3572 10898 1 PB
3572 10898 1 PB
3572 10898 1 PB
The gambling phenomenon has been happening for a long time. Development of Keywords:
science and technology causes new ways to commit crimes. One of the crimes Gambling; Law; Society
that occur is online gambling. This can happen due to facilities and media that
make it easier for people to access sites and applications that have elements of Cite this paper:
gambling. To eradicate this action, a provision that strictly prohibits the act with Kuasa, D. A., & Jaya, F.
consequences for the violators is needed. The online gambling act not only (2022, Desember).
violates Indonesia's laws, but it also violates the values and norms embraced by Fenomena Judi Online:
the community. Although it has been prohibited by Indonesian law, online Hukum & Masyarakat.
gambling cases are still widely found in the community. To find out why, the Widya Yuridika: Jurnal
sociology of law is needed to find out the relationship between law and society. Hukum, 5(2).
Viewed from the sociology of law’s point of view, especially the effectiveness of Scope Article
the law according to Soerjono Soekanto, the law on conventional and online Law and Society
gambling are still not fully effective. This is because there are still inconsistencies
between applicable laws and social values, lack of legal certainty, lack of
supporting facilities for law enforcement, lack of awareness and knowledge of
the law, and lack of community participation in law enforcement actions. The
research method is non-doctrinal or empirical legal research method which is
carried out with statute approach and sociological approach. This research aims
to determine the sociology of law’s perspective on online gambling that occurs
in society.
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia bersifat dinamis, yang berarti kehidupan manusia akan selalu
berkembang dan berubah. Pernyataan tersebut telah disepakati oleh ilmuwan dan ahli
sosiologi di seluruh dunia. Para ahli dan ilmuwan tersebut menyebutkan fenomena ini
sebagai perubahan sosial (social change). Menurut pendapat More, perubahan sosial dapat
diartikan sebagai perubahan signifikan yang terjadi terhadap struktur sosial, pola perilaku,
dan sistem interaksi sosial.1 Seorang sosiolog bernama Kingsley Davis juga memberi
pendapatnya mengenai pengertian perubahan sosial. Menurut beliau, perubahan sosial
merupakan segala perubahan yang terjadi pada struktur sosial dan fungsi masyarakat.
1
Tejokusumo, B. (2014). Dinamika Masyarakat Sebagai Sumber Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Geo Edukasi, 3(1).,
hlm. 38.
345
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
Sosiolog lain bernama William F Ogburn tidak secara jelas mendefinisikan perubahan sosial
tetapi beliau memaparkan ruang lingkup dari perubahan sosial. Ruang lingkup tersebut
meliputi unsur budaya baik secara material maupun immaterial. Menurut Robert Morrison
MacIver, perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada hubungan sosial atau
keseimbangan dalam hubungan sosial. Menurut Gillin dan Gillin, pereubahan sosial
merupakan segala perubahan dalam cara hidup yang dapat diterima oleh masyarakat.
Menurut Samuel Koenig perubahan sosial merupakan perubahan dalam pola hidup
manusia.2 Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa perubahan sosial
merupakan setiap perubahan terhadap struktur sosial dan pola hidup yang terjadi serta
diterima di masyarakat.
Pada era globalisasi ini, perubahan sosial yang paling signifikan dirasakan oleh
masyarakat adalah munculnya teknologi. Era globalisasi ini dimulai sejak abad ke 18 dengan
ditemukannya mesin uap dan terus berkembang hingga saat ini. Era globalisasi saat ini
dikenal dengan nama revolusi industri 4.0 yang dimana interaksi sosial dahulu yang terbatas
dipermudah dengan adanya internet, artificial intelligence (AI), dan digitalisasi alat
komunikasi manusia.3 Kemajuan ini tidak hanya terjadi di bidang komunikasi tetapi juga
terjadi pada berbagai bidang lainnya seperti bidang informasi, hiburan, ekonomi, hukum,
politik, dan lainnya. Semakin canggihnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), semakin banyak juga kegiatan manusia yang dipermudah, dimana internet lah yang
menjadi media yang dominan dimanfaatkan oleh manusia. Berkembangnya teknologi
informasi juga telah menyediakan berbagai jasa yang bergerak secara online tanpa perlu
adanya interaksi secara langsung antar manusia.4 Adanya kemudahan ini juga
mengakibatkan timbulnya berbagai tindak pidana baru.
Salah satu tindak pidana yang dimaksud adalah tindak pidana perjudian online. Dengan
adanya berbagai internet dan berbagai platform online, masyarakat menjadi lebih mudah
untuk mengakses situs-situs maupun aplikasi-aplikasi yang menawarkan dan menjadi
tempat perjudian. Perjudian yang dilakukan dengan media online ini dikenal dengan
perjudian online. Melihat maraknya fenomena perjudian online ini, dapat dikatakan bahwa
fenomena tersebut tidak hanya menjadi masalah sosial di masyarakat tetapi juga menjadi
masalah hukum yang perlu diberantas.
Fenomena perjudian online ini sudah tidak asing didengar oleh masyarakat. Pada bulan
Oktober tahun 2021 yang lalu ditemui kasus perjudian online yang mengakibatkan 10
(sepuluh) pelaku judi online tersebut ditangkap oleh petugas keamanan.5 Menurut data dari
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI) pada bulan
November 2021 yang lalu terdapat sebanyak 9.972 kasus perjudian yang diadukan dari total
2
Siregar, I. (2022). The Relationship between Conflict and Social Change in the Perspective of Expert Theory: A Literature
Review. International Journal of Arts and Humanities Studies, 2(1), 09-16, hlm. 11.
3
Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan Sosial. IPTEK Journal of Proceedings
Series, (5), 22-27, hlm. 22.
4
Manalu, H. S. (2019). Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online. Journal of Education,
Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 2(2), 428-539, hlm. 429-430.
5
Laleng, R.L. 2021. Judi Online Terbesar Dikendalikan Dari Batam, Berkantor di Perumahan Elite Untuk Kelabui Polisi.
Diambil 21 Januari 2022, Dari https://batam.tribunnews.com/2021/10/26/judi-online-terbesar-dikendalikan-dari-
batam-berkantor-diperumahan-elite-untuk-kelabui-polisi?page=3
346
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
12.542 kasus yang melanggar hukum Indonesia.6 Data statistik kriminal tahun 2021 dari
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjuk bahwa pada tahun 2018 kasus perjudian yang terjadi
di Kepulauan Riau terdapat sebesar 11,54% atau sebesar 48 kasus. Dari data tersebut, angka
kasus perjudian di Kepulauan Riau terus meningkat dimana pada tahun 2014 terdapat 38
kasus dan pada 2011 terdapat 21 kasus.7
Semakin meningkatnya kasus perjudian online, semakin besar juga dampak yang
dirasakan oleh masyarakat. Dampak-dampak dari perjudian online berupa meningkatnya
kegiatan kriminalitas lain yang dapat merugikan masyarakat. Tindakan perjudian online
tidak hanya dapat mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat, tetapi juga dapat
melunturkan moral masyarakat, terutama terhadap generasi-generasi yang lebih muda.
Terjadinya perjudian online ini dapat disebabkan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian selanjutnya. Melihat bahwa walau tindak pidana
perjudian online telah diatur dalam peraturan perundang-undangan Indonesia tetapi
fenomena ini masih banyak terjadi, penulis pun beranggapan bahwa penerapan dari
peraturan perundang-undangan mengenai perjudian online ini belum sempurna. Salah satu
bentuk ketidaksempurnaan ini terlihat pada adanya Ketidaksempurnaan ini tentu tidak
hanya disebabkan oleh penegak hukum tetapi masyarakat umum juga menjadi faktor
penting untuk memastikan bahwa sebuah hukum berjalan sebagaimana dikehendaki oleh
para pembuatnya. Tindakan yang dapat membantu memberantas tindakan perjudian online
seperti melapor ketika melihat adanya tindakan perjudian baik secara online maupun offline
tidak banyak dilakukan oleh masyarakat. Dari hal ini terlihat bahwa partisipasi masyarakat
dalam penegakan hukum perjudian masih kurang.
Penelitian mengenai perjudian online telah pernah dilakukan oleh Achmad Zurohman,
Tri Marhaeni Pudji Astuti, dan Tjaturahono Budi Sanjoto yang mengkaji tentang dampak
perjudian online terhadap remaja. Selanjutnya juga terdapat penelitian oleh Frontya Moren
Westy yang berfokus pada pelaksanaan penyidikan tindakan perjudian online. Kemudian,
terdapat penelitian yang dilakukan oleh Rina Susanti yang mengkaji perjudian online Live
Ding Dong di masyarakat pedesaan, serta ada penelitian yang dilakukan oleh Nasruddin
Khalil Harahap yang mengkaji dampak dari permainan Higgs Domino Island di masyarakat.
Berbeda dengan penelitian terdahulu, fokus penelitian ini terdapat pada fenomena
perjudian yang dilakukan secara online yang akan dikaji dari teori-teori dan doktrin-doktrin
sosiologi hukum untuk mengetahui hubungan fenomena perjudian online terhadap hukum
yang berlaku dan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan mengambil dan membahas mengenai
2 (dua) rumusan masalah. Rumusan masalah pertama adalah apa hubungan antara hukum
dengan masyarakat? Bagian ini pada umumnya akan membahas mengenai keberadaan
hukum dalam kehidupan masyarakat. Rumusan masalah kedua adalah bagaimana perspektif
ilmu sosiologi hukum terhadap hukum perjudian online di Indonesia yang akan menjabarkan
aspek-aspek ketentuan perjudian online yang akan ditinjau dari sudut pandang sosiologi
hukum. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perspektif ilmu
sosiologi hukum terhadap tindakan perjudian online yang terjadi di masyarakat. Penelitian
ini diharapkan dapat menambah pemahaman para pembaca mengenai topik pembahasan
6
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 2021. Statistik Bulan November 2021. Diambil 21 Januari
2022, Dari https://www.kominfo.go.id/statistik
7
Badan Pusat Statistik. 2021. Statistik Kriminal 2021. Diambil 21 Januari 2022, Dari
https://www.bps.go.id/publication/2021/12/15/8d1bc84d2055e99feed39986/statistik-kriminal-2021.html
347
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
yang diambil oleh penulis khususnya mengenai fenomena perjudian online yang ditinjau dari
sudut pandang ilmu sosiologi hukum.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian bentuk non-doktrinal. Bentuk
penelitian non-doktrinal juga dapat dikatakan sebagai metode penelitian empiris. yang
memiliki karakteristik penelitian lapangan.8 Penelitian ini lebih spesifik dilakukan dengan
metode yuridis empiris (empirical legal research) yang dilakukan untuk menguraikan dan
mengkaji suatu fenomena di masyarakat yang dikaitkan dengan ketentuan hukum yang
berlaku.9 Pendekatan dari penelitian ini berupa pendekatan terhadap peraturan perundang-
undangan (statute approach) dan pendekatan sosiologis (sociological approach). Data-data
yang diperoleh dari penelitian berupa data primer dan sekunder. Data primer bersumber
dari tindakan pengamatan dan wawancara untuk mencari tahu pendapat masyarakat
mengenai hukum perjudian online yang berlaku, khususnya pendapat masyarakat kota
Batam. Data-data sekunder diambil dari sumber kepustakaan berupa jurnal ilmiah, hasil
penelitian, buku-buku, artikel, dan publikasi lainnya yang tersedia dan selaras dengan topik
pembahasan penelitian. Data-data primer dan sekunder yang terkumpul kemudian akan
dianalisis dan dijabarkan pada pembahasan serta akan ditarik kesimpulan dari penjabaran
tersebut.
Ungkapan bahasa Latin yang sering kita dengar mengenai hukum dan masyarakat
adalah Ubi Societas Ibi Ius. Ungkapan ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang
negarawan dengan nama Marcus Tullius Cicero. Dalam bahasa Inggris ungkapan tersebut
berbunyi “wherever there is community, there is law.” Dalam bahasa Indonesia ungkapan
tersebut dapat diartikan sebagai dimana adanya suatu masyarakat, disitu terdapat hukum.10
Menurut Aristoteles, seorang filsuf dari Yunani menyatakan bahwa manusia merupakan
zoon politicon.11 Beliau menjelaskan bahwa istilah zoon politicon memiliki arti manusia
sebagai makhluk hidup merupakan makhluk sosial. Hal ini menggambarkan kehidupan
manusia yang tidak dapat hidup tanpa berinteraksi dengan manusia lainnya. Proses
interaksi antar manusia dapat menimbulkan perselisihan ataupun perbedaan kepentingan.
oleh karena itu, dibutuhkan suatu alat untuk menjaga kesejahteraan dan integrasi sosial di
masyarakat. Alat yang dimaksud adalah hukum atau norma.
Hukum dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang dibentuk oleh manusia untuk
menjaga ketertiban dalam sebuah masyarakat. Selain sebagai alat untuk mewujudkan
ketertiban, hukum juga berfungsi sebagai alat untuk mewujudkan keadilan, penggerak
pembangunan di masyarakat, dan sebagai alat penentu pembagian wewenang penegak
8
Nurhayati, Y., Ifrani, I., & Said, M. Y. (2021). Metodologi Normatif Dan Empiris Dalam Perspektif Ilmu Hukum. Jurnal
Penegakan Hukum Indonesia, 2(1), 1-20., hlm. 8.
9
Benuf, K., & Azhar, M. (2020). Metodologi Penelitian Hukum sebagai Instrumen Mengurai Permasalahan Hukum
Kontemporer. Gema Keadilan, 7(1), 20-33., hlm. 27.
10
Roslan, R., Handayani, I. G. A. K. R., & Karjoko, L. (2021, October). Legal Relationship and Social Changes and Their Impact
on Legal Development. In International Conference on Environmental and Energy Policy (ICEEP 2021) (pp. 278-280). Atlantis
Press., hlm. 278
11
Putra, M. F. (2022). Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak dalam Perwakilan Sukarela
(Zaakwaarneming) yang Menyebabkan Kerugian. Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 27(21), 3104-3115., hlm. 3105.
348
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
Asal dari keberadaan suatu hukum di masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Salah satu faktor yang dapat dikatakan dominan berpengaruh terhadap terbentuknya
hukum adalah kebiasaan masyarakat. Kebiasaan merupakan norma-norma yang tidak diatur
oleh pemerintah atau dapat dikatakan sebagai hukum tidak tertulis. Walau bukan
merupakan hukum tertulis, norma kebiasaan biasanya tetap ditaati oleh masyarakat. Hal ini
dikarenakan kebiasaan yang ada di masyarakat baik berasal dari keyakinan maupun moral
dari penduduk di masyarakat tersebut. Untuk mengatakan bahwa kebiasaan dapat memicu
pembentukan hukum dan memiliki kekuatan di masyarakat perlu adanya syarat-syarat yang
perlu dipenuhi terlebih dahulu. Syarat pertama adalah perlu adanya suatu perbuatan yang
dilakukan secara berulang kali yang dapat diterima dan diikuti oleh para penduduk di suatu
masyarakat. Syarat kedua adalah perlu adanya keyakinan dan kepercayaan dari penduduk
suatu masyarakat bahwa hukum yang terbentuk dari kebiasaan tersebut memiliki tujuan
yang positif dan memberikan kepastian terhadap pelaksanaan serta penegakannya.14
12
Pratiwi, I. A. W. K., Dharma, I. B. W., & Pitriyantini, P. E. (2020). Kajian Sosiologi Hukum Dalam Kehidupan
Kemasyarakatan. Majalah Ilmiah Universitas Tabanan, 17(2), 117-121., hlm. 118.
13
Zainal, M. (2019). Pengantar Sosiologi Hukum. Yogyakarta: Deepublish., hlm. 7.
14
Pratiwi, I. A. W. K., Dharma, I. B. W., & Pitriyantini, P. E. Op Cit., hlm. 119.
15
Sumadi, A. F. (2016). Hukum dan Keadilan Sosial dalam Perspektif Hukum Ketatanegaraan. Jurnal Konstitusi, 12(4), 849-
871., hlm. 860.
16
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. 2016. Diambil 21 Januari 2022, Dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/adil
17
Takdir, M. (2018). Transformasi Kesetaraan Buruh: Studi Kritis Teori Keadilan John Rawls. Jurnal Sosiologi Reflektif,
12(2), 327-352., hlm. 341.
349
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
yang dikembangkan beliau berlandaskan perjanjian sosial atau kerja sama antar penduduk
yang dibentuk melalui sebuah kesepakatan.18 Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan
bahwa keadilan maupun ketidakadilan bukan hal yang secara alami terjadi melainkan
berasal dari hasil interaksi dan perbuatan antar manusia dan dapat diubah juga melalui
perbuatan antar manusia. Hanya dengan adanya perubahan dari tingkah laku manusia maka
keadilan sosial dapat diwujudkan.
Pada dasarnya hukum yang dibentuk dan diterapkan di masyarakat perlu memenuhi
3 (tiga) asas. Asas-asas ini dikemukakan oleh Gustav Radbruch. Beliau mengemukakan hal
tersebut dalam teorinya yang bernama teori cita hukum atau dikenal dengan nama
rechtsidee theory.19 Pada teori tersebut, beliau menjelaskan bahwa diperlukan 3 (tiga) unsur
cita hukum yang seimbang. Ketiga unsur tersebut adalah kepastian hukum
18
Waruwu, H., & Pranoto, M. M. (2020). Kolaborasi Teori Keadilan John Rawls Dan Diakonia Transformatif Josef Purnama
Widyatmadja Untuk Komunitas Yang Memperjuangkan Keadilan. Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan
Agama Kristen dan Musik Gereja, 4(1), 1-24., hlm. 2-3.
19
Nuryawan, I. D. G. O., & Sadnyini, I. A. (2020). Rekonstruksi Perjanjian Kerja Bersama dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Jurnal Analisis Hukum. Jurnal Analisis Hukum., hlm. 260.
350
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa sebenarnya hukum dan masyarakat akan
selalu saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Hukum hanya akan terbentuk apabila
terdapat suatu tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat baik itu ketertiban, keadilan,
ataupun keseimbangan. Hanya dengan adanya hukum, tujuan tersebut dapat direalisasikan.
Hal ini dikarenakan hukum memiliki sifat mengatur dan memaksa terhadap masyarakat
untuk mengubah tingkah laku masyarakat sebagaimana yang diinginkan sesuai dengan
tujuan. Keberadaan hukum di masyarakat saja tidak cukup untuk memastikan bahwa tujuan
yang inginkan dapat tercapai. Sehingga dibutuhkan bantuan masyarakat untuk memastikan
bahwa hukum berjalan sebagaimana mestinya melalui tindakan-tindakan penaatan dan
penegakan hukum. Menurut Satjipto Rahardjo, hukum setara dengan nilai-nilai di suatu
masyarakat. Apabila terdapat nilai-nilai yang padu dan jelas maka pengaturannya dalam
hukum juga akan menjadi lebih mudah. Menurut Roscoe Pound, hukum yang baik tidak
hanya berisi pengaturan yang memberikan keadilan tetapi juga perlu mempertimbangkan
aspek sosiologi dan kepentingan masyarakat.22
Hukum berfungsi di masyarakat tidak hanya bila terdapat sengketa. Pada dasarnya
hukum telah berfungsi sebelum adanya sengketa yang dalam hal ini hukum bersifat
preventif. apabila terjadi sebuah persengketaan maka hukum akan berfungsi untuk
menyelesaikan sengketa tersebut dan dalam hal ini hukum berfungsi secara represif.
Menurut Achmad Ali terdapat 5 (lima) fungsi dari suatu hukum di masyarakat. Pertama
adalah alat kontrol sosial atau pengendalian sosial. Hal ini berarti hukum dibentuk dengan
tujuan mengatur dan menerapkan batasan terhadap tingkah laku masyarakat serta
menjatuhkan akibat atas penyimpangan yang dilakukan. Batasan yang dimaksudkan adalah
perilaku apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan masyarakat dan akibat yang
dimaksud adalah sanksi yang dijatuhkan kepada para pelanggar hukum. 23 Roscoe Pound
juga berpendapat sedemikian dengan menambahkan bahwa hukum dapat menjadi sarana
perubahan sosial di masyarakat. Untuk memastikan bahwa fungsi ini berjalan secara efektif,
hukum yang dibuat harus jelas dan pelaksanaannya didukung oleh masyarakat sebagai
pelaksana hukum dan aparat negara sebagai penegaknya.24
20
Agustha, J. (2017). Inkonsistensi Pengaturan Modal Dasar dalam Pendirian Perseroan Terbatas terhadap Tujuan
Kepastian Hukum (Doctoral dissertation, UAJY)., hlm. 12.
21
Harahap, N. K. (2021). Dampak Higgs Domino Island dalam Masyarakat (Kajian Dengan Perspektif Sosiologi Hukum).
Tazkir: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman, 7(2), 257-276., hlm. 272.
22
Mushafi, M., & Marzuki, I. (2018). Persinggungan Hukum dengan Masyarakat dalam Kajian Sosiologi Hukum. Jurnal
Cakrawala Hukum, 9(1), 50-58., hlm. 53.
23
Haryanti, T. (2014). Hukum dan Masyarakat. Jurnal: tahkim., hlm. 162.
24
Mushafi, M., & Marzuki, I. Op. Cit., hlm. 56.
351
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
Fungsi kedua adalah sebagai alat rekayasa sosial. Fungsi ini berarti hukum dibentuk
untuk mengatur perubahan di masyarakat secara terencana. Perubahan yang ingin
dilakukan tentu harus sesuai dengan tujuan kehidupan bermasyarakat. Perubahan ini perlu
dilakukan sebagaimana telah disinggung sebelumnya mengenai kedinamisan kehidupan
bermasyarakat. Dikarenakan hal tersebut, hukum yang dibuat juga harus selalu mengikuti
kedinamisan tersebut.25
Fungsi ketiga hukum adalah sebagai simbol atau lambang. Maksud dari fungsi ini
adalah dimana hukum memberikan lambang atau menjadi representasi yang
menyederhanakan pengaturan terhadap tindakan-tindakan tertentu. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan komunikasi antara pelaksana dan penegak hukum. Tujuan dari fungsi
ini adalah para pelaksana hukum dapat dengan mudah memahami suatu pengaturan dalam
hukum secara sederhana. Contoh penerapannya dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat yang memahami bahwa lampu merah lalu lintas berarti kendaraan harus
berhenti sebagaimana juga telah diatur dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (UU LLAJ) yang menyatakan bahwa tindakan yang melanggar rambu lalu lintas
merupakan hal yang tidak diperbolehkan dan dapat dikenakan sanksi.
Fungsi keempat hukum adalah sebagai alat politik. Hal ini berarti hukum yang dibuat
harus selaras dan mengandung cita-cita politik suatu negara. Tidak hanya mengandung cita-
cita politik, tetapi hukum yang dibuat juga perlu bisa merealisasikan cita-cita tersebut. Salah
satu bentuk cita-cita politik yang dimaksud adalah tuntutan politik masyarakat seperti
kebebasan bersuara.
Fungsi terakhir dari hukum menurut Achmad Ali adalah sebagai alat integrator. Alat
integrator berarti alat pemersatuan. Dalam hal ini yang dipersatukan oleh hukum adalah
perbedaaan kepentingan di masyarakat sehingga konflik dapat berkurang dan interaksi
sosial dapat berjalan dengan lancar. Dengan kata lain fungsi hukum sebagai integrator
adalah mempertemukan dan menyelesaikan perbedaan kepentingan masyarakat dengan
menjunjung asas-asas hukum yang sudah disinggung sebelumnya.26
Untuk mengetahui hubungan antara hukum dan manusia diperlukan suatu ilmu
khusus yang mempelajari dan meneliti hal tersebut. Ilmu yang dimaksud adalah sosiologi
hukum. Istilah sosiologi hukum pertama kali dikenalkan oleh Anzilotti. Beliau memandang
hukum tidak hanya sebagai peraturan melainkan sebagai realita sosial. Menurut Anthony
Giddens berpendapat bahwa sosiologi hukum adalah sebuah ilmu mempelajari tentang
kehidupan sosial manusia, kelompok manusia, dan masyarakat. Menurut Brade Meyer,
sosiologi hukum merupakan ilmu yang fokus pada hukum sebagai sebuah penelitian sosial
untuk melihat bagaimana pandangan masyarakat terhadap hukum yang ada dan
pengaruhnya di masyarakat. Menurut Emile Durkheim, sosiologi hukum merupakan ilmu
yang mempelajari tentang fakta-fakta sosial yang meliputi bagaimana cara bertindak, dan
berpikir tanpa adanya paksaan eksternal pada seseorang.27 Menurut Satjipto Rahardjo
25
Ibid., hlm. 57.
26
Haryanti, T. (2014). Hukum dan Masyarakat. Jurnal: tahkim., hlm. 162-165.
27
Utama, A. S. (2021). Law and Social Dynamics of Society. International Journal of Law and Public Policy, 3(2), 107-112.,
hlm. 108.
352
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
sosiologi hukum merupakan sebuah ilmu yang mengkaji tentang fenomena hukum. Beliau
juga menjelaskan bahwa sosiologi hukum selalu memberikan penjelasan berdasarkan
kenyataan. Sosiologi hukum merupakan ilmu yang tidak dapat dipisahkan dengan ilmu
sosiologi. Berbeda dengan ilmu sosiologi, sosiologi hukum menjadikan aspek hukum sebagai
objek yang dikaji sedangkan ilmu sosiologi mengkaji mengenai gejala sosial lain juga selain
hukum. Ilmu sosiologi menjelaskan hubungan antara gejala-gejala sosial di masyarakat.
Gejala-gejala sosial yang dimaksud berupa agama, budaya, hukum, kesejahteraan
masyarakat, dan lainnya. Sosiologi hukum menjelaskan bagaimana hukum yang diterapkan
bekerja di masyarakat. Hal-hal yang dikaji ilmu sosiologi hukum antara lain implementasi
suatu hukum, penyimpangan yang terjadi terhadap hukum tersebut, pengaruh hukum
tersebut terhadap gejala sosial lainnya, dan latar belakang keberadaan suatu hukum di
masyarakat.28
28
Umanailo, M. C. B. (2017). Sosiologi Hukum. Namlea: FAM Publishing., hlm. 19-20.
29
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. 2016. Diambil 21 Januari 2022, Dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/judi
30
Westy, F. M., & Ridwan, M. (2014). Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Judi Online Berdasarkan Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Di Wilayah Hukum Polisi Resor Kota Pekanbaru
(Doctoral dissertation, Riau University)., hlm. 7.
31
Pasaribu, G. N. (2021). Analisis Sosiologi Hukum dan Hukum Pidana Islam tentang Sikap Masyarakat terhadap Tindak
Pidana Judi Sabung Ayam: Studi Kasus di Desa Kalipadang Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik (Doctoral dissertation,
UIN Sunan Ampel Surabaya)., hlm. 24.
32
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
33
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian
353
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
Pengaturan mengenai sanksi perjudian dituangkan pada pasal 303 ayat (1) KUHP.
Dasar hukum tersebut menyebutkan bahwa siapapun yang tanpa izin dengan sengaja
menawarkan kesempatan untuk berjudi kepada individu atau masyarakat umum, ikut serta
dalam perusahaan yang menawarkan perjudian, dan bermata pencaharian sebagai penawar
atau pemain dalam perjudian diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun atau pidana denda paling besar Rp 25.000.000, - (dua puluh lima juta rupiah).34
Pengaturan sedemikian berlaku sejak berlakunya UU Penertiban Perjudian. Sebelum diubah
dengan UU Penertiban Perjudian, sanksi yang dapat dijatuhkan berupa pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan atau denda paling besar Rp 90.000.000, -
(sembilan puluh ribu rupiah). Pada Rancangan Undang-Undang KUHP (RUU KUHP),
direncanakan bahwa pengaturan mengenai perjudian akan diringankan. Hal ini tertuang
dalam pasal 432 RUU KUHP yang menyatakan bahwa tindakan sebagaimana yang diatur
pada pasal 303 KUHP diancam dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan
denda paling banyak kategori VI, yaitu sebesar Rp2.000.000.000, - (dua miliar rupiah).
Tindakan perjudian online juga dipandang sebagai sebuah tindakan kejahatan yang
dapat menodai moral dan nilai-nilai sosial masyarakat karena pada dasarnya tindakan
perjudian online sama dengan perjudian konvensional, hanya tempat dan cara berjudinya
saja yang terdapat perbedaaan. Tindakan perjudian online juga terdapat pengaturannya
dalam hukum Indonesia. Perjudian online tidak diatur dalam KUHP melainkan diatur pada
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
34
Loc. Cit.
354
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
ITE). Hal ini dikarenakan perjudian online merupakan tindakan yang dilakukan melalui
teknologi informasi sehingga diperlukan suatu dasar hukum yang secara khusus mengatur
tentang pemanfaatan teknologi informasi. Perjudian online diatur dalam pasal 27 ayat (2)
UU ITE yang menyatakan bahwa tindakan seseorang yang sengaja tanpa hak
mendistribusikan, mentransmisikan, dan/atau membuat informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik yang bermuatan perjudian dapat diakses merupakan perbuatan yang
dilarang.35 Sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap perbuatan tersebut diatur dalam pasal 45
ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas UU ITE (Perubahan
UU ITE). Pada ketentuan tersebut, disebutkan bahwa tindakan sebagaimana diatur pada
pasal 27 ayat (2) UU ITE dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 36 Adanya
pengaturan mengenai perjudian online ini merealisasikan fungsi hukum sebagai alat kontrol
sosial masyarakat yang juga diharapkan dapat merubah tindakan masyarakat, dalam hal ini
mengurangi tindakan perjudian online.
35
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
36
Undang-Undang Nomor 19 TAHUN 2016 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik
355
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
telah menunjukkan lunturnya nilai moral seseorang. Kesadaran hukum seseorang juga
termasuk dalam faktor ini.
Dilihat dari sudut pandang sosiologi hukum, berjalannya hukum perjudian online
sebagai alat kontrol sosial belum sempurna pada masyarakat. Dengan kata lain hukum
perjudian online belum berjalan dengan efektif. Pengertian efektivitas berarti kemampuan
pelaksanaan suatu tugas atau fungsi suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak terdapat
tekanan atau ketegangan antara pelaksananya.37 Efektivitas hukum dapat diartikan sebagai
suatu pengukuran terhadap nilai efektivitas suatu kaidah hukum dalam mencapai tujuannya
sebagaimana yang ditentukan pada pembentukan hukum tersebut. Soerjono Soekanto
menyatakan bahwa keberhasilan suatu kaidah hukum dalam mencapai tujuannya dapat
diukur dengan apakah pengaruh suatu hukum berhasil mengatur perilaku masyarakat. 38
Dengan kata lain, efektivitas hukum menurut beliau dapat dilihat dari keberhasilan suatu
hukum dalam mencapai tujuannya.39 Menurut beliau, beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi efektivitas hukum berupa faktor hukum itu sendiri atau kaidah hukum,
faktor penegak hukum, faktor sarana pendukung penegakan hukum, faktor masyarakat, dan
faktor kebudayaan.40
Faktor hukum itu sendiri atau kaidah hukum menurut Soerjono Soekanto merujuk
pada pemenuhan 3 (tiga) unsur hukum, yaitu unsur filosofis, unsur yuridis, dan unsur
sosiologis. Pertama, unsur filosofis merujuk pada pembentukan suatu hukum yang
dilakukan dengan mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang
bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Unsur filosofis
suatu hukum berkaitan dengan dasar filosofis atau ideologi negara. 41 Dengan kata lain, suatu
hukum harus memperhatikan nilai-nilai atau cita hukum ideologi negara yaitu Pancasila.
Kedua, unsur yuridis merujuk pada pertimbangan atas pembentukan suatu hukum untuk
mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan-aturan yang sudah ada di
masyarakat. Unsur yuridis berkaitan dengan substansi hukum atau hal yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.42 Ketiga, unsur sosiologis merujuk pertimbangan
pembentukan hukum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan
perkembangan permasalahan, kebutuhan, tuntutan, dan harapan masyarakat.43 Menurut
Soerjono Soekanto, terdapat 3 (tiga) ciri yang dapat menunjukkan berjalan dengan baiknya
suatu hukum yaitu, sejalan dengan asas-asas yang berlaku pada undang-undang, adanya
peraturan pelaksana yang sangat dibutuhkan, dan adanya kejelasan kata-kata dalam kaidah
hukum yang tidak menimbulkan multitafsir atau keambiguan dalam penerapannya.44
37
Siregar, N. F. (2018). Efektivitas Hukum. Al-Razi, 18(2), 1-16., hlm 2.
38
Islamy, A., Lailiyah, K., & Rizal, M. S. (2020). Problem Efektifitas Pencegahan Covid-19 Di Indonesia Dalam Perspektif
Sosiologi Hukum: Studi Analisis Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Mimikri, 6(2), 235-248., hlm 238.
39
Siregar, N. F. (2018). Efektivitas Hukum. Al-Razi, 18(2), 1-16., hlm. 6.
40
Isnaini, E. (2017). Tinjauan Yuridis Normatif Perjudian Online Menurut Hukum Positif di Indonesia. Jurnal Independent,
5(1), 23-32., hlm. 27.
41
Laia, S. W., & Daliwu, S. (2022). Urgensi Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis dalam Pembentukan Undang-Undang
yang Bersifat Demokratis di Indonesia. JURNAL EDUCATION AND DEVELOPMENT, 10(1), 546-552., hlm. 548.
42
Ibid., hlm. 549.
43
Ibid.
44
Islamy, A., Lailiyah, K., & Rizal, M. S. (2020). Problem Efektifitas Pencegahan Covid-19 Di Indonesia Dalam Perspektif
Sosiologi Hukum: Studi Analisis Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Mimikri, 6(2), 235-248., hlm 239.
356
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
Dilihat dari faktor hukum itu sendiri atau kaidah hukumnya, undang-undang yang
mengatur tentang perjudian maupun perjudian online belum sepenuhnya berjalan secara
efektif. Dari segi kepastian hukum, hukum perjudian dinilai masih kurang dikarenakan
terdapat ketidakpastian terhadap hukum yang berlaku sebagaimana yang diatur pada KUHP
dan UU ITE beserta perubahannya. Dilihat dari segi kualifikasi sanksi hukum, sanksi yang
dapat dijatuhkan kepada pelanggarnya pada kedua dasar hukum tersebut terdapat
perbedaan. Sanksi yang diatur pada KUHP bersifat alternatif, dimana sanksi yang dapat
dijatuhkan kepada pelanggarnya memilih antara pidana penjara atau pidana denda.
Sedangkan sanksi yang diatur pada UU ITE serta perubahannya bersifat kumulatif alternatif,
dimana pelanggarnya dapat dikenakan pidana penjara saja, pidana denda saja, atau pidana
penjara dan pidana denda secara bersamaan.45 Adanya perbedaan sifat dari sanksi yang
diatur pada KUHP dan UU ITE beserta perubahannya memunculkan penafsiran, dimana
sanksi yang diterapkan pada KUHP terlihat lebih ringan daripada sanksi yang diterapkan di
UU ITE serta perubahannya walau pada intinya perbuatan yang menyimpang sama-sama
merupakan tindakan perjudian. Selanjutnya dilihat dari substansi hukum mengenai
pengaturan perjudian pada KUHP juga terdapat ketidakpastian hukum. Ketidakpastian ini
terletak pada istilah “tanpa mendapat izin” yang dibunyikan pada pasal 303 ayat (1) KUHP.
Adanya istilah ini menyebabkan penafsiran bahwa seakan-akan tindakan perjudian yang
telah mendapatkan izin diperbolehkan dalam hukum. Hal ini bertentangan dengan
ketentuan pada UU Penertiban Perjudian yang ditetapkan dengan mengingat KUHP bahwa
segala bentuk tindakan perjudian dianggap sebagai kejahatan.
45
Lakoro, A., Badu, L., & Achir, N. (2020). Lemahnya Kepolisian Dalam Penanganan Tindak Pidana Perjudian Togel Online.
JURNAL LEGALITAS, 13(01), 31-50., hlm. 32.
46
Siregar, N. F. Op. Cit., hlm. 10-12.
357
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
47
Ramdhani, H., Fauzi, M., & Tiga, A. M. (2020). Otoritas Negara dalam Penegakan Hukum terhadap Pemberantasan Situs
Judi Online di Indonesia. LEX SUPREMA Jurnal Ilmu hukum, 2(2)., hlm. 71.
48
Ibid., hlm. 75.
49
Siregar, N. F. (2018). Efektivitas Hukum. Al-Razi, 18(2), 1-16., hlm. 15-16.
358
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
PENUTUP
Hubungan hukum dan masyarakat dimulai dari proses pembentukan suatu hukum
dan terus berlanjut hingga penerapan hukum tersebut pada kehidupan bermasyarakat.
Hingga saat ini masih ada permasalahan hukum dan sosial yang sulit untuk diberantas
sepenuhnya, dimana perjudian online termasuk dalam kategori tersebut. Pelaku perjudian
online memiliki alasannya tersendiri dalam melakukan hal tersebut. Banyaknya kasus
perjudian online dan potensi besarnya untuk membahayakan kehidupan bermasyarakat
menimbulkan keresahan atau urgensi adanya hukum yang secara tegas dan jelas mengatur
hal tersebut, begitulah hukum perjudian online dibentuk yang dituangkan dalam UU ITE
yang bertujuan untuk memberantas perjudian online. Dilihat dari segi efektivitas penegakan
hukum, sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan aspek kepastian hukum pengaturan
mengenai perjudian pada hukum Indonesia agar selaras dengan nilai-nilai sosial yang
memandang buruk terhadap segala jenis perjudian. Selanjutnya dari masyarakat juga perlu
ikut berpartisipasi dalam penegakan hukum demi mencegah kasus perjudian online terus
meningkat dan membantu pemerintah dalam pemberantasan tindak pidana perjudian
online.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Benuf, K., & Azhar, M. (2020). Metodologi Penelitian Hukum sebagai Instrumen Mengurai
Permasalahan Hukum Kontemporer. Gema Keadilan, 7(1), 20-33.
Harahap, N. K. (2021). Dampak Higgs Domino Island dalam Masyarakat (Kajian Dengan
Perspektif Sosiologi Hukum). Tazkir: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan
Keislaman, 7(2), 257-276.
Islamy, A., Lailiyah, K., & Rizal, M. S. (2020). Problem Efektifitas Pencegahan Covid-19 Di
Indonesia Dalam Perspektif Sosiologi Hukum: Studi Analisis Kebijakan Pembatasan
Sosial Berskala Besar. Mimikri, 6(2), 235-248., hlm 238.
Isnaini, E. (2017). Tinjauan Yuridis Normatif Perjudian Online Menurut Hukum Positif di
Indonesia. Jurnal Independent, 5(1), 23-32.
Laia, S. W., & Daliwu, S. (2022). Urgensi Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis dalam
Pembentukan Undang-Undang yang Bersifat Demokratis di Indonesia. JURNAL
EDUCATION AND DEVELOPMENT, 10(1), 546-552.
Lakoro, A., Badu, L., & Achir, N. (2020). Lemahnya Kepolisian Dalam Penanganan Tindak
Pidana Perjudian Togel Online. JURNAL LEGALITAS, 13(01), 31-50.
Manalu, H. S. (2019). Penegakan Hukum terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online.
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 2(2), 428-539.
359
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
Mushafi, M., & Marzuki, I. (2018). Persinggungan Hukum dengan Masyarakat dalam Kajian
Sosiologi Hukum. Jurnal Cakrawala Hukum, 9(1), 50-58.
Nurhayati, Y., Ifrani, I., & Said, M. Y. (2021). Metodologi Normatif Dan Empiris Dalam
Perspektif Ilmu Hukum. Jurnal Penegakan Hukum Indonesia, 2(1), 1-20.
Nuryawan, I. D. G. O., & Sadnyini, I. A. (2020). Rekonstruksi Perjanjian Kerja Bersama dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Jurnal Analisis
Hukum.
Pasaribu, G. N. (2021). Analisis Sosiologi Hukum dan Hukum Pidana Islam tentang Sikap
Masyarakat terhadap Tindak Pidana Judi Sabung Ayam: Studi Kasus di Desa
Kalipadang Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik (Doctoral dissertation, UIN Sunan
Ampel Surabaya).
Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan
Sosial. IPTEK Journal of Proceedings Series, (5), 22-27.
Pratiwi, I. A. W. K., Dharma, I. B. W., & Pitriyantini, P. E. (2020). Kajian Sosiologi Hukum Dalam
Kehidupan Kemasyarakatan. Majalah Ilmiah Universitas Tabanan, 17(2), 117-121.
Putra, M. F. (2022). Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak dalam
Perwakilan Sukarela (Zaakwaarneming) yang Menyebabkan Kerugian. Dinamika:
Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 27(21), 3104-3115., hlm 3105.
Ramdhani, H., Fauzi, M., & Tiga, A. M. (2020). Otoritas Negara dalam Penegakan Hukum
terhadap Pemberantasan Situs Judi Online di Indonesia. LEX SUPREMA Jurnal Ilmu
hukum, 2(2).
Roslan, R., Handayani, I. G. A. K. R., & Karjoko, L. (2021, October). Legal Relationship and
Social Changes and Their Impact on Legal Development. In International Conference
on Environmental and Energy Policy (ICEEP 2021) (pp. 278-280). Atlantis Press.
Siregar, I. (2022). The Relationship between Conflict and Social Change in the Perspective of
Expert Theory: A Literature Review. International Journal of Arts and Humanities
Studies, 2(1), 09-16.
Siregar, N. F. (2018). Efektivitas Hukum. Al-Razi, 18(2), 1-16.
Sumadi, A. F. (2016). Hukum dan Keadilan Sosial dalam Perspektif Hukum Ketatanegaraan.
Jurnal Konstitusi, 12(4), 849-871.
Susanti, R. (2021). Judi online dan kontrol sosial masyarakat pedesaan. ETNOREFLIKA: Jurnal
Sosial Dan Budaya, 10(1), 86-95.
Takdir, M. (2018). Transformasi Kesetaraan Buruh: Studi Kritis Teori Keadilan John Rawls.
Jurnal Sosiologi Reflektif, 12(2), 327-352.
Utama, A. S. (2021). Law and Social Dynamics of Society. International Journal of Law and
Public Policy, 3(2), 107-112.
Waruwu, H., & Pranoto, M. M. (2020). Kolaborasi Teori Keadilan John Rawls Dan Diakonia
Transformatif Josef Purnama Widyatmadja Untuk Komunitas Yang
Memperjuangkan Keadilan. Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan
Agama Kristen dan Musik Gereja, 4(1), 1-24.
360
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
Westy, F. M., & Ridwan, M. (2014). Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Judi Online
Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik Di Wilayah Hukum Polisi Resor Kota Pekanbaru (Doctoral
dissertation, Riau University).
Zurohman, A., Astuti, T. M. P., & Sanjoto, T. B. (2016). Dampak fenomena judi online terhadap
melemahnya nilai-nilai sosial pada remaja (studi di Campusnet Data Media cabang
Sadewa Kota Semarang). Journal of Educational Social Studies, 5(2), 156-162.
Buku
Umanailo, M. C. B. (2017). Sosiologi Hukum. Namlea: FAM Publishing.
Zainal, M. (2019). Pengantar Sosiologi Hukum. Yogyakarta: Deepublish.
Website
Badan Pusat Statistik. 2021. Statistik Kriminal 2021. Diambil 21 Januari 2022, Dari
https://www.bps.go.id/publication/2021/12/15/8d1bc84d2055e99feed39986/s
tatistik-kriminal-2021.html
Laleng, R.L. 2021. Judi Online Terbesar Dikendalikan Dari Batam, Berkantor di Perumahan
Elite Untuk Kelabui Polisi. Diambil 21 Januari 2022, Dari
https://batam.tribunnews.com/2021/10/26/judi-online-terbesar-dikendalikan-
dari-batam-berkantor-diperumahan-elite-untuk-kelabui-polisi?page=3
Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
361
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 5 / Nomor 2 / Desember 2022
362