Referensi 2
Referensi 2
Referensi 2
ABSTRACT
ABSTRAK
Stres merupakansuatu respon yang tidak spesifik, dihubungkan oleh karakteristik atau proses
psikologi individu, yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi, atau
peristiwa yang menimbulkan tuntutan fisik atau psikologi pada seseorang. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mempelajari hubungan stres kerja dengan kinerja perawat diruang rawat inap melati dan
seruni di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan
menggunakan rancangan korelasional dan menggunakan teknik total sampling dengan kriteria inklusi
dan eklusipada 43 responden. Populasi penelitian ini adalah perawat rawat inap di ruang melati dan
seruni. Teknik pengumpulan data dengan wawancara pada perawat ruang melati dan seruni
menggunakan panduan kuesioner. Hasil penelitian: Dari 43 perawat di Ruang Rawat Inap Melati dan
Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, 21 orang perawat (48,8%) mengalami stres kerja ringan, 19
orang (44,2%) stres kerja sedang dan 3 orang lainnya (7%) mengalami stres kerja berat, Dari 43
orang perawat di Ruang Rawat Inap Melati dan Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, 20 orang
perawat (46,5%) kinerja perawat baik, 22 orang (51,2%) kinerja perawat cukup dan 1 orang (2,3%)
kinerja perawat kurang baik dan berdasarkan Rank Spearman didapat nilai Rho= 0,377 dengan p-
value=0,013<0,05 berarti signifikan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan
antara stres kerja dengan kinerja perawat diruang rawat inap melati dan seruni RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu
PENDAHULUAN
memberikan asuhan keperawatan yang
Profesi perawat mempunyai resiko yang berkualitas bagi pasien.
sangat tinggi terkena stres, karena perawat Hal ini terkait dengan keberadaan
memiliki tugas dan tanggung jawab yang perawat yang bertugas selama 24 jam
sangat tinggi terhadap keselamatan melayani pasien, serta jumlah perawat yang
manusia. Masalah-masalah yang sering mendominasi tenaga kesehatan di rumah
dihadapi perawat diantaranya: sakit, yaitu berkisar 40–60%. Oleh karena
meningkatnya stres kerja karena dipacu itu, rumah sakit haruslah memiliki perawat
harus selalu maksimal dalam melayani yang berkinerja baik yang akan menunjang
pasien. Orang yang terkena stres kerja kinerja rumah sakit sehingga dapat tercapai
(dengan catatan, tidak dapat kepuasan pelanggan atau pasien
menanggulanginya) cenderung tidak (Swansburg, 2000 dalam Suroso, 2011).
produktif, secara tidak sadar Stres adalah suatu respon yang tidak
malahmenunjukan kebodohannya, malas- spesifik, dihubungkan oleh karakteristik
malasan, tidak efektif dan efisien dan atau proses psikologi individu, yang
berbagai sikap yang dapat merugikan merupakan suatu konsekuensi dari setiap
organisasi. (Rahman dkk, 2017) tindakan eksternal, situasi, atau peristiwa
World Health Organization (WHO) yang menimbulkan tuntutan fisik atau
menyatakan stres merupakan epidemi yang psikologi pada seseorang (Kreitner &
menyebar ke seluruh dunia. The American Kinichi 2005). Menurut Handoko (2001)
Institute of Stress menyatakan bahwa stres adalah suatu kondisi ketegangan yang
penyakit-penyakit yang berhubungan mempengaruhi emosi, proses berfikir dan
dengan stres telah menyebabkan kerugian kondisi seseorang. Jika stres yang dialami
ekonomi Amerika serikat lebih dari $100 melibatkan juga pihak organisasi atau
miliar pertahun. Survey atas pekerja tenaga perusahaan tempat individu bekerja
perawat pelaksana di Amerika Serikat seseorang dapat dikategorikan mengalami
menemukan bahwa 46% merasakan stres kerja
pekerjaan mereka penuh dengan stres dan Kinerja menunjukkan akuntabilitas
34% berfikir serius untuk keluar dari lembaga pelayanan dalam rangka tata
pekerjaan mereka 12 bulan sebelumnya pemerintah yang baik. Menurut Handoko
karena stres ditempat kerja. (Fajrillah & (2001) kinerja adalah prestasi kerja, yaitu
Nurfitriani, 2016) proses yang dilalui dalam organisasi untuk
Stres kerja perawat di Indonesia dibagi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja
menjadi dua kategori dengan persentase karyawan. Pelaksanaan kerja perawat
stres sedang 65% dan kurang baik 70% sebagai profesi yang mengemban tanggung
(Ahsan, Suprianti, & Elnita, 2013). jawab yang besar dan menuntun kepada
Hasil penelitian yang dilakukan oleh anggotanya untuk memiliki sikap,
Sani (2014) menyebutkan bahwa 50,9% pengetahuan dan keterampilan diterapkan
perawat Indonesia yang mengalami stres pada asuhan keperawatan sesuai dengan
kerja, sering merasa pusing, lelah, kurang standar dan kode etik profesi (Subanegara,
ramah, kurang istirahat akibat beban kerja 2005)
terlalu tinggi serta penghasilan yang tidak Menurut Gibson, dkk (1997) dalam
memadai. Nasution tahun (2009), masa kerja
Perawat sebagai salah satu tenaga seseorang akan menentukan prestasi
kesehatan di rumah sakit memegang individu yang merupakan dasar prestasi dan
peranan penting dalam upaya mencapai kinerja organisasi.
tujuan pembangunan kesehatan. Semakin lama seseorang bekerja di
Keberhasilan pelayanan kesehatan suatu organisasi, maka tingkat prestasi
bergantung pada partisipasi perawat dalam individu akan semakin meningkat yang
Tabel 1. Distribusi frekuensi stress kerja perawat di Ruang Rawat Inap Melati dan Seruni
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Berdasarkan tabel 1,diketahui dari 43 mengalami stres kerja berat dan diantara
perawat di Ruang Rawat Inap Melati dan stres kerja perawat di ruang rawat inap
Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, 21 melati dan seruni tingkat stres paling tinggi
orang perawat (48,8%) mengalami stres yaitu stres kerja ringan sebanyak 21 perawat
kerja ringan, 19 orang (44,2%) stres kerja (48,8%).
sedang dan 3 orang perawat (7%)
Tabel 2 Distribusi frekuensi kinerja perawat di Ruang Rawat Inap Melati dan Seruni
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Tabel 3 Uji Normalitas Data stress kerja dan kinerja perawat di Ruang Rawat Inap Melati dan
Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Tests of Normality
Variabel Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Stres Kerja .180 43 .001 .906 43 .002
Tabel 4 Uji Korelasi Rank Spearman stres kerja dan kinerja perawat di Ruang Rawat Inap
Melati dan Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Stres Kerja Kinerja Perawat Total Rho P
Baik Cukup Kurang
Baik
Ringan 4 17 0 21
Sedang 15 3 1 19 0, 377 0, 013
Berat 1 2 0 3
Total 20 22 43 43
Berdasarkan tabel 4 uji korelasi tuntutan fisik dan atau psikologi secara
Rank spearman stres kerja dengan kinerja berlebihan terhadap seseorang. Sedangkan
perawat di atas, didapatkan bahwa Beehr dan Newman seperti dikutip oleh
terdapat 21 orang stres kerja ringan Luthans (2011) mengartikan stres kerja
dengan 4 orang dengan kinerja baik dan sebagai sebuah kondisi yang terjadi
17 orang dengan kinerja cukup, dari 19 sebagai hasil interaksi antara pegawai
orang stres kerja sedang terdapat 15 orang dengan pekerjaan mereka dan
dengan kinerja baik, 3 orang orang dikarakteristikan atau ditandai oleh
dengan kinerja cukup, dan 1 orang dengan perubahan manusia yang memaksa
kinerja kurang baik, dari 3 orang stres mereka untuk menyimpang dari fungsi
kerja berat terdapat 1 orang dengan normal mereka.
kinerja baik dan 2 orang dengan kinerja Hasil uji analisis korelasi Rank
cukup. Spearmans Rho= 0,377 dengan p-
Hasil korelasi Rank Spearman didapat value=0,013<0,05 berarti signifikan,
nilai Rho= 0,377 dengan p- maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi
value=0,013<0,05 berarti signifikan, Ada hubungan antara stres kerja dengan
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kinerja perawat diruang rawat inap melati
Ada hubungan antara stres kerja dengan dan serui RSUD D.r. M. Yunus Bengkulu.
kinerja perawat di ruang rawat inap melati Hal ini menunjukkan bahwa nilai
dan serui RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. rho=0,377 terletak dalam interval 0,20-
Karena nilai rho=0,377 terletak dalam 0,40 maka kategori hubungan adalah
interval 0,20 - 0,40 maka kategori lemah, sedangkan 1- 0, 377= 0,623
hubungan adalah lemah, sedangkan 1- 0, disebabkan oleh faktor lain.
377= 0,623 disebabkan oleh faktor lain. Hasil penelitian sejalan dengan
penelitian terdahulu menurut Perwitasari
PEMBAHASAN (2016) penelitian ini sejalan dengan
Analisis menggunakan uji Rank penelitian Wollah, Rompas, dan Kallo
Spearman menunjukkan ada hubungan (2017), hasil penelitian menunjukkan ada
stress kerja dengan kinerja perawat di hubungan signifikan antara stres kerja
ruang Melati dan Seruni di RSUD DR. M. dengan kinerja pada perawat di instalasi
Yunus Bengkulu. gawat darurat dan intensive care unit RSU
Menurut Haryuni (2013), mengatakan pancaran kasih GMIM Manado, sejalan
stres kerja sebagai sebuah respon terhadap dengan penelitian Fajrilah dan Nurfiriani,
hilangnya kendali terhadap kinerja kita. hasil peneitian menunjukkan adanya
Menurut Ivancevich dan Matteson, hubungan yang signifikan antara stress
dikutip Luthans (2011), mengatakan kerja dan kinerja perawat pelaksana dalam
bahwa stres kerja didefinisikan sebagai melaksanakan pelayanan kesehatan, saran
sebuah respon adaptif (tanggapan untuk tenaga perawat agar lebih
penyesuaian) dimediasi oleh perbedaan mengantisipasi atau menyelesaikan stres
individu dan atau proses psikologi, yang dialami dengan mekanisme koping
sebagai akibat dari aksi lingkungan, yang adaptif sehingga tidak berpengaruh
situasi atau peristiwa yang menyebabkan negative pada pelayanan keperawatan