Pengaruh Pakan Bungkil Kedelai Terproteksi Tanin T

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

PENGARUH PAKAN BUNGKIL KEDELAI TERPROTEKSI TANIN TERHADAP

PRODUKSI GAS METAN DAN GLUKOSA DARAH


PADA DOMBA EKOR TIPIS
(Effect of Protected Soybean Meal With Different
Level of Tannins To Methane Production and Blood Glukosa on Sheep)

Nuraliah, S.1, Purnomoadi, A.2, Nuswantara, L.K.2


1)
Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Peternakan Dan Pertanian Universitas Diponegoro
Kampus drh. Soejono Koesoemowardojo Tembalang Semarang 50275
email: nuraliah.sofyan@gmail.com
2)
Fakultas Peternakan Dan Pertanian Universitas Diponegoro
Kampus drh. Soejono Koesoemowardojo Tembalang Semarang 50275

Diterima: 13 September 2014 Disetujui: 28 Juni 2015

ABSTRACT

This research was aimed to study effect of protected soybean meal with different level of
tannin in complete feed. Sixteen thin tail male sheep of 8 months old with 11.81 ± 1.65 kg of
average of body weight were used in this study. Treatments of different level of tannin protein were
allowed according to a completely randomized design, with 4 replicates for each treatment. The
treatments were T0 (15% soybean meal on complete feed without tanin protection), T1 (15%
soybean meal with 0.5% tanin in complete feed), T2 (15% soybean meal with 1% tanin in complete
feed), and T3 (15% soybean meal with 1.5% tanin in complete feed). Processing data using
analysis of variance, if there effect of treatment followed by Duncan’s multiple range test. The
Research results showed level of tannin protection to 15% soybean meal did not effect (P> 0.05)
on methane production, Feses energy and feed urine energy, but significantly (P <0.05) affected
the blood glucose production in 15% soybean meal with 1% protected by tannin.

Keywords: Tannin, methane and glucose

ABSTRAK

Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan protein bungkil kedelai
terproteksi tanin pada level yang berbeda dalam pakan komplit. Penelitian menggunakan domba
ekor tipis jantan umur ± 8 bulan sebanyak 16 ekor dengan bobot badan 11,81±1,65 kg dengan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, perlakuan
meliputi P0: 15% bungkil kedelei tanpa proteksi tanin dalam pakan komplit, P1: 15% bungkil
kedelei diproteksi 0,5% tanin dalam pakan komplit, P2: 15% bungkil kedelei diproteksi 1% tanin
dalam pakan komplit dan P3: 15% bungkil kedelei diproteksi 1,5% tanin dalam pakan komplit.
Pengolahan data menggunakan analisis ragam, apabila ada pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan
uji wilayah ganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proteksi bungkil kedelai dalam
pakan komplit tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap produksi gas metan, energi feses dan energi
urin tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi glukosa darah. Kesimpulan bahwa bahwa
15% bungkil kedelai terproteksi tanin dalam pakan komplit pada domba ekor tipis tidak
memberikan pengaruh terhadap pengurangan emisi gas metan, akan tetapi 15% bungkil kedelai
terproteksi 1% tanin dalam pakan komplit berkonstribusi pada peningkatan glukosa darah.

Kata kunci: Domba ekor tipis, tanin, metan, glukosa darah

Pengaruh Pakan Bungkil Kedelai Terproteksi Tanin terhadap Produksi Gas Metan dan Glukosa Darah 15
pada Domba Ekor Tipis
PENDAHULUAN (perombakan protein menjadi peptida dan
asam amino) dan aktivitas deaminasi.
Latar belakang Dijelaskan lebih lanjut bahwa protein yang
mudah didegradasi akan menghasilkan
Domba merupakan ternak dengan amonia, yang dapat menunjang proses
daya adaptasi cukup tinggi dan banyak produksi N mikroba. Pemanfaatan bahan
tersebar di wilayah Indonesia. Populasi pakan dengan protein kasar yang tinggi
domba lokal paling tinggi berada di Pulau perlu diproteksi agar dapat dimanfaatkan
Jawa, yang menyebar di Jawa Barat (61%), secara optimal dalam ransum. Bahan pakan
Jawa Tengah (16 %) dan Jawa Timur (8 %), sumber protein yang umum diberikan pada
18% menyebar di luar Pulau Jawa (Dirjen ternak yaitu bungkil kedelai. Bungkil
Peternakan dan Keswan Kementan RI , kedelai mengandung protein sekitar 25 –
2012). Domba ekor tipis merupakan salah 32%, sehingga mempunyai potensi sebagai
satu domba lokal yang sistem suplementasi protein. Menurut Devant et al.
pemeliharaannya masih tradisional (2000) bahwa potensial degradasi bungkil
sehingga belum memperhatikan kecukupan kedelai mencapai 92 ± 2,7%. Oleh karena
nutrien dalam pemenuhan kebutuhan itu protein bungkil kedelai perlu dilindungi
ternak. Prawoto et al. (2001) menyatakan agar lolos dari degradasi mikroba dalam
bahwa domba lokal yang pemeliharaanya rumen.
secara tradisional menghasilkan rata–rata Pemanfaatan energi dipengaruhi oleh
pertambahan bobot badan harian (PBBH) kualitas pakan yang dikonsumsi ternak.
sebesar 30 g/hari, lebih rendah dibanding Karakteristik struktur dan bentuk ikatan
domba lokal yang dipelihara dengan dari karbohidrat dengan komponen lain
perbaikan pakan yang mampu mencapai dalam bahan pakan menentukan tingkat
57–132 g/hari. kecernaan nutrien dan degradabilitasnya di
Pakan ruminansia yang berkualitas dalam rumen. Karbohidrat yang dicerna
sangat tergantung pada tingkat ketersediaan pada usus halus dapat menghasilkan energi
protein pakan yang mampu memberikan yang lebih efisien hingga 42%
kontribusi pada perkembangbiakan dibandingkan energi yang dihasilkan dari
mikrobia secara maksimal dalam rumen dan proses fermentasi rumen. Energi yang
mampu mensuplai protein pakan di dikonsumsi, tidak semuanya dimanfaatkan
intestinum. Ishler dan Varga (2001) oleh ternak dan kemudian akan dikeluarkan
menyatakan bahwa fermentasi di dalam melalui feses, urin, gas metana dan panas.
rumen mencakup dua proses utama, yaitu 1) Dari beberapa uraian diatas melatar-
proses degradasi komponen bahan pakan belakangi sehingga perlu diteliti seberapa
(kabohidrat, protein kasar dan lemak); 2) besar energi yang dapat dimanfaatkan
proses sintesis kembali zat makanan ternak domba yang diberi pakan sumber
(protein, asam amino, asam nukleat, protein terproteksi tanin. Oleh sebab itu,
karbohidrat dan lemak) di dalam biomassa pada penelitian ini bertujuan menguji
mikroorganisme. Protein yang dikonsumsi efektivitas tanin sebagai bahan yang
oleh ruminansia mengalami dua digunakan dalam memproteksi pakan
kemungkinan, yaitu lolos atau didegradasi sumber protein guna menurunkan
oleh mikrobia dan protozoa yang bersifat degradabilitas protein dan menurunkan
proteolitik melalui aktivitas proteolisis kehilangan energi pada domba ekor tipis.

16 Pengaruh Pakan Bungkil Kedelai Terproteksi Tanin terhadap Produksi Gas Metan dan Glukosa Darah
pada Domba Ekor Tipis
MATERI DAN METODE sisa dikumpulkan dan ditimbang setiap pagi
hari berikutnya dan air tawar diberikan
Materi secara ad libitum. Domba ditimbang setiap
minggu untuk menentukan jumlah pakan
Penelitian ini menggunakan enam yang diberikan. Ransum penelitian disusun
belas ekor domba ekor tipis (jantan) umur ± berdasarkan standar kebutuhan bahan
8 bulan dengan bobot badan 11,81±1,65 kg kering (BK) ransum berdasarkan bobot
ditempatkan di dalam kandang individual badan dengan menggunakan pakan komplit
secara acak untuk memperoleh perlakuan yang ditambahkan dengan bungkil kedelai
selama 12 minggu. Komposisi dan terproteksi. Adapun ransum yang
kandungan nutrisi pakan perlakuan digunakan pada penelitian ini dibedakan
ditampilkan pada tabel 1. berdasarkan level tanin daun bakau dalam
memproteksi bungkil kedelai. Ekstraksi
Metode tanin diperoleh dengan cara mengambil
sampel sebanyak 100g daun bakau yang
Penelitian menggunakan rancangan telah dikeringkan kemudian dibungkus
acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dengan menggunakan kertas saring lalu
dan 4 ulangan, sehingga seluruh unit dimasukkan kedalam soxlet yang diisi
terdapat 16 unit percobaan. Perlakuan alkohol 96% sebagai pelarut (Marnoto et al,
penelitian terdiri dari P0: 15% bungkil 2012). Kemudian hasil ekstraksi yang
kedelei tanpa proteksi tanin dalam pakan diperoleh, diuapkan untuk memisahkan
komplit, P1: 15% bungkil kedelei pelarut dengan senyawa tanin dan
diproteksi 0,5% tanin dalam pakan komplit, kemudian dikristalkan menjadi kristal tanin.
P2: 15% bungkil kedelei diproteksi 1% Proteksi bungkil kedelai dengan tanin
tanin dalam pakan komplit dan P3: 15% dilakukan dengan melarutkan kristal tanin
bungkil kedelei diproteksi 1,5% tanin dalam air kemudian disemprotkan merata
dalam pakan komplit. pada bungkil kedelai masing-masing 0%,
0,5%, 1% dan 1,5%, persen tanin dihitung
Prosedur Penelitian berdasarkan volum per bobot. Pakan
lengkap diformulasi menggunakan rumput
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, gajah, bekatul, bungkil kedelai terproteksi,
yaitu masa adaptasi (1 minggu), periode kulit singkong dan mineral. Formulasi dan
awal (1 minggu) dan masa pemeliharaan kandungan nutrisi bahan pakan yang
(10 minggu). Pakan ini diberikan 3 kali digunakan pada penelitian ini adalah
sehari pukul 07.00, 13.00 dan 18.00. Pakan sebagai berikut:

Tabel 1. Formulasi dan kandungan nutrisi bahan pakan

Bahan pakan Komposisi BK* PK* SK* TDN**


Kg (Dalam BK) % ----------------(%BK)-------------
Rumput gajah 29 94,84 17,33 39,38 53,65*
Bekatul 29 91,38 3,41 32,76 82,71*
BKT 15 88,39 46,00 5,09 89,73*
Kulit Singkong 26 88,12 4,69 20,08 58,20*
Mineral 1 93,92 0 0 0
Pakan komplit 100 90.24 14,13 26,90 69,12
Keterangan : BKT = Bungkil kedelai Terproteksi, BK = Bahan Kering, PK = Protein Kasar, LK = Lemak
Kasar, SK = Serat Kasar, TDN = Total Digestible Nutrients
Sumber:
*) Dianalisis proksimat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan dan
Pertanian Universitas Diponegoro
**) Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Hartadi et al. (1993)

Pengaruh Pakan Bungkil Kedelai Terproteksi Tanin terhadap Produksi Gas Metan dan Glukosa Darah 17
pada Domba Ekor Tipis
Parameter yang diamati kemudian analisanya menggunakan alat
Spektrofotometer (Coomer et al., 1993).
Parameter yang diamati dalam
penelitian ini adalah emisi gas metan dan Analisa Statistik
produksi glukosa darah. Pengambilan data
dilakukan dengant metode sebagai berikut: Data yang dihasilkan dari percobaan
Perhitungan gas metan dilakukan diatas dianalisis secara statistik dengan
selama 2 x 24 jam dengan lama pengukuran menggunakan analisis ragam (analysis of
10 menit dan interval selama 3 jam. Metan varience ANOVA) dan jika terdapat
diukur dengan memasang cerobong muka perbedaan nyata diantara perlakuan dengan
pada ternak yang tehubung dengan methan uji F pada taraf 5% maka, dilanjutkan
analizer (Horiba Ltd, Japan) dan airflow dengan uji wilayah berganda Duncan (Steel
meter. Nilai 1 liter metan setara dengan dan Torrie, 1991).
9,45 kilo kalori (Kkal) dari 1 kalori
disetarakan menjadi 4,184 joule HASIL DAN PEMBAHASAN
(Kawashima et al., 2001).
Pengukuran energi feses dan urin Feses merupakan hasil keluaran
dilakukan dengan metoda total koleksi pada energi terbesar yang hilang dari pakan.
minggu ke-2, Sampel feses dan urin diambil Kisaran energi yang keluar melalui feses
secara proporsional setiap hari berdasarkan tidak berbeda (P>0,05), diduga karena
nilai proporsinya untuk ternak kecil penggunaan level tanin pada pakan
(Domba) dikoleksi seluruhnya dan perlakuan dalam penelitian ini belum
diperoleh dari pengambilan sampel hari mampu memperbaiki proses pencernaan
pertama. Hasil total koleksi urin selama 7 pakan pada ternak domba yang diteliti.
hari dicampur hingga homogen, kemudian Selain itu, keluaran energi dalam hal ini
sampel diambil untuk di analisa sebanyak feses juga dipengaruhi oleh jenis, kualitas
300 ml. Hasil total koleksi feses selama 7 pakan serta kecernaan energi, sehingga
hari dikeringkan, kemudian dihancurkan energi pakan yang terbuang melalui feses
dan dihomogenkan kemudian diambil tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
sebanyak 200 g untuk di analisis. Sampel Pengeluran energi pada feses dipengaruhi
urin sebanyak 20 g dimasukkan ke dalam oleh konsumsi bahan kering, kualitas
wadah yang sudah diketahui nilai energinya pakan, jenis ternak, konsumsi nitrogen,
dan di oven selama 7 hari pada suhu 60o C. kandungan serat kasar dan energi pakan
Analisis feses dan urin menggunakan alat (Bondi, 1987; Parakkasi, 1999).
bom kalorimeter.
Analisis kandungan glukosa darah
dilakukan dengan cara sampel darah di
ambil pada minggu ke-3. Sampel darah
diambil menggunakan spuit dan kemudian
disuntikkan pada bagian vena jungularis.
Reagen untuk analisa glukosa
menggunakan glukosa kit (Bavaria
Diagnostica, Hamburg, Germany),

18 Pengaruh Pakan Bungkil Kedelai Terproteksi Tanin terhadap Produksi Gas Metan dan Glukosa Darah
pada Domba Ekor Tipis
Tabel 2. Partisi Pemanfaatan Energi Pakan

Parameter P0 P1 P2 P3 Sign
Total pengeluaran Energi (MJ/hari)
Feses 4,25 4,50 4,00 3,75 ns
Urin 0,09 0,12 0,16 0,13 ns
Metan 0,99 1,08 0,97 1,02 ns
Keterangan: ns) tidak berbeda nyata (P > 0,05)

Keluaran energi dalam urin secara malaporkan bahwa penggunaan tanin dalam
statistik tidak berpengaruh (P>0,05), hal ini memproteksi pakan sumber protein dalam
disebabkan karena tidak terdapat perbedaan perlakuan dapat mempengaruhi produksi
pada konsumsi pakan khususnya protein gas methan dari berbagai jenis pakan
pakan dalam pakan komplit serta bungkil (Waghorn et al., 2002; Woodward et al.,
kedelai yang telah di proteksi tanin. Hal ini 2002). Hal ini diduga dipengaruhi oleh aras
didukung oleh penelitian Jayanegara (2009) penggunaan tanin serta jumlah pakan
bahwa pakan sumber protein yang sumber protein yang diproteksi sehingga
diproteksi dengan menggunakan tanin akan belum mampu memberikan konstribusi
berpengaruh terhadap produksi nitrogen terhadap penurunan gas metan. Hal ini
sebagai perkusor dari energi yang terbuang didukung oleh Hervas et al. (2000) bahwa
melalui urin. Energi gas metan yang penambahan berbagai jenis tanin tidak
dikeluarkan pada domba penelitian yang berpengaruh terhadap pengurangan
diberi perlakuan pakan komplit dengan produksi gas metan yang dipengaruhi oleh
penambahan tanin, masing-masing P0 level tanin serta jenis tanin yang digunakan
sebesar 0,99 MJ/hari, P1 sebesar 1,08 hal tersebut didukung oleh Sliwinski et al.
MJ/hari, P2 sebesar 0,97 MJ/hari dan P3 (2002) bahwa proteksi bungkil kedelai
sebesar 1,02 MJ/hari. Hasil analisis statistik dengan tanin tidak menurunkan produksi
tidak menunjukkan pengaruh (P>0,05) metana secara signifikan diduga oleh
terhadap produksi gas metan. Energi metan konsentrasi tanin yang ditambahkan pada
yang diperoleh tidak menunjukkan penelitian rendah sehingga belum mencapai
perbedaan diduga karena penambahan tanin limit konsentrasi yang cukup untuk
pada bungkil kedelai belum mampu menurunkan metan. Menurut Jayanegara et
memberikan pengaruh terhadap fermentasi al. (2008) bahwa penambahan jenis tanin
karbohidrat di dalam rumen. Emisi gas murni sebanyak 0,5 mg/ml dapat
metan yang dkeluarkan oleh ternak menurunkan produksi gas metan.
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kualitas pakan, kandungan serat kasar,
konsumsi pakan, kecernaan pakan
(Kurihara et al., 1997). Pakan sumber
protein terproteksi tanin pada domba
perlakuan pada penelitian ini belum
menunjukkan pengaruh (P>0,05) terhadap
produksi gas metan pada domba ekor tipis,
tetapi pada beberapa penelitian sebelumnya

Pengaruh Pakan Bungkil Kedelai Terproteksi Tanin terhadap Produksi Gas Metan dan Glukosa Darah 19
pada Domba Ekor Tipis
Konsentrasi Glukosa Darah

Tabel 3. Produksi Kadar Glukosa Darah pada setiap perlakuan

Glukosa Darah Perlakuan


P0 P1 P2 P3
------------------- mg/dl------------------
Kadar Glukosa darah 66.53b 62,13b 75,62a 67,37b
Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh nyata (P <
0,05)

Hasil analisis statistik menunjukkan protein pakan sehingga mampu


bahwa kadar glukosa darah antara domba meningkatkan fermentabilitas dalam rumen
dengan pemberian pakan perlakuan dan menunjang peningkatan produksi
berpengaruh nyata (P<0,05). Rata-rata glukosa darah. Hal ini didukung oleh
kadar glukosa darah untuk domba pendapat Jayanegara et al. (2009)
perlakuan berkisar 62,13 – 75,62 mg/dl, hal menyatakan bahwa proteksi dengan
tersebut sesuai dengan hasil yang penambahan tanin pada pakan mampu
dilaporkan oleh Mayulu (2012) bahwa nilai mengurangi tingkat didegradasi protein
glukosa darah pada domba di peroleh oleh mikroba rumen, sehingga mampu
berkisar 73,70 – 81,18 mg/dl, dan didukung mempengaruhi fermentabilitas dalam
oleh pendapat Fraser et al., (1986), bahwa rumen yang berdampak positif pada
kadar glukosa darah pada domba sehat peningkatan kadar glukosa darah.
sebesar 44–81,2 mg/dl. Hal ini
menunjukkan bahwa proses metabolisme KESIMPULAN DAN SARAN
energi pada domba yang diteliti dengan
penambahan pakan terproteksi tanin berada Kesimpulan
pada kondisi yang normal.
Uji wilayah berganda Duncan Dari hasil penelitian ini dapat
menghasilkan bahwa terdapat perbedaan disimpulkan bahwa 15% bungkil kedelai
(P<0,05) pada produksi glukosa darah. Pada terproteksi tanin dalam pakan komplit pada
perlakuan pemeberian pakan yang sebanyak domba ekor tipis tidak memberikan
15% bungkil kedelai dalam total pakan pengaruh terhadap pengurangan emisi gas
komplit yang diproteksi tanin pada metan, akan tetapi 15% bungkil kedelai
konsentrasi 1% mampu menghasilkan terproteksi 1% tanin dalam pakan komplit
produksi glukosa darah yang berbeda. Dari berkonstribusi pada peningkatan glukosa
data pada Tabel 3 menujukkan bahwa darah.
produksi glukosa darah yang dihasilkan
pada perlakuan P2 lebih tinggi Saran
dibandingkan pada perlakuan lainnya (P0,
P1 dan P3). Tingginya produksi glukosa Perlu dilakukan studi lebih lanjut
darah pada perlakuan P2 diduga karena dalam pencarian level optimal penggunaan
pakan sumber protein yang diproteksi tanin tanin pada pakan sumber protein terhadap
sebanyak 1% mampu mengurangi degradasi pengaruhnya pada penurunan gas metan

20 Pengaruh Pakan Bungkil Kedelai Terproteksi Tanin terhadap Produksi Gas Metan dan Glukosa Darah
pada Domba Ekor Tipis
pakan dalam menunjang pemanfaatan Bahan Pakan untuk Indonesia. Edisi
energi pada domba ekor tipis. ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
DAFTAR PUSTAKA Hervas, G., P. Frutos, F. Javier Giráldez, Á.
R. Mantecón, and M. C. Álvarez
Bondi, A. A. 1987. Animal Nutrition. Del Pino. 2003. “Effect of different
Chichester: A Wiley-Interscience doses of quebracho tannins extract
Publication (John Wiley & Sons). on rumen fermentation in ewes.”
Coomer, J. C., H. E. Amos, C. C. Williams, Anim. Feed Sci. Technol. 109: 65-
and J.G. Wheeler. 1993. “Response 78.
of early lactation cows to fat Ishler, G. and Varga. 2001. Carbohydrate
supplementation in diets with Nutrition for Lactating Dairy Cattle.
different nonstructural carbohydrate 1th ed. USA: The Pennsylvania
concentration.” J. Dairy. Sci. 76: State. University Publ.
3747 – 3754.
Jayanegara, A., H. P. S. Makkar, dan K.,
Devant, M., A. Ferret, J. Gasa, S. Becker. 2008. “Emisi metana
Calsamiglia, and R. Casals. 2000. fermentasi rumen in vitro
“Effects of protein concentration ransum hay yang mengandung tanin
and degradability on performance, murni pada konsentrasi rendah.”
ruminal fermentation and nitrogen Media Peternakan. 32 (3): 185-195.
metabolism in rapidly growing
heifers fed high-concentrate diets Jayanegara, A., H. P. S. Makkar, A.,
from 100 to 230 kg body weight.” Sofyan, dan K., Becker. 2009.
Journal of Animal Science, 78: “Kinetika produksi gas, kecernaan
1667-1676. bahan organik dan produksi gas
metana in vitro pada hay dan jerami
Direktorat Jenderal Peternakan dan yang disuplementasi hijauan
Kesehatan Hewan Kementerian mengandung tanin.” Media
Pertanian RI (Dirjend Peternakan Peternakan. 32 (2): 120-129.
dan Keswan Kementan). 2012.
Statistik Peternakan dan Kesehatan Kawashima, T., W. Suwarnal, F. Terada,
Hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal and M. Shibata. 2001. “Respiration
Peternakan dan Kesehatan Hewan trial system using ventilated flow-
Kementerian Pertanian RI. CV. through method with facemask.”
Alnindra Dunia Perkasa. JIRCAS. 9:53-74.

Fraser, H. E., A. Mays, H. E. Amstutz, J. Kurihara, M, M. Shibata, T. Nishida, A.


Archibald, J. Armour, D. C. Blood, Purnomoadi, dan R. Terada. 1997.
P. M. Newberne, and G. H. “Methane Production and Its
Snoeyenbos. 1986. “The Merck Dietary Manipulation in
Veterinary Manual.” Merk and Co., Ruminants.” In: Microbes and
Inc., Rahway, N. J. USA. p.1- 1677. Digestive Physiology in Ruminant.
Tokyo: Japan Scientific Societies
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A. D. Press and Karger.
Tillman. 1993. Tabel Komposisi

Pengaruh Pakan Bungkil Kedelai Terproteksi Tanin terhadap Produksi Gas Metan dan Glukosa Darah 21
pada Domba Ekor Tipis
Marnoto, T, G. Haryono, D. Gustinah, dan emissions from dairy cows. Proc. N.
F. A. Putra. 2012. “Ekstraksi tannin Z.” Soc. Anim. Prod. 64:160–164.
sebagai bahan pewarna alami dari Woodward, S. L., G. C. Waghorn, K. R.
tanaman putrimalu (Mimosa pudica) Lassey, and P. Laboyre. 2002.
menggunakan pelarut organik.” “Does feeding sulla (Hedysarum
Reaktor. 14 (1): 39 – 45. coronarium) reduce methane
Mayulu, H., Sunarso, C., I. Sutrisno, dan emissions from dairy cows Proc. N.
Sumarsono. 2012. “The effect of Z.” Soc. Anim. Prod. 6: 227–230.
amofer palm oil waste-based
complete feed to blood profiles and
liver function on local sheep.” IJSE.
3 (1) 17-21.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Gizi dan Makanan
Ternak Ruminan. Jakarta: UI–Press.
Prawoto, J. A., C. M. S. Lestari, dan E.
Purbowati. 2001. “Keragaan dan
kinerja produksi lomba lokal jantan
yang dipelihara intensif dengan
memanfaatkan ampas tahu sebagai
pakan campuran.” Laporan
Penelitian. Semarang: Lembaga
Penelitan, Universitas Diponegoro.
Sliwinski, B. J., C. R. Soliva, A.
Machmüller, and M. Kreuzer. 2002.
“Efficacy of plant extracts rich in
secondary constituents to modify
rumen fermentation.” Anim. Feed
Sci. Technol, 101: 101-114.
Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1980.
Principles and Procedures of
Statistics: A Biometrical Approach.
New York: McGraw-Hill.
Waghorn, G. C., M. H. Tavendale, and D.
R. Woodfield. 2002.
“Methanogenesis from forages fed
to sheep.” Proc. N. Z. Grassl. Assoc.
64: 159–165.
Woodward, S. L., G. C. Waghorn, and P.
Laboyre. 2004. “Condensed tannins
in birdsfoot trefoil (Lotus
corniculatus) reduce methane

22 Pengaruh Pakan Bungkil Kedelai Terproteksi Tanin terhadap Produksi Gas Metan dan Glukosa Darah
pada Domba Ekor Tipis

You might also like