Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Trigonometri
Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Trigonometri
Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Trigonometri
Abstract :The study discusses the effect of applying problem-based learning model
(PBL) on students’ learning outcomes at class X TAV I of State Vocational School
(SMKN) 3 Surabaya. The objectives of this study are to find out: (1) mathematics
learning outcomes at class X TAV I of State Vocational School (SMKN) 3 Surabaya
before the application of PBL model 2) learning outcomes of students taught with PBL
model, and 3) the effect of applying PBL model on learning outcomes at class X TAV I
of State Vocational School (SMKN) 3 Surabaya. This study uses pre-experimental
design in the form of one group pretest-posttest design. The population in this study are
all students at class X TAV I of State Vocational School (SMKN) 3 Surabaya,
consisting of 33 students. The sampling technique is a saturated sample technique. The
instruments in this study are Pre-test and Post-test results. Data analysis technique uses
descriptive statistics. The results show that the average value of the participants before
being taught with PBL model is 51.94 and the average value after being taught with
PBL model up to 52.88. The result of descriptive statistical analysis is r count
0.753771922 > r table 0.632. Meanwhile, the results of statistical calculation analysis is
0.05 (0.632 <0.753771922) with credibility level up to 95%. It means that there is an
effect of PBL model on students’ learning outcomes because H 0is rejected and Ha is
accepted.
Keywords:Problem based learning (PBL) model, Mathematics Learning Outcomes.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan rajanya ilmu, matematika salah satu mata pelajaran yang
dipelajari di sekolah baik di jenjang dasar maupun menengah. Matematika merupakan
ilmu yang sangat penting untuk dikuasai agar bisa lebih mudah memahami ilmu lainnya.
Belajar matematika sangatlah diperlukan terutama dalam melatih ketrampilan berpikir
seseorang secara logis dan struktural. Hal ini selaras dengan pernyataan Turmudi (2008)
bahwa matematika sangat dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa mampu
menerapkan kedalam dunia kehidupannya. Selain itu, mempelajari matematika dapat
membiasakan siswa berpikir kritis, logis, terstruktur dan kreatif. Matematika juga
memiliki keterkaitan dengan ilmu lainnya. Menurut James & James (Tim MKPBM,
2001: 18) bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai, susunan, bentuk,
besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah
banyak, yang terbagi menjadi tiga bidang yaitu aljabar, logika, dan geometri.
Deskripsi di atas menjelaskan pentingnya belajar matematika, namun hal ini
bertentangan dengan hasil rata-rata UN matematika SMK pada tahun 2016/2017 menurun
dibandingkan dengan tahun 2015/2016 dari angka 39,59 ke 35,33 (KEMENDIKBUD).
Data di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa di indonesia dalam menyelesaikan
131
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.5, No.2, hal 131-140 September 2018 http://jurnal.uns.ac.id/jpm
soal matematika masih lemah. Salah satu penyebab kelemahan siswa dalam
menyelesaikan soal adalah kurangnya kemampuan berpikir tentang permasalahan yang
ada terhadap soal yang telah diberikan.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa dapat disebabkan karena berbagai hal,
salah satunya adalah kurangnya kemampuan berpikir terhadap permasalahan yang ada
pada proses pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, setelah peneliti melakukan
observasi pendahuluan di SMK Negeri 1 Surabaya, situasi yang terjadi selama proses
pembelajaran antara lain: 1) guru masih dominan dalam pembelajaran, 2) keinginan dan
kesadaran siswa untuk belajar masih rendah, 3) konsentrasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran rendah, 4) partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum
nampak terutama dalam mengerjakan soal-soal latihan, siswa jarang mengajukan
pertanyaan walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal yang kurang
paham, serta siswa kurang berani untuk mengerjakan soal di depan kelas.
Berdasarkan hasil observasi di atas dan informasi dari lapangan, diperoleh
gambaran permasalahan dalam proses pembelajaran matematika, antara lain: 1) Siswa
belum menguasai materi yang diajarkan, hal ini disebabkan karena penggunaan model
yang kurang tepat sehingga siswa merasa bosan ketika mengikuti pembelajaran serta
karena kemampuan siswa yang beragam dalam menguasai materi. 2) Siswa kurang
mampu mengkomunikasikan gagasan atau tanggapan dari materi yang telah dipelajari.
Sebagai fasilitator hendaknya guru mampu membimbing siswa untuk menuangkan idenya
dan mengaplikasikan dalam penyelesaian soal. 3) Materi matematika yang abstrak, dalam
penyampaian materi guru jarang menggunakan media atau alat peraga yang sesuai.
Sehingga siswa kurang terlibat penuh dalam proses pembelajaran, baik secara fisik
(melakukan latihan, menjawab pertanyaan, mengerjakan soal) maupun mental
(memikirkan jawaban, merenungkan, membayangkan).
Beberapa permasalahan diatas akan mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa
dalam proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika. Padahal hasil
belajar merupakan kondisi akhir yang didasarkan dari penguasaan materi belajar. Tanpa
adanya penguasaan materi proses belajar mengajar tidak akan terjadi. Penguasaan materi
merupakan faktor utama yang menentukan hasil belajar siswa. Keberhasilan kegiatan
pembelajaran, khususnya di sekolah akan tercapai apabila terjadi keterpaduan antara
kegiatan guru dengan kegiatan siswa melalui komunikasi timbal balik antara guru dan
siswa. Oleh karena itu guru diharapkan mampu mengatur, mengarahkan dan menciptakan
suasana yang mampu memotivasi siswa untuk belajar. Sebab guru merupakan kunci
dalam peningkatan mutu pendidikan. Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan
132
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.5, No.2, hal 131-140 September 2018 http://jurnal.uns.ac.id/jpm
inovatif dari siswa bukanlah hal yang mudah. Guru harus pandai-pandai memilih model
pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat dengan mudah memahami dan menguasai
materi yang disampaikan dengan mudah. Salah satunya guru dapat menerapkan model
problem based learning. Model problem based learning merupakan model mengajar yang
berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir alamiah.
Model ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan
kreativitas siswa dalam pemecahan masalah. Tujuan dari model ini adalah untuk melatih
kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah
secara alamiah. Model problem based learning menempatkan siswa sebagai subyek
belajar. Peranan guru dalam model ini adalah sebagai pembimbing belajar dan fasilitator
belajar. Dengan model ini siswa akan belajar menganalis dan mencoba memecahkan
masalah yang dihadapi sendiri melalui bimbingan-bimbingan dari guru atau dengan
lembar kerja. Selain itu konsep yang mereka dapatkan akan lebih tahan lama tersimpan
didalam ingatan mereka, sebab proses penemuan konsep akan memberikan kesan yang
mendalam bagi siswa.
Problem based learning biasanya dilakukan dengan bahan yang pembelajarannya
dapat dikembangkan. Dalam memberikan bimbingan kepada siswa untuk menemukan
konsep atau terutama prinsip (rumus dan sifat) guru dapat menggunakan media Lembar
Kerja Siswa (LKS), karena didalam LKS memuat hal-hal yang perlu diketahui siswa dan
pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. Melalui
pengoptimalan LKS siswa diharapkan benar-benar aktif dan mandiri sehingga dapat
menyerap dan mengingat lebih lama terhadap apa yang dipelajarinya. Bertolak dari uraian
diatas tentang permasalahan pembelajaran matematika, penulis menyimpulkan bahwa
penerapan model problem based learning dengan mengoptimalkan penggunaan LKS
merupakan salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah problem based learning
memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa dalampembelajaran trigonometri ?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh problem based
learning terhadap hasil belajar matematikasiswa.
Manfaat Teoritis dalam penelitian ini adalah: 1) Sebagai bahan referensi yang
dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh kemampuan hipotesis
siswa pada materi trigonometri terhadap hasil belajar siswa, 2) Sebagai bahan penelitian
yang relevan untuk digunakan di masamendatang.
133
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.5, No.2, hal 131-140 September 2018 http://jurnal.uns.ac.id/jpm
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan model eksperimen.
Penelitian ini berdesain “One Group Pre-test-Post test” yaitu dengan desain terdapat
suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya
kemudian membandingkan keadaan sebelum dengan sesudah diberi perlakuan.
Menurut Sugiyono (2010), Pengujian hipotesis deskriptif (satu sampel) pada
dasarnya merupakan proses pengujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan
pada satu sampel. Kesimpulan yang dihasilkan adalah apakah hipotesis yang diuji
dapat digeneralisasikan. Dalam penelitian ini variabelnya bersifat mandiri, oleh
karena itu hipotesis penelitian tidak terbentuk perbandingan ataupun hubungan antar
dua variabel atau lebih. Adapun pola desain penelitian ini sebagai berikut :
Keterangan :
O1 = Pelaksanaan Pre-test
X = Treatment yang akan diberikan
O2 = Pelaksanaan Post test
B. Subjek Penelitian
Penelitianinidilaksanakan di SMKN 3 Surabaya lokasi ini dipilih berdasarkan
kurikulum yang telah ditetapkan, materitrigonometri diajarkan pada peserta didik
kelas X semester genap. Oleh karenaitu penelitian dilaksanakan pada waktu semester
genap.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian akan diambil
kesimpulan.
134
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.5, No.2, hal 131-140 September 2018 http://jurnal.uns.ac.id/jpm
1. Variabel bebas
Variabel bebas ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau variabel yang
menjadi sebab perubahan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah problem-
based learning siswa dalam materi trigonometri.
2. Variabel terikat
Variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar
siswa pada materi trigonometri.
3. Variabel kontrol
Variabel ini merupakan variabel yang menyebabkan hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat tetap konstan. Variabel kontrol dalam penelitian ini
adalah jenjang SMK, dan kemampuan siswa yang heterogen.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Pre-test
Pre-test merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengukurkemampuan
siswa.Terdapat 5 soal uraian materi trigonometri yang akan digunakan sebagai
tolak ukur hasil belajar siswa.
2. Post test
Post-test merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa.Terdapat 5 soal uraian materi trigonometri yang akan digunakan sebagai
tolak ukur hasil belajar siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Soal pre-test
Bentuk soal pre tes berupa uraian dengan jumlah 5 soal materi trigonometri soal tes
ini digunakan untuk mengukur capaian hasil belajar siswa sebelum perlakuan.
2. Soal post test
Bentuk soal post tes berupa uraian dengan jumlah 5 soal materi trigonometri soal
tes ini digunakan untuk mengukur capaian hasil belajar siswa sesudah perlakuan.
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan bantuan microsoft excel.
Teknikanalisis data yang digunakan adalah reabilitas tes yang menyatakan konsistensi
135
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.5, No.2, hal 131-140 September 2018 http://jurnal.uns.ac.id/jpm
suatu tes dalam memberikan hasil walaupun tes tersebut diujikan berkali-kali. Untuk
menentukan koefisien realibilitas tes digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 : Korelasi antara variabel x dan variabel y
𝑛 : Banyaknya siswa
𝑥 : Skor butir soal
𝑦 : Skor total
Kemudian akan diperoleh data yang disesuaikan dengan kriteria pada tabel.
Tabel 1. Kriteria Koefisien Kolerasi
Koefisien Kolerasi Kriteria
0,00 ≤ 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,20 Hampir tidak ada korelasi
0,20 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,40 Rendah
0,40 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,60 Cukup
0,60 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,80 Tinggi
0,80 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
136
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.5, No.2, hal 131-140 September 2018 http://jurnal.uns.ac.id/jpm
137
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.5, No.2, hal 131-140 September 2018 http://jurnal.uns.ac.id/jpm
Dari jumlah siswa yang dianalisis 33 siswa, selanjutnya dari data diatas akan
dicari seberapa kuat hubungan kedua variabel tersebut agar dapat diketahui ada tidaknya
hubungan atau pengaruh antara pre-test sebelum tindakan dan post test sesudah tindakan
sehingga diperlukan uji hipotesis untuk mengtahui hal tersebut.
𝑛(∑ 𝑥𝑦 )−(∑ 𝑥).(∑ 𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
[𝑛(∑ 𝑥 2 )−(∑ 𝑥)2 ][𝑛(∑ 𝑦 2 )−(∑ 𝑦 2 )
15700
=0,753771922
20828 ,58161
138
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.5, No.2, hal 131-140 September 2018 http://jurnal.uns.ac.id/jpm
DAFTAR PUSTAKA
Juliant, A. (2017). Pengaruh Penggunaan Teks Berwarna Terhadap Hasil Belajar Siswa
Ditinjau Dari Gaya Belajar. Skripsi Sekolah Tinggi Keguruan Dan
IlmuPendidikanAl Hikmah.5(2), 30-50.
Hendriana, H., Rohaeti,E.E., Sumarmo, U. (2017).Hard Skills dan Soft Skills Matematika
Siswa. Bandung: PT Refika Aditama.
139
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.5, No.2, hal 131-140 September 2018 http://jurnal.uns.ac.id/jpm
Duwi, P. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan
SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta:Gaya Media.
140