Abstrak Roki
Abstrak Roki
ABSTRACT
Psoriasis adalah kondisi proliferatif dan inflamasi kronis pada kulit. Hal ini
ditandai dengan plak eritematosa ditutupi dengan sisik keperakan terutama di atas
permukaan ekstensor, kulit kepala, dan daerah lumbosakral. Psoriasis eritroderma
merupakan variasi yang berat dari penyakit psoriasis dengan prevalensi sebesar 1-
2%.
Lesi yang sangat meradang muncul sebagai akibat dari sinyal yang rusak yang
diproduksi oleh sistem kekebalan untuk meningkatkan tingkat mitosis sel
penghasil keratin hingga sepuluh kali lipat. Ini, pada gilirannya, menyebabkan
retensi inti dan kornifikasi sel stratum korneum yang tidak lengkap. Penyakit ini
terjadi pada tahap awal kehidupan dan perlahan berkembang sepanjang hidup.
Psoriasis memiliki tipe yang berbeda tergantung pada jaringan yang terkena.
Prevalensi psoriasis yang dilaporkan di berbagai negara berkisar antara 0,09% dan
11,43%. (1)
Penyakit ini penting diketahui dan dipelajari karena tatalaksananya tidak terbatas
pada lesi kulit. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai studi dilakukan untuk
dapat menjelaskan mekanisme molekulernya. Namun, masih belum diketahui
secara jelas, termasuk penyebab utamanya, apakah gangguan imunologis ataukah
epitelial, penyebab autoimun proses inflamasi, relevansi faktor sistemik versus
faktor dermatologis, serta peran gen versus pengaruh lingkungan dalam inisiasi,
progresi, serta responsnya terhadap terapi.(2)
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik, dan kesadaran
kompos mentis. Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil dalam
batas normal. Dari hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan tampak makula
eritema disertai skuama tebal yang difus disuruh tubuh.
Gambar. Tampak makula eritema disertai skuama tebal yang difus disuruh tubuh
Pembahasan
Diagnosis pada kasus ini yaitu Eritroderma et causa Psoriasis yang ditegakkan
berdasarkan hasil anamnesis berupa keluhan-keluhan yang dirasakan penderita,
lamanya keluhan tersebut berlangsung, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan
fisik pasien meliputi pemeriksaan status generalis, pemeriksaan status
dermatologis, dan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang apabila
memungkinkan.
Pada anamnesis pasien perempuan umur 41 tahun datang dengan keluhan keluhan
rasa gatal pada bagian ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan didapatkan
tampak makula eritema disertai skuama tebal yang difus disuruh tubuh
Keluhan pertama kali dirasakan 4 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan nyeri,gatal
dan panas saat suhu cenderung terasa panas. Pasien juga pernah mempunyai
riwayat Psoriasis sebelumnya.
Psoriasis berasal dari bahasa Yunani “psora” yang berarti gatal, ketombe atau
ruam, meskipun sebagian besar pasien tidak mengeluhkan rasa gatal. Psoriasis
merupakan penyakit multifaktor dengan beberapa predisposisi seperti faktor
genetik, lingkungan, infl amasi (dimediasi proses imunologis), serta beberapa
faktor penyerta seperti obesitas, trauma, infeksi, serta defi siensi bentuk aktif
vitamin D3.(2)
Psoriasis adalah kondisi proliferatif dan inflamasi kronis pada kulit. Hal ini
ditandai dengan plak eritematosa ditutupi dengan sisik keperakan terutama di atas
permukaan ekstensor, kulit kepala, dan daerah lumbosakral. Ada beberapa subtipe
psoriasis tetapi tipe plak adalah yang paling umum dan muncul di batang tubuh,
ekstremitas, dan kulit kepala (3).
Eritroderma merupakan kelainan kulit yang ditandai oleh eritema dan skuama
yang mengenai lebih dari 90% permukaan kulit.1-4 Eritroderma dapat disebabkan
oleh perluasan penyakit kulit (dermatosis) yang diderita sebelumnya seperti
psoriasis, dermatitis atopik, pitiriasis rubra pilaris (PRP), konsumsi obat,
keganasan (mikosis fungoides/MF), skabies, maupun idiopatik (4).
Psoriasis eritroderma merupakan variasi yang berat dari penyakit psoriasis dengan
prevalensi sebesar 1-2%. pada penderita psoriasis dan menjadi penyebab tersering
kejadian eritroderma (23-25%). Psoriasis eritroderma dapat terjadi akibat
perluasan penyakit psoriasis atau penghentian secara mendadak dari terapi
psoriasis sebelumnya (5).
Eritroderma psoriasis ditandai dengan lesi kulit merah terang, edema, deskuamasi
superfisial, kehilangan rambut, kelainan kuku seperti pitting nail, perubahan
warna kekuningan pada kuku sampai onikodistrofi dan keluhan sistemik seperti
demam, menggigil, malaise, atau gagal jantung kongestif (4).
Psoriasis Eritroderma dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu karena perluasan
penyakit psoriasis itu sendiri atau pengobatan yang terlalu kuat.Berbagai faktor
pemicu terjadinya PE antara lain infeksi, penyakit sistemik (Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukemia, limfoma sel-T), stres emosional,
paparan obat dan zat kimia lainnya (asitretin, infliximab, litium, antimalaria,
kotrimoksazol), penggunaan kortikosteroid sistemik, serta penghentian mendadak
terapi psoriasis atau fenomena rebound (kortikosteroid topikal dan sistemik,
metotreksat, efalizumab) (5).
Patofisiologi eritroderma belum jelas, yang dapat diketahui ialah akibat suatu
agent dalam tubuh, maka tubuh bereaksi berupa pelebaran pembuluh darah kapiler
(eritema) yang universal. Kemungkinan berbagai sitokin berperan. Eritema berarti
terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit
meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin
dan menggigil (6).
Penderita PE dapat menunjukkan kondisi subakut atau kronis yang bersifat stabil
atau kondisi akut dan dapat mengancam nyawa.Onset PE umumnya terjadi pada
kelompok usia 40-60 tahun dan predominan pada laki-laki dibandingkan
perempuan.Manifestasi PE ditandai dengan kelainan kulit yang bersifat
universalis, berupa eritema, edema, plak psoriasis berbatas tegas, skuama, serta
kerontokan rambut. Skuama umumnya muncul setelah 2-6 hari setelah onset dari
eritema.Perubahan kuku dapat terlihat pada kasus PE umumnya kuku jari tangan
dengan berbagai bentuk variasi, antara lain pitting nail, oil-drop, serta onikodistrof
(5).
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik).
Kedua fenomena tetesan lilin dan Auspitz dianggap khas, sedangkan Kobner
dianggap tidak khas, hanya kira-kira 47% dari yang positif dan didapat pula pada
penyakit lain, misalnya Liken Planus dan Veruka plana juvenilis. Fenomena
tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan
seperti lilin yang digores, disebabkan oleh perubahan indeks bias. Cara
pemeriksaannya dengan menggoresnya menggunakan pinggir gelas alas. Pada
fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh
papilomatosis. Cara pemeriksaannya dengan mengerok skuama yang berlapis
dengan menggunakan ujung gelas alas. Setelah skuama habis maka pengerokan
harus dilakukan dengan pelanpelan karena jika terlalu dalam tidak tampak
perdarahan yang berupa bintik- bintik melainkan perdarahan yang merata. Trauma
pada kulit penderita psoriasis misalnya trauma akibat garukan dapat menyebabkan
kelainan kulit yang sama dengan psoriasis dan disebut dengan fenomena Kobner
yang timbul sekitar setelah 3 minggu (7).
Pemeriksaan Dermoskopi pada Eritroderma et causa Psoriasis. Eritroderma adalah
kondisi yang mengancam jiwa, yang didefinisikan sebagai deskuamasi dan
eritema lebih dari 90% dari luas permukaan tubuh. Varian psoriasis eritroderma
umumnya terjadi karena kontrol penyakit yang buruk, penghentian pengobatan
anti- psoriatik, memicu asupan obat, infeksi atau kondisi sistemik yang
mendasarinya. Petunjuk klinis untuk diagnosis psoriasis eritroderma diketahui
riwayat psoriasis, perubahan kuku psoriasis, adanya arthritis psoriatik. Fitur
dermoskopi dari psoriasis eritroderma sama dengan varian psoriasis lainnya.
Pembuluh bertitik yang didistribusikan secara teratur dengan latar belakang
kemerahan, dan sisik putih yang tidak merata terlihat (8).
Gambar. Pembuluh bertitik dan sisik putih yang didistribusikan secara teratur.
Lokalisasi anatomis: Ekstremitas bawah (×20).(8)
Diagnosis banding pada kasus ini yaitu Eritroderma et causa Alergi Obat,
Eritroderma et causa Dermatitis Seboroik. Berikut tabel perbedaan antara
Psoriasis Eritroderma et causa psoriasis Vulgaris, Eritroderma et causa Alergi
Obat, Eritroderma et causa Dermatitis Seboroik.
(9)
(10)
(11)
Tatalaksana topikal diberikan topikal untuk kasus PE saat ini sudah jarang
digunakan. Obat topikal digunakan untuk kasus PE ringan atau sebagai terapi
adjuvan untuk kasus PE rekalsitran dan lebih berat. Obat topikal yang dapat
digunakan, antara lain kortikosteroid topikal potensi sedang, pelembab topikal,
analog vitamin D topikal, colloidal oatmeal bath.Kombinasi obat topikal dengan
sistemik mempunyai efikasi yang baik dalam pengobatan PE, antara lain :(5)