Aris,+journal+manager,+3 +marpuah
Aris,+journal+manager,+3 +marpuah
Aris,+journal+manager,+3 +marpuah
260 Marpuah
KUNINGAN
Marpuah
Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
Artikel diterima 2 Oktober 2018, diseleksi 23 November 2018, dan disetujui 26 Desember 2019
masih terkooptasi oleh sifat prasangka, yang menjadi perbedaan mendasar pada
kebencian, dan kecurigaan (mutual masyarakat Cigugur adalah perbedaan
consciousness) terhadap kelompok lain agama pada masing-msing Individunya.
yang berbeda (the others). Maka ikatan- Di mana perbedaan tersebut tidak
ikatan sosial (social bond) yang telah hanya terdapat pada masing-masing
terbangun kuat akan runtuh dan dapat warganya melainkan perbedaan tersebut
mengarah pada konflik primordialistik. juga ada dalam satu keluarga. Misalkan
Ayahnya Islam, Ibunya Katolik, dan
Oleh karena itu penting sekali
anak-anaknya menganut agama Katolik,
bagi masyarakat Indonesia untuk
atau kebalikannya orang tuanya Katolik/
menyadari keberagaman kultur yang
Kristen anaknya Islam. Hal itu sudah
dimilikinya itu. Satu-satunya jalan agar
menjadi kebiasaan mereka dalam
tercapai integrasi yang sejati adalah
kehidupannya di Kelurahan Cigugur.
dengan memberikan ruang gerak kepada
Bapak Dodo juga menambahkan bahwa
keberagaman kultur. Mengakomodasi
satu hal yang perlu diketahui di sini
sedemikian rupa kepentingan kelompok-
adalah meskipun masyarakat Cigugur
kelompok kultur itu, tentunya dengan
itu hidup dalam perbedaan. Namun
rambu-rambu yang jelas. Rambu-rambu
kehidupan masyarakatnya tetap rukun
itu seperti yang dirumuskan oleh Will
dan damai tanpa ada konflik sedikitpun,
Kymlicka meliputi; pertama, negara tidak
karena kehidupannya dibangun atas
memaksakan sebuah pandangan tertentu
dasar bertoleransi yang tinggi.
kepada warga negaranya. Kedua, warga
negara memiliki nilai-nilai bersama Berdasarkan penjelasan singkat
seperti komitmen untuk kebebasan, tersebut maka dapat dilihat bahwa
perdamaian, solusi pantang kekerasan, perbedaan yang ada pada masyarakat
dan penghargaan atas fairness, kesetaraan, Cigugur tersebut, tidaklah menjadikan
toleransi, dan perbedaan (Kymlicka, 2002 mereka hidup dalam ketegangan
dalam Kusumadewi 2012). hingga menimbulkan suatu konflik,
seperti konflik-konflik yang terjadi
Sebelum melakukan penelitian,
dewasa ini yang dilatarbelakangi oleh
peneliti telah melakukan observasi
perbedaan agama. Namun kehidupan
pendahuluan (pra survei) langsung Ke
mereka justru sangat harmonis, bisa
kelurahan cigugur, Kecamatan Cigugur,
hidup secara berdampingan dan sangat
Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
menjunjung tinggi pluralisme beragama.
Berdasarkan hasil observasi masyarakat
Masyarakatnya bukan hanya mengakui
di Kelurahan Cigugur tersebut ternyata
keberadaan hak agama lain, tetapi
masyarakat di sana hidup dalam sebuah
juga terlibat dalam usaha memahami
perbedaan. Menurut penjelasan salah
perbedaan dan persamaan dari setiap
satu tokoh masyarakt dan salah satu
masing-masing penganut agama yang
Tokoh Agama Penganut Kepercayaan
ada. Faktanya bahwa setiap masyarakat
atau penghayat dan pengelola Paseban
yang berbeda agama tersebut dapat
Tri Panca Tunggal Kuningan Pangeran
berinteraksi secara positif dalam
Djatikusumah, sebagai wakil pihak
lingkungan kemajemukan tersebut. Atas
Agama Djawa Sunda (ADS) yang
dasar observasi tersebutlah dicoba untuk
sekaligus merupakan pemangku adat di
mengkaji lebih dalam tentang masyarakat
Cigugur. Beliau mengatakan bahwa: hal
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
264 Marpuah
menjadi dasar prinsip bagi seluruh cara cukup efektif sehingga nilai-nilai budaya
pandang pikiran, konsep, interpretasi, dan agama ditempatkan dalam posisinya
tafsir, perjuangan, kerja dan semua sebagai motivasi bagi upaya membangun
aktifitas manusia didunia (Husacn sebuah pluralitas dan multikultural
Muhammad, 2011). Dalam masyarakat yang merupakan asset bangsa (ibid
plural yag ditengarai dengan kehadiran hal 123). Prinsip-prinsip pluralisme
bersama perbedaan dan keragaman, dianggap dapat menjawab permasalahan
kebebasan beragama atau berkepercayaan dalam melawan keterasingan jiwa
dapat didefinisikan meliputi dua kategori masyarakat modern karena tekanan
sebagai berikut: a) Kebebasan beragama: kapitalisme. Dengan demikian, ide
perbedaan dan keragaman agama-agama pluralisme berkembang seiring dengan
yang hidup bersama dan berdampingan perkembangan situasi dan kondisi yang
tercakup dalam definisi kebebasan melingkupinya. Berangkat dari pemikiran
beragama. Agama-agama tersebut tersebut, dapat dipahami bahwa pluralism
diperkenankan untuk dipeluk dan merupakan suatu pandangan yang
diyakini secara bebas oleh setiap individu meyakini akan banyak dan beragamnya
yang memilihnya menjadi pegangan hakikat realitas kehidupan, termasuk
hidup. b) Kebebasan berkepercayaan: realitas keberagaman manusia. Sehingga
merupakan istilah yang merujuk pluralisme agama dapat diartikan
kepada pandangan hidup-pandangan sebagai sikap dan pandangan bahwa
hidup atau posisi non keagamaan atau hakikat agama di dunia ini tidak hanya
sekuler yang tercakup dalam kebebasan satu, tetapi banyak atau beragam (Umi
berkepercayaan (Zakiyudin Baidhawi, Sumbulah, 2010, hal. 47).
2006, hal. 3).
wakil pihak Agama Djawa Sunda (ADS), yang menghasilkan temuan antara lain
yang sekaligus merupakan pemangku komunitas Slankers pada dasarnya
adat di Cigugur. Ratu Dewi Kanti yang menerima perbedaan agama, toleran.
merupakan juru bicara dari ajaran Agama Fathurrahman (2008), mengkaji toleransi
Djawa Sunda (ADS), sekaligus anak beragama di antara penyedia kos-kosan
bungsu Pangeran Djatikusumah dan Ratu dan pengguna jasa koskosan beda
Emma. Kepala Lurah dan aparatnya, agama, di Dusun Papringan Desa Catur
Kesra Kecamatan Cigugur, Ketua RW/ Tunggal Sleman. Menghasilkan temuan
RT di Blok Manis, Pahing, dan Blok bahwa atas pengaruh budaya “ewuh
Pasir. Wawancara dengan Tokoh Agama pakewuh” maka Toleransi Beragama
Penganut Kepercayaan Dan wawancara di daerah Rawan Konflik terbangun
dengan Guru Sosiologi di MAN I Cigugur, toleransi beragama di kalangan penyedia
Guru Agama MAN I Cigugur, Guru dan pengguna jasa kos-kosan di lokasi
Agama Katholik di SMP Yossudarso, penelitian.
Dekan UNISA Kelurahan Cigugur.
Tim Peneliti LP3ES dan YAPPIKA
Kemudian melakukan kegiatan FGD
(2006), mengkaji antara lain mengenai
dengan pengurus FKUB dan pengurus
memori responden tentang contoh-
MUI di kantor MUI. Dokumentasi
contoh kampanye publik maupun
sebagai bahan kajian untuk referensi
aktivitas OMS yang ditujukan untuk
dalam penulisan laporan hasil penelitian.
mempromosikan toleransi. Tim LIPI
Observasi dilakukan dalam kehidupan
(2006), yang melakukan survei di tiga
sehari-hari, dalam keluarga, sekolah,
daerah yaitu Bogor, Surakarta dan
dan lingkungan di mana mereka tinggal.
Cianjur, dengan kajian antara lain tentang
Dan observasi ke tempat rumah Ibadah :
sikap atau pandangan umat Islam
agama Islam, Katholik dan Protestan, serta
terhadap umat lain terkait: pemberian
ke Paseban tempat beribadahnya orang
ucapan selamat/salam kepada umat lain
sunda wiwitan (penganut kepercayaan).
dan pertemanan dengan umat beragama
Pengolahan data. Baik data primer
lain. Lembaga Survei Indonesia (2006),
maupun data sekunder diklasifikasikan
melakukan survei opini publik tentang
dan diinterpretasikan secara analisis
toleransi sosial masyarakat Indonesia,
diskriptif.
yang mengkaji antara lain tentang hidup
bertetangga dengan lain etnis, dengan
Penelitian Terdahulu lain agama. Serta bagaimana menyikapi
pembangunan rumah ibadat yang
Ada beberapa penelitian tentang toleransi
didirikan umat lain. Dilihat dari fokus
yang telah dilakukan oleh perorangan
yang dikaji dalam berbagai penelitian
maupun berbagai lembaga penelitian,
yang dilakukan baik oleh perorangan
antara lain: Setara Institute (2008),
maupun lembaga-lembaga penelitian
melakukan survei dengan hasil kajian
di atas, hampir seluruhnya mengkaji
antara lain (87,1%) responden menyatakan
tentang toleransi beragama dengan lokus
perbedaan agama tidak menjadi halangan
penelitian yang beragam.
dalam berteman dan (67,4%) menerima
fakta perpindahan agama. Teguh Setiawan Balai Litbang Agama Jakarta
(2007), mengkaji toleransi beragama di tahun 2014 telah melakukan penelitian
kalangan komunitas Slankers Semarang, “Dinamika Lembaga Keagamaan dalam
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
268 Marpuah
rukun dan memiliki sikap toleransi antara mempropokatornya. Pak RT ini seorang
satu dengan lainya. Kerukunan dan sikap Sunda Wiwitan (kepercayaan), namun
toleransi ini pun ditandai pula dengan tiga orang anaknya sebagai penganut
adanya pernikahan putri ketiga dari pa katholik, satu orang perempuan, dua
RW menikah dengan Putra keempat orang laki-laki. Namun mereka saling
dari tokoh kepercayaan (Pajati Kusuma) pengertian dan memiliki sikap toleransi
menjadi muallaf, dan sudah dikaruniai satu dengan lainnya dalam melakukan
2 anak perempuan (saat penulis di aktivitas keagamaan. Selain itu selalu ada
lapangan). Sikap toleransi di Kelurahan kebersamaan dan kerja sama dalam hal
Cigugur nampak pula ketika perayaan sikap sosial terhadap sesamanya, contoh
Hari Besar Islam. Pihak non Muslim ikut kongkritnya ketika ada kematian orang
partisipasi untuk ketertiban lalu-lintas di muslim, untuk gali liang lahat itu semua
jalan raya, seperti ketika Sholat Idul Fitri agama ikut bantu. Kondisi lingkungan
dan Idul Adha, dan ketika ada hajatan rumah Pak RT ini di depan rumahnya
baik Non Muslim maupun Muslim itu keluarga muslim, samping rumah
sendiri. Dalam hal ini sikap toleransi kanannya keluarga kristen protestan,
antar umat beragama dilakukan dalam samping rumah kirinya keluarga muslim,
siklus kehidupan baik itu umat muslim dan belakang rumahnya keluarga muslim
maupun umat non muslim. Akan tetapi juga.
ada batas-batas tertentu yang tidak
Menurut pengikut Sunda Wiwitan
harus diikutinya satu pemeluk agama
(Kepercayaan) “Paseban Tri Panca Tunggal
dengan pemeluk agama lainnya yaitu
itu” Tri (3), Panca (5), Tunggal (Esa).
masalah akidahnya. Selain itu selalu ada
Dimaknai bahwa semua manusia punya:
kebersamaan, gotong royong dan kerja
Rasa, Cipta, dan Karsa, atau Sir, Rasa, dan
sama dalam membangun desanya yang
Fikir. Pedoman ajarannya adalah cara-ciri
rukun. Sebagai RW2 di Blok Citambak
manusia dan cara-ciri bangsa. Pengikut
ini membawahi 4 RT (4,5,6,7). Selama
Sunda Wiwitan (Kepercayaan) ini tidak
menjadi RW di Blok Citambak lingkungan
memiliki kitab tertulis, tapi memiliki
yang dibinanya selalu kondusip, tidak
titis tulis. Contohnya perwujudan dalam
pernah terjadi konflik, dan memang
hakekat manusia: adanya hubungan
lingkungan itu sangat mendukung untuk
vertikal dan hubungan horizontal
hidup tentram dan damai. Walaupun
(hubungan manusia dengan tuhan,
mereka seorang petani, dan peternak,
manusia dengan sesamanya, dan manusia
juga sebagai PNS, dan Biraswasta.
dengan alam sekitarnya). Yang dimaksud
Menurut bapak Dodo sebagai dengan Tuhan itu yaitu Maha Tuhan dan
mantan RT 17 RW 06 (2017) di Blok Manunggal (satu dan menyatu).
Paleben Lingkungan Puhun, beliau
Terkait dengan interaksi sosial
mengatakan lingkungan Cigugur itu
sebagai perwujudan dari Kerukunan:
adalah Indonesia mini yang berbagai
1). Bahwa kita lahir ke dunia tidak
agama, budaya, dan adat istiadat
berkehendak, akan tetapi Tuhan yang
ada di Cigugur. Dalam pemeonya
berkehendak. 2). Bahwa setiap manusia
mengatakan “adanya suatu pengakuan
mempunyai pilihan: surga dan neraka,
walaupun tidak satu keinginan, tapi saling
baik dan buruk, jika kita mau baik maka
pengertian”. Tidak akan mampu untuk
harus berbuat baik. Kemudian dijelaskan
HARMONI Juli - Desember 2019
Toleransi dan Interkasi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur, Kabupaten Kuningan 277
pula oleh Pak RT ini: ciri-ciri manusia: kemanusiaan. Dalam acara ini dihadiri
1) Welas Asih. 2). Cinta Kasih. 3). Budi oleh unsur agama: Islam, Katholik,
Pekerti (Undak–usuk): dalam berinteraksi Protestan, Hindu, Budha. Dan berbagai
dengan Bapak, Ibu, kakak, dan Adek. 4). unsur aparat pemerintah daerah, dihadiri
Tatak rama dalam pergaulan.5). Budi pula oleh unsur Dinas Kebudayaan
Daya (menggambarkan bahasa tubuh), Jakarta. Upacara Seren Taun merupakan
bagaimana kita menggerakkan tubuh acara penyerahan hasil bumi berupa
yang santun disempurnakan dengan padi yang dihasilkan dalam kurun
Budi Bahasa yang santun terhadap yang waktu satu tahun untuk disimpan ke
se padan, orang tua, yang lebih muda. 6). dalam lumbung. Karena mayoritas
Budi Bahasa. 7). Wiwaha (pertimbangan) mata pencaharian mereka adalah petani,
ketika akan melakukan sesuatu harus dan peternak, dan lain-lain. Jenjang
dipertimbangkan sebelumnya. 8). Yuda pendidikan mereka dari mulai SD, SMP,
Naraga (kita semua harus menjaga dan SMA, dan Perguruan Tinggi. Seren tahun
memerangi Nafsu pada diri sendiri), yaitu: di awali dengan Upacara Ngajayak
Nafsu amarah dan Nafsu Mutmainnah. (Penjemputan Padi) pada tanggal 18
dilanjutkan dengan penumbukan padi
Dalam diri manusia itu ada empat
dan sebagai puncak acaranya jatuh
unsur: Asal dari Aching (saripati) tanah.
pada tanggal 22 Rayagung. Ngajayak
Asal dari aching (saripati) Api. Asal dari
dalam bahasa Sunda berarti menerima
Aching (saripati) Cai. Asal dari Aching
dan menyambut, sedangkan bilangan
(saripati) angin. Dalam hal ini bicara
18 (delapan welas) dalam bahasa sunda
aching itu karena Tuhan itu maha Tunggal.
dikonotasikan sebagai welas asih yang
Contohnya pengakuan keyakinan muslim
berarti cinta kasih dan kemurahan
ke masjid, kristen ke gereja, kepercayaan
Tuhan menganugrahkan kemakmuran
bisa di rumah dan bisa di paseban. Dalam
kehidupan umatnya serta segala alam
siklus kehidupan diatur oleh hukum adat
semesta.
(hukum yang mengatur tata kehidupan
dalam keluarga, masyarakat adat). Warga Untuk mengatur tata kehidupan
hukum adat adalah sunda wiwitan, penganut kepercayaan diatur dalam
yang penganutnya tersebar di wilayah: struktur adat sunda wiwitan yaitu:
Bandung, Ciamis, Tasik, Garut, Sukabumi mulai dari Pupuhun Adat (pimpinan),
dan lainnya), dalam sunda wiwitan harus Girang Pangaping (pengawasan
konsekwen, konsisten, terhadap hukum pembinaan wilayah), Wareh (blok) sama
adat. dengan sesepuh, ais Pangampuh (ketua
lingkungan), Girang serat (juru tulis),
Acara seren tahun merupakan
Paniten (pengawas), Candoli (bendahara).
wahana untuk mempersatukan umat
Untuk menjalankan struktur adat ini,
manusia yang ber Ketuhanan Yang Maha
dilakukan pertemuan satu minggu sekali.
Esa. Upacara seren tahun tanggal 22
Dalam ibadahnya penganut kepercayaan
Rayagung tahun saka sunda (1 syura),
sehari dua kali, yaitu menjelang matahari
berkumpul di Paseban dengan kegiatan
terbit, dan menjelang matahari terbenam,
ritual, seremonial, dan ada pembinaan
dilakukan bisa di rumah atau di paseban.
dari Pupuhun (Kepala /Ketua Adat).
Penganut kepercayaan ini mengadopsi
Intinya membina masyarakat bisa
konsep ajarannya dari semua agama
berlaku sebagai manusia, dan bersifat
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
278 Marpuah
DAFTAR ACUAN
Al-Munawwar, Said Agil Husein, “Fiqh Hubungan antar Agama” Ciputat Press, Jakarta,
2004.
Asmawi Mahfudz, “Filsafat Hukum Islam”, Penerbit Elkaf kerjasama dengan P3M STAIN
Tulung Agung, 2006 dan Penerbit Teras, 2009.
Asmawi Mahfudz, 2010“Pluralisme Agama dan Perkawinan antar Agama menurut UU No. 1
Tahun 1974, dalam perspektif Farid Essac”, P3M STAIN Tulung Agung.
Azyumardi Azra, “Pendidikan Islam”, Penerbit Kencana Jakarta, 2012.
Abdul A’la dkk, “Nilai-nilai pluralisme dalam Islam”, Pustaka Nuansa Bandung, 2005.
Balai Litbang Agama Jakarta, “Dinamika Peran Lembaga Keagamaan di Indonesia Bagian
Barat”, Jakarta, 2014.
Bimo Walgito, “Psikologi Sosial”, Andi Offset Yogyakarta, 2003.
Dewi Wulansari, “Sosiologi: Konsep Dan Teori”, PT. Refika Aditama Bandung, 2009.
Elly M. Setiadi, “Ilmu Sosial dan Budaya Dasar”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2007.