Perlindungan Hukum Hak Pekerja Harian Lepas (Studi Perbandingan Hukum Indonesia Dan Hukum Singapura) Yudhi Priyo Amboro Fendy
Perlindungan Hukum Hak Pekerja Harian Lepas (Studi Perbandingan Hukum Indonesia Dan Hukum Singapura) Yudhi Priyo Amboro Fendy
Perlindungan Hukum Hak Pekerja Harian Lepas (Studi Perbandingan Hukum Indonesia Dan Hukum Singapura) Yudhi Priyo Amboro Fendy
(2016)
HUKUM SINGAPURA)
Fendy2
ABSTRACT
Based on this research, the obtained result was that the legal protection to
the rights of daily paid workers in Indonesia and Singapore has their own respective
advantages. However, reviewed with the theory of the legal protection and the
theory of legal justice, the law of Singapore provides more attention to the rights of
its daily paid workers compared to Indonesia, this can be found on the provision of
overtime pay, leave and social security system offered by Singapore, which has
more attention to the achievement performed by its daily paid workers.
1
Pengajar Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam
2
Mahasiswa Progran Studi Ilmu Hukum Universitas Internasional Batam
1
Journal of Judicial Review Vol. XVIII No. 1. (2016)
3
Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
4
Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak dan Asasi Manusia
2
Journal of Judicial Review Vol. XVIII No. 1. (2016)
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan
kewajiban para pihak. 5 Perjanjian kerja sebagai sebuah perjanjian wajib
memenuhi syarat-syarat yang dimaksudkan dalam hukum perdata dan asas-asas
perjanjian pada umumnya. Sehingga dengan adanya perjanjian kerja berarti telah
ada perlindungan hukum baik bagi pihak pengusaha maupun pihak pekerja
karena salah satu syarat sebuah perjanjian menurut pasal 1320 kitab Undang-
Undang Hukum Perdata adalah kata sepakat.
Berdasarkan pasal 56 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, perjanjian kerja terbagi menjadi 2 jenis yaitu Perjanjian Kerja
untuk Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak
Tertentu (PKWTT). Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu (PKWT) adalah
perjanjian kerja yang dibuat berdasarkan jangka waktu tertentu atau berdasarkan
selesainya pekerjaan tertentu, sedangkan Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak
Tertentu (PKWTT) merupakan perjanjian kerja yang tidak ditentukan waktunya,
bersifat tetap dan berlaku selamanya sampai terjadi pemutusan hubungan kerja
(PHK). hal lain yang membedakan kedua jenis perjanjian kerja tersebut adalah
hak-hak yang hanya didapatkan oleh Perjanjian Kerja Waktu tertentu sebagian
besar beda dengan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu.
Pekerja dalam perusahaan pada umumnya terbagi menjadi pekerja tetap dan
pekerja tidak tetap. Pekerja tetap merupakan pekerja yang melaksanakan
Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) yang terdiri dari pekerja
yang bekerja didalam kantor. Sedangkan pekerja tidak tetap merupakan pekerja
yang melaksanakan Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu (PKWT) yang pada
umumnya terdiri atas pekerja yang melakukan pekerjaan sesuai perjanjian atau
kontrak ataupun pekerja harian lepas yang bekerja dalam jangka waktu tertentu.
Pekerja Harian Lepas(PHL) adalah pekerja yang diikat dengan hubungan
kerja dari hari-kehari dan menerima penerimaan upah sesuai dengan banyaknya
hari kerja, atau jam kerja atau banyak barang atau jenis pekerjaan yang
disediakan. Disebut pekerja harian lepas karena yang bersangkutan tidak ada
kewajiban untuk masuk kerja dan tidak mempunyai hak yang sama seperti
pekerja tetap. Umumnya pekerja harian lepas adalah pekerja yang mengerjakan
pekerjaan yang sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman. 6
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor Kep-100/Men/Vi/2004 Tahun 2004 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (“KEPMEN No. 100 Tahun
2004”) Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu apabila tidak memenuhi
ketentuan pada pasal 15 akan diubah menjadi Perjanjian Kerja untuk Waktu
Tidak Tertentu. Pasal 15 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor Kep-100/Men/Vi/2004 Tahun 2004 Tentang
Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu menyatakan bahwa:
5
Undang‐Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
6
Djumadi, Hukum Perburuhan, Perjanjian Kerja, (Jakarta: Grafindo Persada,2004), Hlm. 23.
3
Journal of Judicial Review Vol. XVIII No. 1. (2016)
1. PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin berubah
menjadi PKWTT sejak adanya hubungan kerja.
2. Dalam hal PKWT dibuat tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2), atau Pasal 5 ayat (2), maka PKWT berubah menjadi
PKWTT sejak adanya hubungan kerja.
3. Dalam hal PKWT dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
produk baru menyimpang dari ketentuan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3), maka
PKWT berubah menjadi PKWTT sejak dilakukan penyimpangan.
4. Dalam hal pembaharuan PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 (tiga
puluh) hari setelah berakhirnya perpanjangan PKWT dan tidak diperjanjikan
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, maka PKWT berubah menjadi
PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat PKWT tersebut.
5. Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja/buruh
dengan hubungan kerja PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), ayat (3) dan ayat (4), maka hak-hak pekerja/buruh dan prosedur
penyelesaian dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
bagi PKWTT.7
7
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Kep100/Men/Vi/2004 Tahun 2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu
Tertent
8
US News, " Quality of Life Rankings", http://www.usnews.com/news/best‐countries/quality‐
oflife‐full‐list, diunduh 25 Desember 2016.
4
Journal of Judicial Review Vol. XVIII No. 1. (2016)
B. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian hukum yuridis normatif. Penelitian hukum normatif merupakan
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder.9
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari studi kepustakaan. 10
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: pertama, Bahan
Hukum Primer berupa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Kep100/Men/Vi/2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu (KEPMEN No. 100 Tahun 2004) dan Singapore
Employment Act 1968 (Chapter 91). Kedua, Bahan Hukum Sekunder yang terdiri
dari berbagai buku, tulisan-tulisan, makalah, dan artikel-artikel di internet.
Ketiga,
Bahan Hukum Tersier yaitu Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris dan
Kamus Hukum.
Pengumpulan data sekunder tersebut dilakukan dengan menggunakan studi
dokumen/studi pustaka dari bahan-bahan pustaka, yang kemudian dalam
penelitian ini dianalisis dengan metode perbandingan hukum dan metode analisis
kualitatif deskriptif. Perbandingan hukum menurut Winterton adalah suatu
metoda yaitu perbandingan suatu sistem-sistem hukum. 11 Tujuan teoritis
perbandingan hukum adalah menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan
dari berbagai sistem hukum yang diperbandingkan. Maka dalam penelitian ini
akan dikumpulkan data-data mengenai persamaan dan perbedaan hak pekerja
harian lepas di Indonesia dan di Singapura yang kemudian data-data tersebut
diklasifikasi dan dianalisis secara deskriptif kualitatif, yang dimana analisis
tersebut diwujudkan dalam bentuk penjabaran atau uraian secara terperinci
berdasarkan interpretasi data yang ada.
9
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003). hlm. 13.
10
Ibid.
11
Barda Nawawi Arief. Perbandingan Hukum Pidana, (Jakarta: Raja Grafindo, 1990), Hlm. 3.
5
Journal of Judicial Review Vol. XVIII No. 1. (2016)
6
Journal of Judicial Review Vol. XVIII No. 1. (2016)
7
Journal of Judicial Review Vol. XVIII No. 1. (2016)
pekerja harian lepas tidak berhak atas cuti karena berdasarkan ketentuan
Pasal 10 Ketentuan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Kep.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu seorang pekerja harian lepas hanya bekerja 21 hari dalam
satu bulan dan menerima upah berdasarkan kehadirannya.
d. Tunjangan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh Di Perusahaan
menjelaskan bahwa tunjangan hari raya keagamaan (THR) adalah
pendapatan non upah yang wajib dibayarkan oleh Pengusaha kepada
Pekerja/Buruh atau keluarganya menjelang Hari Raya Keagamaan. THR
wajib diberikan kepada pekerja yang telah bekerja sekurangkurangnya 1
bulan secara terus menerus paling lambat 7 hari sebelum Hari Raya
Keagamaan sebanyak 1 kali dalam setahun dengan besaran bagi pekerja
biasa yang mempunyai masa kerja selama dua belas bulan secara terus
menerus atau lebih sebesar satu bulan upah dan bagi pekerja harian lepas
yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan atau lebih, upah 1
(satu) bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima dalam 12
(dua belas) bulan terakhir sebelum Harl Raya Keagamaan.
Sedangkan dalam peraturan ketenagakerjaan Singapura, Employment Act
tidak diatur mengenai tunjangan hari raya ataupun sejenisnya. Namun
terdapat pengaturan mengenai gaji ke-13 yang disebut sebagai "annual
wage supplement (AWS)". AWS sama seperti gaji ke-13 yang biasa diterima
oleh pegawai negeri sipil indonesia yang sifatnya tidak wajib.
e. Jaminan Sosial
Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial
untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya yang layak. Di Indonesia badan hukum publik yang berfungsi
untuk menyeleggarakan program jaminan sosial bagi seluruh penduduk
Indonesia merupakan wewenang dari Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 BPJS terbagi menjadi dua lembaga besar, yaitu
BPJS Kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan adalah badan
hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
kesehatan. Manfaat dari Jaminan Kesehatan yang diberikan mencakup
pelayanan pencegahan dan pengobatan. Sedangkan BPJS Ketenagakerjaan
adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab dalam memberikan
perlindungan kepada seluruh pekerja Indonesia terkait Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua
(JHT) dan Jaminan Pensiun (JP). Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011, Setiap orang wajib menjadi peserta program
jaminan sosial. Dengan kata lain setiap pekerja, baik pekerja tetap maupun
pekerja harian lepas berhak diikutsertakan dan mendapatkan pelayanan
BPJS Ketenagakerjaan maupun Kesehatan.
8
Journal of Judicial Review Vol. XVIII No. 1. (2016)
9
Journal of Judicial Review Vol. XVIII No. 1. (2016)
melebihi jam kerja yang semestinya sedangkan upah yang diberikan kepada
pekerja harian lepas adalah berdasarkan atas kehadiran yang dihitung perhari
dan bukan perjam. Secara singkat permasalahannya terletak pada pekerja
harian lepas yang bekerja melebihi jam kerja umumnya dalam sehari namun
mendapat pembayaran gaji per hari kerja, hal tersebut tentunya sangat
merugikan pekerja harian lepas. Dalam hal ini hak pekerja harian lepas
Singapura memiliki kelebihan yang dimana meskipun pekerja harian lepas
bekerja selama 35 jam dalam seminggu tetap berhak atas upah lembur apabila
bekerja melebihi waktu yang telah diperjanjikan.
Selain hal tersebut, hal lain yang diungguli sistem pekerja harian lepas
Singapura adalah sistem jaminan sosial yang Singapura miliki. di Indonesia
jaminan sosial hanya mencakup kesehatan , kecelakaan kerja, kematian, hari
tua dan pensiun sedangkan di Singapura ke-5 jaminan tersebut juga di berikan
oleh sistem jaminan sosial Singapura ditambah dengan manfaat untuk memiliki
rumah pribadi dengan dana yang ada dalam program jaminan sosial tersebut.
Manfaat ini dapat dikategorikan sebagai manfaat yang penting dan dapat
dipelajari oleh Indonesia dalam mengembangkan sistem jaminan sosialnya,
mengingat akan pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga menyebabkan
kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin meningkat. Hingga tahun 2015,
Dinas Tata Kota Batam telah mencatat adanya 43.000 (empat puluh tiga ribu)
unit rumah liar yang tersebar hanya pada kota Batam. Penduduk tinggal di
rumah liar yang tidak layak dikarenakan kurang mampu untuk membeli rumah
mengingat harga rumah yang terus meningkat. Maka dari itu akan lebih baik
apabila sistem jaminan sosial Indonesia dapat memberikan manfaat seperti
sistem jaminan sosial Singapura dalam membantu pesertanya untuk memiliki
tempat tinggal yang layak mengingat salah satu tujuan negara Indonesia adalah
memajukan kesejahteraan masyarakatnya.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, Penulis menarik
kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian pada
penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut:
10
Journal of Judicial Review Vol. XVIII No. 1. (2016)
upah lembur jika telah bekerja melebihi masa kerja yang telah ia perjanjikan;
ketiga mengenai hak atas hari libur dan cuti tahunan, pekerja harian lepas di
Indonesia sama sekali tidak berhak atas cuti karena pekerja harian lepas
hanya bekerja 21 hari dalam sebulan sedangkan pekerja paruh waktu di
Singapura berhak atas cuti-cuti seperti yang berhak diterima oleh pekerja
biasa namun jumlahnya ditetapkan berdasarkan jumlah jam kerja yang
pekerja paruh waktu tersebut telah terlaksanakan; keempat mengenai hak
atas tunjangan, di Indonesia pekerja maupun pekerja harian lepas yang telah
bekerja lebih dari 1 bulan berhak atas tunjangan hari raya pada hari raya
sesuai agama yang dipercayakan pekerja tersebut yang dimana tunjangan
hari raya tersebut dianggap sebagai apresiasi terhadap kerja karyawan.
Sedangkan di Singapura seperti tunjangan hari raya yang sifatnya diberikan
setahun sekali dinamakan gaji ke-13 yang dimana seperti gaji ke-13 PNS,
tidak wajib diberikan pengusaha kepada pekerjanya; kelima mengenai Hak
atas jaminan sosial, baik Indonesia maupun Singapura sama-sama menjamin
kesejahteraan warganya dengan menetapkan sistem jaminan sosial masing-
masing yang sebagian besar memiliki persamaan akan sistemnya. Namun
sistem jaminan sosial Singapura dianggap lebih unggul karena dapat
membantu pesertanya dalam membeli rumah menggunakan uang pada
rekening CPF-nya.
2. Berdasarkan perbandingan perlindungan hukum atas hak pekerja dan
pekerja harian lepas / pekerja paruh waktu di Indonesia dan Singapura, dapat
dilihat negara Singapura lebih memperhatikan hak pekerja berdasarkan atas
prestasi yang telah pekerja tersebut lakukan. Hal tersebut dapat dilihat dalam
perlindungan hak cuti, hak upah lembur dan sistem jaminan sosial yang
ditawarkan. Dimana mengenai hak upah lembur dan hak cuti, pekerja paruh
waktu Singapura tetap mendapatkan perlindungan dari hukum
ketenagakerjaan Singapura, berbeda dengan Indonesia yang dimana pekerja
harian lepas tidak mendapatkan perlindungan hukum terkait upah lembur
apabila telah bekerja melebihi waktu yang seharusnya
dan tidak berhak atas cuti. Hal ini sangat merugikan pekerja harian lepas
karena hanya mendapatkan gaji sehari kerja ketika telah bekerja melebihi
jam kerja umumnya dalam sehari. Disamping itu sistem jaminan sosial
Singapura juga lebih unggul daripada sistem jaminan sosial Indonesia, yang
dimana jaminan sosial yang ada pada negara Singapura mencakup 5 jaminan
seperti yang diberikan sistem jaminan sosial Indonesia kepada pesertanya
ditambah dengan manfaat untuk memiliki rumah pribadi dengan dana yang
telah tersimpan dalam sistem jaminan sosial tersebut.
11
Journal of Judicial Review Vol. XVIII No. 1. (2016)
Daftar Pustaka
Arief, Barda Nawawi, 1990, Perbandingan Hukum Pidana, Raja Grafido, Jakarta.
12