ISSN : xxxx-xxxx

UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA, ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS


AKUT EKSTRAK ETANOL AKAR, BATANG, DAUN DAN BUNGA
TUMBUHAN BAMBU-BAMBU (Polygonum pulchrum Blume)
Sahidin, Wahyuni, Asman Sadino
Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo, Jl. H.E.A. Mokodompit, Kendari 93232, Indonesia

Abstrak

Antimicrobial activities, antioxidant and acute toxicity of ethanol extract of the roots, stems, leaves and flowers of bambu-
bambu plants (Polygonum pulchrum Blume) have been done. Extracts was produced by maseration method with ethanol.
Antimicrobial test used agar diffusion method with well technique to Staphylococcus aureus ATCC 25923 gram positive,
Escherichia coli ATCC 35218 gram negative and Candida albicans ATCC 10231. Antioxidant activity test was established
by DPPH method (1,1-diphenil-pikrilhidrazil). Acute toxicity test used Brine Shrimp Lethality Test method (BSLT). The
results of antibacterial activity ethanol extract by DDH value of root, stem, leaf, and flower to S. aureus ATCC 25923
respectively were 3,5 mm, 2.5 mm, 2.25 mm, and 2,62 mm. To E. coli ATCC 35218, DDH value of ethanol extract of root,
stem, leaf and flower respectively were 2.25 mm, 2.12 mm, 1,62 mm, and 1,75 mm. Whereas, this extracts have not to
fungus C. albicans ATCC 10231, compare to Vitamin C with 3.97 mg/L in IC 50 value, ethanol extract of root and stem of P.
pulchrum Bl were very strong antioxidants with IC 50 value respectively 25.2 mg/L and 43.26 mg/L, ethanol extract of leaf of
P. pulchrum Bl was strong antioxidant with IC 50 value 66.32 mg/L, and ethanol extract of flower of P. pulchrum Bl was
weak antioxidant with IC50 value 202.96 mg/L. Base on toxicity analysis by BSLT method, Ethanol extract of root and steam
were toxic with LC50 value respectively 933,086 µg/mL and 919,588 µg/mL, whereas, Ethanol extract of leaf and flower
were not toxic with LC50 value respectively 2207,06 µg/mL and 1081,90 µg/mL.

Kata Kunci: Polygonum pulchrum Blume, Antimicrobials, Antioxidants, Acute Toxicity

1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayati berupa tumbuhan yang
mengandung berbagai jenis senyawa kimia yang berpotensi dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat
tradisional. Pengetahuan tentang khasiat dan keamanan tanaman obat di Indonesia biasanya hanya berdasarkan
pengalaman empiris yang diwariskan secara turun temurun dan belum teruji secara ilmiah. Agar peranan obat
tradisional dalam pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan maka perlu dilakukan upaya penelitian suatu
tumbuhan obat, sehingga nantinya obat tersebut dapat digunakan dengan aman dan efektif [1].
Suatu bentuk upaya penelitian obat tradisional tersebut adalah dengan melakukan pengujian toksisitas,
antimikroba dan antioksidannya. Ditinjau dari tingginya angka kejadian permasalahan kesehatan yang
disebabkan oleh infeksi dan radikal bebas setiap tahunnya terus bertambah. Penyakit infeksi juga salah satu
penyebab utama kematian di dunia terutama di daerah tropis seperti Indonesia sehingga digolongkan sebagai
penyakit yang berbahaya [2]. Tingginya kasus infeksi dan meningkatnya kasus resistensi, menunjukkan
perlunya dilakukan penelitian untuk mengembangkan antibiotik baru khususnya dari bahan alam [4][5].
Selain penyakit infeksi, penyakit degenaratif yang dipicu oleh paparan radikal bebas juga memiliki angka
mortalitas yang cukup tinggi. Data WHO pada 2005 menunjukan bahwa lebih dari delapan belas juta kematian
di bumi akibat penyakit kardiovaskular. Hampir seluruh terapi pengobatan penyakit degeneratif saat ini
memiliki harga yang cukup mahal sehingga, hal ini mendorong para peneliti menemukan alternatif pengobatan
dengan terus mencari senyawa-senyawa aktif khususnya yang berasal dari tumbuhan.
Salah satu obat tradisional yang sering digunakan masyarakat berasal dari tumbuhan genus Polygonum.
Genus Polygonum terdiri dari 150 – 300 spesies tumbuhan yang berbeda-beda yang tersebar luas di seluruh
dunia [8][9]. Menurut Dong dkk. (2014) genus Polygonum memiliki beragam efek farmakologi, misalnya
sebagai antioksidan (P. amplexicaule), anti-inflammatory (P. cuspidatum), antibakteri-antijamur (P. bistorta),
antikanker (P. hypoleucum), dan antiviral (P. tinctorium). Beberapa penelitian yang menunjukkkan bahwa
batang P. pulchrum Blume memiliki aktifitas sebagai antihiperlipidemia, diantaranya: Hanafi, (2015)
menyatakan bahwa senyawa aktif stigmasterol dengan dosis 150 mg/kgBB, 450 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB
memiliki efek antihiperlipidemia. Selain itu, Poko, (2015) menyatakan bahwa ekstrak etanol batang tanaman
bambu-bambu (Polygonum pulchrum Blume) memiliki efek antihiperlipidemia pada dosis 450 mg/kgBB.
Namun untuk studi khusus kajian toksisitas, antimikroba dan antioksidan dari spesies P. pulchrum Blume
sendiri belum pernah dilaporkan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin membuktikan tingkat toksisitas akut tumbuhan P. pulchrum Blume
yang telah dilakukan pengujian aktivitas farmakologinya sehingga kedepannya untuk takaran yang dibutuhkan
dalam menunjang pengobatan suatu penyakit dapat dilakukan secara akurat dan aktivitasnya sebagai
antimikroba terhadap bakteri Eschericia coli ATCC (American Type Culture Collection) 35218, Staphylococcus
aureus ATCC (American Type Culture Collection) 25923 dan pada jamur Candida albicans ATCC (American
Type Culture Collection) 10231 serta radikal bebas DPPH.

2. Metode Penelitian

2.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan meliputi, Akar, batang, daun dan bunga P. pulchrum Bl. yang diperoleh di sekitar
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UHO, Etanol 96 % (Merck®), Akuades, Air laut, DMSO, NaCl 0,9 %
(Otsuka®), Nutrient Agar (Merck®), Nutrient Broth (Merck®), Potato Dextrose Agar (Merck®), Ketokonazol,
Kloramfenikol (Brataco®), Bakteri S. aureus ATCC 25923, Bakteri E. coli ATCC 35218, Jamur C. albicans
ATCC 10231, Larva udang (A. salina L.) umur 48 jam, Plastik wrap (Total®), Aluminium foil (Bagus®),
Vitamin C (Braco®), Radikal DPPH. Alat yang digunakan meliputi Rotary vacuum evaporator (Buchi®),
Laminar air flow (Chuaire®), Autoklaf (Wisecrave®), Inkubator (Froilabo®), Hot plate (Stuart®),
Spektrofotometer UV– Vis 20D (Thermo®), Timbangan analitik (Precisa®), Blender (philips), Vortex (Stuart®),
Erlenmeyer (Pyrex®), Gelas kimia (Pyrex®), Gelas ukur (Pyrex®), Tabung reaksi (Pyrex®), Cawan petri
(Anumbra®), Kuvet (Hellma analytics®), Pipet mikro (Effendrof®), Lampu bunsen, Pinset, Jarum ose, Mistar
(Kenko®), Batang pengaduk, Pencadang, Vial, Labu takar (Pyrex®), Plat KLT GF254 (Merck®), Lampu UV
(Srahlen Germany®), Chamber, Pipa kapiler, Lup, Akuarium mini, Aerator, Balon lampu (philips), Toples kaca.

2.2. Ekstraksi

Ekstraksi maserasi serbuk tanaman dilakukan dalam wadah tertutup selama 3 x 24 jam menggunakan
pelarut etanol.

2.3. Uji Skrining Fitokimia dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Uji skrining fitokimia dengan KLT dilakukan dengan menggunakan plat silika gel GF 254. Eluen yang
digunakan adalah kloroform:metanol (9:1). Pengembang dan reagen penguji masing-masing golongan senyawa
adalah sebagai berikut: alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorff menunjukkan bercak warna jingga [10],
flavonoid menggunakan pereaksi NaOH 0,1 N akan menghasilkan warna kuning dan dengan pereaksi Natrium
karbonat akan menghasilkan warna hijau, kuning [11]. Tanin menggunakan pereaksi FeCl 3 1% menghasilkan
warna biru kehitaman, saponin menggunakan pereaksi H2SO4 menimbulkan warna ungu-ungu gelap [11],
triterpenoid menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard menghasilkan warna merah ungu (violet) [12].

2.4 Uji Aktivitas Antimikroba

2.4.1 Sterilisasi

Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan autoklaf dan disterilkan selama 15 menit pada suhu 121 oC dan
tekanan 1 atm [13].

2.4.2 Penyiapan Media

Uji aktivitas antimikroba dibutuhkan dua jenis media yaitu media Nutrient agar (NA), Nutrient broth (NB)
untuk media pertumbuhan bakteri dan media Potato dextrose agar (PDA) untuk pertumbuhan jamur. NA, NB
dan PDA disiapkan lalu masing-masing ditimbang sebanyak 2,8 g NA, 1,3 g NB dan 3,9 g PDA. Masing-
masing media selanjutnya dilarutkan dalam 100 mL akuades ke dalam erlenmeyer kemudian disterilkan didalam
autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
2.4.3 Penyiapan Kultur dan Pembuatan Inokulum Mikroba

Uji antimikroba dalam penelitian ini digunakan dua jenis bakteri (E. coli dan S. aureus), dan satu jenis fungi
(C. albicans). Masing-masing bakteri diremajakan pada media NA dalam tabung kemudian diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37oC, sedangkan untuk jamur diremajakan pada media PDA dan diinkubasi selama 72 jam
pada suhu 37oC. Kemudian kekeruhan dari suspensi bakteri/jamur dibandingkan dengan standar Mc Farland 0,5.
Larutan standar Mc Farland 0,5 dibuat dengan komposisi 0,05 mL BaCl 2 1% dan 9,95 mL H2SO4 1% dimana
larutan standar tersebut setara dengan kepadatan bakteri 150 x 106 CFU/mL [14]

2.4.4 Uji Aktivitas Antimikroba

Aktivitas antimikroba diuji dengan metode difusi agar menggunakan teknik sumuran. Sebanyak 50 μL
sampel akar, batang, daun dan bunga dibuat dengan seri konsentrasi 12,5 μg/mL, 25 μg/mL, 50 μg/mL, 100
μg/mL, 125 μg/mL, 250 μg/mL, 500 μg/mL, 1000 μg/mL, 2000 μg/mL dan 4000 μg/mL. Sebanyak 50 μL
kloramfenikol dengan konsentrasi 30 μg/mL, dan 50 μL pelarut etanol. Cawan petri yang berisi senyawa uji
dimasukkan ke dalam lemari pendingin dengan suhu 10°C selama 30 menit, kemudian di inkubasi didalam
inkubator pada suhu 37°C selama 27 jam. Hasil uji daya antimikroba didasarkan pada pengukuran Diameter
Daerah Hambat (DDH) yang terbentuk di sekeliling lubang sumuran.

2.5 Uji Aktivitas Antioksidan

2.5.1 Pembuatan pereaksi DPPH 40 ppm

Cara membuatnya adalah menimbang 2 mg DPPH kemudian dilarutkan dalam etanol hingga semua larut,
selanjutnya dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL dan diencerkan hingga tanda tera. Kocok sampai homogen
sehingga didapat larutan DPPH 40 μg/mL.

2.5.2 Pembuatan larutan blanko

Pembuatan larutan blanko dilakukan dengan cara memipet 1,0 mL etanol dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan 1,0 mL larutan DPPH 100 ppm, lalu ditambahkan 2,0 mL etanol dikocok hingga
homogen dan diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit.

2.5.3 Pembuatan larutan stok 1000 ppm

Cara membuatnya adalah dengan menimbang 50 mg ekstrak etanol akar, batang, daun dan bunga P.
pulchrum Blume dan dilarutkan dalam etanol hingga larut, selanjutnya dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
dan diencerkan hingga tanda tera.

2.5.4 Pembuatan larutan seri bahan uji

Dilakukan pengenceran pada sampel 1.000 ppm untuk membuat konsentrasi 12,5, 25, 50, 100 dan 200 ppm.
Setelah itu masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 mL dan ditambahkan 1 mL DPPH
kemudian ditambahkan lagi 3 mL etanol. Dikocok hingga homogen kemudian diinkubasi pada suhu 370C
selama 30 menit. Uji serapan dilakukan pada panjang gelombang 515,5 nm.

2.6 Uji toksisitas dengan metode BSLT

2.6.1 Pembuatan larutan stok 10.000 ppm

Cara membuatnya adalah dengan menimbang 0,5 g ekstrak etanol akar, batang, daun dan bunga P. pulchrum
Blume dan dilarutkan dalam etanol hingga larut, selanjutnya dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL dan
diencerkan hingga tanda tera.

2.6.2 Penetasan telur Artemia salina Leach

Penetasan telur Artemia salina Leach dilakukan dalam akuarium mini dengan dua bagian ruang bersekat,
satu bagian yang terisolasi dari cahaya dan bagian yang lain yang disinari oleh cahaya lampu. Sekat dibuat
berlubang dengan diameter 2 mm. Air laut dimasukkan ke dalam wadah, serta diaerasi menggunakan aerator.
Sejumlah telur Artemia salina Leach dimasukkan ke dalam satu ruang, kemudian ruang tersebut ditutup. Sisi
yang lain dibiarkan terbuka dan diberi lampu untuk menarik Artemia salina Leach yang telah menetas melalui
lubang sekat. Telur akan menetas kira-kira setelah 18-24 jam menjadi larva. Larva yang berumur 48 jam dapat
digunakan untuk uji toksisitas.

2.6.3 Pembuatan larutan seri bahan uji

Dilakukan pengenceran pada sampel 10.000 ppm untuk membuat konsentrasi 12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm,
100 ppm, 125 ppm, 250 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm dan 4000 ppm. Setelah itu masing-masing larutan
dimasukkan ke dalam vial. Selanjutnya vial diisi air laut 10 mL kemudian digoyang-goyangkan kurang lebih
selama 1 menit untuk menghomogenkan sampel. Sepuluh ekor Artemia salina Leach umur 48 jam yang sehat
(bergerak aktif) dipilih secara acak, dimasukkan ke dalam vial yang berisi sampel yang bebas pelarut
menggunakan pipet tetes. Kriteria standar untuk mengukur kematian larva udang yaitu apabila larva udang tidak
menunjukkan pergerakan selama beberapa detik pengamatan. Perhitungan larva secara manual yaitu dengan
mengamati larva di dalam vial dengan bantuan lup. Vial diletakkan di bawah lampu penerangan selama 24 jam
dan dihitung jumlah larva Artemia salina Leach yang mati [15].

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Esktraksi

Ekstrak diperoleh dengan menggunakan tehnik maserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Masing-
masing ekstrak ditimbang dan dihitung persen rendemennya terhadap berat simplisia awal dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Berat ekstrak yang diperoleh


3.2. Sampel Serbuk Ekstrak Rendemen
sampel (g) kental (g) (%)
Bambu-bambu Akar 553 18 3,6
(P. pulchrum Batang 800 25,5 5,1
Blume) Daun 700 16,2 3,24
Bunga 750 11,5 2,3

Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui komponen kimia pada tumbuhan tersebut secara kualitatif.
Metode yang digunakan yaitu Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil penyemprotan pereaksi penanda diperoleh
data seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil skrining metabolit sekunder
Bagian Metabolit sekunder
Sampel
yang diuji Alkaloid Flavonoid Tanin Saponin Triterpenoid
Akar + - - + ++
P. pulchrum Batang - + - + +
Blume Daun + ++ + + -
Bunga - - - + ++

3.3 Uji Aktivitas Antimikroba

Pengujian aktivitas antimikroba pada ekstrak akar, batang, daun dan bunga P. pulchrum Blume dilakukan
terhadap bakteri S. aureus dan bakteri E. coli serta jamur C. Albicans, dengan menggunakan metode difusi agar
dengan teknik sumuran (cup-plate technique). Hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus
dengan nilai DDH ekstrak etanol akar: 3,5 mm, batang: 2,5 mm, daun: 2,25 mm dan bunga: 2,62 mm, serta
terhadap bakteri E. coli dengan nilai DDH ekstrak etanol akar: 2,25 mm, batang: 2,12 mm, daun: 1,62 mm dan
bunga: 1,75 mm. Sedangkan pada pengujian aktivitas antijamur pada semua bagian tumbuhan P. pulchrum Bl.
tidak memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur C. albicans.
3.4 Pengujian Aktivitas Antioksidan

Uji kuantitatif bertujuan untuk mengetahui nilai aktivitas hambatan terhadap radikal bebas dengan metode
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) menggunakan spektrofotometri UV-Vis. NIlai IC50 dapat ditentukan
menggunakan nilai dari persamaan regresi linear. Semakin kecil nilai IC 50 maka semakin besar aktivitas
antioksidan [16]. Hasil pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol akar dan batang P. pulchrum Bl.
memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC 50 masing-masing sebesar 25,2 mg/L dan 43,26
mg/L. Pada ekstrak etanol daun P. pulchrum Bl. memiliki aktivitas antioksidan kuat dengan nilai IC 50 sebesar
66,32 mg/L, serta pada ekstrak etanol bunga P. pulchrum Bl. memiliki aktivitas antioksidan yang lemah dengan
nilai IC50 sebesar 202,96 mg/L, bila dibandingkan dengan vitamin C yang memiliki aktivitas antioksidan yang
sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 3,97 mg/L.

3.5 Uji Toksisitas

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan suatu metode pengujian menggunakan hewan uji yaitu
Artemia salina Leach yang dapat dijadikan bioassay sederhana untuk meneliti toksisitas suatu senyawa dengan
cara menentukan LC50 baik dari komponen aktif maupun ekstrak dari suatu tanaman. Hasil pengujian didapatkan
bahwa hasil pengujian toksisitas dari ekstrak etanol akar, batang, daun dan bunga P. pulchrum Bl. secara BSLT
menunjukan bahwa pada bagian akar dan batang bersifat toksik dengan nilai LC 50 masing-masing sebesar
933,08 µg/mL dan 919,58 µg/mL, sedangkan pada bagian daun dan bunga tidak bersifat toksik dengan nilai
LC50 masing-masing sebesar 2207,06 µg/mL dan 1081,90 µg/mL.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus dengan nilai DDH ekstrak etanol akar: 3,5 mm,
batang: 2,5 mm, daun: 2,25 mm dan bunga: 2,62 mm, serta terhadap bakteri E. coli dengan nilai DDH
ekstrak etanol akar: 2,25 mm, batang: 2,12 mm, daun: 1,62 mm dan bunga: 1,75 mm.
2. Pengujian aktivitas antijamur pada semua bagian tumbuhan P. pulchrum Bl. tidak memiliki aktivitas
antijamur terhadap jamur C. albicans ATCC 10231.
3. Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol akar dan batang P. pulchrum Bl. memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 25,2 mg/L dan 43,26 mg/L. Pada
ekstrak etanol daun P. pulchrum Bl. memiliki aktivitas antioksidan kuat dengan nilai IC 50 sebesar 66,32
mg/L, serta pada ekstrak etanol bunga P. pulchrum Bl. memiliki aktivitas antioksidan yang lemah dengan
nilai IC50 sebesar 202,96 mg/L, bila dibandingkan dengan vitamin C yang memiliki aktivitas antioksidan
yang sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 3,97 mg/L.
4. Hasil pengujian toksisitas dari ekstrak etanol akar, batang, daun dan bunga P. pulchrum Bl. secara BSLT
menunjukan bahwa pada bagian akar dan batang bersifat toksik dengan nilai LC 50 masing-masing sebesar
933,08 µg/mL dan 919,58 µg/mL, sedangkan pada bagian daun dan bunga tidak bersifat toksik dengan nilai
LC50 masing-masing sebesar 2207,06 µg/mL dan 1081,90 µg/mL.

Daftar Pustaka
1. Jenova, R., 2009, Uji Toksisitas Akut Yang Diukur Dengan Penentuan LD50 Ekstrak Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) Terhadap
Mencit Balb/C, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
2. Khunaifi, M., 2010, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim, Malang.
3. Wahjono, H., 2007, Peran Mikrobiologi Klinik pada Penanganan Penyakit Infeksi, Penerbit Universitas Piponegoro, Semarang.
4. Andayani, S.G.D., Linar, Z.U., Kardono, L.B.S., Hanafi, M., 2006, Antibiotika Baru dari Actinomycetes dan Jamur, Prosiding Seminar
Nasional Himpuanan Kimia Indonesia, Departemen Kimia FMIPA IPB, Bogor.
5. Natta, Orapin, Kritika dan Pantip, 2008, Essential Oil From Five Zingiberaceae For Anti Food-Borne Bacteria. International Food
Research Journal, 15(3), 337-346.
6. Prahastuti S., Susy T., Entin H., 2011, The Effect of Bay Leaf Infusion (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp) to Decrease Blood Total
Cholesterol Level in Dyslipidemia Model Wistar Rats, Jurnal Medika Planta, 1 (4).
7. Balitbangkes, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
8. Dong,X., Fu, J., Yin, X., Li, X., Wang, B., Cao, S., Zhang, J., Zhang, H., Zhao, Y., and Ni, J., 2014, Pharmacological and other
Bioactivities of the Genus Polygonum - A Review, Tropical Journal of Pharmaceutical, 13(10),1749-1759.
9. Sahidin, Nohong, Asrul S., Marianti A., Asep S., Harto W.,Syarulnataqain B., 2014, Radical Scavenging Activity Of Triterpene Steroids
From Stem Of Polygonum pulchrum Bl, International Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical Sciences, 6, 0975-1491.
10. Lutfillah, M., 2008, Karakterisasi Senyawa Alkaloid Hasil Isolasi dari Kulit Batang Angsret (Spathoda campanulata Beauv) Serta Uji
Aktivitasnya Sebagai Antibakteri Secara In Vitro, Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang.
11. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
(diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro).
12. Kristianingsih, 2005, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Triterpenoid dari Akar Tanaman Kedondong Laut (Polyscias fruticosa), Skripsi,
Universitas Brawijaya, Malang.
13. Waluyo, L., 2008, Teknik Metode Dasar Mikrobiologi, UMM Press, Malang.
14. Ginting, B., 2012, Antifungal Activity of Essential Oils Some Plants in Aceh Province against Candida Albican,Jurnal Natural, 12(2).
15. Nur, R.A., 2009, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Sukun (Artocarpus altilis) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan
Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah, Universitas Diponegoro, Semarang.
16. Molineux, P., 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenyl Picrylhydrazil (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity.
Songklankarin J. Sci.Technol., 26(2), 211-219.

You might also like