Efektifitas Penerimaan Pajak Reklame
Efektifitas Penerimaan Pajak Reklame
Efektifitas Penerimaan Pajak Reklame
Putri Handayani
Program Studi Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN K.H
Abdurrahman Wahid Pekalongan
Email: putrihandayani@mhs.uingusdur.ac.id
No.HP: 085669394446
Gunawan Aji
UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan
Email: gunawanaji@uingusdur.ac.id
No.HP: 08156969666
Abstract. This research aims to understand and describe the level of effectiveness of
Advertising Tax revenue on Tegal City Regional Original Income in 2019-2022.
Advertising Tax revenue in 2019-2022 has proven to be very effective, with an average
effevtiveness level of 107,2%. In 2019, the peak effevtiveness rate reached 118,5%. This
high performance is due to the good implementation of Regional Government policies
and an effective advertising tax collection process. However, in 2022, the level of
effevtiveness will decrease to 94,5% due to a decrease in the advertisement tax revenue
target caused by the policy of structuring and controlling advertisements in Tegal city.
However, participation in advertising tax is considered to be still lacking. So it can be
concluded that advertising tax does not contribute to PAD because the realization of
advertising tax it self is not enough to be the main indicator contributing to local
original income, however, if the realization of advertising tax is combined with the
realization of regional taxes as a whole then the realization of regional taxes certainly
contributes to local original income Tegal city.
Abstrak. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memahami dan menguraikan tingkat
efektivitas penerimaan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tegal pada tahun
2019-2022. Penerimaan Pajak Reklame di tahun 2019-2022 telah terbukti sangat efektif, dengan
tingkat efektivitas rata-rata mencapai 107,2%. Pada tahun 2019, tingkat efektivitas puncaknya
Received Mei 30, 2022; Revised Juni 2, 2022; Juli 22, 2022
*Corresponding author, e-mail address
PAGE
\*
PENGARUH POSITIVE LEADERSHIP, SOCIAL CAPITAL PADA
EMPLOYEE WELL-BEING
mencapai 118,5%. Kinerja yang tinggi ini disebabkan oleh pelaksanaan kebijakan Pemerintah
Daerah yang bagus serta proses pemungutan pajak reklame yang efektif. Namun, di tahun 2022,
tingkat efektivitas menurun menjadi 94,5% akibat penurunan target penerimaan pajak reklame
yang diakibatkan oleh kebijakan penataan dan penertiban reklame di Kota Tegal. Meskipun
demikian, partisipasi penerimaan pajak reklame masih rendah, dibawah 10% dengan presentase
0,01625%, karena kesadaran masyarakat terhadap pajak reklame dinilai masih kurang. Sehingga
dapat disimpulkan bahwasanya pajak reklame tidak berkontribusi terhadap PAD dikarenakan
realisasi pajak reklame sendiri tidak cukup untuk menjadi indikator utama penyumbang
pendapatan asli daerah, akan tetapi jika realisasi pajak reklame digabungkan dengan realisasi
pajak daerah secara keseluruhan maka realisasi pajak daerah tentunya ikut berkontribusi dalam
pendapatan asli daerah Kota Tegal
Kata kunci: Pajak Reklame, Pendapatan Asli Daerah, Efektivitas
LATAR BELAKANG
Otonomi daerah adalah bentuk kontribusi pemerintah dalam daerah dalam mengatur
jalannya pemrintahan daerah secara mandiri. Pemberlakukan otonomi daerah didasarkan pada
peraturan UU No. 23 tahun 2014 yang didalamnya mengatur tentang Pemerintahan Daerah
(Natalia et al., 2022). Dalam hal ini pemerintah pusat memberikan wewenang agar pemerintah
daerah dapat mengelola daerah yang dikuasainya dan harus berdasarkan pada asas otonomi
daerah yang berlaku, dengan ini pemerintah pusat tentunya berharap agar pemerintah daerah
mampu mengelola daerahnya baik dari segi ekonomi maupun politik, sehingga output yang
didapatkan bisa berupa birokrasi daerah yang efektif. Dalam berjalannya pemerintahan di suatu
daerah tentunya membutuhkan dana untuk menyokong kelancaran berjalannya suatu
pemerintahan daerah. Maka dari itu, daerah sendiri perlu memiliki sumber pendapatan tetap
yang mana akan menjadi dasar dana untuk keberlanjutan pemerintahan daerah yang
bersangkutan. Sumber pendapatan ini didapat dari Pendapatan asli daerah yang umunya berasal
dari pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan aset daerah, serta lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah pada daerah tersebut (Mutiara et al., 2022).
Peran pajak daerah dalam kontribusinya untuk menyumbang pendapatan di Kota Tegal
cukup signifikan, hal ini dibuktikan dengan realisasi pendapatan asli daerah Kota Tegal yang
cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal ini bisa dilihat pada rentang tahun 2019-2022 pajak
daerah selalu konsisten menyumbang pendapatan kepada Kota Tegal dengan realisasi sebesar
77.550.464 untuk tahun 2019, 93.763.370 untuk tahun 2020, 143.617.868.928 untuk tahun
2021, dan 173.244.116.606 untuk tahun 2022 Kenaikan ini menujukkan bahwa kontribusi pajak
daerah di Kota Tegal terbukti Positif dan selalu konsisten. Terdapat beberapa macam pajak
daerah yang ditagihkan di Badan Keuangan Daerah Kota Tegal yang menjadi sumber
pendapatan daerah, seperti, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan, Pajak Air Tanah, dan BPHTB. Pajak daerah
Kota Tegal yang berada pada posisi strategis dan berada pada jalur penghubung antar
kota di jawa tengah menjadi salah satu kota yang dianggap sebagai pusat perdagangan dan jasa
serta berhasil menghasilkan banyak barang industri. Industri memiliki peran penting dalam
menghasilkan pendapatan Pajak Reklame. Semakin besar dan berkembangnya sektor industri,
semakin tinggi pula potensi pendapatan Pajak Reklame yang dapat diperoleh pemerintah dari
kegiatan periklanan di sektor tersebut. Hal ini karena reklame sendiri merupakan media iklan
yang mana sangat berhubungan dengan pemasaran suatu produk industri, Sebagian besar iklan
ditempatkan oleh industri untuk mempromosikan produk atau layanan mereka. Besarnya
pengeluaran iklan oleh industri dapat menjadi indikator penting bagi pemerintah untuk menilai
potensi pendapatan Pajak Reklame. Industri yang aktif dalam iklan cenderung memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap Pajak Reklame. Hubungan yang baik antara pemerintah dan
industri dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan sektor industri dan pada
saat yang sama meningkatkan pendapatan Pajak Reklame. Kebijakan yang mendukung investasi
dan inovasi dalam industri dapat menciptakan kesempatan baru untuk iklan.
Berdasarkan penelitian yang relevan dengan Penerimaan pajak Reklame menunjukkan
adanya perbedaan hasil yang menunjukkan apakah pajak reklame memiliki pengaruh terhadap
peningkatan pendapatan asli daerah ataukah tidak berpengaruh sama sekali. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh (Sihombing & Tambunan, 2020). yang menunjukkan bahwa pajak reklame
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Tidak sejalan
dengan hasil penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh (Primandari & Dahlia, 2020b).
menunjukkan hasil bahwa kontribusi dari pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah itu
sangat rendah. adanya perbedaan hasil penelitian inilah yang menjadikan perlunya pengkajian
lebih lanjut tentang bagaimana efektivitas serta kontribusi dari pajak reklame tersebut terhadap
pendapatan asli daerah, karena mengingat penghasilan dari masing-masing daerah tentunya
berbeda dan juga dengan melihat potensi dari pajak reklame di masing-masing daerah tersebut,
khususnya dalam penelitian ini adalah potensi pajak reklame di kota tegal.
Realisasi Pajak Reklame di Kota Tegal juga memiliki tren naik. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Badan Keuangan Daerah Kota Tegal realisasi pajak reklame selalu terpenuhi dari
target yang ditetapkan pada setiap tahunnya, namun realisasi pajak reklame ini tergantung pada
penetapan belanja daerah yang selalu berubah setiap tahunnya sehingga hal ini juga akan
berdampak pada berubahnya capaian target untuk realisasi pajak reklame, hal ini menyebabkan
adanya penurunan realisasi pajak reklame pada tahun 2022 karena adanya perubahan anggaran
belanja daerah yang semakin meningkat, sehingga target yang ditetapkan juga meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah APBD yang dianggarkan. Hal inilah yang menjadi garis
KAJIAN TEORITIS
Teori Kebijakan Mutlak
Teori kebijakan mutlak menyatakan bahwa negara berhak melakukan tindakan
pemungutan dari rakyat. Tindakan pemungutan dalam hal ini dimaksudkan sebagai
upaya negara dalam melibatkan rakyat dalam berjalannya suatu pemerintahan. Teori
kewajiban mutlak menjelaskan bahwasannya rakyat yang merupakan bagian dari negara
yang memiliki kewajiban untuk membayar pajak sebagai wujud pengabdian terhadap
negara (Goni et al., 2022). Hasil pajak yang dipungut oleh rakyat pada akhirnya akan
diperuntukan bagi kepentingan rakyat pula. Teori ini menggunakan Pendapatam asli
daerah sebagai variabel penelitian khusunya yang berkaitan dengan pajak reklame
(Prasetyaningtyas & Ratnawati, 2022).
Badan Keuangan Daerah Kota Tegal didirikan sesuai dengan Peraturan Daerah
Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2016, ialah elemen pendukung dalam pelaksanaan tugas
pemerintahan di sektor keuangan. Fungsinya adalah mendukung Walikota dalam
menjalankan tugas pemerintahan di bidang keuangan sesuai kewenangan Daerah.
Demikian pula Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tegal
yang didirikan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 11 Tahun 2008.
Peraturan ini diikuti oleh Peraturan Walikota Tegal Nomor 29 Tahun 2008 memiliki
fungsi yang melibatkan perumusan kebijakan, penyelenggaraan urusan pemerintahan,
pembinaan, pelaksanaan tugas perencanaan dan pengendalian operasional di berbagai
aspek, evaluasi, pemantauan dan pelaporan dalam hal keuangan dan aset daerah.
Visi :
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Mengacu pada pendapatan yang didapatkan oleh
suatu wilayah melalui pemungutan beasaskan peraturan daerah dan undang-undang
yang berlaku. Tujuannya adalah memberikan bantuan kepada daerah untuk memperoleh
sumber pendanaan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, sebagai wujud dari
desentralisasi. Sumber utama PAD berawal dari PDRD. (Johannes, 2020).
Sesuai dengan UU No. 33 Tahun 2004, PAD dimaknai sebagai penerimaan yang
dikumpulkan oleh daerah sesuai dengan peraturan daerah dan undang-undang. Tingkat
kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah mencerminkan tingkat tanggung jawab
pemerintah daerah, dengan proporsi yang semakin tinggi menandakan tanggung jawab
yang lebih besar (Prasetyaningtyas & Ratnawati, 2022).
Pajak Reklame
Pajak reklame merupakan pajak yang dikenakan atas benda, alat dan media yang
berdasarkan bentuknya difungsikan sebagai media pemasaran untuk memperkenalkan
suatu produk ataupun jasa agar eksistensinya dapat lebih terlihat di area publik agar
dapat dibaca atau didengar oleh masyarakat umum dengan tujuan untuk menarik minat
khalayak umum yang berkaitan dengan barang atau jasa yang di komersilkan (Kumala,
2019).
Reklame diselenggarakan oleh perusahaan jasa periklanan yang sebelumnya juga
sudah terdaftar di Badan Keuangan Daerah atau Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/
Akuntansi Pajak
PENGARUH POSITIVE LEADERSHIP, SOCIAL CAPITAL PADA
EMPLOYEE WELL-BEING
Akuntansi yang berkaitan dengan pajak pada umumya merujuk pada pada
peraturan perpajakan yang berlaku. Penetapan tarif pajak didasarkan pada objek pajak
yang dikenakan. Tujuan utama akuntansi pajak adalah untuk memastikan kepatuhan
akan peraturan pajak yang berlaku dan mengoptimalkan manfaat pajak yang diperoleh.
Pada pajak daerah melibatkan pemahaman di tingkat lojak, pelaporan pendapatan pajak
daerah, dan strategi perpajakan yang yang diterapkan oleh pemerintah daerah untuk
memenuhi kebutuhan anggaran dan mendukung pemabngunan daerah yang
bersangkutan. hal ini bertujuan untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan
perpajakan dan optimalisasi penerimaan pajak daerah (Lamia et al., 2015).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif yang didapatkan
dari data sekunder dan data primer. penggunaan Data primer dalam penelitian ini
adalah data yang diperoleh secara langsung melalui dokumentasi, pengamatan, dan
wawancara dengan pihak-pihak terkait yang mengetahui permasalahan yang diangkat
oleh penulis.
Penelitian ini menggunakan objek penelitian efektivitas penerimaan pajak
reklame. Tempat penelitiannya ada di Badan Keuangan Daerah Kota Tegal.
Penelitian ini menggunakan populasi data pendapatan pajak reklame untuk
daerah Kota Tegal yang mana dengan sampel penelitiannya ialah data penerimaan pajak
reklame yang didapatkan dari Badan Keuangan Daerah Kota Tegal dari tahun 2019-
2022. (Johannes, 2020)
Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni teknik penelitian kepustakaan
(library research) dan dokumentasi ialah penelitian yang dilaksanakan berdasarkan
bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, artikel, jurnal, laporan-laporan
penelitian ilmiah, majalah yang berhubungan dengan topik yang diteliti, berupa data
Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seluruh Kota Tegal. Periode
2019-2022.
Metode analisis deskriptif kuantitatif dipakai dalam penelitian ini, yang
menyangkut perhitungan serta penyusunan data dalam tabel-tabel untuk
menggambarkan karakteristik variabel, kelompok, atau tanda-tanda sosial yang terjadi
dalam masyarakat. Hasil pengolahan data disediakan di lampiran, sementara penjelasan
Tabel 1.
Realisasi Pendapatan asli daerah Kota Tegal 2019-2022
Tahun Pendapatan Asli Daerah
2019 1.036.963.763.599,16
Tabel 1 menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah kota tegal cenderung naik kecuali pada
tahun 2019 ke 2020 memang terdapat penurunan pendapatan karena di tahun 2020 terdapat
pandemi Covid-19 yang mengakibatkan penurunan pendapatan daerah yang cukup drastis,
namun bisa diperhatikan pada tahun 2020-2021 pendapatan asli daerah kota tegal terus
mengalami kenaikan dan bisa disimpulkan bahwa kota tegal berhasil untuk mengatasi dampak
ekonomi yang ditimbulkan oleh covid-19. Pada tahun 2021 terdapat kenaikan pendapatan asli
daerah sebesar 15,58% dan pada tahun 2022 terdapat kenaikan sebesar 10,37%.
Tabel 2
Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Kota Tegal 2019-2022
Tahun Target Pajak Reklame Realisasi Pajak Reklame
2019 4.400.000.000 5.214.117.600
2020 4.700.000.000 5.092.586.500
2021 6.583.000.000 7.096.106.000
2022 8.330.000.000 7.842.758.000
Sumber: Badan Keuangan Daerah Kota Tegal (2023)
7.096.106.000 dan di tahun 2022 sebesar 7.842.758.000 tetap lebih besar dibandingkan realisasi
penerimaan pajak reklame di tahun 2021.
Tabel 3
Tingkat Efektivitas Pajak Reklame Kota Tegal 2019-2022
Tabel 4
Tingkat Kontribusi Pajak Reklame Kota Tegal 2019-2022
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2019 kontribusi pajak reklame terhadap
penerimaan asli daerah menunjukkan presentase yang paling rendah karena tingkat
pendapatan asli daerah pada tahun 2019 sangat tinggi yaitu sebesar 1.036.963.763.599,16
dan realisasinya sebesar 5.214.117.600 sehingga kontribusi yang diberikan sebesar 0,005 %,
adapun jumlah kontribusi yang diberikan oleh pajak reklame pada tahun 2020-2022 sama yaitu
sebesar 0,02%.
KESIMPULAN
Hasil riset membuktikan bahwasanya penerimaan Pajak Reklame di tahun 2019-2022 telah
terbukti sangat efektif, dengan tingkat efektivitas rata-rata mencapai 107,2%. Pada tahun 2019,
tingkat efektivitas puncaknya mencapai 118,5%. Kinerja yang tinggi ini disebabkan oleh
pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah yang bagus serta proses pemungutan pajak reklame
yang efektif. Namun, di tahun 2022, tingkat efektivitas menurun menjadi 94,5% akibat
penurunan target penerimaan pajak reklame yang diakibatkan oleh kebijakan penataan dan
penertiban reklame di Kota Tegal. Meskipun demikian, partisipasi penerimaan pajak reklame
masih rendah, dibawah 10% dengan presentase 0,01625%, karena kesadaran masyarakat
terhadap pajak reklame dinilai masih kurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya pajak
reklame tidak berkontribusi terhadap PAD dikarenakan realisasi pajak reklame sendiri tidak
cukup untuk menjadi indikator utama penyumbang pendapatan asli daerah, akan tetapi jika
realisasi pajak reklame digabungkan dengan realisasi pajak daerah secara keseluruhan maka
realisasi pajak daerah tentunya ikut berkontribusi dalam pendapatan asli daerah Kota Tegal.
DAFTAR REFERENSI
Goni, D., Kawatu, F., & Tangkau, J. (2022). ANALISIS KESADARAN KEWAJIBAN
PERPAJAKAN PADA SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH ( UKM )
KOTA BITUNG. JAIM, 3(1), 56–66.
PENGARUH POSITIVE LEADERSHIP, SOCIAL CAPITAL PADA
EMPLOYEE WELL-BEING