Veromaria75, Layout Editor, Safira Nurrezky (1-7)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Damianus Journal of Medicine

Vol.19 No.1 Mei 2020: hal.1-7

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN STRES, CEMAS, DAN DEPRESI DENGAN


KEJADIAN MIGRAIN PADA MAHASISWA KEDOKTERAN DI JAKARTA

RELATIONSHIP OF DEPRESSION, ANXIETY, AND STRESS WITH


THE INCIDENCE OF MIGRAINE AMONG MEDICAL STUDENTS
IN JAKARTA

Safira Nurrezki1, Robi Irawan2,*

1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya no. 2, Jakarta Utara, 14440
2 Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya no. 2,
Jakarta Utara, 14440
* Korespondensi: robi.irawan@atmajaya.ac.id

ABSTRACT
Introduction: Mental disorders such as stress, anxiety, and depression are becoming a global concern for
young adults, especially among medical students. The tight schedule of medical education curriculum has
shown to contribute to a high prevalence of mental disorders among students, which may increase the risk of
physical symptoms such as migraines.
Methods: Carried out at School of Medicine and Health Sciences Atma Jaya Catholic University of Indonesia
- Jakarta, this cross-sectional study used a proportional sampling method. Depression, anxiety, and stress
were measured by using DASS 42 scale and the incidence of migraine was measured by Migraine Screen
Questionnaire (MS-Q). Data were statistically analyzed by using Chi-Square test with 95% significance level.
Results: A total of 196 students had participated, consisting of 98 male and 98 female students, aged 18-21
years old, and they experienced stress (41.3%), anxiety (57.1%), and depression (26.5%). Migraine was found
in (28.1%) of respondents with higher incidence among female students (61.8%). Stress, anxiety, and
depression had a significant relationship with the incidence of migraines (p <0.01).
Conclusion: Depression, anxiety, and stress are common among medical student in Atma Jaya Catholic
University of Indonesia, and were significantly associated with the incidence of migraines. Further research is
needed to describe other factors that can trigger migraines such as hormonal, physical, and dietary factors.
Key Words: anxiety, depression, migraine, stres, preclinical medical student

ABSTRAK
Pendahuluan: Gangguan mental emosional seperti stres, cemas, dan depresi saat ini menjadi perhatian
global bagi kaum dewasa muda, khususnya pada mahasiswa kedokteran. Kurikulum pendidikan dokter dapat
berkontribusi terhadap tingginya prevalensi gangguan mental emosional di kalangan mahasiswa kedokteran
yang dapat meningkatkan risiko timbulnya migrain.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (FKIK UAJ) Jakarta dengan menggunakan metode
proportional sampling. Stres, cemas, dan depresi dinilai menggunakan kuesioner DASS 42 sedangkan migrain
dinilai menggunakan Migraine Screen Questionaire (MS-Q). Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square
dengan derajat kepercayaan 95%.
Hasil: Sebanyak 196 mahasiswa yang terdiri dari 98 laki-laki dan 98 perempuan dengan rentang usia 18-21
tahun mengalami stres (41,3%), cemas (57,1%), dan depresi (26,5%). Migrain ditemukan sebanyak (28,1%),
responden, di antaranya lebih tinggi pada perempuan (61,8%). Stres, cemas, dan depresi memiliki hubungan
yang bermakna dengan kejadian migrain (p<0,01).
Simpulan: Stres, cemas, dan depresi ditemukan pada mahasiswa kedokteran Universitas Katolik Indonesia
Atma Jaya, dan secara signifikan berhubungan dengan kejadian migrain. Penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk menggambarkan faktor-faktor lain yang dapat memicu migrain seperti faktor hormonal, fisik, dan diet.
Kata Kunci: cemas, depresi, migrain, stres, mahasiswa preklinik fakultas kedokteran

Vol.19 No.1 Mei 2020 1


Damianus Journal of Medicine

PENDAHULUAN Migrain dapat menganggu prestasi akademik


Masa remaja adalah masa ketika dan dapat membatasi kegiatan mahasiswa.7,8
individu dihadapkan dengan beragam macam Penelitian pada mahasiswa kedokternan
stresor, salah satunya dalam melakukan Universitas Kuwait melaporkan bahwa
penyesuaian diri terhadap lingkungan baru sebesar 27,9% mahasiswa mengalami
seperti memasuki perguruan tinggi. serangan migrain. Stres merupakan faktor
Lingkungan perguruan tinggi tentu berbeda pemicu utama terjadinya kejadian migrain
dengan sekolah menengah karena perguruan pada penelitian tersebut.9 Berdasarkan isu
tinggi menawarkan beban tanggung jawab yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti
dan tuntutan yang jauh lebih berat. merasa perlu untuk dilakukan penelitian
Penyesuaian sosial dan beragamnya tekanan mengenai hubungan gangguan mental
mulai dihadapi sembari menjalani persyaratan emosional terhadap kejadian migrain pada
akademik yang telah ditentukan.1,2 mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Gangguan mental emosional seperti Kesehatan Unika Atma Jaya (FKIK UAJ)
stres, cemas, dan depresi kini menjadi Jakarta, mengingat kedua variabel tersebut
perhatian global bagi kaum dewasa muda, dapat menurunkan produktivitas dan kualitas
khususnya pada mahasiwa perguruan tinggi.3 hidup mahasiswa.
Kurikulum pendidikan dokter dapat
berkontribusi terhadap tingginya prevalensi METODE
gangguan mental emosional di kalangan Penelitian ini dilakukan di Unika Atma
mahasiswa kedokteran. Pendapat tersebut Jaya pada bulan Agustus hingga Oktober
didukung oleh beberapa penelitian 2019. Desain penelitian ini adalah penelitian
sebelumnya yang menunjukkan bahwa observasional analitik dengan pendekatan
mahasiswa kedokteran memiliki status cross-sectional yaitu jenis penelitian yang
kesehatan yang lebih buruk, khususnya menekankan pada waktu pengukuran atau
dibidang kesehatan mental emosional observasi data dalam satu kali pada satu
dibandingkan populasi pada umumnya.4,5 waktu yang dilakukan pada variabel terikat
Prevalensi stress, cemas, dan depresi pada dan variabel bebas. Pendekatan ini digunakan
mahasiswa kedokteran secara berurutan untuk melihat hubungan antara variabel satu
masing-masing sebesar 33,7%, 52,1%, dan dengan variabel lainnya. Penelitian ini
37,6.6 Gangguan mental emosional ini dapat melibatkan 196 responden mahasiswa
meningkatkan risiko timbulnya gejala fisik preklinik FKIK Unika Atma Jaya tahun ajaran
seperti nyeri kepala, migrain, tension 2016 sampai 2018 yang diambil secara acak
headache, nyeri otot, dan keluhan dengan cara menghampiri mahasiswa yang
gastrointestinal. Keluhan yang cukup sering bersukarela menjadi responden. Metode
terjadi dan mengganggu dari antara keluhan- pengambilan sampel menunggukan
keluhan tersebut adalah keluhan migrain. proportional sampling agar proporsi

2 Vol.19 No.1 Mei 2020


Hubungan Stres, Cemas, dan Depresi dengan Kejadian Migrain pada Mahasiswa Kedokteran di Jakarta

pengambilan sampel setiap tahun ajaran lebih dari sama dengan 28 (depresi sangat
sama besar. berat). Dalam penelitian ini peneliti hanya
Pengambilan data variabel terikat dan meneliti stres, cemas, dan depresi tanpa
variabel bebas dilakukan dengan mengisi memperhatikan derajat keparahan yang
kuesioner setelah responden memberikan diperoleh sehingga peneliti melakukan
persetujuan melalui lembar informed consent. penyederhanaan kategori. Stres dibagi
Pengukuran stres, cemas, dan depresi diukur menjadi stres positif dan stres negatif. Stres
dengan kuesioner Depression, Anxiety, Stress negatif mencakup hasil perolehan skor
Scale 42 (DASS 42) versi translasi Bahasa normal, sedangkan stres positif mencakup
10
Indonesia oleh Damanik. Kuesioner telah hasil perolehan skor ringan, sedang, berat,
diuji validasi nya di Indonesia dengan nilai dan sangat berat. Penerapan kategori ini
reliabilitas yang baik (𝛼 =0,9483). Kuesioner berlaku juga terhadap cemas dan depresi.
DASS ini terdiri dari 42 pertanyaan yang Pengukuran migrain dilakukan dengan
mengukur general psychological distress menggunakan alat skrining berupa Migraine
seperti stres, cemas, dan depresi. DASS 42 Screen Questionnaire (MS-Q) versi Bahasa
memiliki 3 skala (stres, cemas, dan depresi) Inggris.11 Kuesioner MS-Q dikembangkan
dengan setiap skala terdiri dari 14 pertanyaan. berdasarkan kriteria International Headache
Jawaban kuesioner DASS 42 ini terdiri dari 4 Society (IHS) dan tinjauan literatur oleh komite
pilihan yang disusun dalam bentuk skala Likert ahli. Kuesioner ini telah divalidasi di Indonesia
dan responden diminta untuk menilai tingkat dengan nilai reliabilitas yang baik (indeks
stres, cemas dan depresi dalam satu minggu Kappa>0,7). MS-Q terdiri dari lima
terakhir. Selanjutnya, skor dari setiap skala pertanyaan. Satu pertanyaan mewakili nilai
dijumlahkan dan dibandingkan sesuai kategori satu. Nilai satu diperoleh apabila responden
yang ada untuk mengetahui gambaran menjawab “Ya” di pertanyaan tersebut.
mengenai tingkat stres, cemas, dan depresi Responden dianggap memiliki kemungkinan
responden. Kategori skor terhadap penilaian mengalami migrain jika skor didapatkan lebih
stres dibagi menjadi 0-14 (normal), 15-18 dari sama dengan 4.
(stres ringan), 19-25 (stres sedang), 26-33 Penelitian ini memiliki kriteria inklusi,
(stres berat), dan skor lebih dari sama yakni mahasiswa tahun ajaran 2016 s/d
dengan34 (stres sangat berat). Kategori skor sampai 2018 yang bersedia menjadi
terhadap penilaian cemas dibagi menjadi 0-7 responden dalam penelitian ini. Sedangkan
(normal), 8-9 (cemas ringan), 10-14 (cemas kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
sedang), 15-19 (cemas berat), lebih dari sama mahasiswa yang memiliki riwayat trauma
dengan 20 (cemas sangat berat). Kategori kepala ringan hingga berat setidaknya pada
skor terhadap penilaian depresi dibagi tiga bulan terakhir dan mengonsumsi obat-
menjadi 0-9 (normal), 10-13 (depresi ringan), obat seperti opioid, analgesik yang
14-20 (depresi sedang), 21-27 (depresi berat), mengandung barbiturat, dan aspirin selama

Vol.19 No.1 Mei 2020 3


Damianus Journal of Medicine

10 hari atau lebih per bulan, serta yang diperoleh antara 18-21 tahun. Sebagian
mengonsumsi kafein lebih dari 200 mg per besar subjek berusia 20 tahun (33,2%)
hari. Data diolah dan dianalisis menggunakan dengan proporsi perempuan dan laki-laki
analisis Chi-Square. Semua analisis statistik dibagi sama besar (50%).
dilakukan menggunakan SPSS versi 23. Nilai Gambaran stress, cemas, dan depresi
p yang kurang dari 0,05 dianggap signifikan yang di kategorikan berdasarkan skor DASS
secara statistik. 42 (Tabel 1). Kejadian migrain ditemukan
Penelitian ini telah disetujui oleh Komite pada 55 (28,1%) mahasiswa, dengan angka
Etik Fakultas Kedokteran Universitas Katolik kejadian migrain terjadi lebih tinggi pada
Indonesia Atma Jaya Nomor 16/07/KEP- wanita dibandingkan pada laki-laki (Tabel 2).
FKUAJ/2019. Tabel 3 menunjukkan bahwa maha-
siswa dengan cemas berisiko 4,29 kali,
HASIL depresi berisiko 3,12 kali, dan stres berisiko
Sejumlah 196 orang mahasiswa FKIK 2,90 kali mengalami migrain dibandingkan
UAJ berpartisipasi dalam penelitian ini yang dengan responden yang tidak cemas, depresi,
terdiri dari 68 (34,7%) mahasiswa tahun dan stres. Terdapat hubungan bermakna
ajaran 2016, 62 (31,6%) mahasiswa tahun antara cemas (p=0,000), depresi (p=0,001),
ajaran 2017, dan 66 (33,7%) mahasiswa dan stres (p=0,001) dengan kejadian migrain
tahun ajaran 2018. Rentang usia mahasiswa pada mahasiswa pre klinik FKIK UAJ.

Tabel 1. Gambaran Stres, Cemas, dan Depresi pada Mahasiswa


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya (n=196)
Variabel n (%)
Stres
Stres - 115 (58,7%)
Stres + 81(41,3%)
Cemas
Cemas - 84 (42,9%)
Cemas + 112 (57,1%)
Depresi
Depresi - 144 (73,5%)
Depresi + 52 (26,5%)

Tabel 2. Gambaran Kejadian Migrain pada Mahasiswa


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya (n=196)
Migrain Tidak Migrain
Variabel
n % n %
Perempuan 34 61,8 64 45,4
Laki-Laki 21 38,2 77 54,6
Total 55 28,1 141 71,9

4 Vol.19 No.1 Mei 2020


Hubungan Stres, Cemas, dan Depresi dengan Kejadian Migrain pada Mahasiswa Kedokteran di Jakarta

Tabel 3. Hubungan Stres, Cemas, dan Depresi dengan Kejadian Migrain pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya (n=196)
Kejadian Migrain
OR
Kategori Migrain Tidak Migrain p
(IK 95%)
n % n %
Stes + 33 40,7 48 59,3 2,906
Stres 0,001
Stres - 22 19,1 93 80,9 (1,529-5,524)
Cemas + 44 39,3 68 60,7 4,294
Cemas 0,000
Cemas - 11 13,1 73 86,9 (2,051-8,988)
Depresi + 24 46,2 28 53,8 3,124
Depresi 0,001
Depresi - 31 21,5 113 78,5 (1,591-6,134)

DISKUSI Mahasiswa kedokteran dikenal meng-


Penelitian ini bertujuan mengevaluasi alami frekuensi cemas dan depresi lebih tinggi
hubungan antara stres, cemas, dan depresi dibandingkan mahasiswa program studi
dengan kejadian migrain. Hasil penelitian lainnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan
menunjukkan bahwa mahasiswa preklinik bahwa angka cemas dan depresi pada
FKIK UAJ mengalami stres, cemas, dan mahasiswa program studi pendidikan
depresi berturut-turut sebesar 41,3%, 57,1%, kedokteran didapatkan lebih tinggi
dan 26,5%. Penelitian serupa melaporkan dibandingkan dengan mahasiswa program
bahwa mahasiswa preklinik Fakultas studi teknik. Penelitian tersebut memaparkan
Kedokteran Bhubaneswar di India mengalami sebesar 20,6% mahasiswa kedokteran
stres, cemas, dan depresi berturut-turut ditemukan mengalami depresi dan 19,4%
12
sebesar 53%, 66,9%, dan 51,3%. Penelitian mengalami cemas. Sedangkan pada
sebelumnya menunjukkan bahwa mahasiswa mahasiswa teknik ditemukan cemas dan
program studi pendidikan kedokteran memiliki depresi berturut-turut sebesar 15.3% dan
tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan 11,3%. Tekanan dalam belajar, beban
program studi lainnya. Sekitar 75,6% pekerjaan yang berlebihan, kurangnya
mahasiswa kedokteran ditemukan mengalami interaksi sosial, nilai yang rendah, dan kurang
stres yang tinggi bila dibandingkan dengan berlibur serta kurang beristirahat merupakan
program studi lain seperti teknik sebesar 20%, faktor-faktor yang dapat menjelaskan cemas
ekonomi sebesar 38%, dan seni sebesar 36%. dan depresi yang terjadi lebih tinggi pada
Penjelasan perbedaan tingkat stres tersebut mahasiswa kedokteran.14,15
dikaitkan oleh faktor-faktor seperti luasnya Penelitian ini mendapatkan kejadian
kurikulum yang harus dikuasai dalam waktu migrain pada mahasiswa FKIK UAJ sebanyak
yang relatif singkat, terlalu banyak deadline 28,1%. Prevalensi migrain juga ditemukan
yang harus dipenuhi, dan ketidakmampuan sebesar 26,88% pada mahasiswa FKIK
untuk bersantai karena diliputi perasaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
bersalah ketika melakukan hal tersebut.13, Angka kejadian migrain pada wanita

Vol.19 No.1 Mei 2020 5


Damianus Journal of Medicine

didapatkan lebih tinggi dibandingkan laki- terjadinya migrain sehingga masih perlu diteliti
laki.16 Perbedaan yang dapat menjelaskan lebih lanjut faktor-faktor risiko lain yang dapat
angka tersebut adalah peranan estrogen menyebabkan kejadian migrain pada
serum selama periode perimenstrual yang mahasiswa FKIK UAJ. Untuk penelitian
dapat mempengaruhi sistem neurotransmitter selanjutnya, diharapkan dapat mengembang-
dan sintesis neuropeptide dalam jaringan kan instrumen baru untuk meneliti migrain
nyeri trigeminal yang kemudian menciptakan khususnya dalam meneliti migrain kronik yang
keadaan propioseptif.17 memiliki tingkat validitas dan realibilitas yang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih tinggi, serta menambah variabel-variabel
stres, cemas, dan depresi memiliki hubungan lain yang juga memengaruhi terjadinya
yang bermakna dengan kejadian migrain. Hal migrain, seperti hormon, fisik, dan diet.
ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebe-
lumnya.18-21 Biologi stres dan migrain dapat DAFTAR PUSTAKA
dijelaskan melalui respon stres fisiologis, yang 1. Acharya L, Jin L, Collins W. College life is stressful
today – Emerging stressors and depressive
melibatkan sumbu hipotalamus-hipofisis-
symptoms in college students. Journal of American
adrenokortikal dan sistem saraf simpatis
College Health. 2018;66(7):655-664.
termasuk medulla adrenal. Aktivasi kedua 2. Moir F, Yielder J, Sanson J, Chen Y. Depression in
sistem ini akan mengarah pada perubahan medical students: current insights. Advances in

perilaku dan fisiologi yang diamati sebagai Medical Education and Practice. 2018;9:323-333.
3. Griggs S. Hope and mental health in young adult
respon terhadap stres dan pada gilirannya
college students: An integrative review. J
berpotensi memicu serangan migrain.22 Psychosoc Nurs Mental Health Serv.
Penelitian ini memiliki beberapa keter- 2017;55(2):28–35
batasan yaitu pada metode pengambilan data 4. Rotenstein L, Ramos M, Torre M, Segal J, Peluso
M, Guille C et al. Prevalence of depression,
yang dilakukan secara potong lintang, yang
depressive symptoms, and suicidal ideation among
hanya menunjukkan hubungan antara variabel
medical students. JAMA. 2016;316(21):2214.
tanpa menyimpulkan sebab akibat. Sampel 5. Adhikari A, Dutta A, Sapkota S, Chapagain A, Aryal
penelitian masih relatif sedikit sehingga gene- A, Pradhan A. Prevalence of poor mental health

ralisasinya terbatas dan peneliti tidak meng- among medical students in Nepal: a cross-sectional
study. BMC Medical Education. 2017;17(1):1-7.
gambarkan faktor lain yang dapat mencetus
6. D. Kumar S, H.S K, Kulkarni P, Siddalingappa H,
migrain seperti faktor hormon, fisik, dan diet. Manjunath R. Depression, anxiety and stress levels
among medical students in Mysore, Karnataka,
SIMPULAN India. International Journal of Community Medicine
and Public Health. 2020;3(1):359-362.
Stres, cemas, dan depresi memiliki
7. Smitherman T, McDermott M, Buchanan E.
hubungan yang bermakna dengan kejadian
Negative impact of episodic migraine on a
migrain pada mahasiswa preklinik FKIK UAJ. university population: Quality of life, functional
Gangguan mental emosional ini hanya impairment, and comorbid psychiatric symptoms.

merupakan salah satu faktor risiko pemicu Headache: The Journal of Head and Face Pain.
2011;51(4):581-589.

6 Vol.19 No.1 Mei 2020


Hubungan Stres, Cemas, dan Depresi dengan Kejadian Migrain pada Mahasiswa Kedokteran di Jakarta

8. Abdulhadi Hammad Alharbi A, H. Alharbi S, International Journal of Research in Medical


Mansour Ayed Albalawi A, M. Alshdokh A. Migraine Sciences. 2017;5(4):1213.
among medical and non-medical students of Hail 16. Wilkensia W. Prevalensi migrain pada mahasiswa
University. The Egyptian Journal of Hospital FKIK UIN angkatan 2011 dan faktor - faktor yang
Medicine. 2018;71(6):3343-3350. mempengaruhinya. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
9. Al-Hashel J, Ahmed S, Alroughani R, Goadsby P. Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Migraine among medical student in Kuwait Hidayatullah. 2012.
University. The Journal of Headache and Pain. 17. Sassano L. Low estrogen levels trigger menstrual
2014; 15(1):1-6. migraine. Neurology Review. mdedge.com.
10. Damanik, E. D. Pengujian reliabilitas, validitas, 2009;17(5):1,24,25
analisis item, dan pembuatan norma depression, 18. Riyadina W, Turana Y. Faktor risiko dan
anxiety, and stress scale (DASS); 2006. komorbiditas migrain. Buletin Penelitian Sistem
11. Jayantri Ketaren R, Wibisono Y, Anggraini Sadeli H. Kesehatan. 2014;17(4):371-377.
The validity of migraine screen questionnaire (MS- 19. Tomé-Pires C, Solé E, Racine M, Galán S,
Q) Indonesian version as a migraine screening tool. Castarlenas E, Jensen M et al. The relative
2014; 31(2):1-8. importance of anxiety and depression in pain
12. Iqbal S, Gupta S, Venkatarao E. Stress, anxiety & impact in individuals with migraine headaches.
depression among medical undergraduate Scandinavian Journal of Pain. 2016;13(1):109-113.
students & their socio-demographic correlates. 20. Swanson S, Zeng Y, Weeks M, Colman I. The
Indian J Med Res 2015;141:354-7 contribution of stress to the comorbidity of migraine
13. Aamir I. Stress Level Comparison of medical and and major depression: results from a prospective
nonmedical students: A cross sectional study done cohort study. BMJ Open. 2013;3(3):1-7.
at various professional colleges in Karachi, 21. Dresler T, Caratozzolo S, Guldolf K, Huhn J,
Pakistan. Acta Psychopathologica. 2017;03(02):1-6. Loiacono C, Niiberg-Pikksööt T et al.
14. Kebede M, Anbessie B, Ayano G. Prevalence and Understanding the nature of psychiatric
predictors of depression and anxiety among comorbidity in migraine: A systematic review
medical students in Addis Ababa, Ethiopia. focused on interactions and treatment implications.
International Journal of Mental Health Systems. The Journal of Headache and Pain. 2019;20(1):1-17.
2019;13(1).1-8. 22. Kajal M, Malik M, Kumari R. Correlation of stress
15. Chenganakkattil S, K. J, Hyder S. Comparison of with migraine - A review. International Journal of
psychological stress, depression and anxiety Current Research and Review. 2017;9(12):23-26.
among medical and engineering students.

Vol.19 No.1 Mei 2020 7

You might also like