8 +suwartini+62-69

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

|Journal of Technology and Literacy in Education e-ISSN : 2828-9072

Vol 2 Issue 1 Maret 2023: 62-69 p-ISSN : 2828-9080

Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model
Kontekstual di Kelas IV SD Negeri Panca Tunggal
1)*)
Suwartini
1)
Guru SD Negeri Panca Tunggal, Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan, Indonesia
*)
e-mail: suwartinis867@gmail.com

Abstract
The problem to be studied in this study is to find out whether the
Corresponding Author: application of contextual learning models can improve student
Email: learning outcomes in Science Class IV Elementary School Panca
suwartinis867@gmail.com Tunggal?. While the purpose of this research is to know whether
there is an increase in student learning outcomes after the
implementation of contextual learning. This study uses three
Keywords: Improving cycles of classroom action research. Each cycle consists of four
learning outcomes, stages, namely: design, activities and observations, reflection,
science, Contextual and revision. The target of this study was the fourth grade
Learning. students. The data obtained were in the form of the end of the
cycle test results, observation sheets for teaching and learning
How To Cite activities. From the results of the analysis, it was found that
Suwartini. (2023). Peningkatan student learning outcomes increased from the first cycle
Hasil Belajar Siswa pada Mata (50.00%) or there were 6 students with an average grade of
Pelajaran IPA Melalui Model 63.75, the second cycle (75.00%) or there were 9 students with
Kontekstual di Kelas IV SD an average grade of 63.75. class average is 71.08, cycle III
Negeri Panca Tunggal. Journal (91.67%) or there are 11 students with an average grade of
of Technology and Literacy in 76.92. The conclusion of this research is that learning with
Education 2 (1): 62-69 contextual learning can improve student learning outcomes in
Grade IV of SD Negeri Panca Tunggal and this learning model can
be used as an alternative to science lessons.
Keywords: Improving learning outcomes, science, Contextual
Learning.

Abstrak
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Pelajaran IPA Kelas
IV SD Negeri Panca Tunggal?. Sedangkan tujuan dari penelitian
ini adalah ingin mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil
belajar belajar siswa setelah diterapkannya Pembelajaran
kontekstual. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas
(classroom action research) sebanyak tiga siklus. Setiap siklus
terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah
siswa Kelas IV Data yang diperoleh berupa hasil tes akhir siklus,
lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis
didapatkan bahwa Hasil belajar belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I (50,00%) atau ada 6 siswa dengan nilai
rata-rata kelas 63,75, siklus II (75,00%) atau ada 9 siswa
dengan nilai rata-rata kelas 71,08, siklus III (91,67%) atau ada
11 siswa dengan nilai rata-rata kelas 76,92. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pembelajaran dengan Pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV SD
Negeri Panca Tunggal serta model pembelajaran ini dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif Pelajaran IPA.
Kata kunci: Peningkatan Hasil belajar, IPA, Pembelajaran
Kontekstual.
Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA ......

PENDAHULUAN maksimal, banyak aspek yang


Upaya peningkatan kualitas mempengaruhinya, di antaranya aspek
pendidikan di Indonesia tidak pernah guru, siswa, metode pembelajaran dan
berhenti. Berbagai terobosan baru terus lain-lain. Pengamatan peneliti lakukan
dilakukan oleh pemerintah melalui selama mengajar di SD Negeri Panca
Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam Tunggal. Model pembelajaran yang di
pengelolaan sekolah, peningkatan lakukan oleh guru pada pelajaran IPA di
sumber daya tenaga pendidikan, SD Negeri Panca Tunggal masih
pengembangan/penulisan materi ajar, menggunakan model pembelajaran yang
serta pengembangan paradigma baru lama di mana proses belajar mengajar
dengan metodologi pengajaran. hanya terpaku pada guru, siswa hanya
Mengajar bukan semata persoalan bisa menerima materi yang disampaikan
menceritakan. Belajar bukanlah oleh guru. Sehingga siswa cenderung
konsekuensi otomatis dari perenungan pasif dan menganggap pelajaran IPA
informasi ke dalam benak siswa. Belajar identik dengan hafalan. Hal ini
memerlukan keterlibatan mental dan menyebabkan hasil belajar IPA selalu di
kerja siswa sendiri. Penjelasan dan bawah KKM klasikal. Oleh karena itu
pemeragaan semata tidak akan peneliti mencoba menerapkan model
membuahkan hasil belajar yang pembelajaran dengan menggunaan
langgeng. Pembelajaran yang lebih model pembelajaran kontekstual yang
bermakna haruslah melibatkan siswa membawa siswa pada hal-hal nyata yang
secara aktif baik secara fisik dan psikis. ada disekitar mereka.
Dengan aktifnya siswa diharapkan Pembelajaran Kontekstual
pembelajaran memberikan makna/ (Contextual Teaching and Learning)
pengalaman yang membekas pada otak merupakan salah satu model
siswa. pembelajaran berbasis kompetensi yang
Seorang siswa dalam belajar IPA dapat digunakan untuk mengefektifkan
dikatakan kurang berhasil apabila dan mensukseskan implementasi
perubahan tingkah laku yang terjadi kurikulum 2013. Ada kecenderungan
belum mampu menentukan dewasa ini untuk kembali kepada
kebijaksanaannya untuk mencapai suatu pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
hasil yang telah ditetapkan secara tepat baik jika lingkungan diciptakan alamiah.
dalam waktu yang telah ditentukan. Belajar akan lebih bermakna jika anak
Untuk mencapai suatu hasil belajar yang “mengalami” apa yang dipelajarinya,

Vol. 2 Issue 1 Maret 2023 | 63


Suwartini

bukan “mengetahuinya”. Pembelajaran mencari materi pelajaran sehingga


yang berorientasi target penguasaan proses pembelajaran sehingga lebih
materi terbukti berhasil dalam kompetisi bermakna. Pembelajaran bermakna
“ Mengingat” jangka pendek, tetapi menurut Ausubel (Isti Hidayah, dkk
gagal dalam membekali anak dalam teori pembelajaran.blogspot.com)
memecahkan persoalan dalam Proses pembelajaran yang dapat
kehidupan jangka panjang. Dan itulah mengaitkan informasi baru dengan
yang sering terjadi di sekolah-sekolah struktur kognitif. Sebaliknya, jika
kita. Dalam konteks itu siswa perlu informasi baru tidak dapat dikaitkan
mengerti makna belajar, apa pada konsep-konsep yang telah ada
manfaatnya,dalam status apa mereka, dalam struktur kognitif maka akan hanya
dan bagaimana mencapainya. Mereka terjadi belajar hafalan, proses belajar
sadar bahwa yang mereka pelajari hafalan ini merupakan proses
berguna bagi hidupnya kelak. Dengan penerimaan informasi jangka pendek.
begitu mereka memposisikan sebagai Sedangkan proses belajar dengan
diri sendiri yang memerlukan suatu bekal pengulangan di lapangan dan peserta
untuk hidupnya nanti. Mereka didik mampu menemukan sesuatu
mempelajari apa yang bermanfaat bagi materi yang dikaji, maka penerimaan
dirinya dan berupaya menggapainnya. informasi bersifat jangka panjang.
Dalam upaya itu, mereka memerlukan Dalam pembelajaran kontekstual ini
guru sebagai pengarah dan pembimbing konsep belajar yang membantu para
(Depdikbud, 2002 : 2). guru mengaitkan antara materi yang
Jika guru mampu mengelola proses diajarkan dengan situasi dunia nyata
pembelajaran dan mampu menciptakan yang mendorong para siswa membuat
sistem pembelajaran yang efektif maka hubungan antara pengetahuan yang
kualitas proses belajar akan tercapai. dimilikinya dengan penerapan teori
Tetapi jika guru masih terpaku pada dalam kehidupan sehari-hari.
paradigma lama dimana hanya Pengetahuan dan ketrampilan siswa
memandang keberhasilan proses belajar diperolehnya dengan mengaitkan ketika
mengajar ditentukan nilai akhir saja belajar Siswa akan turut langsung dalam
maka kualitas pembelajaran tidak akan pengalaman belajar yang akan membuat
mencapai kemajuan. hasil belajar lebih bermakna (Dirjen
Model pembelajaran Kontekstual Dikdasmen, 2002: 26).
peserta didik secara langsung ke Dari rumusan latar belakang di atas
lapangan untuk menemukan dan maka peneliti memandang perlu untuk

64 | Journal of Technology and Literacy in Education


Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA......

mengadakan penelitian tindakan kelas dan lingkungan di mana anak hidup dan
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar berada serta dengan budaya yang
Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui berlaku dalam masyarakatnya
Model Kontekstual Di Kelas IV SD Negeri (http://www.contextual.org.id).
Panca Tunggal”. Pemahaman, penyajian ilmu
Belajar merupakan hal yang pokok. pengetahuan, keterampilan, nilai dan
Belajar merupakan suatu perubahan sikap yang ada dalam materi dikaitkan
pada sikap dan tingkah laku yang lebih dengan apa yang dipelajari dalam kelas
baik, tetapi kemungkinan mengarah dan dengan kehidupan sehari-hari
pada tingkah laku yang lebih buruk. IPA (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8).
didefinisikan sebagai suatu kumpulan Hasil belajar merupakan suatu hasil
pengetahuan yang tersusun secara alam. yang diperoleh siswa dari suatu proses
Perkembangan IPA tidak hanya ditandai pembelajaran, yang mengindikasikan
dengan adanya fakta, tetapi juga oleh kemampuan dan kompetensi siswa akan
adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. materi pembelajaran tersebut. Hasil
Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah belajar biasanya dinyatakan dalam
menekankan pada hakikat IPA. bentuk angka, huruf, atau kata–kata
Model pembelajaran adalah suatu seperti baik, sedang, atau kurang.
perencanaan atau suatu pola yang (Arikunto, 1990).
digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. METODE
Model pembelajaran mengacu pada Penelitian ini merupakan penelitian
pendekatan pembelajaran yang akan tindakan kelas (classroom action
digunakan, termasuk di dalamnya research), karena penelitian dilakukan
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap untuk memecahkan masalah
dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
lingkungan pembelajaran, dan termasuk penelitian deskriptif, sebab
pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, menggambarkan bagaimana suatu
2010: 51). teknik pembelajaran diterapkan dan
Borko dan Putnam (2012: 34) bagaimana hasil yang diinginkan dapat
mengemukakan bahwa dalam dicapai.
pembelajaran kontekstual, guru memilih Menurut Oja dan Sumarjan (dalam
konteks pembelajaran yang tepat bagi Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan
siswa dengan cara mengaitkan penelitian tindakan menjadi empat
pembelajaran dengan kehidupan nyata macam yaitu (a) guru bertindak sebagai

Vol. 2 Issue 1 Maret 2023 | 65


Suwartini

peneliti, (b) penelitian tindakan Juli sampai Agustus 2021. Subyek


kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV SD
(d) administrasi social ekperimental. Negeri Panca Tunggal sejumlah 12 siswa.
Dalam penelitian tindakan ini Penelitian ini menggunakan
menggunakan bentuk guru sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
peneliti, penanggung jawab penuh Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah
penelitian tindakan adalah praktisi suatu bentuk kajian yang bersifat
(guru). Tujuan utama dari penelitian reflektif oleh pelaku tindakan yang
tindakan ini adalah meningkatkan hasil dilakukan untuk meningkatkan
pembelajaran di kelas dimana guru kemantapan rasional dari tindakan
secara penuh terlibat dalam penelitian mereka dalam melaksanakan tugas,
mulai dari perencanaan, tindakan, memperdalam pemahaman terhadap
pengamatan dan refleksi. tindakan-tindakan yang dilakukan itu,
Dalam penelitian ini peneliti serta memperbaiki kondisi dimana
bekerjasama dengan guru lain atau praktek pembelajaran tersebut dilakukan
teman sejawat, kehadiran penulis (dalam Mukhlis, 2000: 3).
sebagai guru di kelas sebagai pengajar Sedangkah menurut Mukhlis (2000:
tetap dan dilakukan seperti biasa. 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang
Dengan cara ini diharapkan didapatkan bersifat sistematis reflektif oleh pelaku
data yang seobjektif yang diperlukan. tindakan untuk memperbaiki kondisi
Penelitian ini akan dihentikan pembelajaran yang dilakukan. Adapun
apabila ketuntasan belajar secara tujuan utama dari PTK adalah untuk
kalasikal telah mencapai 85% atau lebih. memperbaiki/meningkatkan pratek
Jadi dalam penelitian ini, penulis tidak pembelajaran secara berkesinambungan,
tergantung pada jumlah siklus yang sedangkan tujuan penyertaannya adalah
harus dilalui. menumbuhkan budaya meneliti di
Tempat penelitian adalah tempat kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
yang digunakan dalam melakukan Sesuai dengan jenis penelitian yang
penelitian untuk memperoleh data yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
diinginkan. Penelitian ini bertempat di penelitian ini menggunakan model
SD Negeri Panca Tunggal Kelas IV penelitian tindakan dari Kemmis dan
semester ganjil. Waktu penelitian adalah Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu
waktu berlangsungnya penelitian atau berbentuk spiral dari sklus yang satu ke
saat penelitian ini dilangsungkan. siklus yang berikutnya. Setiap siklus
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan meliputi planning (rencana), action

66 | Journal of Technology and Literacy in Education


Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA......

(tindakan), observation (pengamatan),


P
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
dan reflection (refleksi). Analisis ini  Siswa
dihitung dengan menggunakan statistik
sederhana yaitu:
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Untuk menilai ulangan atau tes Data penelitian yang diperoleh

formatif berupa data observasi berupa

Peneliti melakukan penjumlahan pengamatan pengelolaan model

nilai yang diperoleh peserta didik, yang pembelajaran kontekstual dan

selanjutnya dibagi dengan jumlah pengamatan hasil tes formatif siswa

peserta didik yang ada di kelas tersebut pada setiap siklus. Data lembar observasi

sehingga diperoleh rata-rata tes formatif yang diambil yaitu data pengamatan

dapat dirumuskan. penglolaan model pembelajaran


kontekstual yang digunakan untuk

X mengetahui pengaruh penerapan model


X 
N pembelajaran kontekstual dalam
Dengan : meningkatkan Hasil. Data tes formatif
X = Nilai rata-rata untuk mengetahui peningkatan Hasil
ΣX = Jumlah semua nilai peserta didik belajar siswa setelah diterapkan model
ΣN= Jumlah peserta didik pembelajaran kontekstual.
Pada siklus I dijelaskan bahwa
2. Untuk ketuntasan belajar dengan menerapkan model
Ada dua kategori ketuntasan pembelajaran kontekstual diperoleh nilai
belajar yaitu secara perorangan dan rata-rata hasil belajar siswa adalah 63,75
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk dan ketuntasan belajar mencapai 50,00%
pelaksanaan belajar mengajar kurikulum atau ada 6 siswa dari 12 siswa sudah
2013, yaitu seorang peserta didik telah tuntas belajar. Hasil tersebut
tuntas belajar bila telah mencapai skor menunjukkan bahwa pada siklus pertama
70% atau nilai 70, dan kelas disebut secara klasikal siswa belum tuntas
tuntas belajar bila di kelas tersebut belajar, karena siswa yang memperoleh
terdapat 85% yang telah mencapai daya nilai ≥ 70 hanya sebesar 50,00% lebih
serap lebih dari sama dengan 70%. kecil dari persentase ketuntasan yang
Untuk menghitung persentase dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
ketuntasan belajar digunakan rumus disebabkan karena siswa masih merasa
sebagai berikut: baru dan belum mengerti apa yang

Vol. 2 Issue 1 Maret 2023 | 67


Suwartini

dimaksudkan dan digunakan guru menjadi lebih terbiasa dengan


dengan menerapkan model pembelajaran seperti ini sehingga siswa
pembelajaran kontekstual. lebih mudah dalam memahami materi
Pada siklus II diperoleh nilai rata- yang telah diberikan. Pada siklus III ini
rata hasil belajar siswa adalah 71,08 dan ketuntasan secara klasikal telah tercapai,
ketuntasan belajar mencapai 75,00% sehingga penelitian ini hanya sampai
atau ada 9 siswa dari 12 siswa sudah pada siklus III.
tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan
bahwa pada siklus II ini ketuntasan KESIMPULAN
belajar secara klasikal telah megalami
peningkatan sedikit lebih baik dari siklus Berdasarkan hasil penelitian

I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa tindakan kelas yang telah dilakukan,

ini karena setelah guru dapat diambil kesimpulan sebagai

menginformasikan bahwa setiap akhir berikut:

pelajaran akan selalu diadakan tes 1. Pembelajaran dengan menggunakan

sehingga pada pertemuan berikutnya model pembelajaran kontekstual

siswa lebih termotivasi untuk belajar. pada Pelajaran IPA di SD Negeri

Selain itu siswa juga sudah mulai Panca Tunggal memiliki kemampuan

mengerti apa yang dimaksudkan dan dalam meningkatkan kemampuan

diinginkan guru dengan menerapkan siswa dalam memahami Pelajaran

model pembelajaran kontekstual. IPA.

Pada siklus III diperoleh nilai rata- 2. Perbedaan yang timbul dengan

rata tes formatif sebesar 76,92 dan dari diberlakukannya teknik pembelajaran

12 siswa yang telah tuntas sebanyak 11 terletak pada keaktifan siswa dalam

siswa dan 1 siswa belum mencapai kerja kelompok dan perolehan hasil

ketuntasan belajar. Maka secara klasikal belajar siswa setelah diberlakukannya

ketuntasan belajar yang telah tercapai strategi pembelajaran.

sebesar 91,67% (termasuk kategori 3. Ketuntasan hasil belajar siswa

tuntas). Hasil pada siklus III ini meningkat setiap siklusnya dengan

mengalami peningkatan lebih baik dari hasil 50,00% pada siklus I, 75,00%

siklus II. Adanya peningkatan hasil pada siklus II dan pada siklus III

belajar pada siklus III ini dipengaruhi ketuntasan hasil belajar siswa

oleh adanya peningkatan kemampuan menjadi 91,67%.

guru dalam menerapkan model 4. Berdasarkan hasil temuan penelitian

pembelajaran kontekstual sehingga siswa dapat ditarik kesimpulan bahwa

68 | Journal of Technology and Literacy in Education


Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA......

teknik dan prosedur mengajar yang Dirjen Dikdasmen, (2001). Strategi


bervariasi efektif untuk memelihara Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti,
minat/motivasi peserta didik. Depdiknas
http://www.contextual.org.id diakses
Selanjutnya harus ada
Agustus 2021
pembimbingan khusus untuk
http://teoripembelajaran.blogspot.com
menghindari hambatan-hambatan yang
Lestari. (2002). Strategi Belajar Mengajar.
timbul dikarenakan belum adanya pada
Bandung :CV Maulana
arah kecenderungan minat siswa. Guru
Mukhlis, Abdul. (Ed). (2002). Penelitian
harus memandukan seluruh siswa belajar
Tindakan Kelas. Makalah Panitia
bersama sehingga siswa lebih antusias
Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah
untuk Guru-guru se-Kabupaten
REFERENSI
Tuban.
Arikunto, S. (1998). Dasar-dasar Evaluasi Poerwodarminto, (2002). Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Pendidikan. Jakarta: Rosda
Azzarkasyi, M., & Rizal, S. (2023). An Suryabrata, (2000). Pedoman Guru
analysis of Scientific Literacy Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Misconception Using FTT to IPA Pusat Perbukuan
Teachers in Banda Aceh. JURNAL Depdiknas
SERAMBI ILMU, 24(1), 60-74. Usman, Moh. Uzer. (2000). Menjadi Guru
Borko dan Putnam (2012). Pengantar Profesional. Bandung: Remaja
Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Rosdakarya
Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta

Vol. 2 Issue 1 Maret 2023 | 69

You might also like