0% found this document useful (0 votes)
18 views16 pages

Abstrak Roki

A 41-year-old female patient presented to the emergency room with complaints of redness, peeling, itching, heat and pain on both hands and feet. She had a history of psoriasis 3 years prior. On examination, erythematous macules with thick scales were diffusely present over the body. Based on her history and presentation, she was diagnosed with erythroderma caused by psoriasis vulgaris. Erythroderma psoriasis is a severe form of psoriasis affecting over 90% of the skin with redness, scaling, and inflammation.

Uploaded by

rocky salama
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
18 views16 pages

Abstrak Roki

A 41-year-old female patient presented to the emergency room with complaints of redness, peeling, itching, heat and pain on both hands and feet. She had a history of psoriasis 3 years prior. On examination, erythematous macules with thick scales were diffusely present over the body. Based on her history and presentation, she was diagnosed with erythroderma caused by psoriasis vulgaris. Erythroderma psoriasis is a severe form of psoriasis affecting over 90% of the skin with redness, scaling, and inflammation.

Uploaded by

rocky salama
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 16

ERITRODERMA Et Causa PSORIASIS VULGARIS

Alfredo1, Muhammad Ardi Munir2,3


1
Medical Profession Program, Faculty of Medicine, Tadulako University – Palu, INDONESIA,
94118
2
Department of Social Health Science, Bioethics and Medical Law, Faculty of Medicine, Tadulako
University – Palu, INDONESIA, 94118
3
Department of Orthopaedic and Traumatology Surgery, Faculty of Medicine, Tadulako University
– Palu, INDONESIA, 94118
Email: rockysalama@gmail.com

ABSTRACT

Introduction : Psoriasis is a chronic proliferative and inflammatory condition of


the skin. It is characterized by erythematous plaques covered with silvery scales
mainly over the extensor surfaces, scalp, and lumbosacral areas. Erythroderma
psoriasis is a severe variation of psoriasis with a prevalence of 1-2% in psoriasis
patients and is the most common cause of erythroderma (23-25%). Generally, the
treatment of erythroderma is corticosteroids. The initial dose of prednisone is 4x
10-15 mg a day. Supportive management is carried out by evaluating signs of
infection that can increase the risk of bacteremia and sepsis, correcting body
fluids, proteins, and electrolytes, and restoring normal skin barrier conditions.

Case summary: a 41-year-old female patient came to the ER of the Torabelo


General Hospital with complaints of redness and peeling of the skin on both hands
and feet accompanied by itching, heat and pain. At first 3 years ago, the patient
admitted that she had red spots on her hands that felt hot and itchy. Then the
complaints disappeared and then in January the itching, heat and pain reappeared
in both hands and feet and continued to get worse for up to 3 months. Complaints
worsen when the temperature going high. Other complaints such as difficulty
sleeping, and the presence of peeling skin like scaly and seems to cover the
redness that affects almost the entire body, face to head. From the results of
dermatological examination, it was found that macules were erythematous with
thick scales that were diffused by the body.
Conclusion: from the history and physical examination, the patient was
diagnosed with Erythroderma et Cause Psoriasis vulgaris. The precipitating factor
of this case is not known with certainty. Patients are educated to avoid
precipitating factors (stress, smoking, alcohol, bacterial & viral infections, skin
trauma). The patient received pharmacological therapy namely Dexamethasone 1
amp/12 hours/iv, Zinc 1x1 tab/oral, Cetirizin 0-0-1/oral.
ABSTRAK

Pendahuluan : Psoriasis adalah kondisi proliferatif dan inflamasi kronis pada


kulit. Hal ini ditandai dengan plak eritematosa ditutupi dengan sisik keperakan
terutama di atas permukaan ekstensor, kulit kepala, dan daerah lumbosakral.
Psoriasis eritroderma merupakan variasi yang berat dari penyakit psoriasis dengan
prevalensi sebesar 1-2%. pada penderita psoriasis dan menjadi penyebab tersering
kejadian eritroderma (23-25%). Umumnya pengobatan eritroderma adalah
kortikosteroid. Dosis mula prednison 4x 10-15 mg sehari. Tatalaksana suportif
dilakukan dengan mengevaluasi tanda infeksi yang dapat meningkatkan risiko
bakteremia dan sepsis, koreksi cairan, protein, dan elektrolit tubuh, serta
mengembalikan kondisi normal sawar kulit.

Ringkasan kasus : pasien perempuan usia 41 tahun datang ke IGD RSUD


Torabelo dengan keluhan kulit kedua tangan dan kaki kemerahan dan mengelupas
disertai rasa gatal, panas dan nyeri. Awalnya 3 tahun lalu pasien mengaku muncul
bintik merah pada bagian tangan yang terasa panas dan gatal. Kemudian keluhan
menghilang lalu pada bulan januari timbul kembali rasa gatal, panas serta nyeri
pada kedua tangan serta kaki dan terus memberat hingga 3 bulan. Keluhan
memberat saat panas. Keluhan lain seperti sulit tidur, dan adanya kulit terkelupas
seperti bersisik dan tampak menutupi kemerahan yang mengenai hampir seluruh
badan, wajah hingga kepala. Dari hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan
tampak makula eritema disertai skuama tebal yang difus disuruh tubuh.

Kesimpulan : Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien di diagnosis


Eritroderma et Cause Psoriasis Vulgaris. Faktor pencetus dari kasus ini belum
diketahui secara pasti. Pasien di edukasi untuk menghindari faktor pencetus
(setres, kebiasaan merokok, alcohol, infeksi bakteri & virus, trauma kulit). pasien
mendapat terapi farmakologis berupa Dexametason 1 amp/12 jam/iv, Zinc 1x1
tab/oral, Cetirizin 0-0-1/oral.
Pendahuluan

Psoriasis adalah kondisi proliferatif dan inflamasi kronis pada kulit. Hal ini
ditandai dengan plak eritematosa ditutupi dengan sisik keperakan terutama di atas
permukaan ekstensor, kulit kepala, dan daerah lumbosakral. Psoriasis eritroderma
merupakan variasi yang berat dari penyakit psoriasis dengan prevalensi sebesar 1-
2%.

Lesi yang sangat meradang muncul sebagai akibat dari sinyal yang rusak yang
diproduksi oleh sistem kekebalan untuk meningkatkan tingkat mitosis sel
penghasil keratin hingga sepuluh kali lipat. Ini, pada gilirannya, menyebabkan
retensi inti dan kornifikasi sel stratum korneum yang tidak lengkap. Penyakit ini
terjadi pada tahap awal kehidupan dan perlahan berkembang sepanjang hidup.
Psoriasis memiliki tipe yang berbeda tergantung pada jaringan yang terkena.
Prevalensi psoriasis yang dilaporkan di berbagai negara berkisar antara 0,09% dan
11,43%. (1)

Penyakit ini penting diketahui dan dipelajari karena tatalaksananya tidak terbatas
pada lesi kulit. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai studi dilakukan untuk
dapat menjelaskan mekanisme molekulernya. Namun, masih belum diketahui
secara jelas, termasuk penyebab utamanya, apakah gangguan imunologis ataukah
epitelial, penyebab autoimun proses inflamasi, relevansi faktor sistemik versus
faktor dermatologis, serta peran gen versus pengaruh lingkungan dalam inisiasi,
progresi, serta responsnya terhadap terapi.(2)

Psoriasis, rata-rata, mempengaruhi 2-5% populasi secara global. Meskipun telah


menyebar secara global, prevalensinya berbeda di antara berbagai lokasi dan etnis.
Secara umum, semakin tinggi garis lintang, semakin tinggi prevalensinya. Oleh
karena itu Asia dan negara-negara Afrika kurang rentan terhadap psoriasis
dibandingkan dengan kabupaten yang jauh dari ekuator seperti Eropa dan
Australia.(1)
Laporan Kasus

Seorang perempuan berumur 41 tahun datang ke IGD RSUD Torabelo dengan


keluhan kulit kedua tangan dan kaki kemerahan dan mengelupas disertai rasa
gatal, panas dan nyeri. Awalnya 3 tahun lalu pasien mengaku muncul bintik
merah pada bagian tangan yang terasa panas dan gatal. Kemudian keluhan
menghilang lalu pada bulan januari timbul kembali rasa gatal, panas serta nyeri
pada kedua tangan serta kaki dan terus memberat hingga 3 bulan. Pasien
mengeluhkan nyeri,gatal dan panas saat suhu terasa panas dan pasien cenderung
sulit tidur, dan adanya kulit yang terkelupas seperti bersisik dan tampak menutupi
kemerahan yang mengenai hampir seluruh badan, wajah hingga kepala.

Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik, dan kesadaran
kompos mentis. Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil dalam
batas normal. Dari hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan tampak makula
eritema disertai skuama tebal yang difus disuruh tubuh.

Gambar. Tampak makula eritema disertai skuama tebal yang difus disuruh tubuh
Pembahasan

Diagnosis pada kasus ini yaitu Eritroderma et causa Psoriasis yang ditegakkan
berdasarkan hasil anamnesis berupa keluhan-keluhan yang dirasakan penderita,
lamanya keluhan tersebut berlangsung, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan
fisik pasien meliputi pemeriksaan status generalis, pemeriksaan status
dermatologis, dan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang apabila
memungkinkan.

Pada anamnesis pasien perempuan umur 41 tahun datang dengan keluhan keluhan
rasa gatal pada bagian ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan didapatkan
tampak makula eritema disertai skuama tebal yang difus disuruh tubuh

Keluhan pertama kali dirasakan 4 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan nyeri,gatal
dan panas saat suhu cenderung terasa panas. Pasien juga pernah mempunyai
riwayat Psoriasis sebelumnya.

Psoriasis berasal dari bahasa Yunani “psora” yang berarti gatal, ketombe atau
ruam, meskipun sebagian besar pasien tidak mengeluhkan rasa gatal. Psoriasis
merupakan penyakit multifaktor dengan beberapa predisposisi seperti faktor
genetik, lingkungan, infl amasi (dimediasi proses imunologis), serta beberapa
faktor penyerta seperti obesitas, trauma, infeksi, serta defi siensi bentuk aktif
vitamin D3.(2)

Psoriasis adalah kondisi proliferatif dan inflamasi kronis pada kulit. Hal ini
ditandai dengan plak eritematosa ditutupi dengan sisik keperakan terutama di atas
permukaan ekstensor, kulit kepala, dan daerah lumbosakral. Ada beberapa subtipe
psoriasis tetapi tipe plak adalah yang paling umum dan muncul di batang tubuh,
ekstremitas, dan kulit kepala (3).

Eritroderma merupakan kelainan kulit yang ditandai oleh eritema dan skuama
yang mengenai lebih dari 90% permukaan kulit.1-4 Eritroderma dapat disebabkan
oleh perluasan penyakit kulit (dermatosis) yang diderita sebelumnya seperti
psoriasis, dermatitis atopik, pitiriasis rubra pilaris (PRP), konsumsi obat,
keganasan (mikosis fungoides/MF), skabies, maupun idiopatik (4).

Psoriasis eritroderma merupakan variasi yang berat dari penyakit psoriasis dengan
prevalensi sebesar 1-2%. pada penderita psoriasis dan menjadi penyebab tersering
kejadian eritroderma (23-25%). Psoriasis eritroderma dapat terjadi akibat
perluasan penyakit psoriasis atau penghentian secara mendadak dari terapi
psoriasis sebelumnya (5).

Eritroderma psoriasis ditandai dengan lesi kulit merah terang, edema, deskuamasi
superfisial, kehilangan rambut, kelainan kuku seperti pitting nail, perubahan
warna kekuningan pada kuku sampai onikodistrofi dan keluhan sistemik seperti
demam, menggigil, malaise, atau gagal jantung kongestif (4).

Psoriasis Eritroderma dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu karena perluasan
penyakit psoriasis itu sendiri atau pengobatan yang terlalu kuat.Berbagai faktor
pemicu terjadinya PE antara lain infeksi, penyakit sistemik (Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukemia, limfoma sel-T), stres emosional,
paparan obat dan zat kimia lainnya (asitretin, infliximab, litium, antimalaria,
kotrimoksazol), penggunaan kortikosteroid sistemik, serta penghentian mendadak
terapi psoriasis atau fenomena rebound (kortikosteroid topikal dan sistemik,
metotreksat, efalizumab) (5).

Patofisiologi eritroderma belum jelas, yang dapat diketahui ialah akibat suatu
agent dalam tubuh, maka tubuh bereaksi berupa pelebaran pembuluh darah kapiler
(eritema) yang universal. Kemungkinan berbagai sitokin berperan. Eritema berarti
terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit
meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin
dan menggigil (6).

Penderita PE dapat menunjukkan kondisi subakut atau kronis yang bersifat stabil
atau kondisi akut dan dapat mengancam nyawa.Onset PE umumnya terjadi pada
kelompok usia 40-60 tahun dan predominan pada laki-laki dibandingkan
perempuan.Manifestasi PE ditandai dengan kelainan kulit yang bersifat
universalis, berupa eritema, edema, plak psoriasis berbatas tegas, skuama, serta
kerontokan rambut. Skuama umumnya muncul setelah 2-6 hari setelah onset dari
eritema.Perubahan kuku dapat terlihat pada kasus PE umumnya kuku jari tangan
dengan berbagai bentuk variasi, antara lain pitting nail, oil-drop, serta onikodistrof
(5).

Psoriasis dapat menjadi eritroderma yang disebabkan oleh penyakitnya sendiri


atau karena pengobatan yang terlalu kuat, misalnya pengobatan topikal dengan ter
dengan konsentrasi yang terlalu tinggi. Pada anamnesis hendaknya ditanyakan,
apakah pemah menderita psoriasis. Penyakit tersebut bersifat menahun dan
residif,kelainan kulit berupa skuama yang berlapis-lapis dan kasar di atas kulit
yang eritematosa dan sirkumskrip tersebut dilakukan biopsi untuk pemeriksaan
histopatologik. Kadang-kadang biopsi sekali tidak cukup dan harus dilakukan
beberapa kali (6).

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik).
Kedua fenomena tetesan lilin dan Auspitz dianggap khas, sedangkan Kobner
dianggap tidak khas, hanya kira-kira 47% dari yang positif dan didapat pula pada
penyakit lain, misalnya Liken Planus dan Veruka plana juvenilis. Fenomena
tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan
seperti lilin yang digores, disebabkan oleh perubahan indeks bias. Cara
pemeriksaannya dengan menggoresnya menggunakan pinggir gelas alas. Pada
fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh
papilomatosis. Cara pemeriksaannya dengan mengerok skuama yang berlapis
dengan menggunakan ujung gelas alas. Setelah skuama habis maka pengerokan
harus dilakukan dengan pelanpelan karena jika terlalu dalam tidak tampak
perdarahan yang berupa bintik- bintik melainkan perdarahan yang merata. Trauma
pada kulit penderita psoriasis misalnya trauma akibat garukan dapat menyebabkan
kelainan kulit yang sama dengan psoriasis dan disebut dengan fenomena Kobner
yang timbul sekitar setelah 3 minggu (7).
Pemeriksaan Dermoskopi pada Eritroderma et causa Psoriasis. Eritroderma adalah
kondisi yang mengancam jiwa, yang didefinisikan sebagai deskuamasi dan
eritema lebih dari 90% dari luas permukaan tubuh. Varian psoriasis eritroderma
umumnya terjadi karena kontrol penyakit yang buruk, penghentian pengobatan
anti- psoriatik, memicu asupan obat, infeksi atau kondisi sistemik yang
mendasarinya. Petunjuk klinis untuk diagnosis psoriasis eritroderma diketahui
riwayat psoriasis, perubahan kuku psoriasis, adanya arthritis psoriatik. Fitur
dermoskopi dari psoriasis eritroderma sama dengan varian psoriasis lainnya.
Pembuluh bertitik yang didistribusikan secara teratur dengan latar belakang
kemerahan, dan sisik putih yang tidak merata terlihat (8).

Gambar. Pembuluh bertitik dan sisik putih yang didistribusikan secara teratur.
Lokalisasi anatomis: Ekstremitas bawah (×20).(8)

Diagnosis banding pada kasus ini yaitu Eritroderma et causa Alergi Obat,
Eritroderma et causa Dermatitis Seboroik. Berikut tabel perbedaan antara
Psoriasis Eritroderma et causa psoriasis Vulgaris, Eritroderma et causa Alergi
Obat, Eritroderma et causa Dermatitis Seboroik.
(9)
(10)
(11)

Umumnya pengobatan eritroderma adalah kortikosteroid. Dosis mula prednison


4x 10-15 mg sehari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak perbaikan dosis dapat
dinaikkan. Setelah tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika
eritroderma terjadi akibat pengobatan pada psoriasis, maka obat tersebut harus
dihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan asetretin.
Lama penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa
bulan. Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama (long term), yakni jika
melebihi 1 bulan lebih baik digunakan metilprednisolon daripada prednison
dengan dosis ekuivalen karena efeknya lebih sedikit (6).

Tatalaksana seperti , tatalaksana suportif dilakukan dengan mengevaluasi tanda


infeksi yang dapat meningkatkan risiko bakteremia dan sepsis, koreksi cairan,
protein, dan elektrolit tubuh, serta mengembalikan kondisi normal sawar kulit.
Kelainan elektrolit dan protein tubuh harus segera dikoreksi untuk mencegah
terjadinya gangguan keseimbangan elektrolit dan edema. Kultur darah,
pemeriksaan apusan kulit, dan antibiotik dapat diberikan bila terdapat tanda
infeksi sekunder atau sepsis. Edema perifer dapat diatasi dengan elevasi tungkai
atau obat diuretik sistemik. Antihistamin sedatif berfungsi untuk mengurangi rasa
gatal dan cemas. Penggunaan pelembab atau kortikosteroid potensi rendah dapat
meningkatkan rasa nyaman pada pasien (5).

Tatalaksana topikal diberikan topikal untuk kasus PE saat ini sudah jarang
digunakan. Obat topikal digunakan untuk kasus PE ringan atau sebagai terapi
adjuvan untuk kasus PE rekalsitran dan lebih berat. Obat topikal yang dapat
digunakan, antara lain kortikosteroid topikal potensi sedang, pelembab topikal,
analog vitamin D topikal, colloidal oatmeal bath.Kombinasi obat topikal dengan
sistemik mempunyai efikasi yang baik dalam pengobatan PE, antara lain :(5)

1. Kortikosteroid topikal digunakan sebagai terapi adjuvan pada kasus PE.


Kombinasi obat sistemik dengan kortikosteroid topikal memberikan
respons yang baik dalam pengobatan PE. Klobetasol 0.05% untuk area
batang tubuh dan desonid 0.05% untuk area wajah dikombinasi dengan
metotreksat memberikan respons yang efektif pada kasus PE berat.
2. Analog vitamin D merupakan terapi lini pertama untuk kasus PV derajat
ringan- sedang. Mekanisme kerja analog vitamin D, antara lain
menghambat proliferasi sel kulit yang berlebihan, meningkatkan
diferensiasi sel kulit, dan memodulasi faktor imunologik. Analog vitamin
D terdiri dari calcipotriol dan calcitriol. Calcipotriol dengan dosis 100
gram/minggu dikombinasi dengan fototerapi ultraviolet B (UVB) dosis
rendah menunjukkan perbaikan yang signifikan pada kasus PE dalam
waktu empat minggu.
Kesimpulan

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien di diagnosis Eritroderma et Cause


Psoriasis Vulgaris. Faktor pencetus dari kasus ini belum diketahui secara pasti.
Pasien di edukasi untuk menghindari faktor pencetus (setres, kebiasaan merokok,
alcohol, infeksi bakteri & virus, trauma kulit). pasien mendapat terapi
farmakologis berupa Dexametason 1 amp/12 jam/iv, Zinc 1x1 tab/oral, Cetirizin
0-0-1/oral.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi FDK. Terapi pada Psoriasis. J Med Hutama. 2021;2(02 Januari):631–


41.
2. Yuliastuti D. Psoriasis. Cdk-235 [Internet]. 2015;42(12):901–6. Available
from: http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_235Psoriasis.pdf
3. Nair PA& TB. Psoriasis. StatPearls. Treasure Island (FL) : Books
StatPearls [Internet]. 2022 [cited 2022 Sep 19]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448194/
4. Suryawati N, Praharsini I. Laporan Kasus Seri: Pemeriksaan Dermoskopi
pada Kasus Eritroderma Psoriasis. Berk Ilmu Kesehat Kulit dan Kelamin.
2018;30(2):111–6.
5. Susanto PM. Tatalaksana Psoriasis Eritroderma. J Med Hutama. 2022;3(02
Januari):2292–302.
6. Handoko RP, Djuanda A, Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp.
[Jakarta]: Universitas Indonesia; 2016.
7. Apriliana KF, Mutiara H. Psoriasis Vulgaris pada Laki-laki 46 Tahun. J
Agromedicine. 2017;4(1):160–6.
8. Gokyayla E, Cetinarslan T, Ermertcan AT. Dermoscopic Differential
Diagnosis of Psoriasis. Psoriasis - New Research, editor. London:
IntechOpen; 2022. https://doi.org/10.5772/intechopen.103004
9. Waspodo NN, Amalia H. Eritroderma et causa Psoriasis Vulgaris. UMI
Med J. 2017;2(1):57–66. https://doi.org/10.33096/umj.v2i1.16
10. Suryani DPA, Oktarlina RZ. Eritroderma et causa Alergi Obat. J Major.
2017;6(2):100–4.
11. Anggarini DR, Pasaribu SD. Laporan Kasus: Pria 60 tahun dengan
Eritroderma et causa Dermatitis Seboroik. Maj Kedokt UKI.
2021;37(1):20–5. https://doi.org/10.33541/mk.v37i1.3366

You might also like