4940 15378 1 SM
4940 15378 1 SM
4940 15378 1 SM
Ulin Nuha
1Institut Agama Islam Negeri Kudus, Kudus
dzulvikri99@gmail.com
Abstract : This study aims to find out the supervision carried out by the Sharia
Supervisory Board, and try to analyze the role and function of the Sharia
Supervisory Board in supervising shari'ah financial institutions, especially for
ASKOWANU Jepara. This research is descriptive qualitative research, where
data collection is carried out from various sources in the form of books,
magazines, newspapers and documents related to the supervision of sharia
financial institutions.
The results of this study illustrate that basically the supervision of sharia
financial institutions has two systems, namely supervision of aspects: (i)
financial conditions, compliance with the provisions of financial institutions
in general and prudential principles, and (ii) compliance with sharia
principles in the operational activities of institutions Islamic finance. In this
regard, the structure of supervision of sharia financial institutions is more
multilayer in nature, which would ideally consist of a system of internal
supervision carried out by Sharia Supervisory Board, which is more in-depth
and carried out so that there are mechanisms and control systems for the
interests of management and external supervision systems. by DSN which
basically to meet the interests of customers and public interests in general.
Keywords : Optimization, Sharia Supervisory Board, Sharia Micro Financial Institutions
1. LATAR BELAKANG
Lembaga keuangan mikro merupakan salah satu alat yang cukup penting untuk
mengangkat tingkat perekonomian masyarakat saat ini. Pelaksanaan dan operasional
lembaga keuangan mikro selain dilakukan dengan pola simpan pinjam juga dapat
dilakukan dengan pola bagi hasil di bawah sistem keuangan syariah. Lembaga yang
dapat menjalankan peran sebagai lembaga keuangan mikro syariah saat ini adalah
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
(Soemitra, 2017). Seiring perkembangannya, peran BMT semakin dibutuhkan
sehingga untuk mengakomodir hal itu terjadi perubahan yang pada awalnya Koperasi
Jasa Keuangan Syariah (KJKS) menjadi Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah (KSPPS).
211
MALIA, Vol. 2 No. 1
Nuha Optimalisasi Peran Dewan…
perhatian oleh semua pihak. Sebagai bagian dari organ Dewan Syariah Nasional
(DSN) di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS), DPS memiliki
tugas dan fungsi yang penting dalam mengawal kegiatan operasional KSPPS agar
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Untuk melaksanakan tugas dan wewenang
tersebut dibutuhkan standar kompetensi keilmuan syariah dan operasional yang
memadai.
212
MALIA, Vol. 2 No. 2
Optimalisasi Peran Dewan... Nuha
Selain dari itu, lahirnya lembaga pengawas seperti DPS merupakan langkah
maju dalam dunia keuangan di tanah air, terutama disaat terjadinya moral hazard
di kalangan praktisi keuangan, dimana mereka dengan seenaknya berbuat curang,
menipu dan membungakan uang, yang tidak hanya berakibat pada krisis keuangan
semata, tapi juga berakibat pada hilangnya trust masyarakat terhadap beberapa
lembaga keuangan di Indonesia. Oleh karena itu, sebagai lembaga yang bertugas
mengawasi dan memastikan praktek lembaga keuangan syari’ah sesuai dengan
prinsip-prinsip syari’ah, tentu DSN dan DPS merupakan tugas mulia dalam
pandangan masyarakat dan terlebih di hadapan Allah SWT.
213
MALIA, Vol. 2 No. 2
Nuha Optimalisasi Peran Dewan…
Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber datanya (Suryana, 2010). Data ini bersumber dari hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan subjek penelitian (Ketua beserta
Pengurus ASKOWANU Jepara).
Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (Suryana, 2010). Data ini bersumber dari buku-
buku, penelitian terdahulu, dan internet.
2.2.3 Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data melalui proses tanya jawab
yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan diajukan dari pihak yang
mewawancarai (peneliti) dan jawaban diberikan oleh pihak yang diwawancara
(responden). Peneliti juga dapat menyediakan berbagai pertanyaan yang akan
214
MALIA, Vol. 2 No. 2
Optimalisasi Peran Dewan... Nuha
diajukan dengan membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu (Fathoni, 2011: 105).
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara terhadap Dewan Pengawas
Syariah atau pihak yang bersangkutan di ASKOWANU Jepara.
2.2.4 Dokumentasi
3. Pembahasan
3.2 Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah atau dikenal dengan DPS merupakan organ dari
Dewan Syariah Nasional (DSN) di lembaga keuangan syariah. Firdaus (2007)
Dewan pengawas syariah adalah suatu badan yang bertugas mengawasi
pelaksanaan keputusan DSN di lembaga keuangan syariah. DPS diangkat dan
diberhentikan di lembaga keuangan syariah melalui RUPS setelah mendapat
rekomendasi dari DSN. Tugas utama Dewan Pengawas Syariah adalah mengawasi
kegiatan usaha lembaga keuangan syari`ah agar sesuai dengan ketentuan dan
prinsip syariah yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional. Fungsi utama
Dewan Pengawas Syariah adalah sebagai penasehat dan pemberi saran kepada
direksi, pimpinan unit usaha syariah dan pimpinan kantor cabang syari`ah
215
MALIA, Vol. 2 No. 2
Nuha Optimalisasi Peran Dewan…
mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek syariah dan sebagai mediator antara
lembaga keuangan syariah dengan Dewan Syariah Nasional dalam
mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa dari lembaga
keuangan syariah yang memerlukan kajian dan fatwa dari Dewan Syariah Nasional
(DSN-MUI, 2018). DPS ini secara organisasi bertanggungjawab kepada DSN MUI
pusat, kredibilitasnya kepada masyarakat, dan secara moral bertanggungjawab
kepada Allah Swt (Soemitra, 2017).
Dewan Pengaswas syariah adalah dewan yang dipilih oleh Koperasi yang
bersangkutan berdasarkan Keputusan Rapat Anggota, yang beranggotakan alim
ulama yang ahli dalam syariah yang menjalankan fungsi dan tugas sebagai
pengawas syariah pada koperasi yang bersangkutan dan berwenang memberikan
tanggapan atau penafsiran terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI.
Merujuk pada Peraturan Menteri Koperasi dan usaha kecil dan menengah
Nomor 16/Per/M.KUKM/IX/2015 Pasal 1 Ayat 6. Terkait dengan kewajiban
adanya DPS di masing-masing BMT Permen Nomor 16/Per/M.KUKM/IX/2015
Pasal 14 ayat 1 menyebutkan Bahwa KSPPS dan Koperasi penyelenggara usaha
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah.
Dewan Pengawas Syariah, yang selanjutnya disebut DPS seharusnya
memiliki peran dan tugas yang menjadi ujung tombak perkembangan lembaga
keuangan syariah tersebut, mengapa demikian ? karena Dewan Pengawas Syariah
mesti melihat secara teliti bagaimana bentuk-bentuk perikatan atau akad yang
dilaksanakan oleh institusi keuangan syariah. Kelegalan dalam bentuk-bentuk
pengembangan perikatan atau akad syariah sesuai dengan Hukum Islam sangat
penting bagi citra dan kredibilitas lembaga keuangan syariah di mata masyarakat.
Untuk itu peran dari Dewan Pengawas Syariah secara optimal sangatlah
dibutuhkan, baik perannya sebagai pengawas manajemen maupun administrasi
yang berhubungan dengan ke-syariah-an operasional sebuah lembaga keuangan
Islam.
Kelembagaan Dewan Pengawas Syariah itu sendiri saat ini dinilai belum
independen sebagaimana yang dicita-citakan, sebab pada dasarnya pembentukan
Dewan Pengawas Syariah adalah atas permintaan dari Rapat Anggota Tahun(RAT).
Bahwa pemegang terbesar saham pada suatu lembaga keuangan Syariah berhak
menentukan orang yang diusulkan untuk duduk di Dewan Pengawas Syariah. Hal
ini akan berakibat kepada tidak independennya Dewan Pengawas Syariah dalam
menjalankan tugas pengawasan. Akibatnya Dewan Pengawas Syariah sedikit
banyaknya terikat dalam mengeluarkan saran dan pendapat, karena ditakutkan
akan bertentangan dengan kebijakan yang diminta oleh Rapat Anggota
Tahun(RAT), akhirnya fungsi dan peran DPS hanya sebagai lipstick sekedar
memenuhi perangkat yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan.
Padahal seharusnya Dewan Pengawas Syariah, adalah dewan yang bersifat
independen sebagai perpanjangan tangan DSN dan ditempatkan pada lembaga
keuangan syariah yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
dengan fungsi yang diatur oleh DSN dan BI dan perangkat undang-undang lainnya.
216
MALIA, Vol. 2 No. 2
Optimalisasi Peran Dewan... Nuha
217
MALIA, Vol. 2 No. 2
Nuha Optimalisasi Peran Dewan…
3.3.1 Restrukturisasi
Upaya restrukturisasi DSN-MUI dalam menghadapi tugas dan tantangan
yang cukup berat memang diperlukan. Pertama DSN-MUI bertugas mengawasi dan
bermitra dengan lembaga keuangan syariah yang notabene diurus oleh praktisi-
praktisi yang profesional. Oleh karena itu, mitra kerjanyapun harus mengimbangi
secara profesional. Badan Pelaksana Harian DSN perlu dipimpin oleh seorang
executive director yang diambil dari kalangan profesional, digaji yang layak, dan
benar-benar bekerja secara full time untuk DSN-MUI dengan manajemen modern.
3.3.2 Repositioning
DSN-MUI bukan hanya sebagai institusi pembuat fatwa di bidang ekonomi
syariah, tetapi juga diharapkan sebagai lembaga riset, yang dapat memberikan
kontribusi konsep-konsep baru ekonomi syariah. Oleh karenanya, rekrutmen
terhadap pakar-pakar syariah dan praktisi yang mumpuni, mempunyai visi
218
MALIA, Vol. 2 No. 2
Optimalisasi Peran Dewan... Nuha
keumatan yang jelas menjadi sangat penting. Ulama-ulama yang faqih dan saleh
benar-benar diharapkan berperan aktif di DSN-MUI. Tidak hanya itu, DSN-MUI juga
perlu membangun integritasnya agar berwibawa di hadapan umat, bukan sebagai
corong yang dimanfaatkan atau memanfaatkan pemerintah. Tetapi sebagai
institusi yang berfungsi mengawasi dan mengembangkan ekonomi syariah. Dengan
adanya legalitas perbankan syariah yang demikian kuat, perlu kiranya
memberikan independensi kepada DSN-MUI, sehingga mampu memberikan
kontribusi dan peran serta dengan institusi-institusi lainnya seperti BI dan
Depkeu.
Kesepakatan antara MUI dan Bank Indonesia, BI menempatkan DSN-MUI
sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam hal-hal menyangkut syariah,
menempatkan posisi DSN-MUI menjadi sangat strategis dan sentral dalam hal
pengembangan ekonomi syariah di negeri ini. Dalam pengembangan lembaga
keuangan syariah, BI jauh lebih maju dibandingkan Departemen Keuangan. Salah
satunya dapat dilihat dimana BI telah menempatkan pejabat setingkat direktur
untuk menangani bank-bank syariah, sementara Departemen Keuangan sama
sekali belum ada pejabat setingkat Kasubdit yang dikhususkan untuk menangani
asuransi-asuransi syariah.
Berkaitan dengan aspek kepatuhan pada prinsip syariah, dilaksanakan
melalui implementasi standar akad dan penyusunan penilaian tingkat kesehatan
yang sesuai karakteristik bank syariah. Inisiatif ini didukung dengan memperkuat
harmonisasi fatwa DSN dengan regulasi perbankan syariah.
Menurut Adiwarman Karim dalam Briefcase Book Edukasi Profesional
Syariah,tidak mudah bertanggung jawab atas pengawasan syariah mengingat
demikian kompleksnya transaksi perbankan. Menimpakan beban berat ini hanya
kepada Dewan Pengawas Syariah bukanlah cara yang realistis. Pengawasan
syariah sepatutnya merupakan tanggung jawab bersama semua stake holders.
Selain DPS yang bertanggung jawab pada aspek syariahnya, maka untuk aspek
aspek operasional pengawasan syariah paling tidak harus dilakukan oleh audit
internal bank, direktur kepatuhan, bahkan komisaris harus ikut menjaga
kepatuhan syariah. Audit eksternal yang dilakukan oleh kantor akuntan publik juga
tidak boleh melewatkan begitu saja adanya pelanggaran atas kepatuhan syariah.
Dan tentunya Bank Indonesia bertanggung jawab sebagai pemegang otoritas
perbankan. Semua institusi ini sesuai kompetensi dan wewenangnya masing-
masing harus bahu-membahu menjalankan fungsi pengawasan syariah.
4. Penutup
219
MALIA, Vol. 2 No. 2
Nuha Optimalisasi Peran Dewan…
Inilah yang harus ditangani BI, DSN MUI dan lembaga keuangan syariah
sendiri. Oleh karena itu, Undang-Undang yang memposisikan DPS yang demikian
strategis, harus diimplementasikan dengan tepat dan cepat. Untuk itu setiap
manajemen lembaga keuangan syariah harus melakukan formalisasi peran dan
keterlibatan DPS dalam memastikan pengelolaan risiko ketidakpatuhan atas
peraturan dan prinsip Syariah.
220
MALIA, Vol. 2 No. 2
Optimalisasi Peran Dewan... Nuha
lengkap dan perlu banyak penyempurnaan. Oleh karena itu, upaya pengembangan
pengawasan perbankan syariah oleh BI akan terus dilakukan secara
berkesinambungan dengan mengembangkan dan menyempurnakan tools dan
sistem pengawasan, serta meningkatkan kompetensi dan mengembangkan etika
pengawasan.Men gingat aspek pengawasan terhadap lembaga ekonomi dan
lembaga keuangan syari’ah memiliki kekhususan, yaitu meliputi aspek keuangan
dan administrasi di satu sisi, dan aspek penerapan syari’ah di sisi yang lain. Maka
pengawasan terhadap lembaga-lembaga keuangan yang berlabelkan Syari’ah harus
lebih ketat. Maka dari itu DSN harus menjadi lembaga yang independen, memiliki
kekuatan hukum yang pasti dan tidak tergantung kepada lembaga lainnya,
sehingga peranan dan fungsinya untuk memberikan fatwa-fatwa tentang suatu
produk atau jasa keuangan syari’ah benar-benar sesuai dengan ajaran Islam.
Daftar Pustaka
Hadi, Imam Abdul. (2011). “Kedudukan dan Wewenang Lembaga Fatwa (DSN-MUI)
pada Bank Syariah.” Economic: JurnalEkonomi dan Hukum Islam, Vol. 1, No. 2.
Ismanto, Kuat. (2015). “Pengelolaan Baitul Maal pada Baitul Maal WaTamwil
(BMT) di Kota Pekalongan.” Jurnal Penelitian Vol.12, No. 1.
Soemitra, Andri. (2017). Bank & Lembaga Keuangan Syariah. EdisiKedua. Kencana:
Depok.
221
MALIA, Vol. 2 No. 2
Nuha Optimalisasi Peran Dewan…
222
MALIA, Vol. 2 No. 2