17354-Article Text-81918-1-10-20190625

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 8 No.

2 (Agustus 2018): 199-206

ANALISIS PENGARUH ADOPSI ISPO TERHADAP PERBAIKAN


KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
EKONOMI MASYARAKAT
Analysis of ISPO Adoption Effect to Environmental Management Improvement and Social
Economic Change of the Community

M. Imam Arifandya, Hariyadib, Soeryo Adiwibowoc


a
Departemen Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Fakultas Multidisiplin, Institut Pertanian Bogor,
Kampus IPB Baranangsiang, Bogor 16680 –arifandyimam@gmail.com
b
Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga,
Bogor 16680
c
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

Abstract. Indonesian Sustainability Palm Oil (ISPO) is requirement for palm oil private business in the effort to preserve the
environment, increase economic activities, and social activities of the community. The environmental management conducted by
the company is analyzed by qualitative descriptive approach by comparing the condition of management before and after the
implementation of ISPO. Measurement of the influence of CSR program as implementation in ISPO to the changing socio-economic
condition of the community is done by quantitative approach with simple linear regression statistic analysis method. This study
aims, first to analyze eh impacts of ISPO adoption in improving the environmental management performances of the company,
second to analyze the influence of CSR program to the socio-economic condition of the community. ISPO implementation impacts
on; first, environmental benefits obtained by the company include; (1) increase discharge and quality of processed wastewater for
Land Application, (2) reduce of CO2 emissions 2.134.299 tons/year; (3) reduce of air emission and noise level in plant area; (4)
reduce case of land fires and work accidents, (5) improve groundwater quality and Kandis river water quality, (6) improve of
worker's capability and welfare. Second, the economic benefits obtained by the company, including; (1) increase of CPO
production by 827 tons/year, and PKO production by 75 tons/year, (2) cost savings IDR 98.228.703/year from IPAL management
improvements, and (3) Increase of company's revenue from selling hazardous waste to third party by IDR 343.734.000/year. Third,
CSR program positively increase of community's income, education improvement of community family member, and better public
perception to company.

Keywords: Environmental management, CSR, ISPO, social economic.

(Diterima: 31-07-2017; Disetujui: 30-10-2017)

1. Pendahuluan di Indonesia adalah Provinsi Riau yang mencapai luas


2,398,328 ha dengan total produksi kelapa sawit
1.1. Latar Belakang
mencapai 7,442,557 ton/tahun. Besarnya produksi dan
nilai ekspor kelapa sawit di Indonesia tidak terlepas
Kelapa sawit adalah salah satu sumber daya alam
dari adanya kendala dan tantangan yang harus dihadapi,
yang menjadi komoditas utama pertanian di Indonesia
salah satunya adalah kendala tuntutan pasar global
yang memiliki keunggulan produktivitas dalam
terhadap produk kelapa sawit yang bersumber dari
menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) yang diolah dari
pengelolaan kelapa sawit yang ramah lingkungan
hasil pemanenan kelapa sawit dalam bentuk Tandan
(Ditjenbun, 2015).
Buah Segar (TBS). Tahun 2014, Indonesia memiliki
Salah satu upaya pemerintah adalah dirumuskannya
luas perkebunan kelapa sawit yang mencapai
kebijakan melalui Kementrian Pertanian yang
11,444,808 ha yang tersebar berdasarkan berbagai
mewajibkan bagi seluruh pelaku usaha kelapa sawit
status pengusahaan, seperti Perkebunan Rakyat,
yang terintegrasi dengan pengolahan untuk
Perkebunan Besar Negara, dan Perkebunan Besar
menerapkan Indonesian Sustainability Palm Oil
Swasta, dengan total produksi perkebunan kelapa sawit
(Rachmawati, 2015). Ketentuan ini diatur dalam
di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 30.948.931 juta
Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
ton/tahun Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit
19/Permentan/OT.140/3/2011, tentang Pedoman
mentah (Ditjenbun, 2015).
Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia
Industri kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2014
yang ditetapkan tanggal 29 Maret 2011 (Kementan,
memiliki volume ekspor minyak sawit yang mencapai
2015).
angka 12,399,598 juta ton dengan nilai 10,089,572 US$.
ISPO terdiri dari 7 prinsip dan kriteria yang harus
Provinsi dengan areal perkebunan kelapa sawit terbesar
dipenuhi oleh perusahaan, salah satunya prinsip dan
199 doi: 10.29244/jpsl.8.2.199-206
JPSL Vol. 8 (2): 199-206 Agustus 2018

kriteria adalah tanggungjawab sosial dan pemberdayan pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat
masyarakat. Bentuk tanggung jawab sosial yaitu berupa mengurangi ketimpangan pendapatan antar golongan
program peningkatan pendapatan masyarakat dan masyarakat dan mengurangi ketimpangan ekonomi
mempertahankan kearifan lokal. Tanggung jawab antar kabupaten/kota, menciptakan multiplier effect
sosial menunjukan komitmen terhadap pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yang bekelanjutan dan pengelolaan kinerja sosial, sekitar. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam kriteria
ekonomi dan lingkungan (Hasibuan, 2006). ISPO, terkandung kewajiban bagi perusahaan untuk
Implementasi tanggungjawab sosial dalam ISPO oleh memiliki komitmen sosial, yang diwujudkan melalui
Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha program-program Corporate Social Responsibility
perkebunan kelapa sawit perlu untuk (CSR) dalam upaya melakukan tanggung jawab sosial
mempertimbangkan sikap dan persepsi masayarakat, dan pemberdayan ekonomi masyarakat (Permentan,
karena hal juga akan mempengaruhi perkembangan 2015). Maka, menjadi pertanyaan untuk diteliti lebih
perusahaan serta interaksi antara perusahaan dan lanjut adalah Sejauh mana program CSR PT.
masyarakat (Ahyari, 2002). Perkebunan Nusantara V membawa perubahan pada
Penelitian Syahza (2007) menjelaskan bahwa kondisi sosial-ekonomi masyarakat sekitar kawasan
pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat perkebunan terkait implementasi ISPO?
mengurangi ketimpangan pendapatan antar golongan
masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan 1.3. Tujuan Penelitian
masyarakat sekitar serta meningkatkan pendidikan
anggota masyarakat. Hal tersebut dapat terjadi karena Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan
dalam kriteria ISPO, terkandung kewajiban bagi penelitian ini adalah:
perusahaan untuk memiliki komitmen sosial, yang 1. Menganalisis pengaruh adopsi ISPO terhadap
diwujudkan melalui program-program Corporate perbaikan kinerja pengelolaan lingkungan PT.
Social Responsibility (CSR) dalam upaya melakukan Perkebunan Nusantara V yang kemudian
tanggung jawab sosial dan pemberdayan ekonomi berdampak lanjut terhadap manfaat yang dapat
masyarakat. diperoleh oleh PT Perkebunan Nusantara V.
2. Menganalisis pengaruh program CSR sebagai salah
1.2. Rumusan Masalah satu elemen dalam ISPO PT. Perkebunan Nusantara
V terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi
Berdasarkan hasil penelitian Rachmawati (2105), masyarakat.
adopsi ISPO dalam kegiatan usaha perkebunan dapat
memperbaiki kinerja perusahaan dalam melakukan
pengelolaan lingkungan hidup, melalui penerapan 2. Metode Penelitian
indikator-indikator pada prinsip dan kriteria ISPO.
Septiawan (2015) dalam penelitiannya mengemukakan Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit
bahwa penerapan ISPO PKS Batu Ampar PT SMART (PKS) Sungai Galuh PT. Perkebunan Nusantara V di
Tbk telah mencapai kinerja pengelolaan lingkungan Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Penelitian ini
meliputi: pemanfaatan sumber energi terbaharukan dilakukan pada bulan Maret 2016 sampai dengan Mei
yang menghasilkan energi sebesar 5,0664 juta KWh, 2016.
penghematan solar sebesar 1,677,615.89 liter, Populasi dalam penelitian ini berjumlah sebanyak
penurunan emisi sebesar 70.63 ton CO2/tahun, 3,983 orang individu yang menjadi mitra binaan PTPN
penghematan pupuk kimia senilai Rp. V. Responden yang dijadikan sampel penelitian adalah
5,750,080/ha/tahun. Namun, perlu diteliti lebih lanjut individu yang terlibat aktif menjadi mitra binaan dalam
mengenai perbaikan kinerja pengelolaan lingkungan program CSR PTPN V. Responden yang dijadikan
hidup dapat menjamin adanya peningkatan profit sampel pada penelitian ini berjumlah 40 orang individu
perusahaan yang mengadopsi ISPO tersebut. dilakukan dengan teknik pengambilan Simple Random
Perbaikan-perbaikan kinerja pengelolaan lingkungan Sampling.
hidup dapat dikaji dalam berbagai indikator yang Analisis kinerja pengelolaan lingkungan perkebunan
terdapat dalam kriteria ISPO. Oleh karena itu, dalam berdasarkan ISPO dilakukan dengan pendekatan
konteks PT. Perkebunan Nusantara V, perlu dikaji lebih kualitatif yang kemudian dipaparkan secara deskriptif.
lanjut mengenai Seberapa besar perbaikan kinerja Analisis dilakukan dengan cara mengumpulkan
pengelolaan lingkungan hidup akibat adopsi ISPO berbagai informasi terkait dengan pengelolaan
dapat meningkatkan manfaat bagi PT. Perkebunan lingkungan perkebunan kelapa sawit saat sebelum
Nusantara V? adopsi ISPO (2014) dan sesudah adopsi ISPO (2016)
Salah satu tujuan dalam implementasi ISPO adalah yang didasarkan pada prinsip dan kriteria ISPO pada
diharapkan mampu untuk membangun industri kelapa Permentan No. 11 Tahun 2015.
sawit yang diselenggarakan berdasarkan asas Analisis pengaruh program CSR terhadap kondisi
kedaulatan, kemandirian, kebermanfaatan, sosial ekonomi masyarakat diperoleh dari data
keberlanjutan, keterpaduan, kebersamaan, kuisioner yang kemudian dianalisis secara kuantitatif.
keterbukaan, efisiensi-berkeadilan, kearifan lokal, Data kuisioner yang diperoleh dari responden
kelestarian fungsi lingkungan (Permentan, 2015). selanjutnya dilakukan analisis statistik korelasi regresi
Penelitian Syahza (2007) menjelaskan bahwa
200
ISSN 2086-4639 | e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 8 (2): 199-206

linier. Pengolahan data menggunakan bantuan piranti memperbaharui Standar Operational Procedure (SOP)
lunak IBM SPSS 24.0 dan Microsoft Excel 2016. sortasi masuk TBS pihak ketiga, dan TBS plasma, serta
3. Hasil dan Pembahasan perbaharuan SOP panen dari brondol 2 manjadi
brondol 5.
3.1. Perbaikan Kinerja berdasarkan Prinsip dan Tabel 1 menunjukkan adanya peningkatan hasil olah
Kriteria Manajemen Perkebunan TBS sesudah adopsi ISPO dibandingkan dengan
sebelum adopsi ISPO. Peningkatan produksi tersebut
Adopsi ISPO mulai dilakukan oleh PKS sungai terjadi karena rendemen yang lebih tinggi di
Galuh pada 17 Juni 2015. Setelah adanya adopsi bandingkan dengan produksi 2014, peningkatan
tersebut manajemen PKS Sungai Galuh mulai rendemen terjadi karena perbaikan pe nerimaan tingkat
memperbaiki kinerja manajemen perkebunan dengan kematangan dan tingkat pemanenan buah dari TBS
sortasi

Tabel 1. Pengolahan hasil PKS Sungai Galuh


Sebelum ISPO Sesudah ISPO
Jenis Produksi Satuan Mutu Acuan
(2014) (2016)
CPO Hasil Ton 40,898 41,725
Rendemen % 18.78 25.68 Min 22.01
ALB % 6.29 3.71 Maks 5.00 SNI 01-2901-2006
Kadar Air % 0.30 0.20 Maks 0.25 SNI 01-2901-2006
Kadar Kotoran % 0.22 0.01 Maks 0.25 SNI 01-2901-2006
DOBI % 2.70 5.02 Min. 2.80 Codex, Stan 210-1999
β-Karoten ppm 446 1,528 Min.500 Codex, Stan 210-1999
PKO Hasil Ton 10,973 11,048
Rendemen % 5.04 6.80 Min. 5.00 Dept. Industri 2007
ALB % 1.89 0.88 Maks. 2.00 SNI 01-0008-1987
Kadar air % 0.72 0.34 Maks. 0.45 SNI 01-0008-1987
Kadar Kotoran % 0.16 0.03 Maks. 0.05 SNI 01-0008-1987

Total TBS olah


Ton 217,454 162,481
(hasil PKO + hasil CPO)

Hasibuan (2012) dalam penelitiannya menjelaskan Sungai Galuh menerapkan perbaikan kinerja
bahwa Kelapa sawit bermutu prima Special Quality pemeliharaan IPAL untuk meningkatkan konsentrasi
(SQ) memiliki rendemen 22.1% - 22.2%. Selain itu, kualitas air limbah sehingga Land Applicaion dapat
pengukuran mutu hasil CPO Indonesia juga didasarkan diterapkan dengan lebih baik. Pada tahun 2016, volume
pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-2901- limbah cair untuk Land Application mencapai 1.080
2006 mengenai standarisasi mutu CPO nasional, dan m3/hari. Meningkat sebesar 39 % dari tahun 2014.
juga standar internasional berdasarkan CODEX STAN Perbaikan kinerja IPAL ditempuh melalui; (1)
210-1999 untuk parameter karoten dan Deterioration of Pembersihan area IPAL setiap bulan, (2) Pengecekan
Bleachability Index (DOBI). kualitas air limbah bulanan, (3) Pengorekan scum pada
Perbaikan kinerja yang dilakukan oleh perusahaan kolam IPAL setiap 4 bulan, dan (4) Meningkatkan
mampu memperbaiki kualitas CPO dan PKO yang tinggi bantalan kolam sekali setahun, dan (5)
memenuhi Standar Nasional Indonesia dan juga Pengawasan harian terhadap sirkulasi pompa.
Standar Internasional. Selain itu juga meningkatkan Berdasarkan Permen LH No. 01 tahun 2010
produksi hasil CPO dan PKO dengan rendemen yang Tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air,
tinggi. kategori karakteristik konsentrasi pencemar sebelum
adopsi ISPO (2014) tergolong kepada konsentrasi
3.2. Perbaikan Kinerja berdasarkan Prinsip dan pencemar sedang. Sedangkan sesudah adopsi ISPO
(2016), kategori karakteristik pencemar berada pada
Kriteria Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
kategori pencemar rendah. Hal ini menunjukkan
adanya penurunan kadar pencemar pada saat sebelum
a. Instalasi Pengolahan Limbah Cair / IPAL
adopsi ISPO dan sesudah adopsi ISPO.
Sebelum adopsi ISPO, limbah sisa olah TBS pada
Pengukuran parameter didasarkan pada Permen LH
IPAL PKS Sungai Galuh mencapai volume rata-rata
No. 05 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah.
sebesar 782 m3/hari sebagai Land Application pada
Tabel 3 menunjukkan bahwa sesudah ISPO diadopsi
areal kebun seluas 60 Ha dan sisanya dialirkan ke
(tahun 2016), seluruh parameter kualitas air limbah
sungai Kandis. Sesudah adopsi ISPO, manajemen PKS
201
JPSL Vol. 8 (2): 199-206 Agustus 2018

yang telah diolah telah memenuhi standar baku mutu Selain pemanfaatan limbah cair sisa olah TBS,
nasional untuk air limbah, sehingga air limbah dapat sesudah adanya adopsi ISPO, PKS Sungai Galuh juga
dimanfatkan lebih untuk Land Application yang lebih melakukan pemanfaatan 23,570,371 kg limbah sisa
luas sekaligus meminimalisir potensi pencemaran cangkang, dan serabut (fibre) dengan pembagian
tanah dan air bawah tanah. proporsi 50% (11.785.185 Kg/tahun) untuk bahan
Adanya perbaikan kinerja perusahaan setelah adopsi bakar Boiler dan tungku bakar, dan 50% (11.785.185
ISPO ke dalam manajemen telah memberikan manfaat Kg/tahun) digunakan untuk dijadikan Land Application
bagi PKS Sungai Galuh dalam melakukan pengolahan sebagai mulching/serasah pada area kebun. Sebelum
air limbah melalui IPAL, diantaranya; (1) peningkatan adopsi ISPO, manajemen mengalokasikan 100%
debit limbah yang dialirkan ke areal Land Application limbah sisa cangkang, tankos, dan serabut untuk bahan
sebesar 1.080 m3 /hari, (2) perbaikan kualitas air limbah bakar boiler. Pemanfaatan limbah sisa cangkang dan
yang dialirkan pada areal Land Application, dan (3) fibre oleh manajemen PKS Sungai Galuh bertujuan
penghematan biaya operasional pengolahan air limbah untuk mengurangi emisi CO2 sesuai dengan kewajiban
sebesar Rp. 98,228,703. yang tertera dalam ISPO.
Sihombing dan Ardilla (2012) dalam penelitiannya
b. Pengelolaan Limbah B3 menjelaskan Boiler dalam pemrosesan Fresh Fruit
Bench (FFB) dapat memanfaatkan bahan bakar limbah
Sebelum adopsi ISPO (tahun 2014), PKS Sungai FFB yaitu cangkang dan fiber kelapa sawit sehingga
Galuh menghasilkan limbah B3 terbanyak yaitu pada neraca emisi dapat ditekan karena emisi yang
jenis limbah air sisa olahan TBS sebanyak rata-rata dilepaskan pada pembakaran cangkang dan serat di
82,987 Ton/bulan. Limbah tersebut kemudian dapat boiler merupakan hasil serapan karbon selama masa
diolah untuk dimanfaatkan kembali sebesar 63,604 budidaya. Pemanfaatan cangkang dan serat sebagai
ton/bulan. bahan bakar pada boiler diharapkan mampu
Pada tahun 2016, sesudah adanya adopsi ISPO, mensubstitusi penggunaan bahan bakar fosil seperti
langkah yang diambil oleh manajemen PKS Sungai batubara dan BBM, sehingga emisi CO2 dapat
Galuh untuk mengelola limbah B3 yang dihasilkan diminimalkan.
dengan memanfaatkan kembali 99.2 % limbah sisa olah Hasil pemanfaatan limbah cangkang dan serabut
TBS untuk areal tanaman juga menambah kerja sama secara 50:50 tersebut mampu mengurangi emisi CO2
menjadi 3 pihak untuk penampung limbah lainnya. rata-rata sebesar 2,134,299 ton/tahun (Tabel 6). Selain
Sesudah adopsi ISPO, limbah B3 yang tersisa adalah itu, dengan adanya penjualan limbah cangkang dan
jenis air limbah sisa olah TBS, sedangkan limbah serabut kepada pihak ketiga, mampu memberikan
lainnya sudah diberikan kepada pihak ketiga. pendapatan lebih kepada perusahaan rata-rata sebesar
Rp. 343,734,000/tahun.

Tabel 2. Emisi gas buang pada boiler dan genset

Boiler Genset
Tahun Parameter Satuan NAB NAB
Boiler 1 Boiler 2 Genset 1 Genset 2
boiler genset
2014 Emisi Partikel Mg/m3 377.80 367.37 300.00 187.57 139.46 150.00
SO2 Mg/m3 190.58 105.81 600.00 70.81 31.44 800.00
NO2 Mg/m3 94.53 45.76 800.00 91.06 36.44 400.00
CO Mg/m3 - - - 671.76 37.40 600.00
Kec. Alir m/detik 22.30 23.10 20.00 22.67 21.60 20.00
Opasitas % 20.00 20.00 30.00 27.50 17.50 20.00
HCl Mg/m3 3.31 2.08 5.00 - - -
Klorin/Cl2 Mg/m3 0.90 0.58 5.00 - - -
Ammonia/NH3 Mg/m3 0.58 0.17 1.00 - - -
HF Mg/m3 0.53 0.21 8.00 - - -
2016 Emisi partikel Mg/m3 164.23 161.62 300.00 49.46 100.26 150.00
SO2 Mg/m3 61.06 31.23 600.00 25.15 22.25 800.00
NO2 Mg/m3 42.40 58.74 800.00 84.01 34.83 400.00
CO Mg/m3 - - - 223.00 18.40 600.00
Kec. Alir m/detik 3.56 4.79 20.00 19.00 17.45 20.00
Opasitas % 15.00 15.00 30.00 18.00 18.00 20.00
HCl Mg/m3 1.88 0.72 5.00 - - -
Klorin/Cl2 Mg/m3 0.05 0.02 5.00 - - -
Ammonia/NH3 Mg/m3 0.10 0.04 1.00 - - -
HF Mg/m3 0.15 0.05 8.00 - - -

c. Penanganan Gangguan Sumber Tidak Bergerak emisi boiler mengacu pada Permen LH No. 07 Tahun
Gangguan sumber tidak bergerak yang ada di lokasi 2007, parameter emisi genset mengacu pada Permen
PKS Sungai Galuh terdiri dari emisi dan tingkat LH No. 21 Tahun 2008, dan parameter kebisingan
kebisingan oleh aktivitas genset, dan boiler. Parameter mengacu pada Kepmen LH No. 48 Tahun 1996.
202
ISSN 2086-4639 | e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 8 (2): 199-206

Perbaikan kinerja yang dilakukan manajemen PKS sumur pantau LA (Land Application) dan sumur pantau
Sungai Galuh sesudah adopsi ISPO ialah; (1) non-LA pada PKS Sungai Galuh.
Pembakaran 50% limbah cangkang untuk bahan bakar Parameter pengukuran baku mutu kualitas air sungai
Boiler, (2) Perawatan dan pengecekan rutin mesin Kandis diukur berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
Boiler dan genset tiap bulan, (3) Pemasangan dust 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
collector untuk menurunkan kadar polutan dari emisi, Pengendalian Pencemaran Air. Sedangkan pengukuran
(4) Peningkatan jumlah tanaman hijau di sekitar area baku mutu kualitas air sumur pantau didasarkan pada
pabrik. Kepmen LH Nomor 28 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Pada Tabel 2, hasil pengukuran emisi pada boiler Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari
dan genset di PKS Sungai Galuh sebelum adopsi ISPO Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan
(2014) menunjukkan masih terdapat parameter- Kelapa Sawit.
parameter emisi yang berada di atas Nilai Ambang Hasil pengukuran menunjukkan sebelum adopsi
Batas (NAB). Sedangkan sesudah adopsi ISPO (2016), ISPO (2014) masih ditemukan parameter pencemar
seluruh parameter emisi sudah berada di bawah Nilai yang di atas angka baku mutu, pada sumur pantau
Ambang Batas. Sebelum adopsi ISPO hasil pengukuran maupun pada area hilir dan hulu sungai Kandis.
sebelum ISPO (2014) tingkat kebisingan pada area Sesudah adopsi ISPO pada tahun 2016 hasil
pemukiman adalah sebesar 51.3 dB, tingkat kebisingan pengukuran menunjukkan adanya penurunan
tersebut masih berada di atas baku mutu (50.0 dB), pencemaran sumber air jika dibandingkan sebelum
sedangkan setelah adopsi ISPO, tingkat kebisingan adopsi. Hasil pengukuran pada sumur pantau Land
turun menjadi 46,8 dB dan sudah memenuhi baku mutu. Application / LA menunjukkan adanya penurunan
Perbaikan kinerja yang dilakukan manajemen PKS kadar pencemaran dari keseluruhan parameter. Pada
Sungai Galuh setelah adanya adopsi ISPO memberikan pengukuran areal Non-LA menunjukkan adanya
manfaat lingkungan yaitu; (1) penurunan parameter- penurunan pada parameter parameter BOD, NO3-N,
parameter emisi genset dan boiler yang memenuhi NH3-N, Timbal, Tembaga, Seng, dan Khlorida. Pada
standar baku mutu berdasarkan pada Permen LH No. areal sumur penduduk, hasil pengukuran menunjukkan
07 Tahun 2007, dan Permen LH No. 21 Tahun 2008, adanya penurunan parameter DO, NO3-N, NH3-N,
serta (2) penurunan tingkat kebisingan area pemukiman timbal, tembaga, seng, dan khlorida. Sesudah adopsi
menjadi di bawah angka baku mutu sesuai Kepmen LH ISPO tersebut, keseluruhan parameter sumur pantau
No. 48 Tahun 1996. sudah memenuhi standar baku mutu berdasarkan
Kepmen LH Nomor 28 Tahun 2003.
d. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Tahun 2016 sesudah adopsi ISPO, seluruh parameter
kualitas air hulu dan hilir sungai Kandis mengalami
Sebelum adopsi ISPO, manajemen PKS Sungai perbaikan mutu dibanding sebelum adopsi ISPO (tahun
Galuh belum memiliki strategi preventif/pencegahan 2014) sehingga telah memenuhi standar baku mutu
kebakaran, tindakan yang dilakukan oleh manajemen sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
hanya sebatas tindakan represif/penanggulangan 2001.
kebakaran berupa usaha pemadaman api pada lokasi Upaya perbaikan kinerja yang dilakukan oleh pihak
kebakaran oleh Regu Pemadam Kebakaran (RPK) manajemen perkebunan dan PKS Sungai Galuh adalah;
kebun. Sepanjang tahun 2014, terjadi 7 kasus (1) memberhentikan aktivitas pembuangan limbah
kebakaran lahan pada area yang berbatasan dengan yang telah diolah ke aliran sungai Kandis ataupun
pemukiman penduduk. sumber air lainnya, (2) Land Application terhadap
Setelah adanya adopsi ISPO, PKS Sungai Galuh limbah cair yang telah diolah ke areal perkebunan
melakukan upaya preventif untuk mencegah kebarakan dengan persyaratan kedalaman air tanah >2 meter,
lahan yaitu; (1) patroli petugas di lokasi-lokasi rawan Adanya perbaikan kinerja perusahaan setelah adopsi
kebakaran setiap hari, terutama pada musim kemarau, ISPO ke dalam manajemen telah memberikan manfaat
(2) pemasangan rambu-rambu peringatan pada areal bagi PKS Sungai Galuh dalam melakukan konservasi
rawan yang berbatasan dengan lahan masyarakat, (3) sumber dan kualitas air, diantaranya; (1) perbaikan
pelengkapan sarana dan prasarana Alat Pemadam Api kualitas air tanah, maupun kualitas sungai Kandis
Ringan / APAR, (4) pembuatan sistem tanggap darurat sebagai sumber air, (2) pemanfaatan 99,2% dari total
kabakaran lahan, (5) pelaksanaan replanting tanpa air limbah yang sudah diolah untuk Land Application
mekanisme bakar, dan (6) sosialisasi kepada areal perkebunan seluas 200 Ha.
masyarakat serta pelatihan kepada karyawan terkait
kebakaran lahan. Adanya perbaikan kinerja tersebut 3.3. Perbaikan Kinerja berdasarkan Prinsip dan
membuat kawasan PKS Sungai Galuh tidak pernah Kriteria Tanggungjawab terhadap Pekerja
mengalami kasus kebakaran lahan.
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
e. Konservasi Sumber dan Kualitas Air Sebelum adopsi ISPO, penyediaan laporan
Sumber air yang terdapat kada kawasan perkebunan kecelakaan kerja yang terdapat pada PKS Sungai Galuh
dan kawasan PKS Sungai Galuh adalah sungai Kandis. hanya sebatas dokumen Berita Acara Kecelakaan Kerja,
Pengukuran dan analisis untuk kualitas air dilakukan dan dokumen Laporan Penyidikan Kecelakaan dari
pada daerah hulu dan hilir sungai Kandis, serta juga Asisten. Pada tahun 2014, kasus kecelakaan kerja
melakukan pengukuran pada sumur penduduk, serta sebelum adanya adopsi ISPO, terdiri dari 4 kasus
203
JPSL Vol. 8 (2): 199-206 Agustus 2018

kecelakaan yang mengakibatkan cedera yang dialami 3.4 Pengaruh Program CSR terhadap Perbaikan
oleh karyawan. Kecelakaan kerja tersebut terjadi akibat Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat
kerusakan fasilitas yang terdapat pada area pabrik
pengolahan TBS. Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
Sesudah adopsi ISPO, penyediaan laporan masyarakat yang dilaksanakan oleh PTPN V yaitu
kecelakaan kerja kemudian direvisi menjadi beberapa dengan menerapkan Program CSR Kemitraan dan Bina
dokumen, diantaranya; dokumen Laporan Kecelakaan Lingkungan (PKBL) dengan jumlah mitra binaan
Kerja (Jamsostek), dokumen Laporan Temuan Non- menjadi sebanyakan 3,983 orang, dan total penyaluran
Conformity Report / NCR & Usulan Tindakan dana program Kemitraan sebesar Rp. 85,692,869,693.
Perbaikan, dokumen Berita Acara Kronologis Program CSR PKBL direalisasikan dalam bentuk
Kecelakaan Kerja, dan dokumen Laporan Awal penyaluran dana bergulir kepada masyarakat yang
Kecelakaan / Penyakit Akibat Kerja. dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kategori rendah,
Adanya perbaikan kinerja K3 sesudah adopsi ISPO sedang, dan tinggi. Kategori rendah, adalah masyarakat
ke dalam manajemen telah memberikan manfaat bagi yang menerima bantuan dana sebesar Rp. 10,000,000.
PKS Sungai Galuh dalam melakukan pencegahan kategori sedang adalah masyarakat yang menerima
kecelakaan kerja, terutama dengan adanya Laporan bantuan dana sebesar Rp. 15,000,000, sedangkan
Temuan Non-Conformity Report / NCR & Usulan kategori tinggi adalah masyarakat yang menerima
Tindakan Perbaikan. Adanya mekanisme pelaporan bantuan dana sebesar Rp. 20,000,000.
tersebut mampu mencegah adanya kecelakaan kerja,
karena setiap karyawan dapat melaporkan temuannya a. Pengaruh Program CSR terhadap Peningkatan
kepada manajemen, apabila ditemukan adanya potensi- Pendapatan
potensi yang menimbulkan kasus kecelakaan kerja. Berdasarkan data yang diperoleh dari kuisioner,
Adanya perbaikan kinerja dalam adopsi ISPO membuat diketahui bahwa sesudah menjadi mitra binaan
manajemen PKS Sungai Galuh mampu mencapai target program CSR Kemitraan, responden mengalami
Zero Accident sesuai dengan yang tertera pada peningkatan pendapatan mulai dari Rp 500,000 hingga
dokumen perencanaan jangka pendek perusahaan Rp. 2,500,000/bulan.
untuk tahun 2016. Hasil uji statistik regresi linier menunjukkan Nilai
Korelasi (R) yaitu sebesar 0.479 nilai tersebut
b. Peningkatan Kemampuan dan Kesejahteraan kemudian dikonsultasikan berdasarkan pedoman
Pekerja interpretasi nilai korelasi, maka dapat diinterpretasi
Selama tahun 2016, Perusahaan telah mengeluarkan bahwa hubungan antara penerimaan dana CSR dengan
dana pelatihan dan pengembangan sebesar Rp. peningkatan pendapatan responden berada pada
5,365,410,670 naik 10.56% terhadap tahun 2014 dan kategori korelasi sedang (0.40 < R < 0.59). Selain itu,
2015 yang hanya mencapai Rp. 4,852,701,872. Dana hasil uji statistic juga menunjukkan nilai R Square atau
pelatian tersebut ditujukan untuk 5 In-House Training Koefisien Determinasi (KD) sebesar 0.229 sehingga
dan 4 pelatihan yang diberikan kepada 558 orang dapat diinterpretasi bahwa variabel penerimaan dana
karyawan. CSR memiliki pengaruh sebesar 22.9% terhadap
Selain peningkatan kemampuan karyawan, sesudah variabel persepsi responden dan lainnya 77.1%
adopsi ISPO, perusahaan juga mulai melakukan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel
perbaikan kesejahteraan karyawan melalui sistem penerimaan dana CSR.
penggajian terendah sesuai Upah Minimum Regional Selain itu, perhitungan statistik juga menunjukkan
(UMR) Kabupaten Kampar dan juga pemberian nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0.002 dan nilai F hitung
penghargaan bagi karyawan yang telah melakukan sebesar 11.285. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
pengabdian di atas 20 tahun. diketahui bahwa nilai signifikansi <0.05 sehingga dapat
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Riau Kpts. diinterpretasi bahwa persamaan regresi antara
Nomor 1058/XI/2016 Tentang Upah Minimum penerimaaan dana CSR dan peningkatan pendapatan
Kabupaten/Kota se-Provinsi Riau, upah minimum responden memiliki kriteria berkorelasi signifikan.
Kabupaten Kampar adalah Rp. 2,315,002. Adanya SK Hasil perhitungan koefisien regresi linier sederhana
Gubernur Riau tersebut serta kewajiban perusahaan menunjukkan nilai t hitung sebesar 3.359. Selanjutnya
dalam meningkatkan kesejahteraan sesuai yang dilakukan perhitungan t tabel pada software Microsoft
tercantum dalam ISPO, maka manajemen PKS Sungai Excel dengan rumus (=tinv(α/2, df)) sehingga diperoleh
Galuh merevisi Perjanjian Kerja Bersama untuk nilai ttabel sebesar 2.333. Kemudian dapat diketahui
karyawan dengan upah gaji karyawan golongan thitung (3.359) > ttabel (2.333) sehingga dapat disimpulkan
terendah adalah Rp. 2,377,000. bahwa hipotesis H1 diterima yaitu Terdapat pengaruh
Perusahaan juga memfasilitasi terbentuknya Serikat besaran dana bantuan program CSR terhadap
Pekerja Perkebunan Nusantara (SP-BUN) PT peningkatan pendapatan responden.
Perkebunan Nusantara V pada tahun 2016. Sesuai Berdasarkan kedua hasil uji hipotesis, yaitu hasil uji
dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang berlaku hipotesis dengan membandingkan nilai signifikansi
di perusahaan, bahwa selain gaji, perusahaan juga dengan α (0.05) dan uji hipotesis dengan
memberikan jaminan sosial untuk pemenuhan membandingkan t hitung dengan ttabel, terbukti bahwa
kesejahteraan karyawan. terdapat pengaruh signifikan antara besaran dana

204
ISSN 2086-4639 | e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 8 (2): 199-206

bantuan program CSR terhadap peningkatan besaran dana bantuan program CSR terhadap
pendapatan responden. peningkatan pendidikan anggota keluarga responden.
Berdasarkan kedua hasil uji hipotesis, yaitu hasil uji
b. Pengaruh Program CSR terhadap Peningkatan hipotesis dengan membandingkan nilai signifikansi
Pendidikan Anggota Keluarga dengan α (0.05) dan uji hipotesis dengan
Peningkatan pendidikan anggota keluarga dibagi membandingkan t hitung dengan ttabel, terbukti bahwa
menjadi 3 kategori. Peningkatan pendidikan rendah terdapat pengaruh signifikan antara besaran dana
adalah anggota keluarga responden yang tidak bantuan program CSR terhadap peningkatan
mengalami peningkatan pendidikan, atau mengalami pendapatan responden.
peningkatan pendidikan pada tingkatan yang
sama/setara. Peningkatan pendidikan sedang adalah c. Pengaruh Program CSR terhadap Peningkatan
anggota keluarga responden yang mengalami Persepsi Masyarakat
peningkatan pendidikan pada tingkatan rendah ke
sedang. Sedangkan peningkatan pendidikan tinggi, Pengukuran persepsi masyarakat dengan
adalah anggota keluarga responden yang mengalami menggunakan alat kuisioner skala Likert sebagai
peningkatan pendidikan pada tingkatan sedang ke pengumpulan data yang berisi 20 pernyataan.
tinggi. Responden kemudian mengisi kuisioner tersebut sesuai
dengan pembagian empat (4) kolom, yang terbagi
Tabel 3. Frekuensi peningkatan pendapatan menjadi sangat tidak setuju (STS) skor 1, tidak setuju
(TS) skor 2, setuju (S) skor: 3, sangat setuju (SS) skor
Peningkatan Frekuensi
pendidikan ∑ % 4. Sehingga akan diperoleh nilai minimum 20, dan nilai
Rendah 11 27.5 maksimum 80.
Sedang 9 22.5 Kategori persepsi masyarakat golongan rendah, jika
Tinggi 20 50.0 jumlah skor Skala Likert 20-39, dan kategori persepsi
Total 40 100.0
masyarakat golongan sedang, jika jumlah skor Skala
Likert 40-60, serta kategori persepsi masyarakat
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa sesudah golongan tinggi, jika jumlah skor Skala Likert 61-80.
mengikuti program CSR Kemitraan, mayoritas
peningkatan pendidikan anggota keluarga responden Tabel 4. Frekuensi persepsi masyarakat
berada pada tingkatan tinggi. Hal tersebut dapat
Frekuensi
dijelaskan karena sebaran frekuensi menunjukkan Persepsi interval
∑ %
persentase dominan pada peningkatan pendidikan Rendah 20 – 39 3 7.5
tinggi, sebesar 50.0 %. Sedang 40 – 60 18 45.0
Hasil uji statistik regresi linier menunjukkan Tinggi 61 – 80 19 47.5
menunjukkan Nilai Korelasi (R) yaitu sebesar 0.477 Total 40 100.0
nilai tersebut kemudian dikonsultasikan berdasarkan
pedoman interpretasi nilai korelasi, maka dapat Hasil uji statistik regresi linier menunjukkan Nilai
diinterpretasi bahwa hubungan antara penerimaan dana Korelasi (R) yaitu sebesar 0.762 nilai tersebut
CSR dengan peningkatan pendidikan anggota keluarga kemudian dikonsultasikan berdasarkan pedoman
responden berada pada kategori korelasi sedang interpretasi nilai korelasi, maka dapat diinterpretasi
(0.40<R<0.59). Nilai R Square atau Koefisien bahwa hubungan antara penerimaan dana CSR dengan
Determinasi (KD) sebesar 0.228 sehingga dapat persepsi responden berada pada kategori korelasi kuat
diinterpretasi bahwa variabel penerimaan dana CSR (0.60 < R < 0.79). Nilai menunjukkan R Square atau
memiliki pengaruh sebesar 22.8% terhadap variabel Koefisien Determinasi (KD) sebesar 0.527 sehingga
peningkatan pendidikan anggota keluarga responden dapat diinterpretasi bahwa variabel penerimaan dana
dan lainnya 77.2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain CSR memiliki pengaruh sebesar 52.7% terhadap
di luar variabel penerimaan dana CSR. variabel persepsi responden dan lainnya 47.3%
Selain itu, perhitungan statistik juga menunjukkan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel
nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0.002 dan nilai F hitung penerimaan dana CSR.
sebesar 11.217. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat Selain itu, perhitungan statistik menunjukkan nilai
diketahui bahwa nilai signifikansi <0.05 sehingga dapat signifikansi (Sig.) sebesar 0.000 dan nilai F hitung
diinterpretasi bahwa model persamaan regresi antara sebesar 42.419. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
penerimaaan dana CSR dan peningkatan pendidikan diketahui bahwa nilai signifikansi <0.05 sehingga dapat
anggota keluarga responden memiliki kriteria diinterpretasi bahwa model persamaan regresi antara
berkorelasi signifikan. penerimaaan dana CSR dan persepsi responden
Hasil perhitungan koefisien regresi linier sederhana memiliki kriteria berkorelasi signifikan.
menunjukkan nilai t hitung sebesar 3.359. Selanjutnya Hasil perhitungan koefisien regresi linier sederhana
dilakukan perhitungan t tabel pada software Microsoft menunjukkan nilai t hitung sebesar 6.513. Selanjutnya
Excel dengan rumus (=tinv(α/2,df)) sehingga diperoleh dilakukan perhitungan t tabel pada software Microsoft
nilai ttabel sebesar 2.333. Kemudian dapat diketahui Excel dengan rumus (=tinv(α/2, df)) sehingga diperoleh
thitung (3.349) > ttabel (2.333) sehingga dapat disimpulkan nilai ttabel sebesar 2.333. Kemudian dapat diketahui
bahwa hipotesis H1 diterima yaitu Terdapat pengaruh thitung (6.513) > ttabel (2.333) sehingga dapat disimpulkan

205
JPSL Vol. 8 (2): 199-206 Agustus 2018

bahwa H1 yaitu Terdapat pengaruh besaran dana [4] [KEMENLH] Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia,
2007. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Indonesia Nomor
bantuan program CSR terhadap persepsi responden. 07 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Berdasarkan kedua hasil uji hipotesis, yaitu hasil uji Bergerak Bagi Ketel Uap. Jakarta, KEMENLH.
hipotesis dengan membangingkan nilai signifikansi [5] [KEMENLH] Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia,
dengan α (0.05) dan uji hipotesis dengan 2008. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Indonesia Nomor
21 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
membandingkan thitung dengan ttabel, terbukti bahwa Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga
terdapat pengaruh antara besaran dana bantuan Listrik Termal. Jakarta, KEMENLH.
program CSR terhadap persepsi responden. [6] [KEMENLH] Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia,
2010. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Indonesia Nomor
01 Tahun 2010 Tentang Tata Laksana Pengendalian
4. Kesimpulan Pencemaran Air. Jakarta, KEMENLH.
Adanya adopsi ISPO telah memberikan manfaat [7] [KEMENLH] Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia,
terhadap perusahaan. Manfaat yang diterima oleh 2014. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Indonesia Nomor
perusahaan melalui perbaikan kinerja pengelolaan 05 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Jakarta,
KEMENLH.
lingkungan dalam implementasi ISPO dapat [8] [KEMENTAN] Kementrian Pertanian Republik Indonesia,
memperbaiki dan meningkatkan kondisi lingkungan 2015. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
perusahaan serta mampu meningkatkan pendapatan 11/Permentan/OT.140/3/2015 Tentang Sistem Sertifikasi
perusahaan dan menghemat biaya pengeluaran Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian
Sustainable Palm Oil Certification System /ISPO). Jakarta,
perusahaan. KEMENTAN.
Program CSR sebagai salah satu elemen dalam [9] Ahyari, A., 2002. Manajemen Produksi dan Pengendalian
implementasi ISPO memiliki pengaruh signifikan Produksi. Yogyakarta, BFE.
terhadap peningkatan kondisi sosial ekonomi [10] Hasibuan, H.A., 2012. Kajian Mutu dan Karakteristik Minyak
masyarakat. Berdasarkan uji statistik, adanya bantuan Sawit Indonesia serta Produk Fraksinasinya. Jurnal
dana melalui program CSR Kemitraan dan Bina Standardisasi. 14(1), pp. 13-21.
[11] Hasibuan, M., 2006. Manajemen Dasar, Pengertian, Dan
Lingkungan yang dilakukan oleh PT. Perkebunan
Masalah. edisi revisi. Jakarta, Bumi aksara.
Nusantara V berkorelasi positif terhadap peningkatan
[12] Pemerintah Provinsi Riau, 2016. Surat Keputusan Gubernur
pendapatan masyarakat, peningkatan pendidikan Riau Kpts. Nomor 1058/XI/2016 Tentang Upah Minimum
anggota keluarga masyarakat, dan persepsi masyarakat Kabupaten/Kota se Provinsi Riau. Pekanbaru, Sekretariat
terhadap perusahaan. Daerah Riau.
[13] Pemerintah Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Daftar Pustaka Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Jakarta, Sekretariat Negara.
[1] [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan, 2014. Statistik [14] Rachmawati, N., 2105. Analisis Pengelolaan Lingkungan di
Perkebunan Indonesia. Jakarta, DITJENBUN. Perkebunan Batu Ampar Estate PT. Tapian Nadenggan dalam
[2] [KEMENLH] Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia, Implementasi Indonesian Sustainability Palm Oil [tesis].
1996. Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Indonesia Nomor Bogor, Institut Pertanian Bogor.
48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan. Jakarta, [15] Sihombing, A.L., I. Ardilla, 2012. Perhitungan Emisi CO2
KEMENLH.
Bahan Bakar Biodiesel dari Kelapa Sawit. Jurnal M&E. 10(2),
[3] [KEMENLH] Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia,
2003. Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Indonesia Nomor Juni 2012. Jakarta, Puslitbang.
28 Tahun 2003 Tentang Pedoman Teknis Pengkajian [16] Syahza, A., 2007. Percepatan Pemberdayaan Ekonomi
Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Masyarakat Pedesaan dengan Model Agroestate Berbasis
Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit. Jakarta, KEMENLH. Kelapa Sawit. Jurnal Ekonomi XII/02/Juli/2007. Jakarta,
Universitas Tarumanegara.

206

You might also like